Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang

dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak

1
mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai yang negatif karena dalam

penanganannya, baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya

yang cukup besar. Selain itu karakteristik dari sampah adalah bau, sampah juga dapat

menimbulkan penyakit seperti diare. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya

aktivitas masyarakat. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau

sampah. Seiring dengan tumbuhnya sebuah kota, bertambah pula beban yang harus

diterima kota tersebut. Salah satunya adalah beban akibat dari sampah yang

diproduksi oleh masyarakat perkotaan secara kolektif. Untuk kota-kota besar, sampah

akan memberikan berbagai dampak negatif yang sangat besar apabila penanganannya

tidak dilakukan secara cermat dan serius yaitu mengakibatkan terjadinya perubahan

keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat

mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara. Pengelolaan sampah secara

efektif dan efisien harus dijalankan oleh semua pihak, baik masyarakat maupun

pemerintah. Semua pihak ini bertanggungjawab terhadap penanganan sampah

sehingga tidak lagi menimbulkan masalah (Gunawan, 2007). Permasalahan sampah

merupakan hal yang krusial. Bahkan sampah dapat dikatakan sebagai masalah

kultural karena dampaknya terkena pada berbagai sisi kehidupan (Sudradjat, 2006).

Upaya penanganan sampah perlu dilakukan secara manajerial dengan benar serta

melibatkan semua unsur baik pemerintah, swasta maupun masyarakat yang

diharapkan dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaannya.

Sampah dan pengelohannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota

Indonesia. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan di dua kota

menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun

2
komposisi dari sampah sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk serta

aktivitas penduduk kota. Masyarakat tidak mau berurusan terlalu dekat dengan

sampah, padahal sudah dipastikan bahwa setiap hari mereka akan selalu

menghasilkan sampah. Mereka berharap kegiatan sehari-hari mereka bisa terhindar

dari sampah , seperti TPS maupun truk pengangkut sampah. Hal tersebut memang

tidak bisa dihindari sebab sampah sendiri sampai saat ini banyak memiliki dampak

negatif. (Karadimas, 2007). Pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab bersama

antara pemerintah dan masyarakat. Untuk sampah permukiman, pembagian tanggung

jawab pengelolaan sampah dibedakan menjadi dua, pengelolaan sampah dari sumber

hingga ke TPS menjadi tanggung jawab masyarakat dan pengelolaan sampah dari

TPS hingga ke TPA menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Hal tersebut

dijelaskan dalam (Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 33 tahun 2010). Kegiatan

pengelolaan sampah yang menjadi tanggung jawab masyarakat adalah :

1. Kegiatan pewadahan dan pemilahan sampah di sumber

2. Pengolahan sampah skala masyarakat di sumber

3. Pengumpulan sampah dari sumber ke TPS.

Sedangkan kegiatan pengelolaan sampah permukiman yang menjadi tanggung

jawab Pemerintah Daerah yang dalam kasus studi ini Desa Caturtunggal, Kecamatan

Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menyerahkan kepada PD

Kebersihan Kota Bandung, adalah :

1. Penampungan sampah berupa TPS

3
2. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA

3. Pengolahan sampah skala kota

4. Pemrosesan akhir sampah.

Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah

atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran,

pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan. (SNI T-13-1990-F).

Adapun teknik pengolahan sampah adalah sebagai berikut : 1. Pengomposan

(Composting), pengomposan adalah suatu cara pengolahan sampah organic dengan

memanfaatkan aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses

pematangan). Pengomposan dilakukan terhadap sampah organik.

2. Pembakaran sampah, pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat,

misalnya lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun

demikian, pembakaran ini sulit dikendalikan bila terdapat angin kencang, sampah,

arang sampah, abu, debu dan asap akan terbawa ketempat-tempat sekitarnya yang

akhirnya akan menimbulkan gangguan. Pembakaran yang paling baik dilakukan

disuatu instalasi pembakaran, yaitu dengan menggunakan insinerator, namun

pembakaran menggunakan incinerator memerlukan biaya yang mahal.

3. Recycling, merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana dilakukan

pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti: kertas, plastik, karet dan lain-

lain dari sampah yang kemudian diolah sehingga dapat digunakan kembali baik

dalam bentuk yang sama atau berbeda dari bentuk semula. Reuse, Merupakan teknik

4
pengolahan sampah yang hampir sama dengan recycling, bedanya reuse langsung

digunakan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Reduce, Adalah usaha untuk

mengurangi potensi timbulan sampah, misalnya tidak menggunakan bungkus kantong

plastik yang berlebihan. SWK Cibeunying yang merupakan bagian dari wilayah

operasional Bandung Barat bersama-sama dengan SWK Bojonagara, SWK Tegalega,

dan SWK Karees yang posisinya ada di bagian Barat. Berdasarkan data DKLH Kota

Bandung (2014), SWK Cibeunying memberikan konstibusi timbulan sampah ±

353.37 m 3 /hari, Sedangkan jumlah sampah yang dikelola/terangkut ke TPA ±

300.47 m3 /hari. Kubikasi timbulan sampah yang terjadi ini umumnya dari sampah

pada kegiatan pasar, rumah tangga, perkantoran, pertokoan dan sampah-sampah dari

kegiatan sosial ekonomi lainnya yang ritunitas berlangsung di SWK Cibeunying.

Kubikasi timbulan ini akan terus bertambah seiring dengan laju pertumbuhan

penduduk dan pertambahan kegiatan yang terjadi di SWK Cibeunying dan sekitarnya.

Untuk wilayah kajian, di kelurahan Cikutra kontribusi timbulan sampah ± 56,13 m

3 /hari. Kubikasi timbulan sampah yang terjadi ini umumnya dari sampah 4 pada

kegiatan pasar, rumah tangga, perkantoran, pertokoan dan sampah-sampah dari

kegiatan sosial ekonomi lainnya yang rutinitas berlangsung di Kelurahan Cikutra.

Kubikasi timbulan ini akan terus bertambah seiring dengan laju pertumbuhan

penduduk dan pertambahan kegiatan yang terjadi di Kelurahan Cikutra dan

sekitarnya. Permasalahan persampahan di Kelurahan Cikutra bukan hanya disebabkan

karena peningkatan jumlah penduduk saja, namun disebabkan pula dari rendahnya

tingkat pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan khususnya dalam bidang

pelayanan persampahan, yang mengakibatkan penanganan sampah yang tidak tuntas

5
sehingga menimbulkan adanya timbunan-timbunan sampah yang tidak terangkut

setiapharinya, setiap harinya hanya 80% saja yang dapat terangkut sedangkan 20%

timbulan sampah masih tertinggal. Melihat kondisi yang ada maka perlu adanya suatu

kajian yang pasti dalam menganalisa pengelolaan sampah dan penyediaan fasilitas

sarana dan prasarana pengelolaan sampah , Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk studi kasus dikawasan

bantaran sungai , Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta sehingga dapat mengurangi masalah sampah yang dihasilkan

dari perkembangan . Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta Masalah lain lagi yang sering muncul dalam

penanganan sampah di kawasan studi kasus adalah tingkat kesadaran masyarakat

yang masih rendah untuk tidak membuang sampah pada kawasan bantaran sungai.

Dikarenakan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan sampah dan

pengangkutan sampah yang kurang baik dikawasan studi sehingga masyarakat

membuang sampah ke bantaran sungai, kurangnya sarana dan prasarana pendukung

persampahan dan biaya operasional sampah yang tinggi mengakibatkan masyarakat

membuang sampah sembarangan tidak terkecuali ke sungai. Oleh karena hal tersebut

maka dibutuhkan evaluasi pengelolaan persampahan dikelurahan Cikutra khususnya

diwilayah bantaran sungai, untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan suatu cara

pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan melalui perencanaan yang matang

dan terkendali dalam bentuk pengelolaan sampah yang terpadu dengan menggunakan

konsep 3R Reduce (menggunakan kembali), Reuse (mengurangi), Recycle (daur

ulang)) serta 5 dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam

6
pembuangan dan pengelolaan sampah. Pembuangan dan pengelolaan sampah baik

dalam pengurangan produksi smpah maupun penanganannya. Dalam pengelolaan

sampah bukan hanya dititikberatkan pada pemerintah saja, namun diperlukan

kesadaran dan kemandirian dari masyarakat sehingga diharapkan dapat tercapainya

suatu sistem persampahan yang baik dan tidak merusak lingkungan.

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan sampah diwilayah bantaran sungai timbul seiring dengan pertumbuhan

penduduk yang mendirikan bangunan dibantaran sungai, selain pertumbuhan

penduduk permasalahan persampahan dapat didukung dari sistem pengolahan yang

tidak optimal, sistem perangkutan yang buruk, kurangnya penyediaan sarana dan

prasarana kebersihan. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah

sendiri masih rendah, terbukti dari cara membuang sampah yang masih sembarangan,

kebantaran sungai khususnya diwilayah studi bantaran sunga Desa Caturtunggal,

Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta i, sehingga

dampak negatif/merugikan masyarakat itu sendiri. Misalkan banjir, pencemaran

lingkungan yang mengakibatkan timbulnya masalah lainnya seperti penyakit diare,

penyakit kulit dan lain-lain. Sehingga dibutuhkan peran pemerintah dan masyarakat

untuk melakukan kerjasama dalam melakukan pengelolaan sampah, mulai dari

sumber sampah – ke TPS. Dasar pendekatan studi ini adalah untuk mengevaluasi

7
sampah yang dibuang masyarakat. Mulai timbulan sampah, jumlah volume sampah,

jenis sampah yang dibuang khususnya dibantaran sungai dan pengelolaan sampah.

Melakukan pendekatan kepada masyarakat, meningkatkan kesadaran masyarakat

untuk membuang sampah ditempat yang sudah disediakan pemerintah daerah dan

melakukan pengelolaan sampah dari sumber hingga ke TPS atau memanfaatkan

sampah kembali sehingga lebih bernilai ekonomi bagi masyarakat. Adapun

pertanyaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kondisi eksisting/permasalahan sistem pengelolaan sampah saat ini

dari sumber sampah ke TPS diwilayah studi ?

2. Jenis sampah apa saja kah yang dibuang masyarakat ke bantaran sungai kelurahan

Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta ?

Studi ini menjadi penting mengingat, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, haruslah ada evaluasi kembali untuk pengelolaan sampah terpadu

dikawasan bantaran sungai Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Agar tidak ada pembuangan sampah di

bantaran sungai tersebut, sehingga meminimalisir banjir, pencemaran lingkungan dan

lain-lain.

C. TUJUAN

8
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui persoalan

penanganan dan pengelolaan persampahan dilihat dari tindakan masyarakat dan

pemerintah di wilayah bantaran sungai Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Penelitian ini dapat membuka wawasan kita tentang kondisi lingkungan di sekitar

kita.

2. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca serta memperkenalkan manfaat

pengolahan sampah

3. Hasil penelitian ini di harapkan menjadi sumbangan ba siswa mengenai latar

belakang pengolahan sampah.

E. RUANG LINGKUP

1. Ruang Lingkup Wilayah

9
Kelurahan Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan

Cibeunying kidul. Kelurahan Cikutra terdiri dari 107 RT dan 15 dengan luas 7

wilayah mencapai ± 139.34 Ha dan ketinggian wilayah 709 dpl. Dengan jumlah

penduduk mencapai ± 22.451 jiwa. Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kelurahan dengan

jumlah penduduk terbanyak di kecamatan Cibeunying Kidul dan kelurahan dengan

luas wilayah terluas dikecamatan Cibeunying Kidul. Selanjutnya akan dibagi menjadi

kedalam wilayah operasional dengan pembangian dinas kebersihan, yaitu Secara

lengkap Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara bebatasan dengan jalan PHH. Mutofa

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan jendral A. Yani

c. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Cicadas

d. Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Padasuka

2. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang akan di analisis dibatasi pada satu kelurahan saja

dengan wilayah kajian bantaran sungai. Ruang lingkup materi yang dibahas dalam

penelitian Evaluasi Pengelolaan Sampah di Wilayah Bantaran Sungai Kota

10
Yogyakarta, Studi Kasus Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta dengan batasan materi :

a. Lingkup materi dalam kebijakan yang telah diberlakukan oleh pemerintah yang

mengacu pada peraturan daerah Kota Yogykarta nomor 9 tahun 2011 tentang

pengolahan sampah.

b. Ruang lingkup materi dalam permasalahan persampahan dan jenis sampah yang

dibuang kebantaran sungai, dengan melihat kondisi eksisting persampahan melalui

sistem teknis oprasional, kelembagaan, serta aspek peran serta masyarakat. dapat

dilihat dari hasil observasi lapangan dan dari hasil kuisioner yang telah dilakukan.

c. Ruang lingkup materi pengelolaan sampah dengan melihat batasan variabel-vaiabel

penentuan pengelolaan persampahan yang dapat diterapkan di Kelurahan Desa

Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

khususnya di wilayah bantaran sungai dengan melihat variabel pembatasan timbulan

sampah, pendaurulangan sampah, pemanfaatan kembali sampah dan peran serta

masyarakat dalam sistem pengelolaan sampah dengan melihat variabel peran serta

pasif meliputi sadar/peduli kebersihan lingkungan. Peran serta aktif, meliputi

pengumpulan sampah dengan pola komunal, kontrol sosial, ikut serta dalam kegiatan

gotong royong untuk kebersihan lingkungan dan ikut serta dalam penyediaan sarana

kebersihan.

d. Ruang lingkup materi pengelolaan sampah yang terpadu dikawasan sungai dengan

melihat ketersediaan sarana sampah dalam upaya pengurangan sampah dikawasan

11
bantaran sungai yang ditinjau dari kesediaan baik dari segi fisik (sarana) dan non fisik

(kelembagaan).

12
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. SAMPAH

PENGERTIAN

13
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam

tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat

berada pada setiap fase materi: Padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua

fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi.

Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam

jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah),

misalnya pertambangan,  manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri

akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip

dengan jumlah konsumsi.

Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola dengan

baik adalah sebagai berikut:

1. Gangguan Kesehatan:

Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong

penularan infeksi dan dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus.

2. Menurunnya kualitas lingkungan

3. Menurunnya estetika lingkungan

Timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan lingkungan tidak

indah untuk dipandang mata.

4. Terhambatnya pembangunan negara

Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan mengakibatkan pengunjung

atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata tersebut karena merasa

14
tidak nyaman dan daerah wisata tersebut menjadi tidak menarik untuk dikunjungi.

Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang berarti devisa negara juga

menurun.

B. JENIS-JENIS SAMPAH

Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada

yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah

sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan,

sampahninstitusi/kantor/sekolah, dan sebagainya. 

Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai

berikut :

1. Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang

dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan

mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar

merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur,

sisa-sisa makanan, pembungkus (Selain kertas, karet dan plastik) Tepung, sayuran,

kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak

menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

2. Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non

hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan

tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : Sampah logam dan produk-produk

15
olahan, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen.

Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara

keseluruhan (Unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan

dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol

plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng (Gelbert dkk, 1996).

Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau limbah yaitu :

Limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh limbah cair yaitu air cucian, air

sabun, minyak goreng sisa, dll. Contoh limbah padat yaitu bungkus snack, ban bekas,

botol air minum . Contoh limbah gas yaitu Karbon Dioksida (CO2), Karbon

Monoksida (CO), HCl, NO2, SO2 dll.

C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Dampak negatif sampah-sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan

dalam waktu yang lama akan mencemarkan tanah yang dikategorikan sampah disini

adalah bahan yang tidak dipakai lagi ( Refuse) karena telah diambil bagian-bagian

utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi

tidak ada harganya. 

Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan

lingkungan yaitu: 

1. Dampak terhadap kesehatan 

16
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (Pembuangan sampah yang

tidak terkontrol) Merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan

menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan

penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal

dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.

Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan

cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu contohnya

adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini

sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui

makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

2. Dampak terhadap lingkungan 

Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari

air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesien akan

lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian

sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair

organik, seperti metana. Selain, berbau kurang sedap gas ini pada konsentrasi tinggi

dapat meledak.

17
3. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat

kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan

(Untuk mengobati kerumah sakit).

b. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak

memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika

sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung

membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering

dibersihkan dan diperbaiki.

D. KERANGKA TEORI

Komunikasi lingkungan adalah sebuah upaya yang berusaha untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat merespon secara tepat terhadap sinyal lingkungan yang

relevan dengan kesejahteraan baik peradaban manusia maupun sistem biologis alami.

(Cox, (Nature's Crisis Disciplines), 2007). Pengertian komunikasi lingkungan juga

dapat dibedakan menjadi 2 arti, yaitu pertama komunikasi lingkungan  bersifat

pragmatis artinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara

mengedukasi,memperingatkan dan juga mempersuasi untuk dapat memecahkan

permasalahan yang ada di lingkungan.

18
            Selanjutnya adalah komunikasi lingkungan konstitutif yang lebih mengarah

pada bagaimana kita dapat memaknai alam. Maksudnya adalah dengan menggunakan

persepsi yang ada memunculkan dua arti yang salah satunya berupa kebenaran dari

realita yang ada berkaitan dengan lingkungan. Maka sehingga terkadang orang

mengerti tentang alam namun tidak memaknainya dengan benar. Ada 2 inti konsep

mengenai komunikasi lingkungan dan public, yaitu:

Pentingnya komunikasi manusia dalam membentuk persepsi lingkungan dan

hubungan kita dengan lingkungan artinya komunikasi seperti fungsinya yaitu untuk

mempengaruhi, dalam pembahasan ini pentingnya komunikasi adalah mempengaruhi

atau mempersuasi orang untuk menjaga lingkungannya supaya kelak rantai kehidupan

dan ekosistem dapat terjaga dengan baik.

Peran ruang publik dalam mediasi atau negosiasi antara suara-suara yang berbeda

yang berusaha mempengaruhi keputusan dan lingkungan. Peran ruang publik dalam

hal ini seperti kelompok kelompok pemerhati lingkungan menjadi salah satu aspek

agar dapat mempengaruhi orang untuk terlibat dalam menjaga lingkungan.

E. KERANGKA KONSEP

Kerangka Konseptual merupakan sekumpulan konsep-konsep yang digunakan dalam

menjalankan dan mendukung keberhasilan penelitian.

19
Konsep 3R

Sampah sering dianggap sebagai benda yang tidak berguna yang secara ekonomis

merupakan komoditas yang bernilai negatif karena untuk menanganinya diperlukan

biaya yang relatif besar. Menurut Azwar (1990) sampah adalah bagian yang tidk

terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan

konsumsi dan produksi manusia dan umumnya bersifat padat.

Murtadho (1988) membedakan sampah atas sampah organik yang mudah lapuk dan

sampah anorganik yang tidak mudah lapuk. Sampah organik meliputi limbah padat

semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari pertanian.

Sampah ini mempunyai sifat mudah terurai oleh mikroorganisma dan mudah

membusuk karena mempunyai rantai karbon yang pendek. Sampah anorganik adalah

sampah padat bersifat kering dan sulit terurai karena memiliki rantai karbon yang

panjang dan komplek seperti kaca, besi, plastik, dan sebagainya.

Pendekatan yang biasanya dilakukan dalam menyelesaikan masalah persampahan

adalah pendekatan yang konvesional yang bersifat pasif dan instruksional dengan

lebih menekankan kepada penananganan dan pengelolaan sampah yang dibuang.

Kebijakan pengelolaan sampah lebih menekankan kepada bagaimana sampah

dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke suatu tempat karena dianggap sebagai barang

sisa yang sudah ada tidak ada manfaatnya.

Mengenai konsep 3R, Sadoko (1993) mengemukakan sebagai berikut:

20
Reduce

Mengurangi volume sampah. Kegiatan ini disebut juga tindakan pencegahan sampah,

dilakukan dengan cara mengkonsumsi barang lebih sedikit dan tidak banyak

menggunakan kemasan.

Reuse

Menggunakan barang kembali yang telah dipakai tanpa melalui proses pengubahan.

Barang yang tidak dapat digunakan lagi dapat disumbangkan kepada orang lain atau

menjualnya.

Recycle

Mendaur ulang barang yang tidak terpakai dengan melalui suatu proses, misalnya

kertas daur ulang yang diperoleh dari kertas-kertas bekas, botol plastik, dan lain-lain.

Proses daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri

atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan

produk/material bekas pakai.

21
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

            Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan menggunakan

pendekatan kualitatif, dengan karakteristik-karakteristik: (a) Bersifat subjektif, (b)

Teknik pengumpulan data melalui cara terbuka yaitu wawancara mendalam, (c)

penelitian kualitatif lebih kepada deskripsi konsep. Kerangka dimulai dengan pokok-

pook fenomena (berupa fakta) yang dilakukan oleh peneliti. Kemudian,

mengemukakan asumsi-asumsi politik dan literatur yang dipakai untuk membahas

berbagai temuan dari fenomena yang diteliti. Berbagai data yang didapat dibahas dan

diasumsikan kedalam simpulan-simpulan tertentu.

22
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Padukuhan Tambak Bayan terletak di Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Padukuhan tambak Bayan

memiliki luas wilayah sebesar 62,201 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 4.857

orang dengan jumlah penduduk laki-laki 2.125 orang dan jumlah penduduk

perempuan sebanyak 2.705 orang. Adapun batas-batasnya meliputi: Sebelah utara:

Selokan Mataram, Sebelah Selatan: Jl. Laksda Adisucipto, Sebelah Barat: Dusun

Ngentak dan Dusun Kledokan, Sebelah Timur: Sungai Tambakbayan. Jarak dari

Padukuhan Tambakbayan ke kecamatan Depok kurang lebih 3 kilometer.

            Kegiatan masyarakat yang masih aktif sampai saat ini adalah arisan Ibu-Ibu

PKK dan Posyandu yang terdiri dari 25 Rukun Tetangga dan 05 Rukun Warga Ketua

RW 85.01 terdiri dari: Ketua RT 01, Ketua RT 02, Ketua RT 03, Ketua RT 16, Ketua

RT 21, Ketua RW 85.02, Ketua RT 04, Ketua RT 05, Ketua RT 07, Ketua RT 15,

Ketua RT 22. Ketua RW 85.03 terdiri dari: Ketua RT 06, Ketua RT 09, Ketua RT 14,

Ketua RT 17, Ketua RT 23. Ketua RW 85.04 terdiri dari: Ketua RT 08, Ketua RT 11,

Ketua RT 12, Ketua RT 13, Ketua RT 24. Ketua RW 85.05 terdiri dari: Ketua RT 10,

Ketua RT 18, Ketua RT 19, Ketua RT 20, Ketua RT 25. Ketua PKK Karang Taruna

terdiri dari: RT 04, RT 05, RT 07 RT 15 dan RT 22. Tingkat pendidikan cenderung

rendah SD-SMP dan secara umum bekerja sebagai petani

23
C.POPULASI DAN SAMPEL

Dari penyuluhan yang dilakukan peneliti dapat ditemukan bahwa masyarakat di

Tambakbayan RT 07/RW 03 masih banyak yang belum paham mengenai pengelolaan

sampah. Selain itu masyarakat juga belum sadar untuk membuang sampah pada

tempatnya sehingga menyumbat aliran air di selokan dan menyebabkan banjir

walaupun tidak parah. Kemudian dari hasil di lapangan ada masyarakat yang

membuang sampahnya ke sawah di sekitar Tambakbayan.

            Namun tidak semua data yang ditemukan hasilnya buruk, tetapi juga masih

banyak warga yang sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Terlihat

ketika dimusim penghujan, warga mulai bisa melihat kondisi yang terjadi ketika

hujan yaitu banyak genangan air. Artinya ada sesuatu yang salah pada drainase

daerah mereka, dan mereka sadar bahwa salah satu penyebabnya yaitu banyaknya

sampah yang terbuang secara sembarangan. Oleh karena itu ada sebagian warga yang

mulai memahami pentingnya kebersihan sampah dan mulai menerapkannya pada

anak-anak mereka. Seperti mengajari membuang sampah pada tempat yang sudah

disediakan yang pada akhirnya juga untuk kebersihan lingkungan mereka.

            Sedangkan dari proses pengolahaan sampahnya masyarakat Tambak Bayan

RT 07/RW 03 mengaku masih kurang teredukasi dalam hal pengolahan. Yang

24
sebenarnya mereka ingin sekali memanfaatkan sampah sebagai penunjang kebutuhan

mereka, namun karena kurangnya pengetahuan tentang bagaimana cara yang tepat

dalam melakukan proses pengolahan menjadi salah satu penghambat mereka dalam

upaya pengolahan sampah.

            Data yang ditemukan juga mengetahui bahwa sebelumnya ada program yang

dinamakan bank sampah yang artinya itu merupakan program untuk mengumpulkan

sampah pada satu tempat sehingga warga akan lebih mudah dalam menempatkan

lokasi sampah mereka. Di mana juga ketika kelompok mulai mencari keberadaan

tempat pembuangan sampah itu agak sulit, oleh karena itu salah satu penyebab warga

memilih membuang sampah di tempat yang bukan tempat sampah dikarenakan

kurangnya fasilitas tempat sampah di area mereka.

D. PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data primer

dengan menggunakan teknik wawancara dan teknik pengumpulan data sekunder

dengan menggunakan teknik observasi. Teknik tersebut digunakan agar fenomena

yang diteliti dapat dimaknai secara baik dan tepat apabila peneliti langsung

berinteraksi dengan subjek penelitian dan lokasi terjadi fenomena yang diteliti.

(1) Primer

25
Teknik pengumpulan data primer menggunakan teknik wawancara. Teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini merupakan wawancara mendalam

yang berhubungan dengan fokus fenomena yang diteliti untuk mendapatkan data

yang sesuai dengan situasi yang terjadi di lokasi penelitian.

(2) Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder menggunakan teknik observasi. Teknik observasi

merupakan pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean perilaku dan suasana

sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Fungsi dari teknik observasi adalah untuk

menjelaskan dan merinci fenomena yang diteliti. Teknik observasi digunakan dalam

penelitian ini didasarkan pada pengamatan dan pengalaman langsung saat berinteraksi

dengan subjek penelitian di lokasi tempat fenomena diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati aktivitas-aktivitas subjek penelitian,

interaksi antar subjek penelitian, situasi sosial serta karakteristik fisik yang terjadi di

lokasi penelitian. Langkah yang dilakukan dalam teknik observasi mengamati subjek

dengan melihat situasi sosial yang terjadi, kemudian mulai menyempitkan data dan

melakukan observasi terfokus pada data-data tertentu, lalu data observasi diseleksi

untuk mengambil kesimpulan dan terus melakukan observasi sampai akhir

pengumpulan data.

E. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

26
Dalam kehidupan ini terdiri dari banyak aspek, dimana setiap aspek itu saling

berputar-putar dan saling mempengaruhi satu aspek dengan aspek lainnya. Tidak lain

juga dengan aspek lingkungan, di zaman yang semakin modern ini banyak manusia

yang kurang memperhatikan lingkungan alam sekitarnya. Namun justru lebih

mengutamakan teknologi dalam perkembangan di setiap abadnya. Ini menjadi salah

penting dikarenakan ada beberapa anggapan bahwa manusia jauh muncul setelah

alam yang menjadi lingkungan manusia. Hal itu menjadi aneh ketika lingkungan alam

yang menjadi pendukung keberadaan manusia justru sekarang mulai tidak

diperhatikan manusia, memang miris adanya tapi ini benar-benar terjadi.

            Dengan adanya terjadinya fenomena tersebut banyak kampaye lingkungan

yang dijalankan baik dari komunitas-komunitas pendukung lingkunga hingga

pemerintah, tetapi bagaimana hal ini bisa berhasil jika tidak semua kelompok

mendukung jalannya kampanye tentang linkungan. Dari lingkungan kecil Tambak

Bayan RT 07/RW 03 terlihat bahwa ternyata lingkungan masih kurang diperhatikan.

Namun juga cara-cara terbaik dalam menjaga lingkungan seperti hal yang umum jelas

seperti membuang sampah pada tempatnya dan tidak akan muncul bencara seperti

banjir dan sebagainya. Tetapi bagaimana ketika sesuatu yang dianggap tidak berguna

justru menjadi salah satu karya yang menguntungkan bagi manusia dan juga untuk

keberadaan lingkungan alam sekitar.

27
            Karya dalam hal ini merupakan sebuah hasil atau temuan dari sebuah proses,

dalam program kampanye CIPTA KARYA SAMPAH KITA tidak hanya mendukung

gerakan kampanye lingkungan namun juga secara tidak langsung melakukan sebuah

solusi dalam penanganan aspek lingkungan sekarang ini. Dari cermin kehidupan

masyarakat Tambak Bayan tepatnya RT 07/RW 03 ternyata ada juga masyarakat

yang memiliki pemikiran yang cerdas dalam kaitannya dengan sampah. Yaitu dengan

mengolah kembali sampah sebagai benda yang berguna bagi kebutuhan mereka

sehari-hari. Artinya masyarakat sudah semakin pintar dalam menemukan solusi

tentang adanya permasalahan lingkungan. Dari karya pengolahan sampah itu sangat

berdampak positif bagi masyarakat itu pula, seperti contohnya ketika sampah diolah

menjadi sebuah tas misalnya, tas juga merupakan sebuah benda yang berguna bagi

kehidupan manusia yaitu untuk memudahkan ketika membawa barang yang

jumlahnya tidak sedikit. Ini bermakna baik kerena dengan hal itu penggunaan sampah

akan lebih sedikit dan tentunya pengolahan ini berdampak positif bagi lingkungan

kedepannya, serta dari aspek ekonomi juga bisa dimanfaatkan. Seperti hasil karya

dari pengolahan sampah di jual kembali dengan tujuan agar dana yang didapatkan

bisa dialokasikan ke kebutuhan lainnya.  Berbagai faktor sebenarnya bisa

dimanfaatkan baik kecil atau besar tergantung manusianya. Ketika manusia mulai

tanggap tentang linkungan maka selain berguna bagi mereka juga tentu berguna bagi

orang banyak.

28
29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

 Hasil Pengamatan Dan Wawancara Berupa Data Dan Deskripsi Lokasi

1. Hasil pengamatan dan wawancara berupa data

Nama                            : Bapak Labeng

Umur                            : 48 Tahun

Pekerjaan                      : Nelayan

30
Nisa : Mengapa sampai terjadi pemupukan sampah yang begitu padat di

tempat ini pak?. Khususnya pada Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

Jawab : Terjadinya penumpukan sampah yang begitu banyak ini karena tidak

adanya kesadaran dari masyarakat setempat karena hal ini terjadi bukan dari

masyarakat yang berada di tempat ini saja, tapi dari masyarakat yang berada

pada daerah pasar. Sebab sampah-sampah ini juga dari aliran got pembuangan

dari pasar.

Nisa :  Apakah selama ini tidak ada respon dari pemerintah untuk mengatasi

hal ini ?

Jawab : Pada tahun 2003 warga setempat mengajukan permohonan untuk

pembuatan bak sampah dan tanggul pada daerah ini. Dan pemerintah kota

menanggapinya dengan baik.Namun sampai sekarang  apa yang diharapkan

oleh warga setempat tidak terlaksana.

Nisa :  Apakah warga setempat juga membuang sampah pada tempat ini?

Jawab : Ia. Kami warga setempat juga membuang sampah ke sungai

Nisa : Bagaimana dampaknya bagi kelangsungan hidup masyarakat

setempat ?

Jawab : Jika hal ini terjadi banyak masyarakat yang merasa resah. Karena

banyak lalat dan nyamuk dari penumpukan sampah tersebut dan hal ini terjadi

31
bukan sekarang ini saja, tetapi sudah lama. Sehingga ada sebagian warga yang

terserang penyakit, diantaranya sakit kepala, sakit perut, gatal- gatal dan

DBD.

2. Deskripsi Lokasi

Apui merupakan kompleks yang berada di tengah kota Masohi yang letaknya

berada di pesisir pantai yang pemandangannya sangat indah serta hamparan laut biru

dan bukit-bukit tinggi yang biasa memanjakan mata yang melihatnya. Aroma laut dan

udara yang masih alami serta warga-warga yang sangat ramah menambah indahnya

pesona. Pemandangan sepanjang pantai menuju kompleks Apui ini sangatlah indah.

Di kelilingi kapal-kapal kecil  dan perahu yang sedang mengapung, pemandangan

laut yang dapat di lihat sepanjang pantai.

Namun, di Kompleks Apui yang berada dekat dengan pesisir pantai ini warga

tampaknya tidak mau tahu dengan kesehatan lingkungan di sekitar rumah mereka.

Mereka membuang sampah tidak pada tempatnya tetapi membuang sampah di tepi

laut. Bagaimana kesehatan mereka dapat terjaga kalau mereka selalu membuang

sampah tidak pada tempatnya, malahan dari ulah mereka sendirilah sehingga mereka

selalu di serang penyakit.

32
B. PEMBAHASAN

Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan

yaitu untuk  mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan

mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi

lingkungan hidup.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,

pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya

mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan biasanya

dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau

keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam

. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas atau radioaktif dengan

metode dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. Praktek pengelolaan

sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang , berbeda juga

antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah

perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari

pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab

pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri

biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah. Metode pengelolaan sampah

berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah yg digunakan

untuk mengolah dan ketersediaan area.

33
1. Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan). Sampah

yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah

lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata.

Berdasarkan hasil, penelitian diketahui bahwa dengan melakukan kegiatan

composting sampah organik yang komposisinya mencapai 70%, dapat

direduksi hingga mencapai 25%.

2. Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan

kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang.

Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual

barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas

dan botol air minum dalam kemasan.

34
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Sistem pengelolaan sampah merupakan hal vital bagi kebersihan dan

keindahan suatu negara. Sampai saat ini negara kita Indonesia masih belum

mampu mengelola sampah dengan benar, berbanding terbalik dengan negara-

negara maju seperti Jerman, Jepang, Swiss, Belanda, Inggris, Korea Selatan

yang telah mengelola sampah dengan baik dan benar. Sistem pengelolaan

sampah yang ada masih belum menerapkan sistem yang baik. Sampah-

sampah yang diangkut dari sampah rumah tangga, sampah industri, dan

35
sampah-sampah yang lainnya tidak ada pemisahan yang dilakukan oleh

pembuang sampah dan itu membuat pengelolaan menjadi cukup rumit. 

2. Sampah yang dibuang ke sungai yaitu berupa sampah rumah tangga,

sampah plastik, popok bayi, dan lain lain. Sampah tersebut jika dibiarkan akan

menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (

sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri.

B.        SARAN

1. Kepada masyarakat khususnya masyarakat di Desa Caturtunggal, Kecamatan

Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta agar lebih

memperhatikan lingkungan mereka yang sudah dicemari oleh berbagai

tumpukan sampah karena walaupun hal ini terjadi bukan dari masyarakat

setempat saja tapi juga merupakan masyarakat yang ada pada daerah

pasar  maka perlu adanya kesadaran agar mengurangi pembuangan sampah

secara berlebihan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan karna akan

menimbulkan efek buruk bagi diri kita.

2. Kepada instansi terkait terutama Dinas Pemeliharaan dan Penanggulangan

Lingkungan Hidup agar lebih memperhatikan lingkungan yang tercemar demi

kesehatan dan kelangsungan hidup bersama.

36
DAFTAR PUSTAKA

BAIM.2013.http://h4tum4ry.blogspot.com/2013/06/laporan-hasil-penelitian-
sampah.html

37
KOMPASIANA.2018.https://www.kompasiana.com/gebby/5a240ee2cf78db5782773122
/riset-penelitian-pengolahan-limbah-sampah-rumah-tangga?page=all

RESKIWAHYUNI.2012.https://www.google.com/search?
q=BLOG+RESKI+Wahyuni
%3Akarya+ilmiah+tentang+sampah&oq=BLOG+RESKI+Wahyuni
%3Akarya+ilmiah+tentang+sampah&aqs=chrome..69i57.24288j0j4&sourceid=chro
me&ie=UTF-8

38

Anda mungkin juga menyukai