Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No.1 Tahun 2018)


PENEGAKAN HUKUM NASIONAL SEBAGAI UPAYA
MENANGGULANGI TINDAK PIDANA MENGGELANDANG DAN
MENGEMIS DI KABUPATEN BULELENG

Galih Riana Putra Intaran1, Ni Putu Rai Yuliartini1, Dewa Gede Sudika Mangku2

Jurusan Ilmu Hukum


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja

e-mail : { galihriana@gmail.com1, raiyuliartini@gmail.com1,


dewamangku.undiksha@gmail.com2 }

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung penegakan
hukum nasional terhadap Gepeng serta upaya yang dilakukan untuk menanggulangi Gepeng di
Kabupaten Buleleng. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris, yang bersifat deskriptif.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Buleleng dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa
observasi, wawancara, dan studi dokumen. Penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari
penelitian langsung dilapangan yang didukung dengan bahan hukum yang terdiri dari, peraturan
perundang-undangan, jurnal, artikel, literatur-literatur serta karya tulis yang relevan dengan pokok
permasalahan yang dikaji. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor penghambat penegakan hukum
nasional adalah faktor substansi hukum dimana Gepeng belum disebutkan dalam Perda No.6 tahun
2009 dan belum ada aturan pidana bagi masyarakat pemberi Gepeng, faktor struktur hukum yaitu
terkait dengan kinerja dari aparat penegak hukum yang kurang maksimal, faktor budaya hukum yaitu
kurang pedulinya masyarakat Buleleng terkait permasalahan Gepeng dan masih adanya masyarakat
pemberi kepada Gepeng. Sedangkan faktor pendukung adalah faktor struktur hukum yang berupa
sarana/fasilitas yang menunjang dari aparat penegak hukum, dan faktor substansi hukum yaitu
peraturan yang berlaku baik KUHP maupun Perda tetap diperlukan sebagai dasar pelaksanaan
penegakan hukum. Upaya yang dilakukan guna menanggulangi tindak pidana menggelandang dan
mengemis di Kabupaten Buleleng meliputi upaya penal yaitu berupa kegiatan operasi/razia guna
menertibkan tempat kegiatan Gepeng, dan upaya penampungan sementara untuk sleksi guna
menentukan jenis pembinaan yang akan dilakukan, selanjutnya adalah upaya non-penal yaitu program
rumah tinggal kreatif yang bertujuan untuk tempat rehabilitasi mental dan pembinaan keterampilan
dengan harapan dapat merubah pola pikir dan jalan hidup para Gepeng untuk mendapatkan pekerjaan
yang jauh lebih baik lagi.

Kata Kunci : Gelandangan dan Pengemis, Faktor Penegakan Hukum, Upaya Penanggulangan

1
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No.1 Tahun 2018)

Abstract
This study aims to determine what are the factors inhibiting and supporting the enforcement of
national law against Gepeng as well as efforts made to tackle Gepeng in Buleleng regency. This
research is an empirical legal research, which is descriptive. This research was conducted in Buleleng
Regency by using data collecting technique such as observation, interview, and document study. This
study uses data sources derived from direct field research supported by legal materials consisting of
laws, regulations, journals, articles, literature and papers relevant to the subject matter studied. The
result of the research shows that the inhibiting factor of national law enforcement is the legal
substance factor where Gepeng has not been mentioned in Perda No.6 of 2009 and there is
no criminal rule for Gepeng, factors of legal structure that is related to the performance of law
enforcement officers who are less than the maximum, legal culture factor that is less care of
Buleleng society related to Gepeng problem and still existence of giving society to
Gepeng.While the supporting factor is a factor of legal structure in the form of facilities /
facilities that support from law enforcement officers, and the legal substance factor that is the
regulation applied both Penal Code and Perda still needed as base of law enforcement
implementation. Efforts made to tackle criminal acts vandalizing and begging in Buleleng
include penal efforts in the form of operations / raids to discipline the location of activities
Gepeng, and temporary shelter for slots to determine the type of coaching to be performed,
next is a non-penal effort that is a creative home program that aims to place mental
rehabilitation and skill coaching in the hope of changing the mind and lifestyle of the Gepeng
to get a much better job again.

Keywords : Bum and Beggars, Law Enforcement Factors, Countermeasures.

PENDAHULUAN 2008:1). Negara Indonesia sebagai negara


Indonesia adalah negara yang hukum memberlakukan hukum nasional
berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak terhadap warga negarannya. Dalam hukum
berdasarkan atas kekuasaan (machtsstaat) nasional Indonesia menerapkan hukum
hal tersebut tercantum dalam penjelasan privat dan hukum publik. Hukum publik yang
atas pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar dimaksud yaitu hukum pidana. Hukum
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. pidana adalah hukum yang mengatur
Negara hukum pada dasarnya tentang kejahatan dan pelanggaran
menempatkan hukum pada posisi tertinggi terhadap kepentingan umum (Najih,
dalam suatu negara dimana kekuasaan 2014:160). Bentuk pelanggaran hukum
haruslah tunduk pada hukum, bukan hukum khususnya hukum pidana dalam bidang
yang tunduk pada kekuasaan. Hukum harus ketertiban umum adalah mengenai
menjadi tujuan untuk melindungi permasalahan gelandangan dan pengemis
kepentingan warga negaranya, karena di atau yang sering dikenal dengan sebutan
dalam hukum terdapat asas equality before “Gepeng”. Keberadaan Gepeng dalam
the law (persamaan dimata hukum) yang lingkungan masyarakat jelas sangat
menyamakan kedudukan warga negara meresahkan. Karena disamping sebagai
dengan penguasa dimata hukum (Bakhari, pelanggaran hukum, Gepeng juga
2014:72). Yang membedakan ialah merupakan salah satu penyakit sosial yang
fungsinya itu sendiri, yaitu pemerintah ditakutkan akan menimbulkan tindak pidana
berfungsi untuk mengatur dan warga negara baru lagi di masyarakat. Karena dalam
yang diatur. kenyataannya kehadiran Gepeng dalam
Hukum itu dapat dilihat sebagai masyarakat tidak dapat dibendung, bahkan
perlengkapan warga negara untuk tiap tahun jumlahnya cenderung semakin
menciptakan ketertiban, keamanan, banyak dan sulit untuk ditanggulangi secara
kesejahteraan serta keadilan dalam tuntas.
kehidupan warga negara (Masriani,

2
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No.1 Tahun 2018)

Faktor utama yang menyebabkan Penegakkan hukum terkait dengan


banyaknya yang menjadi Gepeng adalah pelanggaran yang dilakukan oleh Gepeng
faktor tingginya tingkat kemiskinan, memiliki beberapa landasan hukum yang
rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya dapat dijadikan acuan untuk menegakkan
keterampilan kerja, dan faktor sosial budaya hukum sebagai upaya menanggulangi atau
(Yusrizal, 2012:26). Gepeng jelas menangani masalah Gepeng. Kegiatan
merupakan salah satu dampak negatif menggelandang dan mengemis tersebut
pembangunan, khususnya pada Kabupaten ternyata dikualifikasikan sebagai suatu
Buleleng. Tentunya dengan fenomena tindak pidana yaitu sebagai overtredingen
hadirnya Gepeng yang cukup tinggi di (pelanggaran) di bidang ketertiban umum,
Kabupaten Buleleng menjadikan masalah sebagaimana yang diatur dalam ketentuan
serius yang harus dihadapi dari tahun ke Pasal 504 dan 505 KUHP. Khususnya untuk
tahun. Kondisi seperti ini sangat jelas Kabupaten Buleleng mengenai larangan
memprihatinkan dan meresahkan kegiatan menggelandang dan mengemis
masyarakat Kabupaten Buleleng. Disamping termasuk ketentuan pidananya diatur dalam
itu, masalah Gepeng tentu dapat Pasal 4 ayat 2 Jo pasal 21 Perda No. 6
menimbulkan citra buruk atau kesan negatif Tahun 2009). Sanksi pidana secara umum
bagi Kabupaten Buleleng sebagai untuk kegiatan menggelandangan dan
Kabupaten dengan ikon Kota Pendidikan, mengemis diatur dalam KUHP dan secara
dan salah satu daerah tujuan wisata di bali khusus diatur dalam Perda no. 6 tahun 2009.
yang mana seharusnya bisa Adanya ketentuan hukum pidana yang
mensejahterakan masyarakatnya dengan sesuai dengan fungsi hukum tersebut, maka
pendidikan sejak dini. hukum pidana dapat dijadikan sebagai
Tabel. 1 sarana untuk mengarahkan dan membina
Jumlah Gepeng yang terjaring razia Tim masyarakat (Susanto,2008:35).
Yustisi Kabupaten Buleleng Aturan yang tegas dan sifatnya
represif mengenai upaya penanganan
Tahun Gepeng memang tetap diperlukan
N Daer 201 201 201 201 201 Jum mengingat ketentuan tersebut dapat
o ah 3 4 5 6 7 lah menghambat laju serta mempersempit
Asal L P L P L P L P L P L P ruang gerak Gepeng itu sendiri. Namun
1 Peda 6 4 6 1 4 6 8 1 1 3 2 4 dengan demikian tetap pula harus dilakukan
han 2 8 5 3 upaya-upaya penanggulangan yang sifatnya
2 Munti 1 8 1 1 6 8 1 1 4 1 4 4 preventif dan persuasif (Arief, 2010:77).
0 0 4 1 6 1 7 Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
3 Kamp 2 1 2 1 upaya-upaya penanggulangan yang
ung dilakukan selama ini termasuk penegakan
Baru hukum nasionalnya dengan mengkhusus
4 Banja 1 1 1 1 pada hukum pidananya masih belum
r berjalan dengan optimal dan terdapat
Jawa beberapa kelemahan. Maka kondisi seperti
5 Situb 6 3 6 3 ini yang membuat masalah penanggulangan
ondo Gepeng sebagai permasalahan serius, yang
harus segera dicarikan jalan
Sumber data : Dinas Sosial Kabupaten pemecahannya.
Buleleng. Maka berdasarkan uraian diatas,
Masalah Gepeng tersebut merupakan peneliti sangat tertarik untuk mengkaji lebih
masalah yang bersinggungan dengan aspek lanjut hal-hal yang berkaitan dengan faktor-
hukum. Selama ini Pemerintah Kabupaten faktor yang menghambat dan mendukung
Buleleng bersama dengan aparat penegak penegakan hukum nasional terhadap tindak
hukum terkait permasalahan Gepeng, pidana menggelandang dan mengemis serta
memang telah melakukan upaya-upaya upaya- upaya yang dilakukan untuk
penanggulangan. menanggulangi Gepeng di Kabupaten

3
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No.1 Tahun 2018)

Buleleng guna meningkatkan peran dari penegakan hukum dalam kehidupan


aparat penegak hukum serta masyarakat berjalan lebih efektif dan
mengembalikan fungsionalisasi hukum optimal. Pelaksanaan penegakan hukum
sebagaimana yang sesuai dengan ketentuan pidana terhadap Gepeng tidak akan terlepas
negara hukum dan juga mengoptimalkan dari faktor yang mempengaruhi penegakan
upaya untuk hukum itu sendiri. Faktor inilah yang menjadi
menanggulangi tindak pidana indikator keberhasilan maupun efektivitas
menggelandang dan mengemis yang suatu penegakan hukum.
dilakukan gepeng serta mengembalikan Masalah pokok penegakan hukum
fungsi sosial dari gepeng itu sendiri, maka sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang
dari itu peneliti mengambil judul mempengaruhinya. Menurut Lawrence Meir
“Penegakan Hukum Nasional Sebagai Friedman dalam teorinya tentang
Upaya Menanggulangi Tindak Pidana penegakan hukum yang mana telah
Menggelandang dan Mengemis di disesuaikan dengan kondisi yang ada di
Kabupaten Buleleng”. Indonesia, faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum tersebut meliputi
METODE PENELITIAN (Soekanto, 2011:18) :
Jenis penelitian yang digunakan 1. Faktor Substansi Hukum yang
dalam penelitian ini adalah penelitian hokum menunjuk pada faktor hukum atau
yuridis empiris (Ali, 2016:10). Penelitian peraturan itu sendiri.
hukum empiris ini merupakan penelitian 2. Faktor Struktur Hukum yang menunjuk
yang bersifat deskriptif (Ali, 2012:2). Sumber pada faktor penegak hukum dan fakor
data yang digunakan terdiri dari Data primer sarana/fasilitas.
yang bersumber dari penelitian lapangan. 3. Faktor Budaya Hukum yang menunjuk
Data skunder yang bersumber dari pada masyarakat dan kebudayaan.
penelaahan studi kepustakaan berupa
literatur, karya ilmiah (hasil penelitian), A. Faktor Penghambat Penegakan
peraturan perundang- undangan, Hukum Terhadap Gepeng di
dokumentasi dari berbagai instansi dan data Kabupaten Buleleng
yang sudah didokumenkan, antara lain : Berdasarkan teori yang dikemukakan
Bahan hukum primer yang terdiri dari oleh Lawrence Meir Friedman bahwasannya
peraturan perundang-undangan yaitu UUD mengenai faktor penghambat penegakan
NRI 1945, KUHP, PP RI No 31 Tahun 1980, hukum terhadap Gepeng di Kabupaten
dan Perda No. 6 Tahun 2009 Kabupaten Buleleng meliputi :
Buleleng. Bahan hukum sekunder yang 1. Substansi Hukum
bersumber dari jurnal, doktrin, dan hasil Faktor substansi hukum ini meliputi
penelitian. Metode pengumpulan data yang tentang hukum atau peraturan itu sendiri.
dipergunakan adalah wawancara, Hukum positif Indonesia menegaskan
pengamatan (observasi) dan kuisioner bahwa kegiatan menggelandang dan
(Waluyo, 2008:8.). Teknik yang digunakan mengemis di tempat umum dikualifikasikan
dalam penelitian ini adalah nonprobability sebagai suatu tindak pidana pelanggaran di
sampling berbentuk proposiv sampling bidang ketertiban umum sesuai ketentuan
(Waluyo, 2008:46). hukum yang berlaku. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukan hambatan terhadap
PEMBAHASAN penegakan hukum yang berasal dari faktor
1. Faktor Penghambat dan Pendukung substansi hukum ini adalah dapat
Penegakan Hukum Terhadap Gepeng di disebabkan karena:
Kabupaten Buleleng a. Tidak diikutinya asas-asas berlakunya
Proses penegakan hukum tidak undang-undang.
menutup kemungkinan apabila dalam b. Kurang jelasnya arti kata di dalam
pelaksaaannya akan ditemukan faktor undang-undang yang mengakibatkan
penghambat dan juga faktor pendukung kesimpangsiuran di dalam penafsiran
yang dapat membuat pelaksanaan serta penerapannya.

4
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No.1 Tahun 2018)

c. Aturan yang ada masih belum pidana sebagai upaya menanggulangi


menyentuh masyarakat pemberi permasalahan Gepeng di Kabupaten
Gepeng. Buleleng. Hal ini menunjukan tugas dan
Secara substansi, dalam Pasal 4 ayat fungsi sebagai aparat penegak hukum
(2) Perda No. 6 tahun 2009 kata ”Gepeng” tersebut belum dilaksanakan dengan baik.
sama sekali belum disebutkan secara jelas Terbukti dari tidak adanya upaya penegakan
sebagai perbuatan yang dilarang, dalam hukum terhadap ketentuan Pasal 504, 505
implementasinya di lapangan hal ini KUHP secara umum oleh aparat Polres
menimbulkan penafsiran yang kurang jelas Buleleng dan perda no. 6 tahun 2009 oleh
karenanya terhadap ketentuan Pasal 4 ayat aparat Satpol PP.
(2) Perda No. 6 tahun 2009 tersebut perlu Tabel 2
dilakukan revisi dengan menambahkan kata Pelimpahan perkara tindak pidana
“Gepeng” untuk memperjelas bunyi menggelandang dan mengemis ke
pasalnya. Kelemahan-kelemahan lain yang Pengadilan Negeri Buleleng
terlihat dalam pasal 504, 505 dan pasal 4 Sumber Data : berdasarkan hasil penelitian.
ayat 2 Jo. Pasal 21 ayat 1 dan 2 adalah Tabel diatas menunjukan
aturan tersebut belum sampai menyentuh bahwasannya penegakan hukum terkait
masyarakat pemberi kepada Gepeng, hal itu Gepeng memang tidak sampai ke proses
dibutuhkan karena faktor adanya pelimpahan perkara yang mana menunjukan
masyarakat pemberi inilah yang menjadi bahwasannya sikap yang kurang tegas yang
salah satu faktor utama penyebab masih dimiliki oleh aparat penegak hukum. Upaya
banyaknya jumlah Gepeng di Kabupaten penegakan hukum
Buleleng sehingga diharapkan dengan
Perkara
adanya aturan pidana bagi masyarakat yang Perkara Pelanggaran
memberikan uang atau sesuatu kepada N Pelanggaran Pasal 4 ayat
Gepeng jelas akan membuat lahan operasi Tahun
o Pasal 504, 505 (2) Jo. Pasal
dari Gepeng tersebut menjadi semakin KUHP 21 ayat 1 dan
sempit. Pemberian sanksi pidana berupa 2
pidana kurungan sulit diterapkan, karena 1 2013 0 0
melihat kondisi Lembaga Permasyarakatan 2 2014 0 0
di Kabupaten Buleleng yang penuh atau
3 2015 0 0
tidak akan mencukupi sehingga dibutuhkan
4 2016 0 0
kebijakan untuk menanganinya yaitu
5 2017 0 0
meliputi, Penjatuhan sanksi kurungan bagi
Gepeng ini sebaiknya lebih diterapkan Total 0 0
kepada para Gepeng kambuhan, Perlu pidana terhadap ketentuan Pasal 504 dan
segera dilakukan teroboson hukum dengan 505 serta pasal 4 ayat (2) Jo. Pasal 21 ayat
melakukan pembaharuan hukum pidana. 1 dan 2 Perda No. 6 tahun 2009, yang
2. Struktur Hukum selama ini dilakukan oleh aparat Satpol PP
Faktor struktur hukum ini lebih Kabupaten Buleleng terbukti belum
menekankan pada aspek lembaga/aparat dilaksanakan secara tuntas dan maksimal
penegak hukum beserta kinerjanya dan juga karena upaya yang dilakukan dari aparat
sarana/fasilitas pendukung yang dalam Satpol PP yang lebih merujuk pada upaya
lingkup ini adalah jelas yang terkait dengan refresiv dengan alasan kemanusiaan. Faktor
pelaksanaan penegakan hukum pidana penghambat yang menyebabkan aparat
terhadap Gepeng di Kabupaten Buleleng. Kepolisian Resort Buleleng dalam hal
Hasil penelitian dilapangan menunjukkan menegakkan hukum nasional kepada
bahwa selama ini aparat penegak hukum Gepeng meliputi :
terkait yaitu aparat Polres Buleleng, Dinas a. Terbatasnya Sumber Daya Manusia
Sosial dan Satpol PP Kabupaten Buleleng, di Polres Buleleng.
ternyata belum menunjukkan kinerja b. Luasnya ruang lingkup tugas
maksimal dalam proses penegakan hukum penegakan hukum yang disertai
nasional yang mengacu pada hukum dengan kompleksnya permasalahan
hukum di Kabupaten Buleleng

5
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No.1 Tahun 2018)

c. Alat bukti dan unsur dari pasal yang keberadaan Gepeng di lingkungan
disangkakan yaitu Pasal 504 dan 505 sekitar mereka.
KUHP. Faktor masih adanya masyarakat
d. Permasalahan Gepeng sudah pemberi dan sikap mayarakat yang kurang
ditangani oleh pihak Satpol PP peduli terhadap permasalahan Gepeng
Kabupaten Buleleng. inilah yang selama ini juga berkontribusi ikut
Faktor inilah yang membuat aparat menghambat kinerja aparat Satpol PP dan
Kepolisian Resor Buleleng belum maksimal aparat Kepolisian Resort Buleleng untuk
menjangkau permasalahan Gepeng di menertibkan atau menanggulangi
Kabupaten Buleleng. Mengenai permasalahan Gepeng. Faktor penghambat
sarana/fasilitas penunjang penegakan lainnya dari faktor budaya hukum ini adalah
hukum pidana terhadap Gepeng, masih sangat lunak dan kurang tegasnya
bahwasannya masih terdapat kekurangan sikap mental yang ditunjukkan oleh aparat
yang mana dapat menghambat penegakan penegak hukum terhadap Gepeng yang
hukum terhadap Gepeng di Kabupaten terbukti melakukan kegiatan
Buleleng. Faktor penghambat dimaksud menggelandang dan mengemis di tempat
adalah Pemerintah Kabupaten Buleleng umum. Budaya hukum yang kurang baik ini
tidak mempunyai panti rehabilitasi/panti tidak akan memberikan efek jera kepada
sosial yang representatif bagi Gepeng dan di Gepeng sehingga tujuan untuk memperbaiki
khawatirkan tentang kondisi Lembaga sikap mental dan membuat para Gepeng
Pemasyarakatan (LP) yang penuh apabila jera untuk menggelandang dan mengemis
nanti adanya putusan terhadap Gepeng lagi sulit tercapai.
yang terkena sanksi kurungan bila saat di
proses pada sidang Tipiring. Hambatan B. Faktor Pendukung Penegakan
diatas adalah permasalahan klasik yang Hukum Terhadap Gepeng di
sudah sejak lama berlangsung yang perlu Kabupaten Buleleng.
dicarikan solusi/pemecahannya bersama Mengenai faktor pendukung
oleh semua pihak baik pemerintah, aparat pelaksanaan penegakan hukum pidana
penegak hukum maupun masyarakat. dalam rangka menanggulangi Gepeng di
Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut:
3. Budaya Hukum
Faktor budaya hukum ini sangat terkait
dengan faktor masyarakat yaitu lingkungan 1. Substansi Hukum
dimana hukum tersebut berlaku atau Sebagaimana yang telah diuraikan,
diterapkan, Hasil yang ad dilapangan selama ini KUHP maupun Perda Kabupaten
menunjukan sebagai berikut: Buleleng diatas dianggap bertentangan
a. Masih banyaknya masyarakat pemberi dengan ketentuan Pasal 34 UUDNRI 1945,
kepada Gepeng, hal ini tentu membuat namun menurut peneliti ketentuan Pasal 34
semakin subur dan menjamurnya UUDNRI 1945 tersebut tidaklah dapat
Gepeng yang mendorong mereka dijadikan dasar atau alasan hukum untuk
untuk datang ke kabupaten Buleleng. meniadakan tindakan tegas negara dalam
Memberikan sesuatu kepada Gepeng menanggulangi masalah Gepeng demi
ini sangatlah tidak mendidik dan mewujudkan ketertiban umum, memberikan
membuat mental Gepeng menjadi rasa aman dan tenteram bagi masyarakat
semakin malas. luas. maka sangat beralasan apabila
b. Masih banyaknya anggota diperlukan upaya penanggulangan yang
masyarakatnya yang bersikap acuh lebih serius terhadap permasalahan Gepeng
tak acuh dan terkesan tidak peduli ini mulai dari yang sifatnya preventif sampai
dengan kondisi di sekitar. Selain itu, dengan upaya-upaya yang sifatnya represif
masyarakat Kabupaten Buleleng melalui penegakan hukum pidana yaitu
cenderung kurang mempunyai inisiatif dengan penegakan ketentuan Pasal 504,
yang lebih untuk melaporkan ke 505 KUHP dan Pasal 4 ayat (2)
aparat/petugas terkait terhadap Jo. Pasal 21 ayat 1 dan 2 Perda No. 6

6
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No.1 Tahun 2018)

tahun 2009 tersebut. Aturan dan sanksi terhadap pemerintah untuk memberikan
pidana terhadap Gepeng sebagaimana kehidupan yang layak. Untuk memberikan
diatur dalam KUHP maupun Perda perlindungan kepada masyarakat dari
Kabupaten Buleleng tersebut, tetap gangguan tindak pidana atau kejahatan,
diperlukan untuk menjaga ketertiban umum maka diperlukan adanya upaya
di masyarakat, melihat keberadaan Gepeng penanggulangan dari pemerintah beserta
di Kabupaten Buleleng ini dirasa semakin aparat penegak hukum yang terkait. Upaya
mengganggu. Maka aturan dan sanksi penanggulangan tindak pidana kejahatan
pidana tersebut juga memang tetap ataupun pelanggaran hukum di masyarakat,
diperlukan dan layak untuk dipertahankan dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:
mengingat ketentuan tersebut dapat Melalui jalur penal (hukum pidana) dan
memberikan efek jera dan memperbaiki Melalui jalur non-penal.
sikap mental Gepeng agar dikemudian hari Upaya yang telah dilakukan untuk
tidak lagi melakukan kegiatan tersebut. menanggulangi tindak pidana
Aturan pidana tersebut diharapkan dapat menggelandang dan mengemis ini meliputi
bekerja dengan baik dalam kehidupan :
masyarakat Kabupaten Buleleng dan tentu 1. Upaya operasi/razia
saja menjadi faktor pendukung dalam Berdasarkan hasil penelitian dengan
pelaksanaan penegakan hukum terhadap mengkaji dan menganalisis berdasarkan
Gepeng di Kabupaten Buleleng. teori upaya penanggulangan tindak pidana,
maka upaya ini termasuk dalam upaya
2. Struktur Hukum menanggulangi tindak pidana melalui jalur
Berdasarkan hasil penelitian faktor penal (hukum pidana). Upaya operasi/razia
struktur hukum ini selain merupakan faktor ini merupakan suatu bentuk upaya nyata
penghambat ternyata didalamnya juga yang dilakukan oleh Tim yustisi, yang
terdapat hal yang sifatnya mendukung peliputi Dinas Sosial, aparat Satpol PP dan
pelaksanaan penegakan hukum terhadap aparat Kepolisian Resort Buleleng. Kegiatan
Gepeng di Kabupaten Buleleng. Bagian dari yang didasarkan atas permasalahan
faktor struktur hukum yang merupakan Gepeng ini dilakukan kurang lebih sebanyak
faktor pendukung adalah berkaitan dengan 3 kali dalam setahun. Upaya ini kurun waktu
sarana/fasilitas penunjang penegakan 5 tahun terakhir (periode tahun 2013-2017)
hukum nasional terhadap Gepeng. Sarana menunjukkan bahwa, aparat penegak
dan fasilitas penegakan hukum yang dimiliki hukum dalam hal ini sudah gencar
aparat penegak hukum Satpol PP melakukan kegiatan operasi/razia
Kabupaten Buleleng cukup memadai. serangkaian penertiban yang dilaksanakan
Sarana dan fasilitas berupa mobil patroli, dengan cara mendatangi Gepeng di tempat
Handy Talky (HT), senjata pengamanan umum. Upaya ini terbukti telah dilakukan
yang cukup dan ditunjang dengan jumlah guna mencoba menertibkan dan
petugas/aparat Satpol PP Kabupaten menanggulangi Gepeng yang beroperasi
Buleleng yang cukup pula dapat menjadi diwilayah Kabupaten Buleleng dengan
modal pendukung pelaksanaan penegakan melihat banyaknya Gepeng yang terjaring
hukum terhadap Gepeng di Kabupaten razia selama lima tahun terakhir tahun 2013-
Buleleng. Dukungan sarana dan fasilitas ini 2017 adalah sejumlah 170 orang.
sejalan atau berbanding lurus dengan hasil Berdasarkan hasil penelitian upaya ini
penertiban yang telah dilakukan selama ini selama kurun waktu 5 tahun (periode tahun
yaitu banyaknya Gepeng yang terjaring razia 2013-2017) dirasa cukup optimal untuk
selama 5 tahun terakhir adalah sejumlah 170 menertibkan lokasi kegiatan
orang. menggelandang dan mengemis sebagai
wujud awal upaya menanggulangi tindak
2. Upaya Penanggulangan Gepeng di pidana menggelandang dan mengemis di
Kabupaten Buleleng. wilayah Kabupaten Buleleng, peneliti
Gepeng merupakan salah satu sependapat berdasarkan hasil penelitian
fenomena sosial yang terjadi akibat yang didapat bahwasannya upaya ini efektif
kemisinan yang tinggi serta keputusasaan

7
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No.1 Tahun 2018)

dilakukan untuk menertibkan Gepeng 3. Rumah tinggal kreatif


sebagai langkah awal menanggulangi tindak Berdasarkan hasil penelitian dengan
pidana yang dilakukan Gepeng, tetapi akan mengkaji dan menganalisis berdasarkan
lebih maksimal apabila pelaksanaan teori upaya penanggulangan tindak pidana,
kegiatan operasi/razia ini dilakukan dalam 1 maka upaya ini termasuk dalam upaya
bulan sekali. menanggulangi tindak pidana melalui jalur
2. Upaya penampungan sementara non-penal (diluar hukum pidana). Upaya ini
untuk dilakukan seleksi. merupakan bentuk program rehabilitasi yang
Berdasarkan hasil penelitian dengan akan dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten
mengkaji dan menganalisis berdasarkan Buleleng. Program Rumah Tinggal Kreatif ini
teori upaya penanggulangan tindak pidana, berfungsi untuk tempat rehabilitasi mental
maka upaya ini termasuk dalam upaya dan pembinaan keterampilan yang
menanggulangi tindak pidana melalui jalur diharapkan bisa menjadi salah satu
penal (hukum pidana). Upaya penampungan alternative tempat untuk
sementara ini dilakukan untuk proses menanggulangipara Gepeng. Rumah tinggal
pendataan dan proses seleksi. Pada tahap kreatif ini dibangun dengan pembentukan
ini dilakukan pendekatan persuasif yang sebuah manajemen pemberdayaan
intensif kepada Gepeng oleh Satpol PP dan terhadap Gepeng dengan harapan setelah
Dinas Sosial untuk nantinya dapat keluar dari rumah tinggal kreatif maka telah
ditentukan mengenai tindakan selanjutnya. terjadi perubahan pola pikir dan jalan hidup
Dalam tahap ini petugas akan memberikan bagi para Gepeng untuk memiliki hidup dan
pengertian, pemahaman dan mengajak para pekerjaan yang lebih baik dibandingkan
Gepeng untuk melakukan kegiatan menggelandang dan
meninggalkan kegiatan mengemis di wilayah Kabupaten Buleleng.
menggelandang dan mengemis di tempat Rumah tinggal kreatif ini akan
umum. Pendekatan persuasif ini tidak ditangani oleh tenaga ahli di bidangnya,
mudah, perlu kesabaran untuk memberikan sebagai rehabilitasi mental maka dari itu
pengertian dan pemahaman serta akan diperlukan tenaga pendidik dan
kesadaran agar mereka mau meninggalkan psikolog yang akan memberikan pengertian
kegiatan menggelandang dan mengemis di dan merubah pola pikir (mindset) dari para
tempat umum. Hasil seleksi ini selanjutnya Gepeng untuk bisa meninggalkan
ditangani dalam 3 pendekatan, yaitu kegiatanmenggelandang dan mengemis
pertama melalui Sidang tindak pidana ringan dengan pekerjaan yang lebih layak dan lebih
(Tipiring), kedua diserahkan kepada Dinas baik. Setelah rehabilitasi mental tersebut
Sosial Kabupaten Buleleng untuk dibawa ke dilakukan dengan baik maka akan diberikan
rumah penampungan untuk diberikan pembinaan keterampilan yang bisa dipakai
pembinaan, dan yang ketiga dipulangkan ke dan difungsikan untuk mata pencaharian
daerah asal/kampung halaman. dan pekerjaan bagi para Gepeng
Hasil penelitian yang ada kurun waktu tersebut,yang Pada akhirnya tujuan untuk
5 tahun terakhir ini (periode tahun 2013- mengurangi jumlah Gepeng ini diharapkan
2017) pihak Satpol PP Kabupaten Buleleng bisa berfungsi dengan baik. Rumah tinggal
lebih memilih untuk menggunakan kreatif ini masih menjadi wacana dari Dinas
pendekatan yang kedua dan ketiga yaitu Sosial Kabupaten Buleleng dikarenakan
diserahkan kepada Dinas Sosial Kabupaten dalam melaksanakan upaya ini akan sangat
Buleleng untuk diberikan pembinaan yag membebani APBD daerah Kabupaten
sifatnya hanya berupa arahan dan dilakukan Buleleng.
pemulangan ke daerah asal yang menjadi
tugas dari Dinas Sosial Kabupaten Buleleng. PENUTUP
Pendekatan yang dilakukan ini menimbulkan
kembalinya masyarakat melakukan tindak SIMPULAN
pidana menggelandang dan mengemis 1. Faktor penghambat penegakan hukum
khusunya dilakukan di daerah Kabupaten nasional terhadap Gepeng di
Buleleng. Kabupaten Buleleng adalah faktor

8
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No.1 Tahun 2018)

substansi hukum yaitu Gepeng belum Pengadilan Negeri Buleleng supaya


secara tegas disebutkan dalam Perda dalam pelaksanaan penegakan hukum
No. 6 tahun 2009, dan belum adanya terhadap Gepeng di Kabupaten
aturan pidana bagi masyarakat pemberi Buleleng dapat dilakukan secara lebih
kepada Gepeng, faktor struktur hukum tegas dan konsekuen agar
yaitu kinerja aparat penegak hukum mendapatkan hasil yang diharapkan.
yang belum maksimal, serta faktor 2. Perlu dilakukannya evaluasi dan
budaya hukum yaitu masih kurang perbaikan secara menyeluruh yang
pedulinya masyarakat terhadap harus segera dilakukan oleh Pemerintah
permasalahan Gepeng dan masih Kabupaten Buleleng dan aparat
adanya masyarakat pemberi kepada penegak hukum terkait.Untuk
Gepeng, serta sikap mental dari aparat mengatasi hambatan dalam penegakan
penegak hukum yang kurang tegas hukum terhadap Gepeng, baik itu yang
terhadap Gepeng. Sedangkan faktor terkait dengan faktor struktur hukum
pendukung penegakan hukum nasional (legal structure), faktor substansi hukum
terhadap Gepeng adalah faktor (legal substance) maupun faktor budaya
substansi hukum yaitu KUHP maupun hukum (legalculture).
Perda No. 6 tahun 2009 masih
diperlukan dan dipertahankan sebagai DAFTAR PUSTAKA
dasar pelaksanaan penegakan hukum
di Kabupaten Buleleng, dan faktor BUKU :
struktur hukum berupa sarana/fasilitas Ali, H.Z. 2016, Metode Penelitian Hukum,
yang memadai dari aparat penegak Jakarta :Sinar Grafika Offset.
hukum dalam melaksanakan Arief, B.N. 2010, Masalah Penegakan
operasi/razia penertiban. Hukum Dan Kebijakan Hukum Pidana
2. Upaya-upaya yang telah dilakukan Dalam Penanggulangan Kejahatan.
untuk menanggulangi Gepeng di Jakarta : Kharisma Putra Utama.
Kabupaten Buleleng yaitu upaya jalur Arief, B.N. 2008, Bunga Rampai Kebijakan
penal dan non-penal. Upaya penal Hukum Pidana. Jakarta : Prenada Media
meliputi upaya operasi/razia guna Group.
menertibkan Gepeng yang beroperasi Bakhari Syaifull, 2014. Sistem Peradilan
diwilayah Kabupaten Buleleng dan Pidana Indonesia. Yogyakarta : Pustaka
upaya penampungan sementara untuk Pelajar.
di sleksi bertujuan untuk membedakan Masriani, Y.T. 2008. Pengantar Hukum
jenis pembinaan terhadap Gepeng yang Indonesia . Jakarta : Sinar Grafika.
terjaring operasi/razia. Sedangkan Najih Mokhammad, 2014. Pengantar Hukum
upaya non-penal meliputi program Indonesia. Malang : Setara Press.
Rumah Tinggal Kreatif yang bertujuan Salman Otje, dan Susanto, A.F. 2008,
untuk tempat rehabilitasi mental dan Beberapa Aspek Sosiologi Hukum. Ed.
pembinaan keterampilan dengan Ke-2 Cet ke-1, Alumni, Bandung.
harapan dapat merubah pola pikir dan Sunggono Bambang, 2006, Metodologi
jalan hidup para Gepeng untuk Penelitian Hukum, Ed. 1 Cet. ke-8,
mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
baik lagi. Soekanto Soerjono, 2011. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penegakan
SARAN Hukum. Jakarta : CV. Rajawali.
1. Perlu dilakukannya peningkatan kinerja Waluyo Bambang, 2008 Penelitian Hukum
dari Pemerintah maupun aparat Dalam Praktek. Jakarta : Sinar Grafika.
penegak hukum, dalam melakukan Yusrizal, 2012. Kapita Slekta Hukum Pidana
koordinasi dan sinergi dari & Kriminologi. Jakarta : PT. SOFMEDIA.
lembaga/aparat penegak hukum yang ARTIKEL :
terkait yaitu dari Satpol PP Kabupaten
Buleleng, Dinas Sosial Kabupaten
Buleleng, Polres Buleleng dan

9
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No.1 Tahun 2018)

Anggari, K.D.A. dalam artikel Efektifitas UNDANG-UNDANG :


Penanggulangan Gelandangan dan Munthe, C.A. 2014 KUHP & KUHAP CERTE
Pengemis Di Kabupaten Badung. POSSE
diakses pada tanggal 13 September Peraturan Pemerintah RI No. 31 Tahun 1980
2017. tentang Penanggulangan Gelandangan
Sedana Gede, dalam artikel Faktor dan Pengemis.
Penyebab terjadinya Gelandangan dan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng No.
Pengemis Kasus di Bali. diakses 6 Tahun 2009 tentang Ketertiban Umum.
Tanggal 12 September 2017

10

Anda mungkin juga menyukai