Anda di halaman 1dari 8

Analisis Tingkat Kerawanan Bahaya sambaran Petir Dengan Metode Simple Additive Weighting di Propinsi Bali

(Tomy Gunawan, dkk.)

ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BAHAYA SAMBARAN PETIR


DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DI PROVINSI BALI
Tomy Gunawan1, Komang Ngurah Suarbawa2, Lestari Naomi L. Pandiangan3
1,2
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Bali Indonesia 80361.
3
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Bali Indonesia 80361.
*
Email : ymo_goon@gmail.com

Abstrak

Bali merupakan daerah potensi rawan sambaran petir karena memiliki iklim tropis dengan
peluang terjadinya hujan disertai petir cukup tinggi dan juga rentan karena tingkat kepadatan
penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini mengancam keselamatan jiwa dan harta benda penduduk,
sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menganalisa tingkat kerawanan sambaran petir di
wilayah Bali. Untuk identifikasi tingkat kerawanan sambaran petir digunakan dua faktor yaitu
faktor ancaman menggunakan data kejadian petir CG (Cloud to Ground) (2009-2013) dan faktor
kerentanan menggunakan data kepadatan penduduk dan penggunaan lahan untuk rumah dan
bangunan. Dua faktor tersebut dianalisa menggunakan metode SAW (Simple Additive Weighting)
untuk mendapatkan tingkat kerawanan sambaran petir tiap kecamatan. Dari hasil perhitungan
menunjukkan kecamatan Selemadeg Barat, Denpasar, Kuta, Pupuan, Klungkung dan Selemadeg
memiliki tingkat kerawanan sambaran petir tinggi, 27 kecamatan berada dalam kategori sedang dan
21 kecamatan sisanya berada dalam kategori rendah.

Kata kunci : Petir CG, Tingkat Kerawanan, SAW

Abstrack

Bali is a potential area prone to lightning strikes because it has a tropical climate with the
possibility of rain accompanied by lightning quite high and also vulnerable because of the
population density is very high. These conditions threaten the safety of lives and property of the
population, so it is necessary to study the vulnerability of lightning strikes in Bali. For identify the
level of vulnerability to lightning strikes used two factors, the threat factors using CG(Cloud to
Ground) lightning incidence data (2009-2013) and vulnerability factors using data of population
density and land use for homes and buildings. Two factors were analyzed using the method of SAW
(Simple Additive Weighting) to obtain level of vulnerability to lightning strikes each district. The
results of the calculations show Selemadeg Barat, Denpasar, Kuta, Pupuan, Klungkung and
Selemadeg have a high level of vulnerability to lightning strikes, 27 districts are in the middle
category and the remaining 21 districts are in the low category.
Keywords : CG Lightning, , Level of Vulnerability, SAW

I. PENDAHULUAN berdampak pada tingginya Jumlah Hari Guruh


Indonesia merupakan salah satu negara (Thunder Storm Days) di Indonesia. Indonesia
tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi. memiliki 200 hari guruh, jika dibandingkan
Secara tidak langsung kondisi tersebut dengan USA 100 hari, Brasil 140 hari dan

22
Buletin Fisika Vol 15 No. 2 Agustus 2014 : 22 - 29

Afrika 60 hari (Husni, 2006). Ini menandakan hujan akan selalu disertai dengan petir. Petir
bahwa Indonesia memiliki kerawanan yang hanya terjadi jika terdapat awan Cumulonimbus
cukup tinggi terhadap bahaya akibat sambaran (Cb). Petir terjadi karena adanya perbedaan
petir. potensial antara dua medium. Dalam hal ini dua
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik medium tersebut yaitu antara awan dan bumi
tahun 2010, Bali merupakan pulau dengan atau awan dengan awan. Dalam kondisi cuaca
kepadatan penduduk tertinggi kedua setelah yang normal perbedaan potensial antara
Pulau Jawa dengan tingkat kepadatan sebesar permukaan bumi dengan ionosphere adalah
673 orang per km2. Bali juga merupakan salah sekitar 200.000 sampai 500.000 volt dengan
satu provinsi di Indonesia dengan pertumbuhan kerapatan arus sekitar 2x10-12 Ampere/m2. Beda
infrastruktur seperti bangunan hotel, gedung potensial ini disebabkan oleh distribusi badai
perkantoran, jaringan listrik serta menara BTS guntur di permukaan bumi (Husni,2008).
untuk kepentingan komunikasi yang cukup 2.2 Tipe Petir
pesat. Pertumbuhan pembangunan tersebut Berdasarkan proses terjadinya, petir
secara tidak langsung meningkatkan resiko dapat dibedakan menjadi empat jenis (Husni,
bahaya yang disebabkan oleh sambaran petir 2002), diantaranya:
wilayah Bali. 1. Petir awan ke tanah (cloud to ground /
Berdasarkan beberapa faktor yang CG)
diuraikan di atas perlu dilakukan kajian untuk 2. Petir dalam awan (intracloud / IC)
menentukan tingkat kerawanan sambaran petir 3. Petir awan ke awan (cloud to cloud / CC)
di Provinsi Bali. Metode yang digunakan adalah 4. Petir awan ke udara (cloud to air / CA)
Metode Penjumlahan Terbobot (Simple Additive 2.3 Kajian Risiko Bencana
Weighting). Metode ini digunakan untuk Kajian risiko bencana merupakan sebuah
menggabungkan beberapa faktor penyebab pendekatan untuk menunjukkan potensi dampak
tingkat kerawanan sambaran petir sehingga negatif yang munkin muncul akibat suatu
didapatkan nilai preferensi untuk menentukan potensi bencana yang melanda. Potensi dampak
tingkat kerawanan pada daerah penelitian. negatif dihitung berdasarkan tingkat kerentanan
dan kapasitas suatu kawasan yang dapat dilihat
II. TINJAUAN PUSTAKA dari potensi jumlah jiwa yang terpapar,
2.1 Pengertian Petir kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan
Petir merupakan sebuah fenomena alam (BNPB, 2012)
berupa kilatan cahaya disertai suara
2.4 Metode Simple Additive Weighting (SAW)
menggelegar yang sering dijumpai menjelang
Metode SAW merupakan salah satu
atau ketika hujan. Namun bukan berarti ketika
metode dari Multiple Attribute Decision Making
23
Analisis Tingkat Kerawanan Bahaya sambaran Petir Dengan Metode Simple Additive Weighting di Propinsi Bali
(Tomy Gunawan, dkk.)

(MADM) yang paling sederhana. MADM Rating kinerja ternormalisasi dapat


adalah suatu metode yang digunakan untuk diformulasikan pada Persamaan 3.1 :
menentukan alternatif yang paling bagus dari Jika j adalah atribut

⎪ keuntungan (benefit)
sejumlah alternatif yang ada berdasarkan = (3.1)
kriteria tertentu. Metode SAW atau yang juga ⎨ Jika j adalah atribut

⎩ biaya (cost)
dikenal sebagai metode penjumlahan terbobot,
di mana:
pada dasarnya mencari penjumlahan terbobot
rij: rating kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai
dari rating kinerja pada setiap alternatif pada
dan atribut Cj
semua atribut (Fishburn, 1967; Mac Crimmon,
Xij: nilai pada alternatif ke-i dan atribut ke-j
1968).
Max Xij: nilai maksimum atribut ke-j
I. METODE PENELITIAN Min Xij: nilai minimum atribut ke-j
3.1 Data i : 1,2 ,...,m; j : 1,2,...,n
Data yang digunakan dalam penelitian ini Sedangkan nilai preferensi untuk setiap
meliputi: alternatif (Vi) diformulasikan pada Persamaan
1. Data Petir Provinsi Bali tahun 2009-2013 3.2 :
yang diperoleh dari Stasiun Geofisika =∑ (3.2)
BMKG Sanglah Denpasar.
di mana :
2. Data jumlah penduduk perkecamatan
Vi : nilai preferensi untuk setiap alternatif ke-i
Provinsi Bali tahun 2011 yang dikeluarkan
wj : bobot untuk setiap atribut ke-j
oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
Dari formulasi di atas nilai Vi yang lebih besar
3. Data luas lahan yang difungsikan sebagai
menunjukkan alternatif Ai yang lebih terpilih
perumahan dan bangunan perkecamatan
(Idris, 2012).
Provinsi Bali tahun 2011 yang dikeluarkan
3.3 Langkah Kerja
oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
4. Data luas wilayah tiap kecamatan di
Provinsi Bali yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik Provinsi Bali.
3.2 Metode
Metode SAW memerlukan proses
normalisasi matriks keputusan (X) ke dalam
skala sehingga dapat diperbandingkan dengan
semua rating alternatif (kecamatan) yang ada.
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
24
Buletin Fisika Vol 15 No. 2 Agustus 2014 : 22 - 29

Langkah kerja pada penelitian ini dapat sambaran petir suatu kecamatan. Semakin
dijelaskan secara sederhana menggunakan tinggi nilai kerapatan kejadian petir CG
diagram alir seperti tampak pada Gambar 3.1. perkecamatan pertahun menunjukkan semakin
tinggi pula tingkat ancaman wilayah tersebut
II. HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap bahaya sambaran petir
Berdasarkan hasil pengolahan data Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa
kejadian petir CG di wilayah Bali tahun 2009 – dari 53 kecamatan dan satu kota terdapat dua
2013 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu kecamatan dengan tingkat ancaman sangat
lima tahun telah tercatat kejadian petir CG tinggi yaitu kecamatan Selemadeg Barat dan
sebanyak 276.764 kejadian. Dari jumlah kecamatan Pupuan di mana keduanya berada
kejadian petir tersebut sebesar 20.36% pada kabupaten Tabanan, sedangkan lima
merupakan jenis petir CG+ sedangkan sisanya kecamatan yaitu Tegalalang, Selemadeg,
sebesar 79.64% merupakan CG-. Hal ini Manggis, Pekutatan dan Susut memiliki
menunjukkan bahwa kejadian petir CG di Bali ancaman relatif tinggi dibanding satu kota dan
didominasi oleh jenis petir CG-. 46 kecamatan lainnya.
Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 menunjukkan
4.1 Hasil Analisis Tingkat Ancaman Bahaya
bahwa dari delapan kabupaten dan satu kota
Sambaran Petir Perkecamatan
dapat dikatakan bahwa kabupaten Tabanan
Berdasarkan nilai rata-rata kejadian petir CG
perkecamatan pertahun, maka dapat dihasilkan memiliki tingkat ancaman yang relatif tinggi.

nilai kerapatannya dengan membagi luas Hal ini dapat dilihat lima dari 10 kecamatan

wilayah kecamatan itu sendiri. Nilai kerapatan diwilayahnya berada pada tingkat ancaman

inilah yang nantinya akan digunakan untuk sedang hingga tinggi dan tidak ada kecamatan

membandingkan tingkat ancaman bahaya


Tabel 4.1 Tingkat ancaman bahaya sambaran petir perkecamatan

Tingkat An- Kecamatan Kerapatan


caman Sambaran (d)
Sangat Tinggi Selemadeg Barat, Pupuan d > 24
Tinggi Tegallalang, Selemadeg, Manggis, Pekutatan, Susut 18 < d ≤24
Sedang Payangan, Baturiti, Penebel, Rendang, Bangli, Tembuku, Busungbiu,
12 < d ≤ 18
Dawan, Selat, Sidemen
Rendah Petang, Tampaksiring, Tabanan, Kediri, Marga, Selemadeg Timur,
Kerambitan, Kintamani, Buleleng, Seririt, Sukasada, Banjar, Banja-
6< d ≤12
rangkan
Klungkung, Nusa Penida, Bebandem, Karangasem
Sangat Ren- Denpasar, Mengwi, Kuta, Kuta Utara, Abiansemal, Kuta Selatan,
dah Ubud, Blahbatuh, Sukawati, Gianyar, Kubu, Abang, Mendoyo, Me- d≤6
laya, Negara, Jembrana, Tejakula, Kubutambahan, Gerokgak, Sawan

25
Analisis Tingkat Kerawanan Bahaya sambaran Petir Dengan Metode Simple Additive Weighting di Propinsi Bali
(Tomy Gunawan, dkk.)

dengan tingkat ancaman sangat rendah. Kota rumah dan bangunan dan 33% untuk faktor
Denpasar dan kabupaten Badung dapat kepadatan penduduk. Dari nilai bobot tersebut
dikatakan memiliki tingkat ancaman relatif menyatakan bahwa bangunan dua kali lebih
rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir rentan tersambar dibanding manusia.
seluruh wilayahnya berada dalam kategori Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hanya kota
ancaman sangat rendah, hanya kecamatan Denpasar yang memiliki kerentanan dengan
Petang saja yang berada pada tingkat ancaman kategori sangat tinggi, lalu kecamatan Kuta
rendah. dengan kategori tinggi. Tingginya kerentanan
dua wilayah tersebut dikarenakan dua wilayah
tersebut merupakan wilayah yang sangat padat
penduduk dan
dengan tingkat pembangunan infrastruktur yang
tinggi mengingat kota Denpasar merupakan
ibukota provinsi sedangkan Kuta merupakan
daerah pariwisata internasional. Gambar 4.2
menunjukkan bahwa Bali bagian selatan lebih

Gambar 4.1 Peta Kerapatan Sambaran Petir CG rentan akan bahaya sambaran petir dan untuk
Perkecamatan Pertahun bagian utara hanya kecamatan Buleleng yang
4.2 Hasil Analisis Tingkat Kerentanan cukup rentan akan bahaya sambaran petir
Dalam kajian sebuah resiko bencana
kerentanan suatu wilayah terhadap bencana
tertentu dapat dilihat dari potensi jumlah jiwa
yang terpapar, kerugian harta benda dan
kerusakan lingkungan. Dalam penentuan
tingkat kerentanan bahaya sambaran petir
penulis memasukkan faktor kepadatan
penduduk dan prosentase penggunaan lahan
sebagai rumah dan bangunan terhadap luas
wilayah perkecamatan. Mengacu pada sifat
Gambar 4.2 Peta Kerentanan Bahaya Sambaran Petir
petir yang cenderung menyambar benda yang Provinsi Bali
lebih tinggi, penulis memberikan bobot sebesar
67% untuk faktor penggunaan lahan sebagai

26
Buletin Fisika Vol 15 No. 2 Agustus 2014 : 22 - 29

Tabel 4.2 Tingkat kerentanan bahaya sambaran petir perkecamatan

Tingkat Nilai Preferensi


Kecamatan
Kerentanan (Vrentan)
Sangat Tinggi Denpasar Vrentan > 0.8
Tinggi Kuta 0.6<Vrentan ≤0.8
Sedang Kuta Utara, Buleleng, Klungkung 0.4< Vrentan ≤ 0.6
Blahbatuh, Kerambitan, Kediri, Mengwi, Dawan,
Rendah Tampaksiring, Banjarangkan, Gianyar, Sukawati, Ubud, 0.2< Vrentan ≤ 0.4
Kuta Selatan, Tabanan
Negara, Abiansemal, Bangli, Sidemen, Marga, Jembrana,
Tejakula, Karangasem, Susut, Sawan, Petang, Nusa Penida,
Pupuan, Busungbiu, Kubu, Gerokgak, Banjar, Rendang,
Sangat Rendah Mendoyo, Sukasada, Bebandem, Selemadeg Barat, Selat, Vrentan ≤ 0.2
Selemadeg Timur, Kubutambahan, Penebel, Melaya,
Kintamani, Pekutatan, Abang, Selemadeg, Tegallalang,
Baturiti, Tembuku, Manggis, Seririt, Payangan

4.3 Analisis Tingkat Kerawanan Sambaran Dalam penelitian ini tiap faktor atau atribut
Petir
diberikan bobot 50% di mana hal ini
Tingkat kerawanan sambaran petir suatu
menunjukkan bahwa tingkat ancaman dan
wilayah atau dalam hal ini adalah kecamatan
tingkat kerentanan memberikan kontribusi yang
ditentukan berdasarkan faktor ancaman dan
sama terhadap kerawanan sambaran petir.
kerentanan. Seperti pada bahasan sebelumnya
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 54
faktor ancaman didapat dari nilai kerapatan
kecamatan/kota hanya enam kecamatan /kota
sambaran petir CG pertahun per km2 dan faktor
yang berada dalam tingkat rawan jika
kerentanan didapat dari nilai kepadatan
dibandingkan dengan 48 kecamatan lainnya,
penduduk perkecamatan dan prosentase
dan dari 48 kecamatan sisanya 27 kecamatan
penggunaan lahan untuk rumah dan bangunan.
dalam kategori sedang dan 21 kecamatan dalam

Tabel 4.3 Tingkat kerawanan bahaya sambaran petir perkecamatan

Tingkat Nilai Preferensi


Kecamatan (Vrawan)
Kerawanan

Rawan Selemadeg Barat, Denpasar, Kuta, Pupuan, Klungkung, Selemadeg Vrawan > 0.4

Karangasem, Ubud, Kuta Selatan, Kintamani, Mengwi, Busungbiu,


Marga, Selat, Banjarangkan, Tampaksiring, Kediri, Penebel,
Sedang Kerambitan, Tabanan, Baturiti, Kuta Utara, Rendang, Payangan, 0.2<Vrawan ≤ 0.4
Tembuku, Sidemen, Bangli, Tegallalang, Buleleng, Manggis,
Pekutatan, Susut, Dawan
Gerokgak, Kubu, Kubutambahan, Sawan, Abang, Abiansemal,
Mendoyo, Jembrana, Melaya, Tejakula, Petang, Negara, Blahbatuh, Vrawan ≤ 0.2
Aman Sukasada, Banjar, Gianyar, Bebandem, Sukawati, Seririt, Nusa
Penida, Selemadeg Timur

27
Analisis Tingkat Kerawanan Bahaya sambaran Petir Dengan Metode Simple Additive Weighting di Propinsi Bali
(Tomy Gunawan, dkk.)

kategori aman. Enam kecamatan/kota dengan V. KESIMPULAN DAN SARAN


kategori rawan, tingkat kerawanan kecamatan 5.1 Kesimpulan
kuta dan kota denpasar lebih dikarenakan faktor Dari hasil penelitian ini dapat ditarik
kerentanannya yang cukup tinggi. Di mana kesimpulan sebagai berikut:
kepadatan penduduk dan penggunaan lahan 1. Berdasarkan nilai kerapatan sambaran
untuk rumah dan bangunan cukup tinggi di pertahun per-km2 menunjukkan bahwa
kedua wilayah tersebut. Sedangkan faktor dua kecamatan dengan tingkat ancaman
ancaman yang diindikasikan dari kerapatan sambaran petir sangat tinggi yaitu
sambaran pertahun per km2 relatif rendah. kecamatan Selemadeg Barat dan
Tiga kecamatan lainnya yang juga dalam kecamatan Pupuan yang masing masing
kategori rawan yaitu kecamatan Pupuan, memiliki nilai kerapatan sambaran 31 dan
kecamatan Selemadeg dan kecamatan 26 sambaran pertahun per-km2, sedangkan
Selemadeg Barat lebih dikarenakan memang lima kecamatan yaitu Tegalalang,
ancaman sambaran petir yang cukup tinggi di Selemadeg, Manggis, Pekutatan dan Susut
wilayah tersebut, sedangkan faktor memiliki tingkat ancaman sambaran
kerentanannya rendah. Gambar 4.3 dalam kategori tinggi dengan rentang nilai
memperlihatkan bahwa daerah yang relatif kerapatan sambaran 19-24 sambaran
rawan terhadap bahaya sambaran petir adalah pertahun per-km2, 46 kecamatan dan satu
Bali bagian selatan, sebagian wilayah Tabanan kota lainnya berada dalam kategori sedang
dan sebagian kecil wilayah Klungkung. hingga sangat rendah dengan nilai
kerapatan sambaran kurang dari 19
2
sambaran pertahun per-km .
2. Berdasarkan faktor kepadatan penduduk
dan luas penggunaan lahan untuk rumah
dan bangunan didapatkan kota denpasar
memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi
disusul dengan kecamatan kuta dengan
kategori tinggi sedangkan tiga kecamatan
yaitu Klungkung, Buleleng, Kuta Utara
berada dalam kategori sedang dan 49
Gambar 4.3 Peta Kerawanan Bahaya Sambaran Petir
kecamatan lainnya berada dalam kategori
Provinsi Bali
rendah hingga sangat rendah.

28
Buletin Fisika Vol 15 No. 2 Agustus 2014 : 22 - 29

3. Hasil analisa tingkat kerawanan DAFTAR PUSTAKA


menunjukkan bahwa enam kecamatan BNPB. 2012. Peraturan Kepala Bandan
yaitu Selemadeg Barat, Denpasar, Kuta, Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
02 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pupuan, Klungkung dan Selemadeg Pengkajian resiko Bencana. BNPB. Jakarta
memiliki tingkat kerawanan sambaran petir
BPS. 2012. Bali Dalam Angka 2012. BPS
dalam kategori rawan, sedangkan 27 Propinsi Bali. Denpasar
kecamatan lainnya berada dalam kategori Fishburn, P.C.1967. Additive utilities with
sedang dan 21 kecamatan sisanya berada incomplete produc set: applications to
priorities and assignments. ORSA
dalam kategori aman. Publication. Baltimore
Husni, M. 2002 Mengenal Bahaya Petir. Jurnal
5.2 Saran
Meteorologi dan Geofisika Vol 3 No 4
Dari hasil penelitian ini penulis Oktober-Desember 2002. BMKG. Jakarta.

menyarankan beberapa hal antara lain: Husni, M. 2006. Workshop Penanggulangan


Bencana Alam, Gempabumi, Cuaca dan
1. Perlu adanya kajian lebih mendalam Iklim. BMKG. Jakarta
yang meneliti tentang hubungan faktor –
Husni, M. 2008. Bahan Ajar Diklat Teknis
faktor yang mempengaruhi tingkat Geofisika : Pengamatan Petir. Pusdiklat
kerawanan suatu daerah terhadap BMKG. Jakarta

sambaran petir mengingat belum adanya Idris, Sri Ani Lestari. 2012. Analisis Per-
bandingan Metode Analytical Hierarchy
standar baku dalam penentuan bobot Process (AHP) dan Simple Additive
masing-masing faktornya. Weighting (SAW). Program Studi Sistem
Informasi Fakultas Teknik Universitas
2. Bagi para peneliti yang tertarik dalam Negeri Gorontalo. Gorontalo
bidang kajian ini dapat melengkapi data
Mac Crimmon, K.R. 1968. Decision making
tingkat kapasitas suatu daerah hingga among multiple attribute alternatives: a
dapat dihasilkan tingkat resiko suatu survey and consolidated approach. Rand
memorandum RM-4823-ARPA.
daerah terhadap bahaya sambaran petir. Washington, DC

29

Anda mungkin juga menyukai