Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH ASKEP

DIABETES MELITUS

DOSEN PEMIMBING:
NS. Danur Azissah roesliana Sofais, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh :

TUGAS KELOMPOK 7

1. Seprisen (20250025)
2. Yeka Anggraini (20250022)
3. Miftahul Jannah (20250046)

PROGRAM STUDI D3 KEPRAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, proposal dengan judul “perubahan persepsi sensori halusinasi
pendengaran ” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada Ibu NS. Dilfera Hermiati, S.Kep.,M. Kep selaku dosen mata kuliah
keperawatan jiwa, orang tua, teman-teman, dan seluruh pihak yang terlibat dalam membantu
terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah keperawatan jiwa. Selain itu
juga dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan. Kami berharap proposal
ini dapat menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajari pengaruh persepsi sensori.

Dalam proposal ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami butuhkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca padaumumnya

Bengkulu, 15 Desember 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR.................................................................................................

B. KONSEP ASKEP .................................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN ...................................................................................................

B. ANALISA DATA.................................................................................................

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS ....................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

      Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang  berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio dan spiritual yang
komprehensif serta ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.  Untuk mencapai hal tersebut
maka perlu adanya pengembangan tenaga keperawatan yang mampu mengikuti
perkembangan profesi keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi mempunyai otonomi dan dan keahlian serta pengawasan
terhadap pendidikan dan praktek keperawatan.  Keperawatan merupakan suatu proses
yang dilaksanakan dengan tindakan terarah, berorientasi kepada masalah dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan ilmiah dengan dilandasi etika profesi.  ( Dep Kes.
RI. 1991 : 4 )
      Diabetes Melitus tipe II juga disebut Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
( NIDDM ).  Angka kejadiannya paling sering dibandingkan dengan Diabetes Melitus
tipe I.  Hal ini dikarenakan pada Diabetes Melitus tipe II banyak disebabkan oleh
beberapa factor diantaranya yaitu adanya perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi
makanan sedangkan aktivitas fisik berkurang, sehingga menyebabkan kegemukan. 
Diabetes mellitus tipe II dengan adanya kegemukan dapat menimbulkan komplikasi lebih
lanjut terhadap berbagai organ tubuh diantaranya ginjal, mata, jantung koroner,
pembuluh darah kaki dan pembuluh darah otak.
      Bila dilihat dari permasalahannya klien dengan Diabetes Melitus memerlukan
pengobatan dan perawatan sedini mungkin dengan diet, latihan dan obat-obatan.  Pada
umumnya klien dengan Diabetes Melitus menjadi rentan terhadap infeksi, dan infeksi
yang timbul terjadi karena kesulitan untuk mengendalikan kadar glukosa darah dan
infeksi pada klien cenderung lebih berat.  Disamping itu partisifasi klien seperti
menjalankan program diet dengan baik, olahraga dengan teratur, disertai dengan
pengetahuan yang memadai  tentang penyakit Diabetes Melitus, akan sangat menunjang
dalam proses penyembuhan.  Untuk itu memerlukan tindakan keperawatan, baik berupa
perawatan maupun pencegahan komplikasi.  Dan ketidak epektifan kepatuhan
pengobatan memerlukan bimbingan dan penyuluhan yang epektif sehingga klien bisa
merubah gaya hidupnya dan mengikuti pengobatan dan perawatan lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.  Konsep dasar


1.  Pengertian
a.  Pengertian NIDDM /DM Tipe II
      Diabetes Melitus tipe II/ NIDDM adalah gangguan kronis yang ditandai dengan
metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau
secara relative kekurangan insulin.  ( Susan, M.T, 1998 )
      NIDDM ini terjadi pada usia matur atau pertengahan meskipun pada semua tahapan
usia dapat terjadi.  Disini factor lingkungan sangat berperan misalnya perubahan gaya
hidup dalam mengkonsumsi makanan sedangkan aktivitas berkurang sehingga
menyebabkan obesitas.
b. Pengertian Gangren
      Gangren adalah sebagai nekrosis koagulativa, biasanya disebabkan oleh tidak adanya
suplai darah, disertai pertumbuhan bakteri-bakteri suprafit.
Dengan demikian maka gangren timbul pada jaringan nekrotik yang terbuka terhadap
bakteri yang hidup.  Ini khususnya sering dijumpai pada ekstremitas. ( Sylvia A. 1993 :
23 )
      Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangrene NIDDM adalah kerusakan
makro vaskuler kejaringan akibat penyakit NIDDM yang tidak terkontrol.

2. Anatomi Pankreas

a.  Pengertian Pankreas


      Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang, strukturnya mirip dengan
kelenjar ludah dan terletak retroperitoneal dalam abdomen bagian atas.  Panjangnya +-15
cm mulai dari duodenum sampai limpa dan terdiri dari 3 bagian :
  Kepala pancreas yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen  dan
didalam lekukan duodenum yang paling praktis melingkarinya.
  Badan pancreas merupakan bagian utama pada organ itu, letaknya dibelakang lambung
dan didepan vertebra lumbalis pertama.
  Ekor pancreas adalah bagian yang runcing disebelah kiri yang sebenarnya menyentuh
limpa.
      Pankreas mendapat darah dari arteri-arteri lien dan hepar dan dari arteri mesentrika
superior, duktus permekulafikus bersatu dengan duktus koledukus dan masuk kedalam
duodenum diampula vateri pancreas.
      Pulau-pulau langerhans tersebar diseluruh pancreas dengan berat hanya 1-3% dari
berat total dengan jumlah semuanya diperkirakan antara 100.000 sampai 2.500.000 yang
terdiri dari 4 jenis sel yaitu :
   Sel-sel A ( Alfa ) jumlahnya sekitar 20-40 % yang mensekresi glukagon.
   Sel-sel B ( Beta ) jumlahnya sekitar 60-80 % yang mensekresi insulin.
   Sel-sel D ( Delta ) jumlahnya sekitar 1-15 % yang mensekresi somatostatin.
  Sel-sel F yang mensekresi poli peptida pancreas.
      Pankreas memiliki 2 fungsi yaitu :
  Fungsi Eksokrin
Pankreas berfungsi untuk mensekresi enzim-enzim pencernaan melalui saluran ke
duodenum.
  Fungsi Endokrin
Pankreas berfungsi untuk mengatur system melalui mekanisme pemgaturan gula darah
antara lain hormone insulin, glukogen, somatostatin.
1)      Insulin
      Insulin adalah hormone yang dihasilkan oleh sel beta pancreas yang berfungsi dalam
mentranspor glukosa melewati sel.
Pengaruhnya yang lain adalah mengubah permeabilitas membrane sel untuk
mempermudah pemasukan glukosa, asam lemak bebas dan asam amino.
Insulin juga berperan sebagai katalisator untuk menstimulasi enzim-enzim dan proses
kimia dalam memproduksi energi.  Kekurangan ansulin akan menghambat transport
glukosa, sehingga glukosa tidak bisa melewati membrane sel akibatnya glukosa banyak
terdapat pada darah dan terjadi hiperglikemi.  Akibat hiperglikemi maka osmolalitas
plasma meningkat timbul osmotic diuretic sehingga terjadi poliuri, bila hal ini terus
terjadi akan menimbulkan dehidrasi dan hipovolemi akibatnya timbul gejala polidipsi. 
Akibat lain dari glukosa yang tidak bisa melewati membrane sel.
2)      Glukagon
      Glukagon adalah suatu hormone yang disekresi olleh sel-sel dipulau langerhans. 
Prinsip kerja glukagon bersifat glukogenolitik, gliko genolisis dan lipolisis meningkatkan
gula darah dengan merangsang saluran sekresi dalam sel-sel hati.  Adenilar sukorase
cenderung mengaktifkan pemecahan fasfalirase, oleh karena itu dapat mengakibatkan
pemecahan glikogen, glukagon juga merangsang sekresi growth hormone, dan
somatostatin pancreas.
3. Pengertian metabolisme
      Metabolisme adalah merupakan bagian akhir dari penggunaan zat makanan dalam
tubuh.  Proses metabolisme meliputi semua perubahan secara kimia yang dialami nutrisi
mulai dari absorbsi sampai dieksresikan oleh tubuh.  ( Barbara KOzier, Fundamental of
Nursing Consept and prosedur )
      Reaksi insulin terhadap metabolisme dalam tubuh manusia terhadap karbohidrat,
lipid dan protein adalah :
a.       Metabolisme karbohidrat
            Efek insulin atas metabolisme karbohidrat segera setelah banyak karbohidrat,
glukosa yang diabsorbsi kedalam darah menyebabkan sekresi insulin yang cepat.
Sebaliknya insulin menyebabkan ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa yang
cepat oleh hampir semua jaringan tubuh, tetapi terutama oleh liper, otot dan jaringan
lemak.
            Mekanisme insulin menyebabkan ambilan dan penyimpanan glukosa didalam
hati, meliputi beberapa langkah :
  Insulin yang menghambat fasforilase enzim yang menyebabkan glukogen hati dipecah
menjadi glukosa.
 Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah sel-sel hati, ini terjadi dengan
meningkatkan aktivitas enzim glukokinase, yaitu enzim yang menywebabkan fasfarilase
awal glukosa setelah berdifusi kedalam sel-sel hati, karena glukosa yang telah
terfasforilase tidak dapat berdifusi kembali melalui membrane sel.
 Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim yang meningkatkan sintesa glikagon.
b.      Metabolisme lemak
            Dalam metabolisme lemak insulin meningkatkan sintesa asam lemak, ini terjadi
didalam sel hati dan kemudian asam lemak di transper keadifosa dan disimpan,
sedangkan sebagian kecil disintesa didalam sel lemak itu sendiri, sedangkan factor yang
menyebabkan peningkatan sintesa asam lemak didalam hati meliputi :
  Insulin menghambat kerja lipase yang sensitive hormone, karena ia merupakan enzim
yang menyebabkan hidrolisis trigliserida didalam sel lemak sehingga pelepasan sel
lemak kedalam yang bersinkronisasi terhambat. 
  Insulin meningkatkan transper kedalam sel-sel lemak dan jalan yang sama seperti ia
meningkatkan transport glukosa kedalam sel-sel otot.  Sehingga bila insulin tak tersedia
untuk meninggalkan masukan glukosa kedalam sel-sel lemak, maka penyimpanan sangat
terhambat.
c.       Metabolisme protein
            Selama beberapa jam setelah makan bila tersedia zat-zat gizi dalam jumlah
berlebihan didalam darah yang bersirkulasi, tak hanya karbohidrat dan lemak, tetapi
protein juga disimpan didalam jaringan.  Beberapa fakta yang diketahui adalah :
  Insulin menyebabkan transport aktif banyak asam amino kedalam sel-sel, jadi  insulin
bersama hormone pertumbuhan mempunyai kesanggupan meningkatkan ambilan asam
amino kedalam sel-sel.
  Insulin langsung mempengaruhi ribosom untuk meningkatkan translasi messenger RNA. 
Jadi pembentukan protein baru.
  Dalam jangka lebih lama insulin juga meningkatkan kecepatan transkipsi DNA didalam
nucleolus sel, jadi meningkatkan jumlah RNA.
  Insulin juga menghambat katabolisme protein, jadi menurunkan kecepayan pelepasan
asam anino dari sel-sel terutama sel otot.
  Didalam sel hati, jumlah besar insulin menekan kecepatan glukoneogenesis dengan
menurunkan aktivitas enzim yang meningkatkan glukoneogenesis.  Karena zat yang
terbanyak digunakan untuk sintesis glukosa dengan proses glukoneogenesis adalah asam
amino plasma, maka supresi glukoneogenesis itu menghemat asam amino.
3. Anatomi Tulang Tibia
a. Tulang Tibia

Tulang adalah suatu jaringan yang membentuk yang menghasilakn sel-sel darah merah
dan menyediakan mineral, partikel kalsium dan posfor.  ( Tompson  1993 : 349 )
Sedangkan tulang tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama dari tungkai
bawah dan terletak medial dari fibula, tulang tibia terdiri dari :
      Ujung atas
Ujung atas akan  memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral.  Kondil-
kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang.  Permukaan
superiornya memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam
formasi sendi lutut.  Permukaan permukaan tersebut halus dan diatas permukaannya yang
datar terdapat tulang rawan semilunar ( setengah bulan ) yang membuat persendian lebih
dalam untuk penerimaan kondil femur.  KOndil lateral memperlihatkan posterior sebuah
faset untuk persendian dengan kepala fibula pada sendi tibi fibular superior tuberkel dan
tibia ada disebelah depan tepat dibawah kondil-kondil ini, bagian depan memberi kaitan
kepada tendon patella yaitu tendon dari insersi otot ekstensor kwardisep.  Bagian bawah
dari tuberkel itu adalah subkutanus dan sewaktu berlutut menyangga berat badan.
4. Etiologi
            Etiologi Diabetes Melitus belum ditemukan secara pasti karena disebabkan oleh
berbagai factor.
Diabetes Melitus dapat dibagi kedalam 2 golongan besar, yaitu :
a.       Faktor genetic
1.  Kembar identik
2.  Faktor genetic
b.  Faktor non genetic
  Infeksi
  Nutrisi
  Stress
  Obat-obatan
  Penyakit endokrin ( hormone )
  Penyakit-penyakit pankreas
            Selain hal tersebut diatas, penyebab Diabetes Melitus dapat digabungkan dari
kedua kelompok yang keduanya memperkuat Diabetes mellitus.
5. Patofisiologi
            Kelainan metabolic yang terjadi pada obesitas tampaknya berhubungan dengan
besarnya lapisan lemak dan semua gangguan metabolic yaitu penambahan lapisan lemak
yang dapat menjadi normal dengan pengurangan berat badan.
            Obesitas lebih banyak menyebabkan NIDDM daripada IDDM sebagian penderita
berusia 45 tahun dan sekitar 15 % pada awal diagnosa ditemukan dalam keadaan gemuk,
tetapi kemudian akan mengalami penurunan berat badan.
            Kegemukan merupakan keadaan dimana intake kalori berlebih dan sebagian
besar membentuk lemak, sehingga terjadi defisiensi karbohidrat karena terjadi gangguan
konvensi lemak pada membrane sel sehingga mengganggu transport glukosa dan
menimbulkan kerusakan atau efek selular, yang kemudian menghambat metabolisme
glukosa intrasel, gangguan tersebut terjadi pula pada membrane sel dimana terletak
reseptor insulin bekerja, jika gangguan ini terjadi pada sel-sel pancreas maka akan terjadi
hambatan atau penurunan kemampuan menghasilkan insulin sehingga terjadi defisiensi
insulin.
            Jika metabolisme terganggu maka daya tahan tubuh terhadap factor luar seperti
infeksi, terutama adanya odeme gesekan dan tekanan menurun sehingga mudah terjadi
luka atau gangguan integritas kulit bisa disebabkan oleh penumpukan sorbital,
penumpukan sorbital mengakibatkan kerusakan dan perubahan fungsi syaraf sehingga
terjadi penurunan sensasi seperti baal-baal atau kesemutan.  Hal tersebut menyebabkan
trauma, tidak terasa nyeri baik mekanis, termis atau kimiawi.
            Defisiensi insulin menyebabkan terjadinya pemecahan lemak bebas dalam
peredaran darah dan bila hati tidak bisa mengabsorbsi lemak bebas maka akan
membentuk benda-benda keton.  Selain itu dari pemecahan lemak dapat terjadi
peningkatan BUN dan formasi glukosa baru.  Formasi glukosa baru menyebabkan
terjadinya hiperglikemi.
            Defisiensi insulin menyebabkan pemecahan glikogen menjadi glukosa, sehingga
terjadi hiperglikemi terjadi peningkatan viskositas darah keperifer kekurangan oksigen
dan nutrisi, hal tersebut menyebabkan metabolisme terganggu.  Hiperglikemi
menyebabkan diuresis osmosis sehingga terjadi insufisiensi ginjal menimbulkan
hiperosmolalitas berat dan terjadi dehidrasi intra selular.  Selain itu diuresis osmotic
dapat menyebabkan hipoksia jaringan tersebut dan bisa menimbulkan terjadinya koma. 
Kalau hiperglikeminya parah dan melebihi ambang ginjal bagi zat tersebut, maka terjadi
glukosuria, glukosuria ini dapat mengakibatkan diuresis osmotic yang meningkatkan
pengeluaran urine ( poliuria ) dan timbul rasa haus ( polidipsi ) karena glukosa hilang
bersama urine.  Maka pasien memderita keseimbangan kalori negative dan berat badan
berkurang, rasa lapar yang semakin besar ( poliphagia ) mungkin akan timbul sebagai
akibat kehilangan kalori.  Klien lemah dan mengantuk.  Infeksi saluran kemih paling
sering penyebabnya adalah E. Coli dan streptokokus sedangkan jamur pathogen adalah
kandida.  Infeksi denagn jamur mungkin disebabkan oleh konsentrasi glukosa  urine
yang pekat.  Neurogenik blader akibat neuropati menyebabkan sisa urine dalam kandung
kemih yang merupakan penyebab infeksi, diperlukan kateterisasi dan menyebabkan
gangguan pola eliminasi BAK.
Berkurangnya ambilan asam amino oleh sel meningkatkan glukoneogenesis sehingga
terjadi hiperglikemi, therapy insulin yang tidak adekuat terhadap intake nutrisi
menyebabkan peningkatan kerja insulin dengan mengikatkan dirinya pada reseptor-
reseptor permukaan sel tertentu terjadi reaksi interseluler yang meningkatkan transport
glukosa menembus membrane sel, hal ini menyebbakan terjadinya hipoglikemi. 
Peningkatan kadar glukosa darah akan mengakibatkan penumpukan sorbitol dan lemak
pada tunika intima, sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan.  Jika hal ini
terjadi maka suplai O2 dan nutrisi akan berkurang kejaringan dan terjadilah infark pada
jaringan yang dituju, apabila mengenai pembuluh darah periper akan menimbulkan efek
penurunan sensasi sehingga akan terjadi gangrene ekstremitas bila terjadi trauma.
6. Dampak Defisiensi Insulin terhadap system tubuh
            Defisiensi insulin mempengaruhi metabolisme tubuh yang berdampak terhadap
system tubuh yaitu :
a.  Dampak terhadap fisik
1)      Sistem endokrin
            Defisiensi insulin menyebabkan kegagalan dalam pemasukan nutrisi kejaringan
sehingga swell-sel kekurangan glukosa yang menimbulkan :
a.  Sel kekurangan glukosa untuk proses metabolisme dan penurunan penggunaan dan
aktivitas gluosa dalam sel akan merangsang pusat lapar
b.  Penurunan penggunaan protein dan glukosa oleh jaringan sehingga menyebabkan
penurunan berat badan
c.  Pembongkaran lemak dan cadangan protein untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
proses ini menghasilkan benda-benda keton yang disebabkan hati yang tidak mampu
menetralisir lemak.  Penumpukan asam lemak ini akan mengiritasi memperoleh
peningkatan sekresi asam lambung sehingga menimbulkan gangguan system ini
berdampak terhadap gangguan kebutuhan nutrisi
2 )  Sistem Kardiovaskuler
            Peningkatan kadar glukosa darah akan mengakibatkan penumpukan sorbitol dan
lemak pada tunika intima sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan.  Jika hal
ini terjadi maka suplai O2  dan nutrisi akan berkurang kejaringan dan terjadilah infark
pada jaringan yang dituju, apabila mengenai pembuluh darah perifer akan menimbulkan
efek penurunan sensasi sehingga akan terjadi gangrene ekstremitas bila terjadi trauma. 
Dan jika terjadi pada arteri jantung akan menyebabkan angina pectoris dan akut miokard
imfark.
3 )  Sistem pencernaan
            Defisiensi insulin menyebabkan kegagalan dalam pemasukan glukosa kejaringan
sehingga sel-sel kekurangan glukosa.  Proses kekurangan glukosa intra sel
menimbulkan :
  Peningkatan penggunan protein dan glukogen oleh jaringan sehingga menyebabkan
penurunan berat badan.
  Pembongkaran lemak dan cadangan protein untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. 
Hal ini akan diperberat oleh peningkatan sekresi asam lambung sehingga menimbulkan
perasaan mual, muntah.
  Peningkatan transport glukosa untuk proses metabolisme.  Penurunan penggunaan dan
aktivitas glukosa dalam sel akan merangsang pusat makan dibagian lateral
hypothalamus, sehingga timbul peningkatan perasaan lapar ( poliphagi )
4 )  Sistem perkemihan
            Kekurangan pemasukan glukosa kedalam sel menyebabkan peningkatan volume
extra sel sehingga terjadi peningkatan osmolalitas sel yang akan merangsang
hypothalamus untuk mengsekresikan ADH dan merangsang pusat haus di bagian lateral. 
Pada fase ini klien akan merasakan haus dan penurunan produksi urine sehingga volume
cairan extra sel bertambah.  Peningkatan volume cairan akan menyebabkan konsentrasi
extra sel menurun sehingga cairan intra sel menurun.  Penurunan volume intra sel
merangsang volume reseptor diHipothalamus untuk menekan sekresi ADH sehingga
terjadi peningkatan kadar gula darah melebihi ambang ginjal.  Diuresis osmotic akan
mempercepat pengisian vesika urinaria sehingga merangsang keinginan berkemih
( poliuri ) dan kondisi ini bertambah pada mlam hari karena terjadi vasokonstriksi akibat
penurunan suhu sehingga timbul nokturi.  Selain itu gangguan system perkemihan juga
terjadi akibat adanya kerusakan ginjal ( netropati ) hal ini disebabkan adanya penurunan
perfusi kedaerah ginjal.
Gangguan ini dapat berdampak :
  Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
  Gangguan pola eliminasi BAK
  Perubahan pola istirahat tidur
5 )  Sistem Muskuloskeletal
            Defisiensi insulin menghambat transportasi glukosa kesel-sel dalam jaringan
tubuh yang menyebabkan sel kelaparan dan terjadi peningkatan glukosa dalam darah
menyebabkan hambatan dalam perfusi ke jaringan yang mengakibatkan jaringan kurang
mendapat O2 dan nutrisi.
Penurunan transport glukosa kesel dan penurunan O2 dan nutrisi kesel menyebabkan sel
kekurangan bahan untuk metabolisme sehingga energi yang dihasilkan berkurang yang
berdampak timbulnya kelemahan.  Selain itu defisiensi insulin menyebabkan penurunan 
jumlah sintesa glikogen dalam otot serta peningkatan metabolisme protein yang berguna
untuk pertumbuhan sel-sel tubuh.
Dampak terhadap kebutuhan dasar manusia :
      Gangguan pemenuhan aktivitas
      Resiko terjadi kecelakaan
6 )  Sistem Integumen
            Defisiensi insulin dapat berdampak pada integritas kulit yang bisa disebabkan
oleh neuropati diabetes dan angiopati diabetes ,  angiopati diabetes akan menyebabkan
peurunan sensasi sehingga pengontrolan terhadap trauma mekanis, termis dan kimia
menurun, hal ini akan memudahkan terkena luka yang mengancam keutuhan kulit
sedangkan teori yang lain mendasari kerusakan kulit adanya kerusakan membrane basalis
yang terjadi akibat adanya penumpukan endapan lipoprotein sehingga menyebabkan
kebocoran protein dan butir-butir darah.
Pertahanan dan perfusi jaringan menurun dengan akibat kulit mudah infeksi, luka sukar
sembuh, mudah selulit gangrene.  Dampaknya :
  Gangguan rasa nyaman nyeri dan gatal
  Gangguan integritas kulit
  Gangguan konsep diri
7 . Sistem Persyarafan
            Defisiensi insulin menumbulkan hambatan, pemasukan glukosa kedalam sel
termasuk sel-sel syaraf, sehingga mengganggu proses metabolisme sel syaraf.  Akibat
kekurangan glukosa sebagai bahan metabolisme maka sel akan menggunakan cadangan
protein.  Hal ini mengakibatkan sel kekurangan protein, akan mempengaruhi
pembentukan myelin yang berfungsi untuk menghantarkan impuls pada akson, selain itu
akan menyebabkan kerusakan akson tidak dapat mengantarkan impuls dengan sempurna
selain kekurangan protein, kegagalan metabolisme sel saraf dapat menyebabkan
hambatan dalam konduksi saraf dan polarisasi membrane akibat penurunan ATP. 
Perubahan-perubahan diatas menyebabkan gangguan polineropatik perifer yang ditandai
kurangnya sensasi apda ujung-ujung ekstremitas bawah.
Dampaknya :
  Potensial terjadi kecelakaan
  Resiko terjadi infeksi
8.  Sistem Reproduksi
            Defisiensi insulin dapat menyebabkan terjadinya impotensi pada laki-laki dan
penurunan libido pada wanita.  Hal ini disebabkan oleh adanya hambatan pengikatan
ekstra diar pada gugus protein akibat kegagalan metabolisme protein.  Pada wanita sering
juga terdapat keluhan keputihan disebabkan infeksi kandida.
Dampaknya :
  Gangguan pemenuhan kebutuhan seksual
9 )  Sistem Pancaindra
            Hiperglikemi akan mengakibatkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu yang dapat mentranspor glikosa tanpa memerlukan insulin, glukosa
yang berlebihan ini tidak bermetabolisme habis secara normal melalui glukolisis tetapi
sebagian dengan pertolongan enzim aldose reduktase atau diubah menjadi sorbitol. 
Sorbitol akan bertumpuk dalam jaringan / sel tersebut, sehingga menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi.  Teori ini mendasari kelainan diabetes mellitus pada mata dengan
adanya retinopati, selain itu pada penderita DM bisa ditemukan adanya katarak, hal ini
disebabkan pengendapan lipoprotein pada lensa mata, kelainan ini berdampak :
  Gangguan penurunan sensori ; penglihatan
  Resiko terhadap cedera
b.      Dampak terhadap psikologis
      Klien yang mengalami defisiensi yang kronik akan mempengaruhi psikologisnya,
respon psikologis bervariasi tergantung koping yang dimiliki klien.  Umumnya klien
merasa bosan denagn program pengobatan yang lama serta harus menyesuaikan denagn
pembatasan- pembatasan makanan yang diberikan.
c.       Dampak terhadap social
      Dari keterbatasan makanan, kelemahan tubuhnya dalam melaksanakan aktivitas dan
penampilan keadaan tubuhnya pada klien dengan gangguan defisiensi ini akan
mengakibatkan klien untuk menarik diri dan mengurangi interaksi social.
d.      Dampak terhadap Spiritual
      Pada klien yang mengalami DM akan merasa bosan pada program pengobatan dan
pembatasan makanan yang diberikan serta ketidak berdayaan akibat kelemahan tubuhnya
maka dapat mengakibatkan klien menjadi putus asa tidak semangat untuk hidup.

B.  Konsep Asuhan Keperawatan


1.  Pengkajian
            Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik,
mental, social dan lingkungan ( Nasrul Efendi 1995 : 19 )
Langkah- langkah pengkajian meliputi :
a.       Pengumpulan data
1 )  Identitas
a)  Identitas klien yaitu :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, status marital,
nomor medrek, tanggal masuk RS dan alamat.
b)   Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien.
2)  Riwayat kesehatan
a)  Keluhan utama yang sering dirasakan pada klien dengan gangguan kebutuhan
metabolisme akan didapatkan keluhan sering kencing, banyak minum, berat badan
menurun, badan terasa lemah

b.      Riwayat kesehatan sekarang


Kaji tentang proses perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan, factor apa yang
memperberat dan memperingan keluhan, kwalitas dari keluhan dan bagaimana cara klien
menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semuanya digambarkan
dengan PQRST.
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya dengan penyakit
keturunan serta kebiasaan gaya hidup, misalnya pola makan.
d.  Riwayat kesehatan keluarga
      Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien

3)  Pemeriksaan fisik


a.  Sistem pencernaan
Pada umumnya respirasi normal kecuali bila terjadi ketoasidosis dan akan didapat irama
nafas dalam, cepat dan berbau acetone
b.   Sistem kardiovaskular
Pada kondisi tertentu dapat ditemukan riwayat hipertensi, terdapat luka pada kaki,
penyembuhan lambat, perubahan tekanan darah, tachikardi, tekanan vena jugularis
meningkat, terjadi atherosclerosis yang dapat terbentuk baik pembuluh darah besar
maupun kecil.
c.   Sistem pencernaan
Biasanya ditemukan perasaan mual, konstipasi, atau banyak makan karena merasa lapar,
banyak minum karena penurunan berat badan.
d.   Sistem perkemihan
Pada kondisi tertentu adanya perubahan pola BAK, perut tegang / adanya diare, urine
pekat, urine keruh dan berbau aseton.
e.   Sistem endokrin
Pada umumnya akan didapatkan perubahan pada bentuk muka ( moon face ) kelenjar
tyroid membesar, cepat lelah, hasil laboratorium gula darah meningkat.
f.   Sistem muskuloskeletal
Pada kondisi tertentu dapat ditemukan adanya rasa lemas, letih, kesulitan dalam
pergerakan, kram otot, penurunan tonus otot yang mengakibatkan sulit melakukan
aktivitas dan adanya luka pada kaki.
g.   Sistem integumen
Akan didapatkan keluhan gatal-gatal, turgor menurun, lecet atau luka, warna kulit
menjadi hitam, adanya penurunan suhu tubuh, kulit kering.
4 )  Data psikososial
Pengkajian perlu diarahkan pada tanggapan klien terhadap penyakitnya, apakah ada
perasaan khawatir, cemas, takut juga konsep diri atau body image serta bagaimana
sosialisasi dengan lingkungannya.
5 )  Data spiritual
Bagaimana pandangan klien atau keyakinan klien terhadap sakit / penyakit yang
dideritanya diakitkan dengan kepercayaan agama yang dianut dan bagaiman a ketaatan
klien untuk menjalankan kewajibannya pada agama selama sakit.
6 )  Pemeriksaan diagnostic
Pada penemuan data laboratorium akan didapatkan adanya :
  Gula darah meningkat 100-200 mg /dl
  Aseton plasma ( keton ) 1 : positif secara mencolok
  Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol mengalami peningkatan
  Elektrolit :
Natrium                 :  mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium                  :  normal atau peningkatan
Trombosit              :  hematokrit mungkin meningkat ( dehidrasi )
Ureum / kreatinin  :  meningkat / normal

2. Diagnosa keperawatan dan Rencana keperawatan


            Diagnosa keperawatan adalah hasil kesimpulan berdasarkan data yang telah
disimpulkan dengan respon klien terhadap masalah yang dihadapi.
Perencanaan adalah kegiatan yang direncanakan perawat dalam membantu klien
memecahkan masalah yang dihadapinya.  Dimana perencanaan terdiri dari tujuan,
intervensi dan rasional.
            Berikut ini beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
dengan gangguan system endokrin berhubungan dengan defisiensi insulin.
a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan :
  Diuresis osmotik ( dari hiperglikemi )
  Kehilangan gastric berlebihan : diare, muntah
Tujuan
1 )  Jangka panjang : diharapkan hidrasi klien adekuat
2 )  Jangka pendek :  diharapkan intake dan output seimbang
Kriteria evaluasi : hidrasi adekuat, dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dappat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluan urine tepat secara individu dan
kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
  Dapatkan riwayat klien orang   Membantu dalam memperkirakan
terdekat sehubungan dengan kekurangan volume total.  Tanda dan
lamanya / intensitas dari gejala seperti gejala mungkin sudah ada pada
muntah, pengeluaran urine yang beberapa waktu sebelumnya
sangat berlebihan
  Pantau tanda-tanda vital, catat ada   Hipovolemi dapat dimanifestasikan
perubahan ortostatik oleh hiotensi dan tachikardi
  Pantau pola nafas seperti adanya   Paru-paru mengeluarkan asam karbonat
pernafasan kusmaul atau pernafasan melalui pernafasan yang menghasilkan
yang berbau keton kompensasi alkalosis
  Frekwensi dan kwalitas pernafasan   Koreksi hiperglikemi dan asidois akan
penggunaan otot Bantu pernafasan menyebabkan pola dan frekwensi
dan adanya periode apnoe dan pernafasan mendekati normal
munculnya sianosis
  Observasi suhu, warna kulit atau   Meskipun demam, menggigil dan
kelembabannya diaporesis merupakan hal umum
terjadinya infeksi, demam dengan kulit
kemerahan, kering mungkin sebagai
cerminan dari dehidrasi
  Kolaborasi therapy cairan sesuai   Tipe dan jumlah cairan tergantung pada
dengan indikasi derajat kekurangan caran dan respon
pasien secara individual
  Pantau pemasukan dan catat berat   Memberikan perkiraan kebutuhan akan
jenis urine cairan pengganti fungsi ginjal dan
keefektivan dan therapy yang
diberikan
  Catat hal-hal seperti mual, nyeri   Kekurangan cairan dan elektrolit
abdomen, muntah dan distensi mengubah motilitas lambung yang
lambung seringkali akan menimbulkan muntah
dan secara potensial akan
menimbulkan kekurangan cairan atau
elektrolit
b.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :
  Ketidak cukupan insulin ( penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan
mengakibatkan  peningakatan metabolisme protein / lemak.
   Penurunan masukan oral, anoreksia, mual munatah, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan kesadaran.
Tujuan :
1 )  Jangka panjang : kebutuhan nutrisi terpenuhi
2 )  Jangka pendek :  Asupan nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi : - mencerna jumlah kalori nutrisi yang tepat
                              - Nilai pemeriksaan laboratorium normal
                              - Menunjukkan tingkat energi biasanya

Intervensi Rasional
  Timbang BB setiap hari atau sesuai   Mengkaji pemasukan makanan yang
indikasi adekuat
  Tentkan program diet dan pola makan   Mengidentifikasi kekurangan dan
pasien dan bandingkan dengan yang penyimpanan dari kebutuhan
dapat dihabiskan pasien therapeutic
  Libatkan keluarga klien pada   Memberikan informasi pada keluarga
perencanaaan makan sesuai indikasi untuk memahami kebutuhan nutrisi
klien
  Observasi tanda-tanda hipoglikemi   Karena metabolisme karbohidrat mulai
seperti perubahan tingkat kesadaran, terjadi, gula darah akan berkurang
kulit lembab atau dingin, denyut nadi Sangat bermanfaat dalam perhitungan
cepat, lapar, peka rangsang dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi sementara insulin
tetap diberikan sehingga hipoglikemi
dapat terjadi
  Berikan therapy insulin secara teratur   Insulin regular memiliki awitan cepat
dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memisahkan glukosa
kedalam sel.
  Pantau pemeriksaan laboratorium   Gula darah akan menurun perlahan
seperti : glukosa darah, aseton, pH dengan penggantian cairan dan therapy
dan HCO3 insulin terkontrol
  Lakukan konsultasi dengan ahli gizi   Sangat bermanfaat dalam perhitungan
dan penyesuian diet untuk memenuhi
kebutuhsn nutrisi

c.       Kelelahan berhubungan dengan


         Penurunana produksi energi metabulik
         Perubahan kimia darah, insupisiensi insulin
         Peningkanan kebutuhan energi ; status hipermetabolik infeksi

Tujuan
1) Jangka panjang       :  Klien lebih segar
2) Jangka pendek        : Klien mampu memperlihatkan kemampuan untuk ikut    serta
dalam aktifitas
Kriteria evaluasi
         Mengungkapkan peningkatan energi
         Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang
diinginkan
INTERVENSI RASIONAL
  Diskusikan dengan klien kebutuhan   Pendidikan dapat memberikan
akan aktivitas buat jadwal motivasi untuk meningkatkan tingkat
perencanaan dengan klien dan aktifitas meskipun pasien mungkin
identifikasikan aktivitas yang sangat lemah
menimbulkan kelelahan   Mencegah kelelahan yang berlebihan
  Berikan aktivitras alternatif dengan
periode istirahat yang cukup tanpa
gangguan   Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang
  Pantau nadi, frekuensi peernapasan dapat ditoleransi secara fisiologis
dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktifitas   Klien akan lebih banyak melakukan
  Diskusikan dengan cara menghemat kegiatan dengan penurunana
kalori selama mandi, berpindah kebutuhan akan energi pada setiap
tampat dan sebagainya kegiatan
  Meningkatkan kepercayaaan diri yang
  Tingkatkan partisipasi klien dalam positif sesauai dengan tingkat aktivitas
melukan aktivitas sehari-hari sesuai yang dapat ditoleransi
dengan yang dapat ditoleransi

d.      Perubahan sensasi-perseptual  (uraian) resiko tinggio terhadap


            Perubahan kimia endogen ; ketidak seimbangan glukosa/insulin dan atau
elektrolit

Tujuan
1) Jangka panjang       :   Kecelakaan pada klien dapat dihindari
2) Jangka pendek        :   Klien mampu mencapai tingkat/status mental biasa atau normal
Kriteria evaluasi ;
         Mempertahankan tingkat mental biasanya
         Mengenal dan mengkompensasika adanya kerusakan sensori

INTERVENSI RASIONAL
  Pantau tanda-tanda vital dan status   Sebagai dasar untuk membandingkan
mental temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi fungsi
mental
  Pelihara aktivitas nutrisi klien   Membantu memelihara klien tetap
sekonsisten mungkin dorong unutkj berhubungan dengan realitas dan
melakukan sehari-hari sesuai mempertahankan orientasi pada
kemampuannya lingkungan
  Selidiki adanya keluhan parestesia   Neuropati perifer dapat mengakibatkan
nyeri atau kehilangan sensorik pada rasa tidak nyaman yang berat,
paha/kaki kelihangan sensasi sentuhan distorsi
mempunyai resiko tinggi terhadap
kerusakan kulit dan gangguan
keseimbangan
  Lihat adanya ulkus, tempat-tempat   Meningklatkan rasa nyaman dan
tertekan denyut nadiperiter kemungkiana kulit karena panas
  Berikan tempat tidur yang lembut,   Meningtkatkan rasa nyaman dan
pelihara kehangatan kaki, tangan, menurunkan kemungkinan kerusakan
hindari terpajan terhadap air panas kulit karena panas
atau dingin atau penggunaan
bantalan/pemanas
  Bantu klien dalam ambulasi atau   Meningkatkan keamanan klien
perubahan posisi terutama kekika kesimbangan
  Pantau nilai laboratorium seperti ; dipengaruhi
glukosa darah, osmolalitas darah,   Kesimbangan nilai laboratorium dapat
hemoglobin, ureum, kreatinin menilai fungsi mental

e.       Ketidak berdayaan berhubungan dengan


  Penyakit jangka panjang
  Ketergantungan pada orang lain
Tujuan
1) Jangka panjang          : Klien mendemontrasikan kemajuan kearah penerimaan diri
dalam situasi yang ada
2) Jangka pendek           : Klien mampu mengungkapkan pernyataan positif tentang
dirinya
Kriteria eavaluasi
         Mengalami putus asa
         Mengidentifikasikan cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan
         Membantu dalam merencanakan perawatan sendiri dan secara mandiri mengambil
tanggung jawab untuk aktivasi perawatan diri
INTERVENSI RASIONAL
  Anjurkan klien/keluarga untuk   Mengidentifikasi area perhatiannya
mengekpresikan perasaannya tentang cara  memudahakan memecehkan
perawatan di rumah sakit dan masalah
penyakitnya secara keseluruhan
  Akui normalitas dari perasaan   Pengenalan bahwa reaksi normal dapat
membentu klien untuk memecahkan
masalah dan mencari bantuan sesuai
kebutuhan
  Berikan kesempatan keluarga untuk   Menentukan perasaan terlibat dan
mengekpresikan perhatiannya dan memberikan kesempatan keluarga
diskusikan cara meraka membantu untuk membantu mencegah (kambuh
sepenuhnya terhadap klien penyakit) pada klien
  Tentukan tujuan/harapan dari klien   Harapan yang tidak realitis atau
atau keluarga adanya dari orang lain atau diri sendiri
dapat mengakibatkan perasaaan
frustasi
  Berikan dukungan kepada klien untuk   Meningakatkan perasaan kontrol
berperan diri sendiri dan berikan terhadap situasi
umpan balik aktif dengan usaha yang
dilakukan

f.       Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan


  Kurangnya pengetahuan tantang kondisi dan penetalaksanaan terapeutik
  Sistem pendukung kurang adekuat
Tujuan
1) Jangka panjang
Klien memperlihatkan keinginan untuk mematuhi rencana pemeliharaan di rumah sakit
sesuai dengan yang ditentukan
2) Jangka pendek
Klien mengetahui tentang kondisi pelaksanaan terapeutik
Kriteria evaluasi
         Pengertian tentang keadaan klien dan rencana perawatannya yang disampaikan
dengan lisan
         Melaksanakan keterampilan pemeliharaan kesehatan secara benar
         Mengerti tentang hubungan antara keadaan skit dan pengobatan yang disampaikan
secara lisan
         Mengungkapkan kepuasan dengan rencana pemeliharaan dirumah

INTERVENSI RASIONAL
  Pertahankan klien mendapat   Untuk mendorong klien terlibat dalam
informasi tentang hasil glukosa darah, melaksanakan tanggung jawab untuk
jelaskan makna hasil dalam hubunan perawatan diri
dengan terapi
  Ajarkan perawatan kaki yang tepat   Untuk mempertahankan integritas kulit
dan menurunkan resiko amputasi
  Bantu dalam perencanaan program   Untuk alasan yang tidak jelas latihan
latihan reguler yang dapat dengan memudahakan ambilan seluler dan
mudah dikerjakan dalam rutinitas glukosa sehingga menurunkan kadar
harian, jelaskan keuntungan dari glukosa darah,  juga memudahkan
latihan penurunan berat badan dan
menurunkan resiko arterosklerosis
  Hipoglikemi adalah masalah umum
  Tentukan tujuan harapan dari klien yang dapat diatasi berkenaan dengan
atau keluarga terapi insulin dan hipoglikemi oral,
dibiarkan tak teratasi dapat
menyebabkan kejang, koma dan
kematian
  Makin banyak klien memahami
  Jelaskan dasar gejala-gejala kondisi  mereka dan dapat
hipoglikemi akibat dari stimulasi mengantisipasi potensial masalah,
sistem syaraf simpatis dalam respon makin mungkin mereka memahami
terhadap penurunana glukosa adalah program terapeutik
sumber energi utama untuk otak   Untuk meminimalkan resiko episodr
  Ajarkan klien tentang faktor-faktor hipoglikemi
yang diketahui menyebabkan
hipoglikemi masukan makana tak
adekuat, kelebihan insulin,
menekankan pentingnya makan tiga
kali sehari

g.      Infeksi, resiko tinggi terhadap (sepsis) berhubunga dengan


  Kadar gluko tinggi penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi
  Infeksi pernafasan yang ada sebelumnya atau ISK
Tujuan
1) Jangka panjang       : Integritas kulit dapat dipertahankan
2) Jangka pendek
Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan dengan kriteria ;
o   Kulit yang mengalami lesi tetap bersih dan memperlihatkan tanda-tanda penyembuhan
o   Pasien/orang terdekat mempertahankan perawatan kulit yang tepat
o   Sirkulasi ke integumen adekuat
Kriteria evaluasi
         Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi
         Mendemontrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untukmmencegah terjadinya
infeksi
INTERVENSI RASIONAL
  Observasi tanda-tanda infeksi dan   Klien mungkin masuk dengan infeksi
peradangan seperti demam, yang biasanya telah mencetuskan
kemerahan, adanya pus pada luka, keadaan ketoasidosis atau dapat
sputum purulen, urine warna keruh mengalami infeksi nosokomial
atau berkabut   Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
  Tingkatkan upaya pencegah dengan menjadi media terbaik bagi
melakukan cuci tangan yang baik pertumbuhan kuman
pada semua orang yang berhubungan
dengan klien termasuk klien sendiri   Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
  Pertahankan tehnik aseptik pada akan menjadi media terbaik bagi
prosedur invasif, pemberian abat pertumbuhan kuman
intravenadan memberikan perawatan
pemeliharaan lakukan pengobatan
melalui IV sesuai indikasi   Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
  Berikan perawatan kulit dengan menempatkan klien pada peningkatkan
teratur dan sungguh-sungguh masase resiko terjadinya kerusakan  pada
daerah tulang tetap kering, linen dan kulit/iritasi kulit dan infeksi
tetap kencang   Menurunkan kemungkian terjadinya
  Anjurkan untuk makan dan minum infeksi, meningkatkan aliran urin
adekuat (pemasukan makanan dan untuk mencegah urine statis dan
cairan yang adekuat) kira-kira membantu dalam mempertahankan
3000ml/hari jika tidak ada kontra pH/keasaman urine yang menurunkan
indikasi pertumbuhan bakteri dan
mengeluarkan organisme dari sistem
organ tersebut
  Penangan awal dapat membantu
  Berikan obat antibiotik yang sesuai mencegah timbulnya sepsis
3. Pelaksanaan (implementasi)
            Implementasi merupakan kegiatan yang dilakukan perawatan atau klien dalam
mencegah penyakit atau komplikasi, meningkatkan, mempertahankan atau memperbaiki
kesehatannya.  Kegiatan pelaksanaan meliputi ;
a.       Melakukan aktivitas langsung klien
b.      Membantu klien untuk melakukan aktivitas
c.       Mensupervisi klien / keluarga ketika melakukan aktivitas sendiri
d.      Memberikan konseling pada klien/ keluarga dalam menentukan pilihannya mencari,
menggunakan sumber-sumber yang tersedia
e.       Mengajarkan klien atau mengkaji keluarga tentang perawatan kesehatan
f.       Membantu atau mengkaji adanya komplikasi dari penyakit
4. Evaluasi
            Selam tahap ini akan ditentukan perencanaan yang telah ditetapka berhasil baik. 
Dinilai berhasil apabila tujuan dan perancanaan telah tercapai, disamping itu juga
membantu untuk memperbaiki perencanaan tujuan dan mengkaji faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi perencanaan, tujuan dan kriteria.
                
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1.  Pengumpulan data
a.   Identitas klien
Nama                                 :  Ny I
Umur                                 :  60 tahun
Jenis kelamin                     :   Perempuan
Status                                :   Kawin
Agama                               :   Islam
Pendidikan                        :   SD
Suku                                  :   Sunda / Indonesia
Tanggal masuk                  :   5 Desember 2003
Tanggal pengkajian           :   10 Desember 2003
No. medrek                       :   0321088
Dioagnosa medis               :   NIDDM dengan gangren pedis sinestra
Alamat                              :   Kp Ibun no 35 Paseh Majalaya
b. Identitas penanggung jawab
Nama                                 :  Tn. A
Umur                                 :   30 tahun
Jenis kelamin                     :   Laki-laki
Status                                :   Kawin
Pendidikan                        :   SMA
Pekerjaan                           :   Swasta
Agama                               :   Islam
Hubungan dengan klien    : Anak
Alamat                              :  sda

2. Riwayat kesehatan
a.  Keluhan utama
     Klien mengeluh badan lemes disertai mual,muntah dan pusing
             b.  Riwayat kesehatan sekarang
Sejak ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit klien merasa timbul luka pada kaki
kiri yang telah di amputasi, kulit berwarna kemerahan dan nyeri dari luka keluar nanah. 
Kemudian klien berobat ke rumah sakit Hasan Sadikin lalu diberi obat cepril 2 x 500 mg
dan BC 2x 1 tab.  Tapi luka tidak ada perubahan dan berbau, nanah bertambah sehingga
klien berobat lagi ke rumah sakit Hasan sadikin dan dianjurkan untuk di rawat.
Pada saat di kaji klien mengeluh luka tidak sembuh di daerah bekas operasi amputasi
pada kaki kiri.  Luka bernanah dan bau berkurang setelah dilakukan perawatan ganti
balutan, luka terlokalisasi di daerah ujung belakang daerah amputasi kaki kiri.  Adanya
luka membuat aktivitas klien terganggu
            c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan dirinya menderi kencing manis sejak tahun 1978 dan dinyatakan
menderitarhematik sejak tahun 1995, klien menjalani operasi amputasi kaki kiri pada
tahun 1999.  Klien sudah tiga kali dirawat dirumah sakit, terakhirbulan februari 2002
dengan penyakit yang sama.  Klien mengatakan selama menderiata kencing manis
makanannya tidak teratur, diet di lakukan bila gula darahnya tinggi.  Klien juga
mengatakan tidak melakukan pengobatan secara tidak teratur, hanya bila ada yang terasa
saja kllien mengkonsumsi obat-obatan tradisional/jamu.  Jamu hasil racikan sendiri
seperti mengkudu, klien juga suka menunda makan setelah di suntik insulin, tidak
langsung makan..
            d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut pengakuan klien di dalam keluargannya yang menderita kencing manis
adalah klien dan ibunya yang sudah meninggal.  Penyakit lainnya tidak ada.
           3.  Pemeriksaan  fisik
           a.  Sistem pernafasan
Hidung tamapk bersih, tidak terdapat secret, septum nasi berada di tengah, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung, bentuk dada tidak ada kelainan, tidak terdapat nyeri
takan, tidak terdapat benjolan, frekuensi nafas 25 x/menit, vokal premitus kiri dan kanan
sama, terdengar resonsn saat perkusi irama napas reguler, suara napas vesikuler tidar
terdapat suara tambahan seperti ronchi dan wheezing, tidak terdapat retraksi tambahan
otot-otot pernapasan
            b. Sistem  kardiovaskuler
Konjunctiva berwarna merah muda, tidak terdapat pemebesaran kelenjar getah
bening tidak sianosis, tidak terdapat distensi vena jugularis, palpasi nadi 80 x/menit,
tekanan darah 160/90 mmhg.  Bunyi jantung S1-S2 murni reguler tidak ada refil time
dalam 3 detik, klien mengeluh baal-baal pada ekstremitas, akral di kaki dingin.
            c. Sistem pencernaan
Sklera tidak iktetik, mulut bersih tidak berbau, bibir lembab, stomatis idak ada
lagiada, gigi sudah tidak utuh, keadaan bersih agak kekuningan, gusi tidak ada
perdarahan, tonsilk tidak meradang kemampuan mengunyah baik, kemampuan menelan
baik, napsu makan baik, bentuk abdomen datar lembut.  Bising usus 10 x/menit, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba masa pada abdomen hepar tidak membesar, porsi
makan habis diat 1500 kalori, berat badan sebelum sakit 65 kg, sesudah sakit 47 kg,
lingkar lengan atas 26 cm, klien terpasang infus martos 20 gtt/m perhasri, minum ± 1200
cc/hari
            d.  Sistem Persyarafan
Kesadaran composmentis, klien mampu berorientasi terhadap tempat, waktu dan
orang.  Klien dapat menjelaskan kejadian nmasa lalu sebelum dibawa ke RS.  Klien
dapat merasakan panas dan dingin pada ekstremitas bawah, sensasi sulit dirasakan, klien
mengatakan merasa baal – baal dan kesemutan.
            Nervus Kranial
  Nervus I ( Olfaktorius )
Fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau kayu putih dan baun kopi
  Nervus II ( Optikus )
Klien dapat membaca koran yang berhurup besar pada jarak ± 30 cm tanpa bantuan
kacamata
  Nervus III, IV, VI  ( Okulomotorius, Troklearis, Abdusen )
Pupil mengecil ketika terkena cahaya, ukuran pupil isokor 4 mm, bola mata dapat
digerakkan kekiri dan kekanan keatas dan kebawah, mata dapat memutar, lapang
pandang terbatas hanya pada sudut 120 0 ( kiri 30 0, kanan 30 0 )
  Nervus V ( Trigeminus )
Kemampuan untuk mengunyah baik
  Nervus VII ( fasialis )
Klien dapat tersenyum, mengerutkan kening, mengngkat alis dan merasakan rasa asin,
manis dan pahit
  Nervus VIII ( Auditorius )
Pendengaran klien baik terbukti klien dapat mendengarkan pertanyaan perawat dalam
jarak 15 cm
  Nervus IX dan X ( Glassofaringeus dan Vagus )
Ovula ada ditengah, reflek menelan dan mengecap baik
  Nervus XI ( Assesorius )
Klien dapat mengangkat kepala dan bahu
  Nervus XII ( Hipoglosus )
Posisi lidah simetris, lidah dapat digerakkan dengan bebas
             e.  Sistem Perkemihan
Keadaan bersih, tidak terpasang kateter, BAK lancar, warna urine kuning jernih,
jumlah urine ± 1600 cc / hari, ginjal tidak teraba, tidak terdapat distensi kandung kemih,
genitalia tampak bersih dan tidak ada sekret
            f.   Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas kanan dan kiri simetris, rentang gerak terganggu pada tangan kiri
terpasang infus, odema tidak ada, terdapat kontraktur pada jari-jari tangan sejak ± 5
tahun yang lalu, kekuatan otot 5        5
Ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kiri post operasi amputasi tahun 1999 dan
terdapat ulkus dengan ukuran 2x3x1 cm dan 2x2x1 cm, pus masih ada dan berbau, luka
tertutup kain kasa steril, klien mengeluh aktivitasnya terganggu dan klien merasa cepat
lelah, kuku kaki jari kanan panjang tapi bersih.
             g.  Sistem Endokrin
Klien dinyatakan menderita NIDDM, klien mengatakan merasa haus dan lapar
meskipun sudah banyak makan dan minum.  Klien juga sering buang air kecil dan
merasa berat badannya berkurang.  Sebelumnya BB 65 kgdan sekarang 47 kg, sering
kesemutan pada daerah ekstremitas.  Gual darah turun naik mencapai 207 mg dan turun
mencapai 58 mg, obat yang dipakai sekarang Humulin R 10- u 10 u- 10 u , klien juga
mengatakan bila telah disuntik insulin tidak langsung makan sehingga terasa gemetar,
berkeringat dan le,mas.  Pada saat dikaji insulin distop karena gula darh turun dari 211
mg menjadi 58 mg, klien lemas, berkeringat dan merasa lapar.
            h.  Sistem integumen
Keadaan kulit kepala bersih, tidak berketombe, tidak ada lesi benjolan dan nyeri,
kulit kepala kotor dan lembab, berkeringat, turgor kulit baikditandai kulit cepat kembali
saat dicubit, akral pada ekstremitas bawah dingin dan kering, tekstur kulit kenyal, warna
kulit sawo matang, suhu 36, 8 0C, sensifitas baik klien dapat merasakan tumpul dan
tajam.
            4.  Data Psikologis
  Penampilan
      Klien tampak tenang, bicara cukup jelas
  Emosi
Klien dapat mengendaliakn emosi dengan stabil
  Koping
Bila klien mengalami kesulitan selalu dibicarakan dengan suami dan anak-      anaknya,
permasalahan diselesaikan dengan cara musyawarah.
  Penerimaan terhadap penyakitnya
Pada saat ditanya tentang penyakitnuya klien mengatakan bahwa dirinya  menderita
penyakit DM dan gangren pada kaki kirinya.  Klien mengatakan sudah berobat tapi tidak
sembuh –sembuh.  Menurut pengakuan klien saat ini sudah menerima keadaan
penyakitnya, apabila penyakit ini tidak bisa disembuhkan klien hanya berserah diri pada
tuhan.
  Gambaran diri
Klien mengatakan kehilangan kakinya tidak membuat merasa malu, karena  klien sudah
tua.
  Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ibu dari 8 orang anak, 5 orang sudah
menikah, 3 orang belum menikah.  Klien merasa puas sebagai seorang ibu atau wanita.
  Peran diri
Peran diri klien sebagai seorang istri dan ibu dari 8 orang anaknya, 3 orang yang masih
tinggal bersama klien dan belum berkeluarga selama dirumah sakit klien tidak bisa
mengurus anak-anaknya dan membantu mencari nafkah.  Selama di RS kebutuhan klien
dibantu oleh perawat dan keluarga.  Klien mengatakan perannya sebagai istri untuk
sementara tidak bisa dilakukannya, karena klien di rawat
             5.  Data Sosial
Hubungan klien denagn keluarganya cukup akrab terlihat klien ditunggui
anaknya secara bergantian, hubungan klien dengan petugas baik, klien kooperatif dalam
segala tindakan, orang yang berarti adalah suaminya yang selalu memberi semangat. 
Klien tidak aktif dalam organisasi kemasyarakatan, waktu luangnya dihabiskan dengan
membantu berjualan ditokonya.
6.  Data Spiritual
Klien seorang muslim yang atat menjalankan ibadah dan mempunyai keyakinan
bahwa poenyakitnya yang sedang dialaminya ini akan sembuh walaupun perjalanannya
lambat dan memerlukan kesabaran dan klien mengatakan bahwa ini merupakan cobaan
dari Allah SWT.  Dan yakin Allah memberikan kekuatan untuk menghadapinya.
7.  Data Penunjang
         Laboratorium(5/12/03)      Hasil                Normal                        Satuan
Hb                                           9,4                   14 -18                          gr/dl
Leukosit                                  6900                5000-10000                 /mm3
Ureum                                     17                    15 – 40                        mg/dl
Kreatinin                                 0,6                   0,8 – 1,5                      mg/dl
Glukosa Puasa                         211                  70 – 110                      mg/dl
Glucosa 2jam pp                     111                  ≤ 150                           mg/dl
Glucosa (siang)                       66
Glucosa (sore)                         58
Tanggal 6 – 12 – 2003
Glucosa puasa             207      mg/dl
Glucosa 2 jam pp        263      mg/dl

         Radiologi (5-12-03)


Foto pedis kiri
Kesan  : Struktur tulang-tulang tibia dan fibula kiri bagian distal masih normal, tidak
tampak destruksi
Tanggal 6 -12 – 2003
Foto pedis L
Kesan  :  Struktur tulang normal tidak tampak fraktur, sendi-sendi normal
         Therapi      :
Infus martas 20 Gtt/m/hari
Ceftacid 2 x 1 gr IV
BC 2 x 1 tab
Diet 1500 kalori
Ganti verban 2x sehari
Kompres NaCl 0,9 % + garamicin
Humulin 5 unit -5 unit – 5unit Stop
(gula darah turun 58 mg/dl)
B. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Defisiensi insulin Gangguan
  Klien mengeluh luka di ⇩ integritas kulit
kaki kirinya sukah Hiperglikemi dan jaringan
sembuh ⇩
Penumpukanm sorbital
DO ; dalam pembuluh darah
  Terdapat luka di kaki ⇩
kiri Aliran darah perifer
  Adanya jaringan berkurang
nekrotik pada luka ⇩
  Luka tercium bau Jaringan kurang zat
  Terdapat pus makanan
  Kulit kering -----------------------
  Akral dingin Terjadi                Kulit
metabolisme       
mudah
anaerob               lecet
   ⇩                    ⇩
Terasa          
Perawatan
pegal             luka tak
dibadan         adekuat
    ⇩                    ⇩
Terjadi baal       Luka
diektremitas      susah
                         sembuh

keutuham kulit dan
jaringan terganggu
2 DS Klien dengan DM dan Resiko injuri
  Klien mengeluh gangren pada kaki kiri
badannya lemas ⇩
  Klien mengatkan sudah Defisiensi insulin
± 20 tahun menderita ⇩
kencing manis Viskositas darah
  Klien mengatakan meningkat
kakinya baal-baal ⇩
kesemutan Vaskuler periter
tersumbat
DO ; ⇩
  Terdapat bercak Nutrisi dan O2 ke
kehitaman padsa kaki jaringan tidak adekuat
  Klien nampak lemas
  Sensori sulit dirasakan
pada ekstremitas bawah
3 DS ; Menderita DM ± 20 thn Kurang
  Klien mengatakan ⇩ pengetahuan
menderita penyakit ± Kurang informasi tentang
20 tahun tentang penyakit yang NIDDM
  Klien mengatakan diderita
setelah disuntik insulin ⇩
tidak langsung makan Berobat, diet dan
  Klien mengatkan suka pencegahan infeksi
minum obat-obatan kulit tidak teratur, ada
tradisional racikan luka gangren pada
sendiri pedis sinistra

DO ; Ketidak efektifan
  Akral dingin dan dalam perawatan dan
berkeringat pengobatan
  BB sebelum sakit 65 ⇩
kg, sesudah sakit 47 kg Kurangnya
  TB : 152 kg pengetahuan tentang
  Diet 1500 kalori penyakitnya
  Hasil laboratorium (5-
12-03)
Glucosa 58 mg/dl
4 DS ; NIDDM Gangguan
  Klien mengatakan ⇩ pemenuhan
lemas Defisiensi insulin kebutuhan
  Klien mengatakan ⇩ nutrisi
setelah di suntik insulin Ambilan asam amino
tidak langsung makan oleh sel menurun
  Klien mengatakan suka ⇩
minum obat-obatan Glukoneogenesis
tradional racikan ⇩
sendiri Hiperglikemi

DO ; Insulin in adekuat
  Akral dingin dan intake nutrisi
berkeringat ⇩
  BB sebelum sakit 65 Peningkatan kerja
kg, sesudah sakit 47 kg insulin dengan
  TB : 152 kg mengikat dirinya pada
  Diet 1500 kalori pada receptor sel
  Hasil laboratorium tertentu
glucosa 58 mg/dl ⇩
Terjadi reaksi
  Therapi ; humulin di interseluler yang
stop  meningkatkan transpor
glucosa menebus
membran sel

Hipoglikemi

Gangguan pemenuhan
nutrisi

C.  Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah

a)      Ganggunan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhab berdasarkan dengan


metabolisme karbohidrat tidak efektif akibat defisiensi insulin
b)      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses penyembuhan luka yang lama
akibat DM
c)      Resiko terjadi injuri berhubungan dengan perfusi ke jaringan tidak adekuat akibat
hiperglikemi
d)     Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemia


yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang di sebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan
neuropati.

Untuk Terapi Pengobatan Diabetes Melitus dilakukan 2 cara yaitu dengan Non
farmakologi dan Farmakologi. Untuk Farmakologi dibagi kembali menjadi 2 cara yaitu
Dengan Insulin dan Pemberian Anti Diabetik Oral

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/295428654/Makalah-Diabetes-Melitus

https://www.google.com/search?client=ms-android-samsung-ga-
rev1&sxsrf=AOaemvLVAHyQ_X8BHK3CyDaDEGqewhZ0kQ:1639610249525&q
=Etiologi+Diabetes+Melitus+2020&sa=X&ved=2ahUKEwjvnPiT-
Ob0AhXZTWwGHZbIDsYQ1QJ6BAgmEAE&biw=412&bih=838&dpr=2.63

Anda mungkin juga menyukai