DIABETES MELITUS
DOSEN PEMIMBING:
NS. Danur Azissah roesliana Sofais, S.Kep, M.Kes
Disusun Oleh :
TUGAS KELOMPOK 7
1. Seprisen (20250025)
2. Yeka Anggraini (20250022)
3. Miftahul Jannah (20250046)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, proposal dengan judul “perubahan persepsi sensori halusinasi
pendengaran ” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada Ibu NS. Dilfera Hermiati, S.Kep.,M. Kep selaku dosen mata kuliah
keperawatan jiwa, orang tua, teman-teman, dan seluruh pihak yang terlibat dalam membantu
terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah keperawatan jiwa. Selain itu
juga dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan. Kami berharap proposal
ini dapat menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajari pengaruh persepsi sensori.
Dalam proposal ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami butuhkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca padaumumnya
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR.................................................................................................
A. PENGKAJIAN ...................................................................................................
B. ANALISA DATA.................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio dan spiritual yang
komprehensif serta ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Untuk mencapai hal tersebut
maka perlu adanya pengembangan tenaga keperawatan yang mampu mengikuti
perkembangan profesi keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi mempunyai otonomi dan dan keahlian serta pengawasan
terhadap pendidikan dan praktek keperawatan. Keperawatan merupakan suatu proses
yang dilaksanakan dengan tindakan terarah, berorientasi kepada masalah dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan ilmiah dengan dilandasi etika profesi. ( Dep Kes.
RI. 1991 : 4 )
Diabetes Melitus tipe II juga disebut Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
( NIDDM ). Angka kejadiannya paling sering dibandingkan dengan Diabetes Melitus
tipe I. Hal ini dikarenakan pada Diabetes Melitus tipe II banyak disebabkan oleh
beberapa factor diantaranya yaitu adanya perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi
makanan sedangkan aktivitas fisik berkurang, sehingga menyebabkan kegemukan.
Diabetes mellitus tipe II dengan adanya kegemukan dapat menimbulkan komplikasi lebih
lanjut terhadap berbagai organ tubuh diantaranya ginjal, mata, jantung koroner,
pembuluh darah kaki dan pembuluh darah otak.
Bila dilihat dari permasalahannya klien dengan Diabetes Melitus memerlukan
pengobatan dan perawatan sedini mungkin dengan diet, latihan dan obat-obatan. Pada
umumnya klien dengan Diabetes Melitus menjadi rentan terhadap infeksi, dan infeksi
yang timbul terjadi karena kesulitan untuk mengendalikan kadar glukosa darah dan
infeksi pada klien cenderung lebih berat. Disamping itu partisifasi klien seperti
menjalankan program diet dengan baik, olahraga dengan teratur, disertai dengan
pengetahuan yang memadai tentang penyakit Diabetes Melitus, akan sangat menunjang
dalam proses penyembuhan. Untuk itu memerlukan tindakan keperawatan, baik berupa
perawatan maupun pencegahan komplikasi. Dan ketidak epektifan kepatuhan
pengobatan memerlukan bimbingan dan penyuluhan yang epektif sehingga klien bisa
merubah gaya hidupnya dan mengikuti pengobatan dan perawatan lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Anatomi Pankreas
Tulang adalah suatu jaringan yang membentuk yang menghasilakn sel-sel darah merah
dan menyediakan mineral, partikel kalsium dan posfor. ( Tompson 1993 : 349 )
Sedangkan tulang tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama dari tungkai
bawah dan terletak medial dari fibula, tulang tibia terdiri dari :
Ujung atas
Ujung atas akan memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondil-
kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang. Permukaan
superiornya memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam
formasi sendi lutut. Permukaan permukaan tersebut halus dan diatas permukaannya yang
datar terdapat tulang rawan semilunar ( setengah bulan ) yang membuat persendian lebih
dalam untuk penerimaan kondil femur. KOndil lateral memperlihatkan posterior sebuah
faset untuk persendian dengan kepala fibula pada sendi tibi fibular superior tuberkel dan
tibia ada disebelah depan tepat dibawah kondil-kondil ini, bagian depan memberi kaitan
kepada tendon patella yaitu tendon dari insersi otot ekstensor kwardisep. Bagian bawah
dari tuberkel itu adalah subkutanus dan sewaktu berlutut menyangga berat badan.
4. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus belum ditemukan secara pasti karena disebabkan oleh
berbagai factor.
Diabetes Melitus dapat dibagi kedalam 2 golongan besar, yaitu :
a. Faktor genetic
1. Kembar identik
2. Faktor genetic
b. Faktor non genetic
Infeksi
Nutrisi
Stress
Obat-obatan
Penyakit endokrin ( hormone )
Penyakit-penyakit pankreas
Selain hal tersebut diatas, penyebab Diabetes Melitus dapat digabungkan dari
kedua kelompok yang keduanya memperkuat Diabetes mellitus.
5. Patofisiologi
Kelainan metabolic yang terjadi pada obesitas tampaknya berhubungan dengan
besarnya lapisan lemak dan semua gangguan metabolic yaitu penambahan lapisan lemak
yang dapat menjadi normal dengan pengurangan berat badan.
Obesitas lebih banyak menyebabkan NIDDM daripada IDDM sebagian penderita
berusia 45 tahun dan sekitar 15 % pada awal diagnosa ditemukan dalam keadaan gemuk,
tetapi kemudian akan mengalami penurunan berat badan.
Kegemukan merupakan keadaan dimana intake kalori berlebih dan sebagian
besar membentuk lemak, sehingga terjadi defisiensi karbohidrat karena terjadi gangguan
konvensi lemak pada membrane sel sehingga mengganggu transport glukosa dan
menimbulkan kerusakan atau efek selular, yang kemudian menghambat metabolisme
glukosa intrasel, gangguan tersebut terjadi pula pada membrane sel dimana terletak
reseptor insulin bekerja, jika gangguan ini terjadi pada sel-sel pancreas maka akan terjadi
hambatan atau penurunan kemampuan menghasilkan insulin sehingga terjadi defisiensi
insulin.
Jika metabolisme terganggu maka daya tahan tubuh terhadap factor luar seperti
infeksi, terutama adanya odeme gesekan dan tekanan menurun sehingga mudah terjadi
luka atau gangguan integritas kulit bisa disebabkan oleh penumpukan sorbital,
penumpukan sorbital mengakibatkan kerusakan dan perubahan fungsi syaraf sehingga
terjadi penurunan sensasi seperti baal-baal atau kesemutan. Hal tersebut menyebabkan
trauma, tidak terasa nyeri baik mekanis, termis atau kimiawi.
Defisiensi insulin menyebabkan terjadinya pemecahan lemak bebas dalam
peredaran darah dan bila hati tidak bisa mengabsorbsi lemak bebas maka akan
membentuk benda-benda keton. Selain itu dari pemecahan lemak dapat terjadi
peningkatan BUN dan formasi glukosa baru. Formasi glukosa baru menyebabkan
terjadinya hiperglikemi.
Defisiensi insulin menyebabkan pemecahan glikogen menjadi glukosa, sehingga
terjadi hiperglikemi terjadi peningkatan viskositas darah keperifer kekurangan oksigen
dan nutrisi, hal tersebut menyebabkan metabolisme terganggu. Hiperglikemi
menyebabkan diuresis osmosis sehingga terjadi insufisiensi ginjal menimbulkan
hiperosmolalitas berat dan terjadi dehidrasi intra selular. Selain itu diuresis osmotic
dapat menyebabkan hipoksia jaringan tersebut dan bisa menimbulkan terjadinya koma.
Kalau hiperglikeminya parah dan melebihi ambang ginjal bagi zat tersebut, maka terjadi
glukosuria, glukosuria ini dapat mengakibatkan diuresis osmotic yang meningkatkan
pengeluaran urine ( poliuria ) dan timbul rasa haus ( polidipsi ) karena glukosa hilang
bersama urine. Maka pasien memderita keseimbangan kalori negative dan berat badan
berkurang, rasa lapar yang semakin besar ( poliphagia ) mungkin akan timbul sebagai
akibat kehilangan kalori. Klien lemah dan mengantuk. Infeksi saluran kemih paling
sering penyebabnya adalah E. Coli dan streptokokus sedangkan jamur pathogen adalah
kandida. Infeksi denagn jamur mungkin disebabkan oleh konsentrasi glukosa urine
yang pekat. Neurogenik blader akibat neuropati menyebabkan sisa urine dalam kandung
kemih yang merupakan penyebab infeksi, diperlukan kateterisasi dan menyebabkan
gangguan pola eliminasi BAK.
Berkurangnya ambilan asam amino oleh sel meningkatkan glukoneogenesis sehingga
terjadi hiperglikemi, therapy insulin yang tidak adekuat terhadap intake nutrisi
menyebabkan peningkatan kerja insulin dengan mengikatkan dirinya pada reseptor-
reseptor permukaan sel tertentu terjadi reaksi interseluler yang meningkatkan transport
glukosa menembus membrane sel, hal ini menyebbakan terjadinya hipoglikemi.
Peningkatan kadar glukosa darah akan mengakibatkan penumpukan sorbitol dan lemak
pada tunika intima, sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan. Jika hal ini
terjadi maka suplai O2 dan nutrisi akan berkurang kejaringan dan terjadilah infark pada
jaringan yang dituju, apabila mengenai pembuluh darah periper akan menimbulkan efek
penurunan sensasi sehingga akan terjadi gangrene ekstremitas bila terjadi trauma.
6. Dampak Defisiensi Insulin terhadap system tubuh
Defisiensi insulin mempengaruhi metabolisme tubuh yang berdampak terhadap
system tubuh yaitu :
a. Dampak terhadap fisik
1) Sistem endokrin
Defisiensi insulin menyebabkan kegagalan dalam pemasukan nutrisi kejaringan
sehingga swell-sel kekurangan glukosa yang menimbulkan :
a. Sel kekurangan glukosa untuk proses metabolisme dan penurunan penggunaan dan
aktivitas gluosa dalam sel akan merangsang pusat lapar
b. Penurunan penggunaan protein dan glukosa oleh jaringan sehingga menyebabkan
penurunan berat badan
c. Pembongkaran lemak dan cadangan protein untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
proses ini menghasilkan benda-benda keton yang disebabkan hati yang tidak mampu
menetralisir lemak. Penumpukan asam lemak ini akan mengiritasi memperoleh
peningkatan sekresi asam lambung sehingga menimbulkan gangguan system ini
berdampak terhadap gangguan kebutuhan nutrisi
2 ) Sistem Kardiovaskuler
Peningkatan kadar glukosa darah akan mengakibatkan penumpukan sorbitol dan
lemak pada tunika intima sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan. Jika hal
ini terjadi maka suplai O2 dan nutrisi akan berkurang kejaringan dan terjadilah infark
pada jaringan yang dituju, apabila mengenai pembuluh darah perifer akan menimbulkan
efek penurunan sensasi sehingga akan terjadi gangrene ekstremitas bila terjadi trauma.
Dan jika terjadi pada arteri jantung akan menyebabkan angina pectoris dan akut miokard
imfark.
3 ) Sistem pencernaan
Defisiensi insulin menyebabkan kegagalan dalam pemasukan glukosa kejaringan
sehingga sel-sel kekurangan glukosa. Proses kekurangan glukosa intra sel
menimbulkan :
Peningkatan penggunan protein dan glukogen oleh jaringan sehingga menyebabkan
penurunan berat badan.
Pembongkaran lemak dan cadangan protein untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Hal ini akan diperberat oleh peningkatan sekresi asam lambung sehingga menimbulkan
perasaan mual, muntah.
Peningkatan transport glukosa untuk proses metabolisme. Penurunan penggunaan dan
aktivitas glukosa dalam sel akan merangsang pusat makan dibagian lateral
hypothalamus, sehingga timbul peningkatan perasaan lapar ( poliphagi )
4 ) Sistem perkemihan
Kekurangan pemasukan glukosa kedalam sel menyebabkan peningkatan volume
extra sel sehingga terjadi peningkatan osmolalitas sel yang akan merangsang
hypothalamus untuk mengsekresikan ADH dan merangsang pusat haus di bagian lateral.
Pada fase ini klien akan merasakan haus dan penurunan produksi urine sehingga volume
cairan extra sel bertambah. Peningkatan volume cairan akan menyebabkan konsentrasi
extra sel menurun sehingga cairan intra sel menurun. Penurunan volume intra sel
merangsang volume reseptor diHipothalamus untuk menekan sekresi ADH sehingga
terjadi peningkatan kadar gula darah melebihi ambang ginjal. Diuresis osmotic akan
mempercepat pengisian vesika urinaria sehingga merangsang keinginan berkemih
( poliuri ) dan kondisi ini bertambah pada mlam hari karena terjadi vasokonstriksi akibat
penurunan suhu sehingga timbul nokturi. Selain itu gangguan system perkemihan juga
terjadi akibat adanya kerusakan ginjal ( netropati ) hal ini disebabkan adanya penurunan
perfusi kedaerah ginjal.
Gangguan ini dapat berdampak :
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Gangguan pola eliminasi BAK
Perubahan pola istirahat tidur
5 ) Sistem Muskuloskeletal
Defisiensi insulin menghambat transportasi glukosa kesel-sel dalam jaringan
tubuh yang menyebabkan sel kelaparan dan terjadi peningkatan glukosa dalam darah
menyebabkan hambatan dalam perfusi ke jaringan yang mengakibatkan jaringan kurang
mendapat O2 dan nutrisi.
Penurunan transport glukosa kesel dan penurunan O2 dan nutrisi kesel menyebabkan sel
kekurangan bahan untuk metabolisme sehingga energi yang dihasilkan berkurang yang
berdampak timbulnya kelemahan. Selain itu defisiensi insulin menyebabkan penurunan
jumlah sintesa glikogen dalam otot serta peningkatan metabolisme protein yang berguna
untuk pertumbuhan sel-sel tubuh.
Dampak terhadap kebutuhan dasar manusia :
Gangguan pemenuhan aktivitas
Resiko terjadi kecelakaan
6 ) Sistem Integumen
Defisiensi insulin dapat berdampak pada integritas kulit yang bisa disebabkan
oleh neuropati diabetes dan angiopati diabetes , angiopati diabetes akan menyebabkan
peurunan sensasi sehingga pengontrolan terhadap trauma mekanis, termis dan kimia
menurun, hal ini akan memudahkan terkena luka yang mengancam keutuhan kulit
sedangkan teori yang lain mendasari kerusakan kulit adanya kerusakan membrane basalis
yang terjadi akibat adanya penumpukan endapan lipoprotein sehingga menyebabkan
kebocoran protein dan butir-butir darah.
Pertahanan dan perfusi jaringan menurun dengan akibat kulit mudah infeksi, luka sukar
sembuh, mudah selulit gangrene. Dampaknya :
Gangguan rasa nyaman nyeri dan gatal
Gangguan integritas kulit
Gangguan konsep diri
7 . Sistem Persyarafan
Defisiensi insulin menumbulkan hambatan, pemasukan glukosa kedalam sel
termasuk sel-sel syaraf, sehingga mengganggu proses metabolisme sel syaraf. Akibat
kekurangan glukosa sebagai bahan metabolisme maka sel akan menggunakan cadangan
protein. Hal ini mengakibatkan sel kekurangan protein, akan mempengaruhi
pembentukan myelin yang berfungsi untuk menghantarkan impuls pada akson, selain itu
akan menyebabkan kerusakan akson tidak dapat mengantarkan impuls dengan sempurna
selain kekurangan protein, kegagalan metabolisme sel saraf dapat menyebabkan
hambatan dalam konduksi saraf dan polarisasi membrane akibat penurunan ATP.
Perubahan-perubahan diatas menyebabkan gangguan polineropatik perifer yang ditandai
kurangnya sensasi apda ujung-ujung ekstremitas bawah.
Dampaknya :
Potensial terjadi kecelakaan
Resiko terjadi infeksi
8. Sistem Reproduksi
Defisiensi insulin dapat menyebabkan terjadinya impotensi pada laki-laki dan
penurunan libido pada wanita. Hal ini disebabkan oleh adanya hambatan pengikatan
ekstra diar pada gugus protein akibat kegagalan metabolisme protein. Pada wanita sering
juga terdapat keluhan keputihan disebabkan infeksi kandida.
Dampaknya :
Gangguan pemenuhan kebutuhan seksual
9 ) Sistem Pancaindra
Hiperglikemi akan mengakibatkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu yang dapat mentranspor glikosa tanpa memerlukan insulin, glukosa
yang berlebihan ini tidak bermetabolisme habis secara normal melalui glukolisis tetapi
sebagian dengan pertolongan enzim aldose reduktase atau diubah menjadi sorbitol.
Sorbitol akan bertumpuk dalam jaringan / sel tersebut, sehingga menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi. Teori ini mendasari kelainan diabetes mellitus pada mata dengan
adanya retinopati, selain itu pada penderita DM bisa ditemukan adanya katarak, hal ini
disebabkan pengendapan lipoprotein pada lensa mata, kelainan ini berdampak :
Gangguan penurunan sensori ; penglihatan
Resiko terhadap cedera
b. Dampak terhadap psikologis
Klien yang mengalami defisiensi yang kronik akan mempengaruhi psikologisnya,
respon psikologis bervariasi tergantung koping yang dimiliki klien. Umumnya klien
merasa bosan denagn program pengobatan yang lama serta harus menyesuaikan denagn
pembatasan- pembatasan makanan yang diberikan.
c. Dampak terhadap social
Dari keterbatasan makanan, kelemahan tubuhnya dalam melaksanakan aktivitas dan
penampilan keadaan tubuhnya pada klien dengan gangguan defisiensi ini akan
mengakibatkan klien untuk menarik diri dan mengurangi interaksi social.
d. Dampak terhadap Spiritual
Pada klien yang mengalami DM akan merasa bosan pada program pengobatan dan
pembatasan makanan yang diberikan serta ketidak berdayaan akibat kelemahan tubuhnya
maka dapat mengakibatkan klien menjadi putus asa tidak semangat untuk hidup.
Intervensi Rasional
Timbang BB setiap hari atau sesuai Mengkaji pemasukan makanan yang
indikasi adekuat
Tentkan program diet dan pola makan Mengidentifikasi kekurangan dan
pasien dan bandingkan dengan yang penyimpanan dari kebutuhan
dapat dihabiskan pasien therapeutic
Libatkan keluarga klien pada Memberikan informasi pada keluarga
perencanaaan makan sesuai indikasi untuk memahami kebutuhan nutrisi
klien
Observasi tanda-tanda hipoglikemi Karena metabolisme karbohidrat mulai
seperti perubahan tingkat kesadaran, terjadi, gula darah akan berkurang
kulit lembab atau dingin, denyut nadi Sangat bermanfaat dalam perhitungan
cepat, lapar, peka rangsang dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi sementara insulin
tetap diberikan sehingga hipoglikemi
dapat terjadi
Berikan therapy insulin secara teratur Insulin regular memiliki awitan cepat
dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memisahkan glukosa
kedalam sel.
Pantau pemeriksaan laboratorium Gula darah akan menurun perlahan
seperti : glukosa darah, aseton, pH dengan penggantian cairan dan therapy
dan HCO3 insulin terkontrol
Lakukan konsultasi dengan ahli gizi Sangat bermanfaat dalam perhitungan
dan penyesuian diet untuk memenuhi
kebutuhsn nutrisi
Tujuan
1) Jangka panjang : Klien lebih segar
2) Jangka pendek : Klien mampu memperlihatkan kemampuan untuk ikut serta
dalam aktifitas
Kriteria evaluasi
Mengungkapkan peningkatan energi
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang
diinginkan
INTERVENSI RASIONAL
Diskusikan dengan klien kebutuhan Pendidikan dapat memberikan
akan aktivitas buat jadwal motivasi untuk meningkatkan tingkat
perencanaan dengan klien dan aktifitas meskipun pasien mungkin
identifikasikan aktivitas yang sangat lemah
menimbulkan kelelahan Mencegah kelelahan yang berlebihan
Berikan aktivitras alternatif dengan
periode istirahat yang cukup tanpa
gangguan Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang
Pantau nadi, frekuensi peernapasan dapat ditoleransi secara fisiologis
dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktifitas Klien akan lebih banyak melakukan
Diskusikan dengan cara menghemat kegiatan dengan penurunana
kalori selama mandi, berpindah kebutuhan akan energi pada setiap
tampat dan sebagainya kegiatan
Meningkatkan kepercayaaan diri yang
Tingkatkan partisipasi klien dalam positif sesauai dengan tingkat aktivitas
melukan aktivitas sehari-hari sesuai yang dapat ditoleransi
dengan yang dapat ditoleransi
Tujuan
1) Jangka panjang : Kecelakaan pada klien dapat dihindari
2) Jangka pendek : Klien mampu mencapai tingkat/status mental biasa atau normal
Kriteria evaluasi ;
Mempertahankan tingkat mental biasanya
Mengenal dan mengkompensasika adanya kerusakan sensori
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda-tanda vital dan status Sebagai dasar untuk membandingkan
mental temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi fungsi
mental
Pelihara aktivitas nutrisi klien Membantu memelihara klien tetap
sekonsisten mungkin dorong unutkj berhubungan dengan realitas dan
melakukan sehari-hari sesuai mempertahankan orientasi pada
kemampuannya lingkungan
Selidiki adanya keluhan parestesia Neuropati perifer dapat mengakibatkan
nyeri atau kehilangan sensorik pada rasa tidak nyaman yang berat,
paha/kaki kelihangan sensasi sentuhan distorsi
mempunyai resiko tinggi terhadap
kerusakan kulit dan gangguan
keseimbangan
Lihat adanya ulkus, tempat-tempat Meningklatkan rasa nyaman dan
tertekan denyut nadiperiter kemungkiana kulit karena panas
Berikan tempat tidur yang lembut, Meningtkatkan rasa nyaman dan
pelihara kehangatan kaki, tangan, menurunkan kemungkinan kerusakan
hindari terpajan terhadap air panas kulit karena panas
atau dingin atau penggunaan
bantalan/pemanas
Bantu klien dalam ambulasi atau Meningkatkan keamanan klien
perubahan posisi terutama kekika kesimbangan
Pantau nilai laboratorium seperti ; dipengaruhi
glukosa darah, osmolalitas darah, Kesimbangan nilai laboratorium dapat
hemoglobin, ureum, kreatinin menilai fungsi mental
INTERVENSI RASIONAL
Pertahankan klien mendapat Untuk mendorong klien terlibat dalam
informasi tentang hasil glukosa darah, melaksanakan tanggung jawab untuk
jelaskan makna hasil dalam hubunan perawatan diri
dengan terapi
Ajarkan perawatan kaki yang tepat Untuk mempertahankan integritas kulit
dan menurunkan resiko amputasi
Bantu dalam perencanaan program Untuk alasan yang tidak jelas latihan
latihan reguler yang dapat dengan memudahakan ambilan seluler dan
mudah dikerjakan dalam rutinitas glukosa sehingga menurunkan kadar
harian, jelaskan keuntungan dari glukosa darah, juga memudahkan
latihan penurunan berat badan dan
menurunkan resiko arterosklerosis
Hipoglikemi adalah masalah umum
Tentukan tujuan harapan dari klien yang dapat diatasi berkenaan dengan
atau keluarga terapi insulin dan hipoglikemi oral,
dibiarkan tak teratasi dapat
menyebabkan kejang, koma dan
kematian
Makin banyak klien memahami
Jelaskan dasar gejala-gejala kondisi mereka dan dapat
hipoglikemi akibat dari stimulasi mengantisipasi potensial masalah,
sistem syaraf simpatis dalam respon makin mungkin mereka memahami
terhadap penurunana glukosa adalah program terapeutik
sumber energi utama untuk otak Untuk meminimalkan resiko episodr
Ajarkan klien tentang faktor-faktor hipoglikemi
yang diketahui menyebabkan
hipoglikemi masukan makana tak
adekuat, kelebihan insulin,
menekankan pentingnya makan tiga
kali sehari
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien
Nama : Ny I
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Sunda / Indonesia
Tanggal masuk : 5 Desember 2003
Tanggal pengkajian : 10 Desember 2003
No. medrek : 0321088
Dioagnosa medis : NIDDM dengan gangren pedis sinestra
Alamat : Kp Ibun no 35 Paseh Majalaya
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Anak
Alamat : sda
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh badan lemes disertai mual,muntah dan pusing
b. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit klien merasa timbul luka pada kaki
kiri yang telah di amputasi, kulit berwarna kemerahan dan nyeri dari luka keluar nanah.
Kemudian klien berobat ke rumah sakit Hasan Sadikin lalu diberi obat cepril 2 x 500 mg
dan BC 2x 1 tab. Tapi luka tidak ada perubahan dan berbau, nanah bertambah sehingga
klien berobat lagi ke rumah sakit Hasan sadikin dan dianjurkan untuk di rawat.
Pada saat di kaji klien mengeluh luka tidak sembuh di daerah bekas operasi amputasi
pada kaki kiri. Luka bernanah dan bau berkurang setelah dilakukan perawatan ganti
balutan, luka terlokalisasi di daerah ujung belakang daerah amputasi kaki kiri. Adanya
luka membuat aktivitas klien terganggu
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan dirinya menderi kencing manis sejak tahun 1978 dan dinyatakan
menderitarhematik sejak tahun 1995, klien menjalani operasi amputasi kaki kiri pada
tahun 1999. Klien sudah tiga kali dirawat dirumah sakit, terakhirbulan februari 2002
dengan penyakit yang sama. Klien mengatakan selama menderiata kencing manis
makanannya tidak teratur, diet di lakukan bila gula darahnya tinggi. Klien juga
mengatakan tidak melakukan pengobatan secara tidak teratur, hanya bila ada yang terasa
saja kllien mengkonsumsi obat-obatan tradisional/jamu. Jamu hasil racikan sendiri
seperti mengkudu, klien juga suka menunda makan setelah di suntik insulin, tidak
langsung makan..
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut pengakuan klien di dalam keluargannya yang menderita kencing manis
adalah klien dan ibunya yang sudah meninggal. Penyakit lainnya tidak ada.
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
Hidung tamapk bersih, tidak terdapat secret, septum nasi berada di tengah, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung, bentuk dada tidak ada kelainan, tidak terdapat nyeri
takan, tidak terdapat benjolan, frekuensi nafas 25 x/menit, vokal premitus kiri dan kanan
sama, terdengar resonsn saat perkusi irama napas reguler, suara napas vesikuler tidar
terdapat suara tambahan seperti ronchi dan wheezing, tidak terdapat retraksi tambahan
otot-otot pernapasan
b. Sistem kardiovaskuler
Konjunctiva berwarna merah muda, tidak terdapat pemebesaran kelenjar getah
bening tidak sianosis, tidak terdapat distensi vena jugularis, palpasi nadi 80 x/menit,
tekanan darah 160/90 mmhg. Bunyi jantung S1-S2 murni reguler tidak ada refil time
dalam 3 detik, klien mengeluh baal-baal pada ekstremitas, akral di kaki dingin.
c. Sistem pencernaan
Sklera tidak iktetik, mulut bersih tidak berbau, bibir lembab, stomatis idak ada
lagiada, gigi sudah tidak utuh, keadaan bersih agak kekuningan, gusi tidak ada
perdarahan, tonsilk tidak meradang kemampuan mengunyah baik, kemampuan menelan
baik, napsu makan baik, bentuk abdomen datar lembut. Bising usus 10 x/menit, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba masa pada abdomen hepar tidak membesar, porsi
makan habis diat 1500 kalori, berat badan sebelum sakit 65 kg, sesudah sakit 47 kg,
lingkar lengan atas 26 cm, klien terpasang infus martos 20 gtt/m perhasri, minum ± 1200
cc/hari
d. Sistem Persyarafan
Kesadaran composmentis, klien mampu berorientasi terhadap tempat, waktu dan
orang. Klien dapat menjelaskan kejadian nmasa lalu sebelum dibawa ke RS. Klien
dapat merasakan panas dan dingin pada ekstremitas bawah, sensasi sulit dirasakan, klien
mengatakan merasa baal – baal dan kesemutan.
Nervus Kranial
Nervus I ( Olfaktorius )
Fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau kayu putih dan baun kopi
Nervus II ( Optikus )
Klien dapat membaca koran yang berhurup besar pada jarak ± 30 cm tanpa bantuan
kacamata
Nervus III, IV, VI ( Okulomotorius, Troklearis, Abdusen )
Pupil mengecil ketika terkena cahaya, ukuran pupil isokor 4 mm, bola mata dapat
digerakkan kekiri dan kekanan keatas dan kebawah, mata dapat memutar, lapang
pandang terbatas hanya pada sudut 120 0 ( kiri 30 0, kanan 30 0 )
Nervus V ( Trigeminus )
Kemampuan untuk mengunyah baik
Nervus VII ( fasialis )
Klien dapat tersenyum, mengerutkan kening, mengngkat alis dan merasakan rasa asin,
manis dan pahit
Nervus VIII ( Auditorius )
Pendengaran klien baik terbukti klien dapat mendengarkan pertanyaan perawat dalam
jarak 15 cm
Nervus IX dan X ( Glassofaringeus dan Vagus )
Ovula ada ditengah, reflek menelan dan mengecap baik
Nervus XI ( Assesorius )
Klien dapat mengangkat kepala dan bahu
Nervus XII ( Hipoglosus )
Posisi lidah simetris, lidah dapat digerakkan dengan bebas
e. Sistem Perkemihan
Keadaan bersih, tidak terpasang kateter, BAK lancar, warna urine kuning jernih,
jumlah urine ± 1600 cc / hari, ginjal tidak teraba, tidak terdapat distensi kandung kemih,
genitalia tampak bersih dan tidak ada sekret
f. Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas kanan dan kiri simetris, rentang gerak terganggu pada tangan kiri
terpasang infus, odema tidak ada, terdapat kontraktur pada jari-jari tangan sejak ± 5
tahun yang lalu, kekuatan otot 5 5
Ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kiri post operasi amputasi tahun 1999 dan
terdapat ulkus dengan ukuran 2x3x1 cm dan 2x2x1 cm, pus masih ada dan berbau, luka
tertutup kain kasa steril, klien mengeluh aktivitasnya terganggu dan klien merasa cepat
lelah, kuku kaki jari kanan panjang tapi bersih.
g. Sistem Endokrin
Klien dinyatakan menderita NIDDM, klien mengatakan merasa haus dan lapar
meskipun sudah banyak makan dan minum. Klien juga sering buang air kecil dan
merasa berat badannya berkurang. Sebelumnya BB 65 kgdan sekarang 47 kg, sering
kesemutan pada daerah ekstremitas. Gual darah turun naik mencapai 207 mg dan turun
mencapai 58 mg, obat yang dipakai sekarang Humulin R 10- u 10 u- 10 u , klien juga
mengatakan bila telah disuntik insulin tidak langsung makan sehingga terasa gemetar,
berkeringat dan le,mas. Pada saat dikaji insulin distop karena gula darh turun dari 211
mg menjadi 58 mg, klien lemas, berkeringat dan merasa lapar.
h. Sistem integumen
Keadaan kulit kepala bersih, tidak berketombe, tidak ada lesi benjolan dan nyeri,
kulit kepala kotor dan lembab, berkeringat, turgor kulit baikditandai kulit cepat kembali
saat dicubit, akral pada ekstremitas bawah dingin dan kering, tekstur kulit kenyal, warna
kulit sawo matang, suhu 36, 8 0C, sensifitas baik klien dapat merasakan tumpul dan
tajam.
4. Data Psikologis
Penampilan
Klien tampak tenang, bicara cukup jelas
Emosi
Klien dapat mengendaliakn emosi dengan stabil
Koping
Bila klien mengalami kesulitan selalu dibicarakan dengan suami dan anak- anaknya,
permasalahan diselesaikan dengan cara musyawarah.
Penerimaan terhadap penyakitnya
Pada saat ditanya tentang penyakitnuya klien mengatakan bahwa dirinya menderita
penyakit DM dan gangren pada kaki kirinya. Klien mengatakan sudah berobat tapi tidak
sembuh –sembuh. Menurut pengakuan klien saat ini sudah menerima keadaan
penyakitnya, apabila penyakit ini tidak bisa disembuhkan klien hanya berserah diri pada
tuhan.
Gambaran diri
Klien mengatakan kehilangan kakinya tidak membuat merasa malu, karena klien sudah
tua.
Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ibu dari 8 orang anak, 5 orang sudah
menikah, 3 orang belum menikah. Klien merasa puas sebagai seorang ibu atau wanita.
Peran diri
Peran diri klien sebagai seorang istri dan ibu dari 8 orang anaknya, 3 orang yang masih
tinggal bersama klien dan belum berkeluarga selama dirumah sakit klien tidak bisa
mengurus anak-anaknya dan membantu mencari nafkah. Selama di RS kebutuhan klien
dibantu oleh perawat dan keluarga. Klien mengatakan perannya sebagai istri untuk
sementara tidak bisa dilakukannya, karena klien di rawat
5. Data Sosial
Hubungan klien denagn keluarganya cukup akrab terlihat klien ditunggui
anaknya secara bergantian, hubungan klien dengan petugas baik, klien kooperatif dalam
segala tindakan, orang yang berarti adalah suaminya yang selalu memberi semangat.
Klien tidak aktif dalam organisasi kemasyarakatan, waktu luangnya dihabiskan dengan
membantu berjualan ditokonya.
6. Data Spiritual
Klien seorang muslim yang atat menjalankan ibadah dan mempunyai keyakinan
bahwa poenyakitnya yang sedang dialaminya ini akan sembuh walaupun perjalanannya
lambat dan memerlukan kesabaran dan klien mengatakan bahwa ini merupakan cobaan
dari Allah SWT. Dan yakin Allah memberikan kekuatan untuk menghadapinya.
7. Data Penunjang
Laboratorium(5/12/03) Hasil Normal Satuan
Hb 9,4 14 -18 gr/dl
Leukosit 6900 5000-10000 /mm3
Ureum 17 15 – 40 mg/dl
Kreatinin 0,6 0,8 – 1,5 mg/dl
Glukosa Puasa 211 70 – 110 mg/dl
Glucosa 2jam pp 111 ≤ 150 mg/dl
Glucosa (siang) 66
Glucosa (sore) 58
Tanggal 6 – 12 – 2003
Glucosa puasa 207 mg/dl
Glucosa 2 jam pp 263 mg/dl
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk Terapi Pengobatan Diabetes Melitus dilakukan 2 cara yaitu dengan Non
farmakologi dan Farmakologi. Untuk Farmakologi dibagi kembali menjadi 2 cara yaitu
Dengan Insulin dan Pemberian Anti Diabetik Oral
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/295428654/Makalah-Diabetes-Melitus
https://www.google.com/search?client=ms-android-samsung-ga-
rev1&sxsrf=AOaemvLVAHyQ_X8BHK3CyDaDEGqewhZ0kQ:1639610249525&q
=Etiologi+Diabetes+Melitus+2020&sa=X&ved=2ahUKEwjvnPiT-
Ob0AhXZTWwGHZbIDsYQ1QJ6BAgmEAE&biw=412&bih=838&dpr=2.63