Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SELLA OKTAVIA

NIM : 043844976
PRODI : S1-ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SOAL :
Jawab pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan konsep dan teori yang tepat!
1. Seperti apakah kelemahan dan problema dalam birokrasi dan sertakan contohnya pada
organisasi pemerintahan daerah?  (Skor 40)
2. Seperti apakah pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah?  (Skor 30)
3. Sebutkan dan jelaskan fungsi-fungsi manajemen personalia menurut Robert Presthus
dalam Public Administration?  (Skor 30)

JAWAB :
1.) Kelemahan birokrasi akan berkisar pada empat hal berikut:
a. Standar efisiensi yang dapat dilaksanakan secara fungsional.
b. Terlalu menekankan atau melebihkan aspek-aspek rasionalitas, impersonalitas dan
hierarki.
c. Terlalu banyak birokrat atau pegawai birokrasi yang melakukan penyelewengan tujuan.
d. Berlakunya peta merah (Red Tape) dalam suatu organisasi.
Contoh kelemahan dan problema dalam organisasi pemerintah daerah:
a. Masih banyaknya pemerintah daerah yang memiliki presentase belanja operasional
untuk kebutuhan internal pemerintah yang lebih besar dari belanja public.
b. Kondisi seperti ini sangat membatasi bagi pemerintah daerah untuk dapat memberikan
pelayanan yang baik pada publik.
c. Tingginya kasus korupsi di daerah. terbukti dari adanya sejumlah kepala daerah yang
ditangkap oleh KPK melalui operasi tangkap tangan (OTT)
d. Kualitas ASN masih belum optimal dalam mendukung kinerja pemerintah.

2. Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah Dalam menjalankan pemerintahannya,


hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus terjalin dengan baik dan harmonis.
Tujuan yang terjalin tersebut untuk kemakmuran rakyat. Hubungan antara pemerintah pusat
dan daerah, yakni:
 Hubungan struktural Hubungan struktural merupakan hubungan yang didasarkan pada
tingkat dan jenjang di pemerintahan. Pemerintah daerah dalam bertugas
menyelanggarakan urusan daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
yang berdasarkan asas otonom dan tugas pembantuan. Presiden merupakan
penyelenggaran urusan pemerintahan di tingkat pusat. Presiden dibantu para menteri
untuk menjalankan pemerindah. Kepala daerah merupakan penyelenggara urusan
daerah masing-masing.
 Hubungan fungsional Hubungan fungsional merupakan hubungan yang didasarkan
dengan fungsi yang dimiliki oleh masing-masing pemerintah. Hubungan tersebut saling
memengaruhi dan bergantung antara satu dengan yang lain. Hubungan tersebut juga
terletak pada visi, misi, tujuan hingga fungsi yang dimiliki masing-masing pemerintah.
Visi dan misi yang dimiliki tersebut bersama-sama untuk melindungi dan memberi ruang
kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan mengurusi rumah tangganya.
pemerintah daerah adalah subvisi pemerintahan nasional.
Dalam negara kesatuan pemerintah daerah langsung di bawah pemerintah pusat. Dalam
negara kesatuan, pemerintah daerah adalah dependent dan subordinate terhadap pemerintah
pusat. Pemerintah daerah hanya bagian atau subsistem dari sistem pemerintah nasional.
Karena pemerintah daerah merupakan bagian dari sistem pemerintah nasional, maka antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah terdapat hubungan antar pemerintah yang saling
terjalin sehingga membentuk satu kesatuan pemerintahan nasional. Jika demikian, maka dalam
suatu pemerintah nasional terdapat dua subsistem. Yakni subsistem pemerintahan pusat dan
subsistem pemerintahan daerah.
Dalam subsistem pemerintahan daerah terdapat subsistem pemerintahan daerah yang
lebih kecil. Seperti contoh, Indonesia terdapat subsistem pemerintahan pusat yang terdiri atas
presiden dan para menteri. Di daerah terdapat subsistem pemerintahan provinsi yang terdiri
atas gubernur dan DPRD Provinsi. Sub-subsistem pemerintahan kabupaten/kota yang terdiri
atas bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota. Bahkan subsistem pemerintah desa yang
terdiri atas kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Jalinan antar sub sistem dan
antar sub dan sub sistem pemerintahan tersebut membentuk sistem pemerintahan nasional
yang merupakan wahana untuk mencapai tujuan negara. Kondisi tersebut akan tersebut ketika
hubungan antar sub sistem dapat menghasilkan jalinan sistemik dan dapat berjalan dengan
fungsi masing-masing secara serasi, selaras dan harmonis.  Ketika berjalan tidak terkoordinasi
dengan baik, tidak fokus pada tujuan yang telah ditetapkan. Maka penyelenggaraan
pemerintahan menjadi tidak efisien yang hanya menghasilkan kesengsaraan rakyat. Untuk
dapat membentuk jalinan hubungan pemerintahan yang sistemik dengan hasil guna yang
maksimal. Setiap negara mengembangkan hubungan antar lembaga negara dan hubungan
antar pemerintahan pada semua jenjang pemerintahan. Pada tingkat nasional diatur hubungan
antar lembaga tinggi negara dan hubungan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Di
daerah diatur hubungan antar lembaga daerah dan hubungan antar pemerintahan daerah.

3. Menurut Robert Presthus dalam Public Administration adalah adalah pendekatan


institusional, struktural, perilaku, dan pasca perilaku.
Penjelasan:
1. The Institutional Approach (pendekatan institusional)
Merupakan pendekatan yang menekankan pada kelembagaan dan organisasi ke-
pemerintahan. Jantung utama pendekatan ini terletak pada studi mengenai struktur,
fungsi, hukum dan regulasi dari lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
2. The Structural Approach (pendekatan struktural)
Pendekatan struktural pada ilmu administrasi publik merupakan istilah yang diadaptasi
dari ilmu sosiologi dan anthropologi yang menginterpretasikan sosial kemasyarakatan
sebagai sebuah struktur dengan bagian yang saling berhubungan. Pendekatan ini
menjelaskan mengenai mekanisme untuk memahami proses-proses sosial dan struktur
di dalamnya. Berdasarkan konsep pendekatan struktur, lembaga pemerintah merupakan
contoh nyata dari struktur sosial dengan aturan; sebuah struktur dapat menjalan
berbagai fungsi dan vice versa (sebuah fungsi dapat dijalankan oleh berbagai struktur)
3. The Behavioral Approach (pendekatan perilaku)
Pendekatan ini menekankan bahwasannya aktivitas administrasi tidak dapat terlepas
dari studi mengenai behaviourism yang meneliti perilaku individu dan kesadaran
perilaku kolektif manusia serta dampaknya dalam ruang lingkup administrasi publik
(Herbort Sumon).
Menurut Presthus, pendekatan perilaku seringkali bergantung pada keadaan politik dan
bersifat temporal belaka. Seringkali terjadi ketimpangan antara idealisme dan kenyataan
yang ada. Pendekatan Perilaku bagi Presthus kadang sangat membingungkan, runyam
dan usaha yang sia-sia (embarassing effort). Akan tetapi, Presthus meyakini
bahwasannya pendekatan perilaku (behaviourism approach) pada ilmu administrasi
akan meningkatkan nilai dan mutu keilmuan jika dilaksanakan secara gamblang sesuai
sudut pandang kaum behaviouralist dengan konsep matang yang diaplikasikan pada
metodologi ilmu administrasi publik.
4. The Post Behavioral Approach (pendekatan pasca perilaku)
Merupakan produk lanjutan daripada Pendekatan Perilaku aka pendekatan yang muncul
untuk menentang Pendekatan Perilaku yang 'cacat' dalam penerapannya. Walau lebih
condong ke political science, pendekatan ini berkaitan erat dengan ilmu administrasi
publik/negara utamanya dalam penerapan nilai-nilai administrasi yang dianut.
Pendekatan post-behavioural menekankan pada tindakan untuk menyelesaikan masalah
dalam konteks masa depan dan saat ini. Pendekatan ini lebih praktikal daripada
Pendekatan Perilaku.
 

Sumber Referensi :
BMP ADPU4130/3SKS/PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA
https://www.beritasatu.com/nasional/485766/ini-enam-penyakit-birokrasi-di-indonesia
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/27/120000669/hubungan-pemerintah-pusat-
dan-pemerintah-daerah
https://brainly.co.id/tugas/25212373

Anda mungkin juga menyukai