Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN PANCASILA

Oleh :
Bambang Sucondro, SH., MH.

K. 7
HUBUNGAN NILAI. NORMA
DAN SANKSI PENGAMALAN PANCASILA

MENILAI
Artinya menimbang, yaitu kegiatan manusia
yang menghubungkan sesuatu dengan sesuatu
untuk selanjutnya mengambil keputusan.

KEPUTUSAN ITU DAPAT MENYATAKAN


Benar / tidak benar, indah tidak indah, baik
atau tidak baik.

Hal tersebut dihubungkan dengan unsur –


unsur yang ada pada manusia yaitu jasmani,
cipta, rasa dan karya serta kepercayaan.

Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila


berguna (nilai kegunaan), benar (nilai
kebenaran / logis), baik (nilai moral dan etis
dan nilai religius / nilai agama)

NORMA (KAIDAH)

Petunjuk tingkah laku (prilaku) yang harus


dilakukan atau tidak boleh dilakukan dalam
hidup sehari – hari berdasarkan suatu alasan
tertentu dengan disertai sanksi.
SANKSI

Ancaman (akibat yang akan diterima) apabila


terdapat norma (kaidah) yang dilanggar.

Dari hubungan nilai, norma dan sanksi dalam


pengamalan Pancasila dapat diuraikan :

1. Sebelum dilaksanakan pengamalan perlu


dipahami terlebih dahulu pengertian
Pancasila agar tidak menimbulkan keraguan
dan kekaburan :
 Pelaksanaannya bersifat perintah (imperaktif) dalam
pengertian harus bersumber dan tidak boleh
menyimpang dari peraturan perundangan, bila
bertentangan dan menyimpang akan mendapat
ganjaran / sanksi berupa hukuman.
 Pancasila harus dipertanggung jawabkan secara
Religius, karena Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan sila dasar yang meliputi dasar
kerohanian dan keduniawian.
 Pancasila dipertanggung jawabkan secara sosiologis
karena mengatur dan menyangkut manusia dalam
segala aspek sesuai dengan kemanusiaan yang
merupakan Indentitas dari manusia itu sendiri.
 Pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari –
hari tidak boleh bertentangan dengan pengamalan
dalam kehidupan kenegaraan dan hidup
(kemasyarakatan dalam negara).
 Pengamalan Pancasila sebagai dasar negara,
pengalaman Pancasaila secara objektif, contoh :
Pasal – pasal UUD, Tap MPR, dll.
 Pengamalan Pancasila
Sebagai pandangan hidup bangsa di sebut
pengamalan secara subjektif.
Contoh : pengamalan oleh manusia baik sebagai
pribadi warga negara dan peyelenggara negara /
pemerintahan.

2. Pancasila harus dipertanggung jawabkan


secara filosofis karena sebagai filsafat
negara dan bangsa untuk mencari
kebenaran.

Kebenaran dalam hal ini adalah kebenaran


yang relatif (nisgi) dan bukan kebenaran
mutlak.

Kebenaran Mutlak

Terdapat (ada) pada Tuhan sesuai dengan


sifat Tuhan

 Pengamalan Pancasila secara subjektif adalah yang


utama (primer, bahkan menentukan karena :
pengamalan objektif hanya dapat berlangsung
dengan baik apabila terlebih dahulu pengamalan
subjektif dapat dilaksanakan dengan baik.
 Untuk dapat terwujudnya pengamalan subjektif
yang baik, maka secara bertahap sebaiknya
ditempuh melalui pendidikan.
PANCASILA
K. 7

Anda mungkin juga menyukai