Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Penegakan Hukum Di Lingkungan Peradilan Administrasi Negara


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan
Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara

Disusun Oleh :
Kelompok 11
Anisa Afrianti (1120015)
Dian Saskia (1120025)

Dosen Pengampu :
Yuzalmon, S. Ag, SH, M.Si

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (HK.A)


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BUKITTINGGI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menjelaskan mengenai Penegakan Hukum di Lingkungan
Peradilan Administrasi Negara. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Hukum Tata
Negara dan Hukum Administrasi Negara .
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing kami. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberikan dorongan, serta bantuan sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan.
Dalam makalah ini dijelaskan tentang Penegakan Hukum Di Lingkungan Peradilan
Administrasi Negara. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok. Penulis hanyalah
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis mohon maaf apabila ada kesalahan
ataupun kekurangan dalam makalah yang penulis buat ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Untuk tercapainya kesempurnaan makalah ini, penulis mohon kritik dan saran dari
yang membacanya.

Pasaman Barat, 1 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
......................................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
......................................................................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN
......................................................................................................................................................
1
A. Latar Belakang
..........................................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
..........................................................................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan
..........................................................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN
......................................................................................................................................................
3
A. Pentingnya Penegakan Hukum
..........................................................................................................................................
3
B. Organisasi Peradilan Administrasi Negara
..........................................................................................................................................
5
C. Upaya Dalam Penyelesaian Sengketa di Peradilan Adminisrasi Negara

iii
..........................................................................................................................................
7
D. Fungsi dan Ciri Peradilan Administrasi
..........................................................................................................................................
8

BAB III PENUTUP


......................................................................................................................................................
11
A. Kesimpulan
..........................................................................................................................................
11
B. Kritik dan Saran
..........................................................................................................................................
11

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan atau lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk
di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia
berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad
iv
hidup lainnya. Rumusan pengertian lingkungan hidup menurut seorang akademisi itu sama
dengan rumusan normative dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN Tahun 2009 No. 140, yang
untuk seterusnya dalam disertasi ini disebut dengan singkatan UUPPLH) yaitu “kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”. Rumusan dalam UUPPLH tersebut juga
sama dengan rumusan undang-undang lingkungan hidup sebelumnya yaitu Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 sebagaimana ditelaah oleh seorang sarjana hukum pemerhati
lingkungan. Dengan demikian, terdapat keajegan atau kesinambungan pengertian lingkungan
hidup dari masa ke masa. Permasalahan lingkungan hidup pada hakikatnya adalah
permasalahan ekologi Inti permasalahan lingkungan hidup ialah hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Apabila hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya berjalan secara teratur dan merupakan satu kesatuan yang
saling mempengaruhi, maka terbentuklah suatu sistem ekologi yang lazim disebut ekosistem.
Karena lingkungan terdiri dari komponen hidup dan tak hidup, maka ekosistem pun
terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup yang berinteraksi secara teratur sebagai suatu
kesatuan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pentingnya penegakan hukum?
2. Apa saja organisasi peradilan administrasi Negara?
3. Bagaimana upaya dalam penyelesaian sengketa di peradilan administrasi Negara?
4. Apa fungsi dan ciri peradilan administrasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pentingnya penegakan hukum.
2. Untuk mengetahui organisasi peradilan administrasi Negara.
3. Untuk mengetahui upaya dalam penyelesaian sengketa di peradilan admnistrasi Negara.
4. Untuk mengetahui fungsi dan ciri peradilan administrasi.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Penegakan Hukum


Penegakan hukum yaitu, upaya untuk dilakukannya proses penegakan atau fungsi dari
norma-norma hukum secara nyata untuk panduan perilaku di dalam hubungan-hubungan
hukum atau lalu lintas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

vi
Penegakan hukum yaitu, suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian
hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Penegakan hukum hakikatnya adalah
proses perwujudan ide-ide.
Satjipto Raharjo berpendapat bahwa penegakan hukum itu bukan merupakan suatu
tindakan yang pasti, yaitu menerapkan suatu tindakan yang pasti yaitu menerapkan hukum
terhadap suatu kejadian, yang dapat di ibaratkan menarik garis lurus antara dua titik.1
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah pandangan nilai yang mantap
dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
menciptakan, memelihara dan memepertahankan kedamaian pergaulan hidup.
Penegakan hukum secara konkret ialah berlakunya hukum positif di dalam praktik yang
harus ditaati. Jadi, memberikan keadilan di dalam suatu perkara berarti memutuskan hukum
in concreto di dalam menjamin dan mempertahankan di taatinya hukum materiil dengan
menggunakan cara procedural yang ditetapkan oleh hukum formal.2
Pada dasarnya perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia telah di atur dalam
hukum tertulis (UUD 1945) yaitu: Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum adalah untuk menciptakan tatanan
masyarakat yang adil, damai yang sejahtera dengan tanpa adanya pelanggaran HAM dan
pelanggaran hukum lainnya seperti pembunuhan, penipuan dan lain sebagainya.
Beberapa poin tentang pentingnya perlindungan dan penegakan hukum yaitu :

1. Tegaknya Supremasi Hukum


Supremasi hukum merupakan hukum yang memiliki kekuasaan mutlak dalam
mengatur tindakan atau pergaulan seseorang dalam kehidupannya. Dengan kata lain
bahwa semua tindakan warga negarai hingga pemerintah sekalipun berjalan sesuai
dengan hukum yang telah berlaku.
2. Tegaknya Keadlian

1
Satjipto Raharjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah, Sinar Grafika,
Yoyakarta, 2002, hlm.190.
2
Dellyana Shant, Konsep Penegakan Hukum, Sinar Grafika, Yogyakarta, 1998, hlm.33.

vii
Tegaknya keadilan ini demi mewujudkan keselarasan dan keadilan bagi warga
Negara. Dimana setiap warga Negara Indonesia berhak menikmati kewajiban dan
mewujudkan keadilan.
3. Mewujudkan Perdamaian
Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum tentu saja demi mewujudkan
perdamaian dalam kehidupan masyarakat. Seperti yang ditegaskan oleh Soerjono
Soekanto, yang menyatakan bahwa perlindungan dan penegakan hukum tidak semata-
mata hukum yang berlaku. Tetapi bergantung pada beberapa faktor. Diantarannya adalah
faktor hukum, faktor penegak hukum, faktor masyarakat, faktor sarana dan fasilitas
hukum.
4. Faktor Penentu Lain
Bersumber dari berbagai buku hukum, faktor yang mempengaruhi pentingnya
perlindungan dan penegakan hukum tidak sebatas dengan aturan hukum yang telah
disebutkan di atas. ternyata juga dipengaruhi oleh banyak faktor.
Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum ternyata tidak hanya bergantung pada
undang-undang dan penegak hukum saja. Tetapi masyarakat juga berperan penting dalam
mewujudkan perlindungan dan penegakan hukum. oleh sebab itu, masyarakat pun
sebenarnya juga harus mengetahui dan memahami hukum yang telah berlaku.
Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum, masyarakat juga tidak hanya mentaati
hukum dengan kesadaran diri. Tetapi juga berani mengawal hukum agar tidak terjadi
penyelewengan atau pelanggan oleh beberapa orang saja.
Dari ulasan dan pemaparan tentang pentingnya perlindungan dan penegakan hukum di
atas menunjukan bahwa penegakan hukum melibatkan banyak hal. Dimana penegakan
hukum tidak bisa berdiri sendiri. Melainkan butuh support dari banyak pihak dan banyak
elemen. Mulai dari undang-undang, hukum, masyarakat.
B. Organisasi Peradilan Administrasi Negara
Peradilan administrasi dipandang sebagai peradilan khusus, dalam arti peradilan yang
hanya diberi kewenangan menyelesaikan sengketa yang muncul dibidang administrasi dan
kepegawaian atau sengketa yang terjadi antara pejabat administrasi dengan seseorang atau
badan hukum perdata sebagai akibat dikeluarkannya atau tidak dikeluarkannya keputusan.3
3
Ridwan HR, Tiga Dimensi Hukum Administrasi dan Peradilan Administrasi, Yogyakarta: FH UII Press,
2009, hlm.146.

viii
Menurut S. F. Marbun, bahwa tujuan pembentukan PTUN adalah untuk memberikan
perlindungan terhadap semua warga negara yang merasa haknya dirugikan, sekalipun hal itu
dilakukan oleh alat negara sendiri. Di samping itu, untuk menjaga keseimbangan antara
kepentingan umum dengan kepentingan perseorangan agar berjalan selaras dan rasa keadilan
dalam masyarakat terpelihara serta dapat ditingkatkan yang sekaligus merupakan public
service negara terhadap warganya.4
Menurut Prajudi Atmosudirdjo tujuan dibentuknya peradilan administrasi negara (PTUN)
adalah untuk melindungi warga masyarakat yang kepentingan hukumnya seringkali tertindih
atau terjepit dengan semakin luasnya campur tangan penguasa ke dalam kehidupan
masyarakat. Melalui PTUN masyarakat dapat menggugat penguasa dan mendapatkan
tindakan korektif dari PTUN.5
Sedangkan menurut Sjachran Basah, mengemukakan bahwa tujuan peradilan administrasi
negara (PTUN) ialah memberikan jaminan pengayoman hukum, tidak hanya untuk rakyat
semata-mata melainkan juga bagi administrasi negara dalam arti menjaga dan memelihara
keseimbangan kepentingan masyarakat dengan kepentingan individu. Untuk administasi
negara akan terjaga ketertiban, ketentraman dan keamanan dalam melaksanakan tugas-
tugasnya demi terwujudnya pemerintahan yang kuat, bersih, dan berwibawa dalam negara
hukum berdasarkan Pancasila.6
Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat
(3) UUD Tahun 1945 yang berbunyi bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai
negara hukum, maka perwujudannya adalah adanya kekuasaan kehakiman yang dijalankan
oleh setiap lembaga peradilan. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 UUD Tahun 1945
yang berbunyi sebagai berikut:
1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan

4
SF Marbun, Peradilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta: Liberty, 1998, hlm.17.
5
Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981, hlm. 144-145.
6
Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Bandung: Alumni,
1989, hlm 3-4.

ix
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.
3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang.
Peradilan Administrasi yang terdapat dalam sistem negara hukum Indonesia disebut
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Pembentukan PTUN tersebut memiliki landasan
hukum antara lain:
a. UUD Tahun 1945
b. UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
c. UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara
d. UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara.
Menurut penulis, bahwasanya eksistensi keberadaan PTUN di Negara Indonesia sebagai
bentuk peradilan administrasi yang secara khusus bertujuan untuk menyelesaikan
perselisihan atau sengketa dibidang Tata Usaha Negara (TUN) antara warga negara dengan
pejabat TUN. Dalam Pasal 1 Angka (8) UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara berbunyi bahwa Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada angka (9)
berbunyi bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata. Kemudian angka (10) yang berbunyi bahwa Sengketa Tata Usaha Negara adalah
sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata
dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan tata usaha negara,termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Oleh karena itu, obyek sengketa yang diperkarakan dalam PTUN adalah Keputusan Tata
Usaha (KTUN) yang dikeluarkan oleh pejabat TUN yang pada dasarnya dianggap merugikan

x
atau menimbulkan ketidakadilan kepada masyarakat, baik secara individual maupun badan
hukum perdata.

C. Upaya Dalam Penyelesaian Sengketa di Peradilan Administrasi Negara


Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara sebagai akibat terjadinya benturan kepentingan
antara pemerintah (Badan/Pejabat TUN) dengan seseorang/ Badan Hulum Perdata tersebut,
ada kalanya dapat diselesaikan secara damai melalui musyawarah dan mufakat, akan tetapi
ada kalanya pula berkembang menjadi sengketa hukum yang memerlukan penyelsaian lewat
pengadilan.
Sebagai Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), maka timbulnya suatu
sengketa Tata Usaha Negara tersebut, bukanlah hal yang harus dianggap sebagai hambatan
pmerintah (Badan/Pejabat TUN) dalam melaksanakan tugas dibidang urusan pemerintah
suatu sengketa Tata Usaha Negara harus diselesaikan melalui upaya administrasi atau tidak,
adalah tergantung pada peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar mengeluarkan
keputusan Tata Usaha Negara tersebut.7
Istilah upaya administratif hanya ada dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1986 , Undang-
Undang No 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sedangkan peraturan
perundang-undangan memakai istilah yang bermacam-macam. Untuk membedakan apakah
sengketa harus diselesaikan melalui banding administratif atau keberatan dapat dilihat dari
pejabat atau instansi yang berwenang menyelasaikannyal:
a. Apabila diselesaikan oleh instansi atasan Pejabat yang menerbitkan Keputusan Tata
Usaha Negara tersebut atau instansi yang lainnya dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara
yang menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara, maka penyelesaiannya tersebut disebut
dengan “BANDING ADMINISTRATIF”
b. Apabila diselesaikan instansi atau Pejabat yang mengeluarkan keputusan Tata Usaha
Negara tersebut, penyelesaian tersebut disebut dengan “KEBERATAN”.
Cara pengujian penyelesaian melalui upaya administratif adalah dilakukan secara lengkap
dalam arti dari segi hukum dan kebijaksanaan, sedangkan pengujian di Pengadilan hanya dari
segi hukumnya saja.

7
Soemaryono, SH dan Anna Erliyana, SH., MH, Tuntunan Praktek Beracara di Peradilan Tata Usaha
Negara, PT. Pramedya Pustaka, Jakarta, 1999, hlm.7

xi
Dalam hal masih tidak puas terhadap penyelesaian melalui upaya administratif, maka
dapat ditempuh upaya antara lain :
a. Setelah melalui upaya administratif maka dapat diajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat pertama
b. Setelah melalui upaya keberatan, maka dapat diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara.

D. Fungsi dan Ciri Peradilan Administrasi


Tujuan pembentukan peradilan administrasi selalu terkait dengan falsafah negara yang
dianutnya (S.F. Marbun, 2003: 20). Negara yang menganut faham demokrasi liberal,
keberadaan peradilan administrasi di dalamnya memiliki tujuan tidak jauh dari falsafah
liberalnya, yakni dalam rangka perlindungan hukum kepada rakyat yang menitikberatkan
pada kepentingan individu dalam suatu masyarakat. Berbeda dengan Negara Hukum
Pancasila yang memberikan porsi yang seimbang antara kepentingan individu disatu sisi dan
kepentingan bersama dalam masyarakat disisi yang lain. Karena itu, tujuan pembentukan
Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia juga memiliki dimensi keseimbangan tersebut,
yaitu sebagaimana keterangan pemerintah pada saat pembahasan rancangan undang-undang
Peradilan Tata Usaha Negara, sebagai berikut (Pidato kenegaraan Pemerintah pada Sidang
Paripurna DPR RI mengenai RUU PTUN tanggal 29 April 1986) :
a. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber dari hak-hak
individu.
b. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang didasarkan kepada
kepentingan bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat tersebut.
Pejabat administrasi negara mempunyai kewenangan yang luas dalam melaksanakan
urusan pemerintahan (eksekutif). Dengan wewenang yang luas ini cenderung untuk disalah
gunakan sehingga menimbulkan kerugian dan ketidak adilan di pihak masyarakat, oleh
karena itu harus ada lembaga lain yang mengontrolnya. Berdasarkan teori trias politika
lembaga eksekutif secara politis dikontrol oleh lembaga legislatif dan secara yuridis dikontrol
oleh lembaga yudikatif, karena pejabat administrasi negara menjalankan fungsi eksekutif
maka lembaga yudikatif yang mengontrol secara yuridis adalah pengadilan administrasi
negara (PTUN).

xii
Fungsi kontrol yuridis pengadilan administrasi negara (PTUN) bertujuan disamping
untuk memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dan pejabat administrasi negara itu
sendiri, juga sebagai lembaga penegakan hukum administrasi negara yang bercita-cita untuk
mewujudkan suatu pemerintahan yang baik dan berwibawa (good governance).
Tujuan Peradilan Administrasi negara secara preventif adalah mencegah tindakan-tindakan
badan atau pejabat tata usaha negara yang melawan hukum atau merugikan rakyat,
sedangkan secara represif ditujukan terhadap tindakan-tindakan badan atau pejabat tata usaha
negara yang melawan hukum dan merugikan rakyat, perlu dan harus dijatuhi sanksi.
Adapun yang menjadi ciri dari Peradilan Administrasi Murni yaitu: 8
1. Yang memutus sengketa tersebut adalah hakim;
2. Penelitian terbatas pada “rechtsmatigheid” keputusan administrasi;
3. Hanya dapat meniadakan keputusan administrasi atau apabila perlu memberikan
berupauang (ganti rugi) tetapi tidak membuat keputusan lain yang menggantikan
keputusan administrasi yang pertama;
4. Terikat pada pertimbangan fakta-fakta dan keadaan pada saat diambilnya keputusan
administrasi dan atas itu dipertimbangkan “rechtsmatigheid”nya;
5. Badan yang memutuskan itu tidak tergantung, atau bebas dari pengaruh badan-badan lain
apapun juga.
Mengenai ciri Peradilan Administrasi Semu menurut Sjachran Basah yaitu:9
1. Yang memutuskan perkara adalah instansi yang hierarkis lebih tinggi (dalam suatu
jenjang secara vertikal) atau lain daripada yang memberikan putusan pertama;
2. Meneliti “doelmatigheid”, dan rechtsmatigheid” dari keputusan administrasi;
3. Dapat mengganti, merubah atau meniadakan keputusan administrasi yang pertama;
4. Dapat memperhatikan perubahan-perubahan keadaan sejak saat diambilnya keputusan,
bahkan juga dapat memperhatikan perubahan yang terjadi selama prosedur berjalan;
5. Badan yang memutus dapat dibawah pengaruh badan lain, walaupun merupakan badan di
luar hierarkhi.

8
Sjahran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Bandung: Alumni,
1997, hlm. 64.
9
Ibid, hlm. 70.

xiii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum menunjukan bahwa penegakan hukum
melibatkan banyak hal. Dimana penegakan hukum tidak bisa berdiri sendiri. Melainkan

xiv
butuh support dari banyak pihak dan banyak elemen. Mulai dari undang-undang, hukum,
masyarakat.
Peradilan administrasi dipandang sebagai peradilan khusus, dalam arti peradilan yang
hanya diberi kewenangan menyelesaikan sengketa yang muncul dibidang administrasi dan
kepegawaian atau sengketa yang terjadi antara pejabat administrasi dengan seseorang atau
badan hukum perdata sebagai akibat dikeluarkannya atau tidak dikeluarkannya keputusan.
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara sebagai akibat terjadinya benturan kepentingan
antara pemerintah (Badan/Pejabat TUN) dengan seseorang/ Badan Hulum Perdata tersebut,
ada kalanya dapat diselesaikan secara damai melalui musyawarah dan mufakat, akan tetapi
ada kalanya pula berkembang menjadi sengketa hukum yang memerlukan penyelsaian lewat
pengadilan.

B. Kritik dan Saran


Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang Penegakan Hukum Di Lingkungan Peradilan
Administrasi Negara. Kami mengetahui dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu saran
dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat terciptanya
makalah yang baik yang dapat memberikan pengetahuan yang benar kepada pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Anna Erliyana, dan Soemaryono. 1999. Tuntunan Praktek Beracara di Peradilan Tata Usaha
Negara. Jakarta: PT. Pramedya Pustaka.
Atmosudirjo, Prajudi. 1981. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia.

xv
Basah, Sjachran. 1989. Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia.
Bandung: Alumni.
HR, Ridwan. 2009. Tiga Dimensi Hukum Administrasi dan Peradilan Administrasi. Yogyakarta:
FH UII Press.
Marbun, SF. 1998. Peradilan Tata Usaha Negara. Yogyakarta: Liberty.
Raharjo, Satjipto. 2002. Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah.
Yogyakarta: Sinar Grafika.
Shant, Dellyana. 1998. Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Sinar Grafika.

xvi

Anda mungkin juga menyukai