Anda di halaman 1dari 44

STATUS

KEDOKTERAN INDUSTRI
PABRIK PISANG SEGAR
DI LAMPUNG

Pembimbing:

dr. Febri Endra

Disusun oleh:

Jodii Arlan Kurnia 201810401011071


Paxia Ayu Kumalasari 201810401011043
Devi Putri Ramadhani 201810401011048

LAB/SMF KEDOKTERAN KELUARGA-INDUSTRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI

I. STATUS UMUM TEMPAT KERJA (FACTORY VISIT)


A. Identitas
1. Nama Perusahaan : PT. Nusantara Tropical Farm
2. Alamat : Sukamadu Kecamatan Sukamaju, Raja
Basa Lama Satu, Labuhan Ratu,
Kabupaten Lampung Timur, Lampung
34375
3. Jenis usaha : Produksi Pisang Cavendish
4. Jumlah tenaga kerja : 6000 tenaga kerja harian
B. Analisis Komponen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Proses Industri/Proses Kerja
No Unit Kerja Bahan Baku Alat Kerja Cara Kerja Bahan
Berbahaya
1. Persiapan bibit Bibit pisang -mesin Pada saat proses Dalam hal ini
cavendish laboratoriu pembibitan, bibit tidak
m yang akan dibawa ke didapatkan
-pekerja lapangan untuk bahan
ditanam harus berbahaya,
disekeksi tersebih karena pada
dahulu dan harus tahap ini
memenuhi standar adalah tahap
yang telah ditentukan memperbanya
seperti tinggi batang, k bibit pisang
jumlahdaun, diameter cavendish
batang.
- Pemindahan bibit
tanaman dari
laboratorium menuju
bedeng persemaian,
kemudian ke bedeng
pembibitan secara
manual menggunakan
tangan
- Bibit yang
memenuhi
persyaratan akan
dipelihara, diseleksi,
kemudian
dipindahkan ke
lapangan yang telah
disiapkan secara
manual satu persatu
2. Penanaman -Pupuk -Pekerja -Tanaman yang -zat kimia
organic sudah diseleksi dari pada pupuk
- Pupuk urea bedeng pembibitan,
-Pupuk dilanjutkan dengan
tambahan pemberian pupuk
organik, pupuk urea
serta pupuk lainnya
yang dibutuhkan oleh
tanaman secara
manual oleh tangan
pekerja.
-Pada generasi
selanjutnya
penanaman tidak lagi
dilakukan sesuai
dengan sifat keluarga
tanamna pisang
(Musa paradisiaca L)
yang mempunyai
anakan dan
membentuk rumpun,
aktivitas selanjutnya
adalah seleksi anakan
yang tumbuh.
3. Pemeliharaan - Pupuk urea Pekerja -Pupuk urea diberikan - zat kimia
tanaman, -pupuk sebanyak 8 kali tambahan (KCl,
Penyulaman tambahan : dalam setahun, TSP, Zn,
bagi tanaman KCl, TSP, sedangkan pupuk Kiesrite,
yang gagal Zn, Kieserite tambahan seperti Gypsum)
- Herbisida
tumbuh dan gypsum KCl, TSP, Zn,
Kieserite dan
-herbisida Gypsum diberikan
berdasarkan analisa
tanah yang dilakukan
secara berkala oleh
unit penelitian
sampai tanaman
menghasilkan buah
dan siap untuk
dipanen. Pengerjaan
secara manual satu
persatu menggunakan
tangan pekerja
-Penanganan yang
diberikan bersifat
selektif, yang
dilakukan dengan
pembersihan
disekeliling tanaman
ataupun
penyemprotan
dengan herbisida
sepanjang umur
tanaman apabila
dianggap perlu.
Pengendalian secara
manual dilakukan
setiap minggu dengan
kemampuan kerja
dua hektar per orang
dalam sehari.
- Pekerja melakukan
penyulaman pada
tanaman yang gagal
tumbuh dengan luas
area kerja sekitar
lima hektar
menggunakan
kendaraan.
-Pemilihan anakan
dilakukan pada
rumpun tanaman
generasi kedua dan
selanjutnya, dimana
pembatasan jumlah
anakan dilakukan
untuk menghindarkan
persaingan diantara
tanaman pisang
sendiri. Aktivitas ini
dilakukan 8 kali
dalam seminggu dan
dapat dilakukan oleh
seorang pekerja
untuk 0.8 hektar
4. Pemeliharaan -larutan Pekerja -Sesudah jantung Larutan
buah insektisida pisang keluar 2/3 – insektisida
-semprotan 3/4 bagian diberikan Larutan
fungisidia penyuntikan larutan fungisida
-bungkus insektisida untuk
plastik mencegah kerusakan
pada kulit buah
akibat hama kutu
(thrips). Setiap
tanaman disuntik
sebanyak satu kali
dan seorang pekerja
dapat melakukan
kegiat ini sampai
seluas 7,5 hektar
dalam sehari terhadap
tanaman yag disuntik.
Pemeliharaan
tanaman dengan
penyemprotan
fungisida sebanyak
dua kali dalam
seminggu oleh
pekerja
Tandan buah yang
sudah barbentuk
sempurna pada usia 7
– 8 bulan dibungkus
plastik untuk
mencegah serangan
serangga dan jamur,
perubahan warna
akibat sinar matahari
dan untuk
mempercepat
pertumbuhan buah.
Pembungkusan
dilakukan dua kali
seminggu.
Tandan buah yang
matang mempunyai
berat yang dapat
merebahkan batang
pisang, sentuhan kulit
buah dengan tanah
dapat merusak kulit
buah dan merusak
tampilan buah.
Pencegahan
dilakukan dengnan
penopangan yang
dilakukan setiap
minggu untuk luasan
2 hektar oleh setiap
pekerja dalam satu
hari.
5. Tahap Alat Cable Pekerja -Tandan pisang
menghasilkan : Way dipanen dari tanaman
Panen yang sudah
ditentukan. Kriteria
penentuan tanaman
yang sudah siap
untuk dipanen
dilakukan terhadap
seleksi warna pita
yang diikat pada
tandan saat saat
pembungkusan
tandan buah.
Jadwal penjemputan
pisang yang sudah
panen sangat
mempengaruhi dari
kualitas pisang
pisang tersebut.
Kemudian tandan
pisang dibawa
menuju ke tempat
packingan
menggunakan cable
way.
6. Tahap -Pisau Pekerja Dilakukan
Menghasilkan: -Mesin pengepakan yang
Rumah pembersihan diawali dengan
Pengepakan pisang penyiangan tandan
cavendish buah, pengepakan,
tenaga penunjang
dengan 6 jalur.
-buah yang dibawa
dari lapangan ,
diterima di Packing
House dibersihkan
dari sisa bunga,
dibebaskan dari
plastic
Tandan yang sudah
dibersihkan ,dipotong
dengan pisau
setengah sisir atau
satu sisir sesuai
dengan permintaan
pembeli.
Buah yang tidak
masuk ke kriteria A
dan Kriteria B,
disishkan kemudian
dijual ke Pasar Curah
7. Tahap Mesin Pekerja Buah yang sudah
Menghasilkan: pencuci buah diseleksi, dicuci,
Pengepakan ditimbang, disemprot
guna mencegah
getah, diberi label
dan dibungkus
dengan plastik dalam
keadaan hampa
udara.
Pengepakandilakukan
berdasarkan
keinginan
pemesan.
8. Gudang - Pekerja Gudang disediakan
untuk menampung
box-box pisang yang
akan dimasukkan ke
peti kemas pada saat
ekspor.
9. Tahap Tahap pengiriman
Pengiriman meliputi semua
kegiatan yang
menyangkut ekspedisi
dari areal ke pelabuhan,
serah terima, pemuatan
dan pengiriman ke
negara
tujuan.
-untuk pasar lokal
kegiatan pengiriman
tidak dilakukna
sampai ke tujuan tapi
hanya sampai pada
pengepakan saja.

2. Lingkungan Kerja

N Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Sos- Ling.


o Kerja Fisik Biologi Kimia Bud Ergonom
i
1. Persiapan Tingkat Tempat Bahan Pada tahap Posisi
bibit kebisinga persiapan kimia yang persiapan duduk
n: bibit terdapat bibit, perlu pekerja
Nilai memiliki pada adanya saat
Ambang tempat lingkungan perhatian melakukan
persiapan
Batas khusus kerja unit khusus pada
bibit ialah
intensitas untuk persiapan faktor duduk di
bising pembuan bibit antara lingkungan kursi yang
adalah 85 gan lain : sosial sudah
dB dan partikel Debu. budaya, sesuai
maksimu asing Pengendalia pada proses standar
m 8 jam sehingga nnya persiapan pabrik dan
perhari. menurun dengan : bibit, ergonomis,
Tingkat kan Dengan hubungan namun
kebisinga resiko penggunaan antar waktu
n di infeksi APD, pekerja yang
Persiapan pada namun pada maupun dibutuhka
n terhitung
bibit pekerja. pekrja antar unit
cukup
tergolong belom terjalin lama
tidak menggunak dengan sehingga
bising an APD baik. Hal dapat
(KepMen -Pada yang membuat
Kes RI, proses dilakukan otot-otot
2018). persiapan untuk tegang.
bibit tidak mencegahn
Listik : ada bahan ya antara
Perlu kimia lain
APD khusus komunikasi
untuk yang yang baik
melindun digunakan yang
gi dilakukan
pekerja, oleh para
namun pekerja.
hingga
saat ini
tidak ada
APD
khusus
yang
diberikan
untuk
pekerja

Panas:
Panas
didapatka
n pada
ruang
laboratori
um.
Tidak
ada APD
khusus
yang
digunaka
n selama
persiapan
bibit

2. Penanam Tingkat Tempat Bahan Pada tahap Hal


an bibit kebisinga penanam kimia yang persiapan pertama
pisang n: an, terdapat bibit, perlu yang
cavendis Nilai memiliki pada adanya dilakukan
h Ambang tempat lingkungan perhatian ketika
Batas kusus kerja unit khusus pada akan
intensitas untuk penanaman faktor melakuka
bising membuan bibit pisang lingkungan n
adalah 85 g sisa- cavendish sosial penanama
dB dan sisa bibit ialah: budaya, n adalah
maksimu yang Pupuk NPK pada proses membuat
m 8 jam tidak dan Pupuk pemberian lubang
perhari. layak Puradon. pupuk, pada
Tingkat tanam, Pengendalia penanaman tanah
kebisinga sehingga nnya bibit pisang dengan
n di menurun dengan : hubungan ukuran 20
bagian kan Dengan antar x 20 cm
penanam resiko penggunaan pekerja dan
an infeksi APD, maupun kedalama
tergolong pada namun para antar unit n 20 cm.
tidak pekerja pekrja terjalin penanama
bising belom dengan n
(KepMen menggunak baik. Hal dilakukan
Kes RI, an APD yang secara
2018). dilakukan manual
untuk satuper
Panas : mencegahn satu,
didapatka ya antara dengan
n pada lain posisi
lapangan komunikasi pekerja
penanam yang baik yang
an bibit yang sedikit
pisang. dilakukan membung
Tidak oleh para -
ada APD pekerja. kuk dapat
khusus meningka
yang t-kan
digunaka resiko
n selama nyeri
proses tulang
penanam belakang.
an
3. Pemeliha - Tidak Lahan Bahan Pada tahap Proses
raan didapatka pemeliha kimia yang pemeliharaa pemelihara
tanaman, n sumber raan terdapat n tanaman an
Penyula penyebab tanaman pada perlu tanaman
man bagi kebisinga memiliki lingkungan adanya dilakukan
n suara oleh para
tanaman tempat kerja unit perhatian
pada pekerja
yang proses kusus penanaman khusus pada dengan
gagal Pemelihar untuk bibit pisang faktor posisi
tumbuh aan limbah cavendish lingkungan berdiri, hal
tanaman tanaman ialah: sosial tersebut
- Panas : yang - Pupuk budaya, meningkat
didapatka gagal urea hubungan kan resiko
n pada tumbuh -pupuk antar myalgia.
lapangan sehingga tambahan : pekerja
pemeliha menurun KCl, TSP, maupun Saat
raan kan Zn, antar unit proses
penyempr
tanaman resiko Kieserite terjalin
otan
pisang. infeksi dan gypsum dengan herbisida,
Tidak pada herbisida baik. Hal penyulama
ada APD pekerja. yang n tanaman
khusus Pengendalia dilakukan yang
yang nnya untuk gagal, para
digunaka dengan mencegahn pekerja
n selama menggunak ya antara melakukan
proses an APD, lain dengan
pemeliha pada proses komunikasi tangan
raan ini para yang baik secara
tanaman pekerja yang manual
satu-
dibekali dilakukan
persatu
APD oleh para sehingga
berupa pekerja. dapat
sarung beresiko
tangan penyakit
berbahan nyeri pada
karet, pergelanga
sehingga n tangan.
menurunka
n resiko
terjadi nya
dermatitis
kontak
iritan.

4. Pemeliha - Tidak Lahan Bahan Pada tahap Proses


raan buah didapatka pemeliha kimia yang pemeliharaa pemelihar
n sumber raan terdapat n buah aan
penyebab tanaman pada perlu tanaman
kebisinga memiliki lingkungan adanya dilakukan
n suara tempat kerja unit perhatian oleh para
pada kusus penanaman khusus pada pekerja
proses untuk bibit pisang faktor dengan
Pemeliha limbah cavendish lingkungan posisi
raan tanaman ialah: sosial berdiri,
buah yang Insektisida, budaya, hal
-- Panas : gagal fungisida, hubungan tersebut
didapatka tumbuh dan antar meningka
n pada sehingga herbisida pekerja tkan
lapangan menurun maupun resiko
pemeliha kan Pengendalia antar unit myalgia.
raan buah resiko nnya terjalin
Tidak infeksi dengan dengan Saat
ada APD pada menggunak baik. Hal proses
khusus pekerja. an APD, yang penyuntik
yang pada proses dilakukan an
digunaka ini para untuk insektisid
n selama pekerja mencegahn a dan
proses dibekali ya antara penyempr
pemeliha APD lain otan
raan buah berupa komunikasi herbisida,
sarung yang baik para
tangan yang pekerja
berbahan dilakukan melakuka
karet, oleh para n dengan
sehingga pekerja. tangan
menurunka secara
n resiko manual
terjadi nya satu-
dermatitis persatu
kontak sehingga
iritan. dapat
beresiko
penyakit
nyeri
pada
pergelang
an tangan.
5. Panen Tingkat Pada Tidak ada Pada tahap Proses
kebisinga proses bahan kimia panen perlu panen
n: panen, yang adanya dilakukan
Nilai buah- dipakai perhatian dengan
Ambang buah pada proses khusus pada memindah
kan hasil
Batas yang panen. faktor
panen
intensitas sudah lingkungan mengguna
bising diberi sosial kan cable
adalah 85 plastik budaya, way, hal
dB dan akan hubungan ini
maksimu dilepaska antar memudahk
m 8 jam n dari pekerja an para
perhari. plastikny maupun pekerja
Tingkat a, antar unit dan
kebisinga kemudian terjalin menurunk
n di plastic dengan an resiko
bagian tersebut baik. Hal low back
panen dibuang yang pain.
tergolong di tempat dilakukan
tidak khusus untuk
bising sehingga mencegahn
(KepMen tidak ya antara
Kes RI, menimbu lain
2018). lkan komunikasi
resiko yang baik
infeksi yang
pada para dilakukan
pekerja oleh para
pekerja.
6. Rumah Tingkat Tempat Tidak ada Pada tahap Pada saat
Pengepak kebisinga proses bahan kimia pengepakan proses
an n: pengepak yang perlu pengepaka
Nilai an dipakai adanya n, buah
Ambang memiliki pada proses perhatian dipotong
sesuai
Batas tempat pengepakan khusus pada
permintaa
intensitas khusus faktor n pembeli
bising untuk lingkungan mengguna
adalah 85 pembuan sosial kan pisau
dB dan gan budaya, secara
maksimu partikel hubungan manual.
m 8 jam asing antar Pekerja
perhari. sehingga pekerja tidak
Tingkat menurun maupun diberi
kebisinga kan antar unit perlindung
n di resiko terjalin an APD,
bagian infeksi dengan hal yang
mungkin
pengepak pada baik. Hal
trjadi ialah
an pekerja. yang vulnus
tergolong dilakukan laceratum.
tidak untuk
bising mencegahn
(KepMen ya antara
Kes RI, lain
2018). komunikasi
yang baik
Panas : yang
didapatka dilakukan
n pada oleh para
saat pekerja.
pengepak
an Tidak
ada APD
khusus
yang
digunaka
n selama
proses
pengepak
an

7 Pengepak Tingkat - tidak ada Pada tahap Pada


an dan kebisinga bahan kimia pengepakan proses ini,
gudang n: yang perlu pekerja
Nilai digunakan adanya diberikan
Ambang pada proses perhatian kursi dan
tempat
Batas pengepakan khusus pada
untuk
intensitas faktor mengemas
bising lingkungan buah
adalah 85 sosial hingga
dB dan budaya, siap
maksimu hubungan dibawa
m 8 jam antar oleh truk.
perhari. pekerja
Tingkat maupun
kebisinga antar unit
n di terjalin
bagian dengan
pengepak baik. Hal
an yang
tergolong dilakukan
tidak untuk
bising mencegahn
(KepMen ya antara
Kes RI, lain
2018). komunikasi
yang baik
yang
dilakukan
oleh para
pekerja.
3. Karyawan

Jumlah
No Populas Rata – rata Status Resiko Penanganan
Unit Kerja
. i lama kerja Kesehatan Kesehatan Resiko

1. Persiapan Jumlah -Para pekerja Dermatitis 1.Proses 1. Menyediakan


bibit pisang total mulai bekerja Kontak perbanyakan kursi saat
cavendish tenaga pukul 07.00 – Alergen bibit melakukan
kerja 15.00 menggunakan persiapan bibit
harian -Normal waktu CTS tangan secara
6000 kerja manual tanpa 2. menggunakan
Pekerja berdasarkan UU LBP APD APD untuk
RI tahun 2003 meningkatkan menghindari tangan
tentang resiko terkena bahan
ketenagakerjaan terjadinya bahan kimia.
mengenai waktu DKA
kerja pada pasal
77 ayat dua: 2.CTS
Waktu kerja berkaitan
sebagaimana dengan
dimaksud dalam pekerjaan
ayat (1) menggunakan
meliputi : tangan dalam
7 jam kerja/ hari proses
atau 40 jam kerja persiapan
/ minggu untuk 6 bibit secara
hari kerja dalam berulang-
1 minggu; atau 8 ulang
jam kerja/ hari
atau 40 jam 3.Posisi
kerja/minggu membungkuk
untuk 5 hari kemudian
kerja dalam 1 berdiri yang
minggu. dilakukan
Dalam waktu berulang
kerja normal
tersebut juga
terdapat
peraturan
mengenai waktu
istirahat bekerja,
istirahat
beribadah,
ketentuan waktu
kerja bagi
perempuan,
waktu cuti,
lembur, dsb. (UU
RI NO. 13 tahun
2003 tentang
ketenagakerjaan).
2. Penanaman Jumlah  Para pekerja Dermatitis 1.Proses 1. Menyediakan
bibit pisang total mulai bekerja Kontak perbanyakan kursi saat
cavendish tenaga pukul 07.00 – Alergen bibit melakukan
kerja 15.00 menggunakan persiapan bibit
harian -Normal waktu CTS tangan secara
6000 kerja manual tanpa 2. menggunakan
Pekerja berdasarkan UU LBP APD APD seperti sarung
RI tahun 2003 meningkatkan tangan berbahan
tentang resiko karet/latex untuk
ketenagakerjaan terjadinya menghindari tangan
mengenai waktu DKA terkena bahan
kerja pada pasal bahan kimia.
77 ayat dua: 2.CTS
Waktu kerja berkaitan
sebagaimana dengan
dimaksud dalam pekerjaan
ayat (1) menggunakan
meliputi : tangan dalam
7 jam kerja/ hari proses
atau 40 jam kerja persiapan
/ minggu untuk 6 bibit secara
hari kerja dalam berulang-
1 minggu; atau 8 ulang
jam kerja/ hari
atau 40 jam 3.Posisi
kerja/minggu membungkuk
untuk 5 hari kemudian
kerja dalam 1 berdiri yang
minggu. dilakukan
Dalam waktu berulang
kerja normal
tersebut juga
terdapat
peraturan
mengenai waktu
istirahat bekerja,
istirahat
beribadah,
ketentuan waktu
kerja bagi
perempuan,
waktu cuti,
lembur, dsb. (UU
RI NO. 13 tahun
2003 tentang
ketenagakerjaan).
3. Pemeliharaan Jumlah Para pekerja Dermatitis 1.Proses menggunakan APD
tanaman, total mulai bekerja kontak perbanyakan seperti sarung
Penyulaman tenaga pukul 07.00 – Alergen bibit tangan berbahan
bagi tanaman kerja 15.00 menggunakan karet/latex untuk
yang gagal harian -Normal waktu Asma tangan secara menghindari tangan
6000 kerja LBP manual tanpa terkena bahan
tumbuh
Pekerja berdasarkan UU APD bahan kimia
RI tahun 2003 meningkatkan
tentang resiko Menggunakan
ketenagakerjaan terjadinya masker guna
mengenai waktu DKA menutupi partikel
kerja pada pasal dari insektisida
77 ayat dua: 2.CTS masuk ke lubang
Waktu kerja berkaitan hidung
sebagaimana dengan
dimaksud dalam pekerjaan
ayat (1) menggunakan
meliputi : tangan dalam
7 jam kerja/ hari proses
atau 40 jam kerja persiapan
/ minggu untuk 6 bibit secara
hari kerja dalam berulang-
1 minggu; atau 8 ulang
jam kerja/ hari
atau 40 jam 3.Posisi
kerja/minggu membungkuk
untuk 5 hari kemudian
kerja dalam 1 berdiri yang
minggu. dilakukan
Dalam waktu berulang
kerja normal
tersebut juga 4. Asma
terdapat berkaitan
peraturan dengan
mengenai waktu kmungkinan
istirahat bekerja, partikel
istirahat insektisida
beribadah, yang dapat
ketentuan waktu terhirup oleh
kerja bagi system
perempuan, pernafasan
waktu cuti, manusia
lembur, dsb. (UU
RI NO. 13 tahun
2003 tentang
ketenagakerjaan).
4. Pemeliharaan Jumlah Para pekerja Dermatitis CTS berkaitan Menggunakan
Buah total mulai bekerja kontak dengan masker guna
tenaga pukul 07.00 – Alergen menyuntikan menutupi partikel
kerja 15.00 insektisida, dari insektisida
harian -Normal waktu Asma Posisi masuk ke lubang
6000 kerja membungkuk hidung
Pekerja berdasarkan UU LBP kemudian
RI tahun 2003 berdiri yang Mempertimbangkan
tentang CTS dilakukan waktu lama kerja
ketenagakerjaan berulang dan lama istirahat
mengenai waktu CLM pada bagian
kerja pada pasal Asma pemeliharaan buah
77 ayat dua: berkaitan
Waktu kerja dengan Mecontohkan
sebagaimana kmungkinan Gerakan relaksasi
dimaksud dalam partikel otot guna mencegah
ayat (1) insektisida terjadinya LBP
meliputi : yang dapat
7 jam kerja/ hari terhirup oleh Melaksanakan
atau 40 jam kerja system protocol Kesehatan
/ minggu untuk 6 pernafasan dengan mencuci
hari kerja dalam manusia tangan terlebih
1 minggu; atau 8 dahulu,
jam kerja/ hari CLM menggunakan APD
atau 40 jam berkaitan berupa sarung
kerja/minggu dengan tangan pelindung
untuk 5 hari kebiasaan berbahan karet
kerja dalam 1 beberapa khusus untuk
minggu. pekerja yang pekerja,
Dalam waktu tidak menggunakan boots
kerja normal menggunakan saat bekerja di
tersebut juga sepatu boots kebun.
terdapat khusus
peraturan pertanian
mengenai waktu
istirahat bekerja,
istirahat
beribadah,
ketentuan waktu
kerja bagi
perempuan,
waktu cuti,
lembur, dsb. (UU
RI NO. 13 tahun
2003 tentang
ketenagakerjaan).
5 Panen Jumlah Para pekerja LBP LBP berkaitan Melaksanakan
total mulai bekerja dengan protocol Kesehatan
tenaga pukul 07.00 – CTS kegiatan dengan mencuci
kerja 15.00 pekerja yang tangan terlebih
harian -Normal waktu Dermatitis berdiri dalam dahulu,
6000 kerja Kontak waktu lama menggunakan APD
Pekerja berdasarkan UU Alergen untuk berupa sarung
RI tahun 2003 memindahkan tangan pelindung
tentang buah menuju berbahan karet
ketenagakerjaan cable way khusus untuk
mengenai waktu pekerja,
kerja pada pasal CTS berkaitan menggunakan boots
77 ayat dua: dengan saat bekerja di
Waktu kerja pekerja yang kebun.
sebagaimana memindahkan
dimaksud dalam buah yang Mempertimbangkan
ayat (1) sudah matang waktu lama kerja
meliputi : secara manual dan lama istirahat
7 jam kerja/ hari menggunakan pada bagian panen
atau 40 jam kerja tangan
/ minggu untuk 6 Mecontohkan
hari kerja dalam Dermatitis Gerakan relaksasi
1 minggu; atau 8 Kontak Iritan otot guna mencegah
jam kerja/ hari berkaitan terjadinya LBP
atau 40 jam dengan saat
kerja/minggu pemindaahan
untuk 5 hari buah pekerja
kerja dalam 1 tidak
minggu. menggunakan
Dalam waktu APD maka
kerja normal dapat terkena
tersebut juga getah dari
terdapat buah pisang
peraturan
mengenai waktu
istirahat bekerja,
istirahat
beribadah,
ketentuan waktu
kerja bagi
perempuan,
waktu cuti,
lembur, dsb. (UU
RI NO. 13 tahun
2003 tentang
ketenagakerjaan).
6. Rumah Jumlah Para pekerja LBP LBP berkaitan Melaksanakan
Pengepakan total mulai bekerja dengan protocol Kesehatan
tenaga pukul 07.00 – CTS kegiatan dengan mencuci
kerja 15.00 pekerja yang tangan terlebih
harian -Normal waktu Dermatitis duduk dalam dahulu,
6000 kerja Kontak waktu lama menggunakan APD
Pekerja berdasarkan UU Alergen untuk berupa sarung
RI tahun 2003 membersihkan tangan pelindung
tentang buah, berbahan karet
ketenagakerjaan menimbang khusus untuk
mengenai waktu dan menyortir pekerja,
kerja pada pasal buah menggunakan boots
77 ayat dua: saat bekerja di
Waktu kerja CTS berkaitan stasiun
sebagaimana dengan
dimaksud dalam pekerja Mempertimbangkan
ayat (1) memotong waktu lama kerja
meliputi : bagian buah dan lama istirahat
7 jam kerja/ hari menjadi satu pada bagian panen
atau 40 jam kerja sisir atau
/ minggu untuk 6 setengah sisir Mecontohkan
hari kerja dalam buah Gerakan relaksasi
1 minggu; atau 8 otot guna mencegah
jam kerja/ hari Dermatitis terjadinya LBP
atau 40 jam Kontak Iritan
kerja/minggu berkaitan
untuk 5 hari dengan saat
kerja dalam 1 hendak
minggu. mencuci buah
Dalam waktu pekerja tidak
kerja normal menggunakan
tersebut juga APD maka
terdapat dapat terkena
peraturan getah dari
mengenai waktu buah pisang
istirahat bekerja,
istirahat
beribadah,
ketentuan waktu
kerja bagi
perempuan,
waktu cuti,
lembur, dsb. (UU
RI NO. 13 tahun
2003 tentang
ketenagakerjaan).
7. Pengepakan Jumlah Para pekerja LBP LBP berkaitan Melaksanakan
dan Gudang total mulai bekerja dengan protocol Kesehatan
tenaga pukul 07.00 – CTS kegiatan dengan mencuci
kerja 15.00 pekerja yang tangan terlebih
harian -Normal waktu Dermatitis duduk dalam dahulu,
6000 kerja Kontak waktu lama menggunakan APD
Pekerja berdasarkan UU Alergen untuk berupa sarung
RI tahun 2003 membersihkan tangan pelindung
tentang buah, berbahan karet
ketenagakerjaan menimbang khusus untuk
mengenai waktu dan menyortir pekerja,
kerja pada pasal buah menggunakan boots
77 ayat dua: saat bekerja di
Waktu kerja CTS berkaitan stasiun
sebagaimana dengan
dimaksud dalam pekerja Mempertimbangkan
ayat (1) memotong waktu lama kerja
meliputi : bagian buah dan lama istirahat
7 jam kerja/ hari menjadi satu pada bagian panen
atau 40 jam kerja sisir atau
/ minggu untuk 6 setengah sisir Mecontohkan
hari kerja dalam buah Gerakan relaksasi
1 minggu; atau 8 otot guna mencegah
jam kerja/ hari Dermatitis terjadinya LBP
atau 40 jam Kontak Iritan
kerja/minggu berkaitan
untuk 5 hari dengan saat
kerja dalam 1 hendak
minggu. mencuci buah
Dalam waktu pekerja tidak
kerja normal menggunakan
tersebut juga APD maka
terdapat dapat terkena
peraturan getah dari
mengenai waktu buah pisang
istirahat bekerja,
istirahat
beribadah,
ketentuan waktu
kerja bagi
perempuan,
waktu cuti,
lembur, dsb. (UU
RI NO. 13 tahun
2003 tentang
ketenagakerjaan).
4. Sistem Manajemen

Problem K3 Kebijakan
No. Komponen
Internal Eksternal Manajemen
1. Proses - Masih ada - Risiko penyakit -Proses kerja sesuai
Industri/Kerja beberapa akibat kerja dengan Standart
petugas yang -Risiko penyakit Operasional
tidak yang berhubungan Prosedur yang
menggunakan dengan kerja ditetapkan oleh
APD yang pihak PT.
disediakan Nusantara Tropical
- Masih ada Farma
beberapa -Proses dan alat
proses yang kerja sesuai dengan
dilakukan K3 yang diterapkan
secara manual
pada
seperti
menyiapkan Peraturan Menteri
bibit, Kesehatan
meletakkan Republik Indonesia
pupuk pada Nomor 70 Tahun
satu per satu 2016 Tentang
lubang, Standar Dan
meletakkan Persyaratan
bibit secara Kesehatan
manual, Lingkungan Kerja
pengawasan Industri.
tanaman dan
buah, serta
panen dan
pengepakan
- Masih ada
petugas yang
tidak
mengindahkan
peraturan pada
lokasi pabrik
seperti area
untuk
merokok, jam
dan waktu
istirahat

2. Lingkungan Kerja - Luas lapangan - Resiko -Proses kerja sesuai


a. Lingkunga kerja yang konsleting dengan Standart
n fisik kurang listrik alat – Operasional
sebanding alat Prosedur yang
dengan jumlah - Resiko ditetapkan oleh
pekerja terjadinya pihak PT.
Dermatitis Nusantara Tropical
- Belum tersedia kontak iritan Farma
APD yang akibat APD -Proses dan alat
khusus untuk yang tidak kerja sesuai dengan
setiap pekerja memadai K3 yang diterapkan
pabrik sehingga
pada
meningkatkan
- Susunan alat- resiko terpapar Peraturan Menteri
alat di dalam getah pisang Kesehatan
Packing House Republik Indonesia
pengepakan Nomor 70 Tahun
buah yang 2016 Tentang
cukup Standar Dan
berdekatan Persyaratan
Kesehatan
-Penggunaan Lingkungan Kerja
pisau untuk Industri.
memotong buah
pising sesuai 1
sisir atau
setengah sisir
Lingkungan - Proses -Resiko -Proses kerja sesuai
Biologi pencucian terkontaminasi dengan Standart
buah getah pisang Operasional
dilaksanakan -Resiko terinfeksi Prosedur yang
dua kali oleh cacing di ditetapkan oleh
dengan campur perkebunan saat pihak PT.
tangan pekerja pekerja tidak Nusantara Tropical
sehingga memakai APD Farma
meningkatkan Boots -Proses dan alat
resiko kerja sesuai dengan
kontaminasi K3 yang diterapkan
agen biologi
pada
- Tidak
tersedianya Peraturan Menteri
APD untuk Kesehatan
para pekerja Republik Indonesia
sehingga dapat Nomor 70 Tahun
meningkatkan 2016 Tentang
resiko terkena Standar Dan
dermatitis saat Persyaratan
melakukan Kesehatan
proses Lingkungan Kerja
penanaman Industri.
bibit pisang
cavendish
Lingkungan Kimia -Resiko terkena -Proses kerja sesuai
dermatitis dengan Standart
kontak iritan Operasional
dikarenakan Prosedur yang
beberapa bahan ditetapkan oleh
kimia yang pihak PT.
digunakan Nusantara Tropical
dalam proses Farma
perawatan buah -Proses dan alat
seperti pupuk kerja sesuai dengan
urea, ZN, K3 yang diterapkan
Gypsum,
pada
insektisida, dan
lain lain. Peraturan Menteri
- Bahan Kimia Kesehatan
yang digunakan Republik Indonesia
untuk mencuci Nomor 70 Tahun
buah pisang 2016 Tentang
dapat Standar Dan
menyebabkan Persyaratan
peradangan kulit Kesehatan
dan mukosa Lingkungan Kerja
Industri.
Lingkungan Sos- Tidak ada Tidak ada karena -Proses kerja sesuai
Bud karena situasi situasi antar dengan Standart
antar pekerja pekerja berjalan Operasional
berjalan dengan baik Prosedur yang
dengan baik sehingga tidak ditetapkan oleh
sehingga tidak didapatkan pihak PT.
didapatkan laporan mengenai Nusantara Tropical
laporan pekerja yang Farma
mengenai stress atau pun -Proses dan alat
pekerja yang mengalami kerja sesuai dengan
stress atau pun gangguan K3 yang diterapkan
mengalami kejiwaan lainnya
pada
gangguan
kejiwaan Peraturan Menteri
lainnya Kesehatan
Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun
2016 Tentang
Standar Dan
Persyaratan
Kesehatan
Lingkungan Kerja
Industri.
Lingkungan Kegiatan - -Proses kerja sesuai
ergonomi pekerja mulai dengan Standart
dari persiapan Operasional
bibit hingga Prosedur yang
panen, ditetapkan oleh
dilakukan secara pihak PT.
manual yang Nusantara Tropical
dapat Farma
meningkatkan -Proses dan alat
risiko terjadinya kerja sesuai dengan
nyeri tulang K3 yang diterapkan
belakang
pada
Peraturan Menteri
Kesehatan
Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun
2016 Tentang
Standar Dan
Persyaratan
Kesehatan
Lingkungan Kerja
Industri.
3. Karyawan  Jumlah  -Pengaturan
karyawan jadwal yang adil
6000 orang dan merata
 Risiko  Promotif
penyakit Memberi
akibat kerja penyuluhan dan
dan penyakit pelatihan kepada
yang pekerja terhadap
berhubungan alat pelindung
dengan kerja, diri dan K3
seperti : pabrik
 Low back  Preventif
pain Membiasakan
 CTS memakai APD
 Dermatitis demi kebaikan
Kontak dan keselamatan
Alergen diri petugas
 Asthma masing-masing.
 Kuratif
Memberi
pengobatan
secara
menyeluruh
sesuai hasil
pemeriksaan
kesehatan akibat
kecelakaan kerja
 Rehabilitasi
Rehabilitasi dini
secara tepat untuk
memperbaiki
kualitas hidup
pekerja

5. Regulasi / Undang-undang
a. Lokal atau Regional:

Peraturan mengenai tenaga kerja harian yang merupakan sumber


daya penting dalam budidaya pisang cavendish sudah diatur dalam
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor Kep-100/Men/Vi/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu (Kepmenakertrans tentang PKWT).
b. Nasional:

Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja

c. Internasional:

Secara internasional mengacu pada WHO/ILO 2013

(diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia) tentang kesehatan dan

keselamatan kerja.

II. OCCUPATIONAL DIAGNOSIS (DIAGNOSIS KESEHATAN


KERJA)
Occupational diagnosis pada PT. Nusantara Tropical Farm adalah :

DKA (Dermatitis Kontak Alergen)


- Promotif : memberikan penyuluhan spesifik terhadap penyemprot
pestisida, bagian packaging, yang memiliki kemungkinan kontak terbesar.
Serta pelatihan kepada pegawai unit kerja industri pisang secara luas
tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri berupa sarung
tangan, agar diterapkan dan untuk menghindari terjadinya dermatitis
kontak agar tidak semakin bertambah.
- Preventif : 1) menggunakan sarung tangan, 2) menghindari paparan
zat penyebab iritasi (pestisida, getah, air pembersih) 3) menggunakan
pelembab.
- Kuratif : mencari tau bahan alergennya (melalui prick test) pada
pekerja yang terkena, stop kontak dengan bahan alergen tersebut,
pemberian betamethasone topikal 2x1 dan diberi antihistamin (cetrizine
1x1)
- Rehabilitatif : hindarkan pasien yang memiliki paparan allergen
CTS (Carpal Tunnel Syndrome)
- Promotif : memberikan penyuluhan dan pelatihan pada pegawai unit
kerja industri pisang segar tentang pentingnya melakukan peregangan dan
istirahat sejanak pada tangan saat bekerja. agar diterapkan dan untuk
menghindari terjadinya CTS agar tidak semakin bertambah parah.
- Preventif : 1) melakukan peregangan sederhana pada pada tangan
buka jari jemari dan kibas-kibaskan, 2) ketahui batas kemampuan kerja
masing, jangan memaksakan diri menyelesaikan pekerjaan sekaligus
- Kuratif : Dapat diberikan NSID asam mefenamat 3x500 mg/hari
atau jika ada riwayat gastritis diberikan paracetamol 3x500 mg/hari selama
5-7 hari, vitamin B6 100-300 mg/hari
- Rehabilitatif : Posisikan otot secara relaksasi,istrahatkan otot yang sakit.
Untuk awal pemberian terapi bisa dilakukan pemindahan ke unit kerja
yang lain
Asthma
- Promotif : memberikan penyuluhan dan pelatihan pada pegawai unit
kerja industri pisang segar tentang pentingnya menghindari paparan
allergen atau hal-hal yang dapat memicu kambuhnya Asthma. Agar
diterapkan dan untuk menghindari terjadinya Asthma agar tidak semakin
bertambah parah.
- Preventif : 1. Menghindari allergen 2. Menggunakan masker
- Kuratif :1. Medikasi (obat-obatan) 2. Tahapan pengobatan 3.
Penanganan asma mandiri (pelangi asma) Medikasi asma ditujukan untuk
mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan nafas, terdiri atas
pengontrol dan pelega (Setiawan, 2018).
- Rehabilitatif : hindarkan pasien yang memiliki paparan allergen
Low Back Pain
- Promotif : memberikan penyuluhan dan pelatihan pada pegawai unit
kerja industri pisang segar tentang pentingnya mengatur waktu lama kerja
dengan lama istirahat agar tidak terjadi low back pain.
- Preventif : menghindari posisi membungkuk terlalu lama, melakukan
senam peregangan otot saat mulai terasa nyeri pada otot belakang
- Kuratif : penggunaan NSAID, Menyarankan penderita untuk istirahat
selama 2 sampai 3 hari pada matras yang datar dan kokoh atau kaku
- Rehabilitati: Terapi fisik disarankan untuk penderita low back pain adalah
aktivitas fisikpunggung dan abdomen. Pemanasan lokal pada regio
punggung bawah dapat meredakan nyeri punggung bawah pada serangan
akut
III. PEMBAHASAN

Carpal Tunnel Syndrome

1. Definisi :
Sindrom carpal tunnel merupakan hasil dari kompromi fungsi saraf median di
pergelangan tangan yang disebabkan oleh peningkatan tekanan pada carpal tunnel,
sebuah kompartemen anatomi yang dibatasi oleh tulang-tulang dan ligamentum.
2. Faktor Resiko:
Penyebab CTS menjadi 3 faktor, yaitu: (1) faktor intrinsik, (2) faktor penggunaan
tangan (penggunaan tangan yang berhubungan dengan hobi dan penggunaan
tangan yang berhubungan dengan pekerjaan), (3) faktor trauma
3. Diagnosis :
Provocative Test : Tinel Sign Tinel sign dilakukan dengan perkusi di atas kulit
proximal nervus medianus carpal tunnel; jika positif pasien mengeluhkan
kesentrum atau sensasi tingling yang menjalar ke ibu jari, telunjuk, jari tengah,
atau kelingking.
 Phalen Test Phalen wrist flexion sign atau phalen maneuver biasanya positif
pada pasien CTS dan dianggap lebih diagnostik dari tinel sign. Manuver ini
dilakukan dengan siku dalam posisi ekstensi sementara pergelangan tangan pasif
fleksi. Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan simtom onset (60 detik)
dianggap mendukung diagnostik
Wrist Compression Test Kompresi di atas nervus medianus proximal wrist
memprovokasi symptom dalam waktu 60 detik.Tes ini konfirmasi untuk
pemeriksaan yang lain
Tourniquet Test Torniket dipasang disekitar lengan atas diatas tekanan sistolik.
Pada pasien normal tes menyebabkan parestesia pada distribusi nervus ulnaris
pada CTS parestesia pada distribusi nervus medianus
4. Tata Laksana
 Terapi langsung terhadap CTS, Terapi konservatif:
 Kompresi pergelangan tangan pada posisi fleksi ketika tidur yang
menimbulkan nyeri, initial terapi dengan memakai splint yang mempertahankan
pergelangan tangan dalam posisi netral ketika tidur.
 Pemberian NSAID dan injeksi steroid. Injeksi steroid mengalami transient
relief 80% setelah injeksi, 22% gejala hilang setelah 12 bulan dan 40% bebas
gejala < 1 tahun.
Dermatitis Kontak Alergen
1. Definisi
Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan
kulit yang ada dalam keadaan akut atau subakut, ditandai dengan rasa gatal,
eritema, disertai timbulnya papula, edema dan vesikula di tempat yang terkena.
2. Etiologi
Bahan kimia yang tampaknya memberi pengaruh terhadap sebanyak
setengah dari semua kasus DKA. Ini termasuk pestisida dan getah pisang
3. Diagnosis
Langkah-langkah penegakan diagnosis untuk penyakit dermatitis kontak iritan
antara lain:
Anamnesis : Anamnesis terarah tentunya diperlukan untuk mengeksplor riwayat
pajanan terhadap bahan atau substansi kimia tertentu.
Pemeriksaan Klinis : Pemeriksaan klinis sangat penting untuk mengeksklusi
pernyakit lain. Menentukan lokasi dan efloresensi dengan jelas. Biasanya tempat
predileksi DKA adalah pada tangan dan lengan. Pemeriksaan tubuh secara
menyeluruh sangat dianjurkan untuk melihat lesi di tempat-tempat tertentu.
Pemeriksaan penunjang : Patch test dapat dilakukan untuk eksklusi dermatitis
kontak alergi.
4. Tata Laksana
Medikamentosa
Terapi medikamentosa untuk dermatitis kontak iritan mempunyai beberapa
prinsip, seperti, emollient, menghindari iritasi, dan krim yang mengandung
dimethicone adalah terapi yang digunakan sebagai mainstay. Agen-agen
terapeutik yang mengandung propilen glikol dan urea dapat mengakibatkan
inflamasi sehingga harus dihindari sebagai terapi.
Pengobatan sistemik dapat diberikan antihistamin sebagai efek anti pruritus.
Topikal kortikosteroid digunakan sebagai antiinflamasi,supresi aktivitas mitotik,
dan vasokonstriksi. Efek steroid juga dapat mensupresi pengeluaran histamine,
sehingga bisa juga sebagai antipruritus.
KIE
KIE kepada pasien terutama dalam hal penggunaan dan pajanan bahan iritan
sehari-hari, seperti:
Jika pasien adalah pekerja yang sering kontak dengan bahan-bahan yang sudah
diketahui alergennya, dapat memberikan edukasi ke pasien dan perusahaan
tempatnya bekerja berupa pencegahan seperti pemakaian masker, sarung tangan,
perawatan kulit sehari-hari terutama yang mempunyai kulit sensitif.
Pelaksanaan uji tempel pada calon pekerja, sehingga dapat menempatkan pekerja
di bagian yang tidak kontak dengan bahan iritan
Pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala kepada para pekerja
(Wirata,2017).
Low Back Pain
1. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di
punggung bagian bawah, dengan waktu kurang lebih 3 bulan. LBP merupakan
penyebab utama kedua kecacatan di seluruh dunia menjadi masalah kesejahteraan
dan ekonomi utama.
2. Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan low back pain adalah:
a. Faktor mekanik
Gaya berat tubuh menimbulkan rasa nyeri pada punggung dan
dapat menimbulkan komplikasi. Kehamilan dan obesitas juga
merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya low back
painkarena menimbulkan penekanan pada diskus akibat
penumpukan lemak. Selain itu, fraktur vertebral, spondylolisis dan
deformitas kongenital seperti skoliosis dan kifosis juka merupakan
faktor terjadinya low back pain.
b. Faktor non mekanik
Neoplasia seperti tumor primer atau metastasis, penyakit infeksi
seperti osteomyelitis dan keadaan inflamasi atritis seperti
rheumatoid atritis, spondylitis.
c. Faktor Neurogenik
Herniasi diskus, stenosis pada spinal kegagalan pada operasi
surgical seperti herniasi berulang dan perlekatan epidural juga
dapat menyebabkan low back pain.
d. Faktor penyebab lain
Fibromyalgia, gangguan somatoform dan malingering dapat
menyumbang angka kejadian low back pain sekitar 2% hingga 4%
(Sideman, 2016).
3. Faktor Resiko
Faktor individu dapat dilihat:
 Usia
 Jenis Kelamin
 Indeks Massa Tubuh
 Masa Kerja
 Kebiasaan merokok
 Riwayat pendidikanTingkat pendapatan
 Aktivitas fisik
 Riwayat trauma
Faktor pekerjaan antara lain:
 Beban kerja
 Posisi kerja
 Repetisi
 Durasi
Faktor lingkungan:
 Getaran
 Kebisingan (Andini, 2015).
4. Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis merupakan awal yang penting dalam pemeriksaan Low back pain.
Perlu ditanyakan keluhan utama, anamnesis keluarga, penyakit- penyakit
sebelumnya, keadaan sosial, dan penyakit saat ini. Cara ini praktis dan efi sien
untuk mendeteksi kondisi-kondisi penyebab yang lebih serius (red flags).
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda penyebab sistemik dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik umum:
demam didapatkan proses infeksi maupun infl amasi lain seperti pada kasus
neoplasiatekanan darah dan nadi dapat membantu evaluasi adanya nyeri dan
perdarahan. Pemeriksaan leher dapat melihat kemungkinan nyeri akibat tidak
langsung dari gangguan paratiroid dan kemungkinan metastasis neoplasma
dengan adanya limfadenopati. Pemeriksaan muskuloskeletal perlu dilakukan,
khususnya pada daerah yang dikeluhkan. Pemeriksaan neurologik meliputi
pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fi siologik dan patologik, serta uji untuk
menentukan kelainan saraf, seperti straight leg raising (SLR)/Laseque test (iritasi
n. ischiadicus), cross Laseque (HNP median), reverse Laseque (iritasi radiks
lumbal atas), sitting knee extension (iritasi n.ischiadicus), saddle anesthesia
(sindrom konus medularis).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai indikasi. Pemeriksaan radiologi Foto
polos Foto polos vertebra lumbosakral tidak perlu dilakukan secara rutin, kecuali
ada indikasi. Foto polos ini berguna untuk dugaan fraktur dan dislokasi.
Biasanya, foto polos proyeksi anteroposterior dan lateral sudah cukup membantu
diagnosis. Foto oblik dilakukan bila ada dugaan spondilolistesis. Yang perlu
dinilai adalah ada tidaknya kelainan visera dan ABCs (alignment, bony changes,
cartilagineus changes, soft tissue changes). Computed tomography (CT) scan
Computed tomography (CT) scan dapat menentukan kelainan tulang,
(Panduwinata, 2014).
5. Tata Laksana
Terapi secara psikologi
Meyakinkan pada penderita bahwa ia tidak mengalami hal ini sendirian dan
bahwa keluhan low back pain pada 90% kasus akan sembuh dalam waktu 6 bulan.
Obat-obatan
Pilihan obat untuk kasus low back pain adalah NSID dan muscle relaxant.
Bedrest
Menyarankan penderita untuk istirahat selama 2 sampai 3 hari pada matras yang
datar dan kokoh atau kaku
Aparatus ortopedi
Menyarankan penderita untuk menggunakan korset beberapa waktu setelah
menjalani masa bedrest
Terapi fisik
Terapi fisik disarankan untuk penderita low back pain adalah aktivitas
fisikpunggung dan abdomen. Pemanasan lokal pada regio punggung bawah dapat
meredakan nyeri punggung bawah pada serangan akut
Asthma
1. Definisi :
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas dengan berbagai sel dan elemen
seluler yang berperan. Inflamasi kronik dihubungkan dengan hiperesponsif
saluran napas yang mengakibatkan episode berulang mengi, dada sesak, napas
pendek dan batuk, khususnya saat malam atau dini hari.
2. Etiologi :
Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang dikenal berada dalam proses pekerjaan yang ditandai oleh gangguan aliran
nafas dan hipereaktiviti bronkus yang terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan
kerja dan tidak terjadi pada rangsangan diluar tempat kerja (Intan, 2017).
3. Klasifikasi Asthma:
Klasifikasi asma ditempat kerja menurut The American Collage of Chest
Physicians adalah :
a. Asma Akibat Kerja
1) Asma akibat kerja dengan masa laten yaitu asma yang terjadi melalui
mekanisme imunologis. Pada kelompok ini terdapat masa laten yaitu masa sejak
awal pajanan sampai timbul gejala. Biasanya terdapat pada orang yang sudah
tersensitisasi yang bila terkena lagi dengan bahan tersebut maka akan
menimbulkan asma.
2) Asma akibat kerja tanpa masa laten yaitu asma yang timbul setelah pajanan
dengan bahan di tempat kerja dengan kadar tinggi dan tidak terlalu dihubungkan
dengan mekanisme imunologis. Gejala seperti ini dikenal dengan istilah Irritant
Induced Asthma atau Reactive Airways dysfunction Syndrome (RADS). RADS
didefinisikan asma yang timbul dalam 24 jam setelah satu kali pajanan dengan
bahan iritan konsentrasi tinggi seperti gas, asap yang menetap sedikitnya dalam 3
bulan.
b. Asma yang diperburuk ditempat kerja Asma yang sudah ada sebelumnya atau
sudah mendapat terapi asma dalam 2 tahun sebelumnya dan memburuk akibat
pajanan zat ditempat kerja. Pada pekerja yang sudah menderita asma sebelum
bekerja, 15% akan memburuk akibat pajanan bahan/faktor dalam lingkungan kerja
(Athena, et al., 2015).
4. Faktor Resiko Asthma
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu (host

factor) dan faktor lingkungan (Setiawan, 2018).

a. Faktor host, yaitu:


 Genetik
 Obesitas
 Jenis kelamin
b. Faktor lingkungan
 Rangsangan allergen
 Rangsangan bahan-bahan di tempat kerja.
 Infeksi.
 Merokok
 Obat.
 Penyebab lain atau faktor lainnya.
4. Diagnosis Asthma :
Diagnosis asma dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Secara klinis ditemukan gejala berupa sesak
episodik, mengi (wheezing), batuk kronik berulang dan dada terasa sakit/sesak.
Pengukuran fungsi paru digunakan untuk menilai keterbatasan arus udara dan
reversibilitas yang dapat membantu diagnosis. Pemeriksaan status alergi
dilakukan untuk mengidentifikasi adanya penyakit alergi lain pada pasien maupun
keluarganya seperti rhinitis alergi. Pengukuran respons dapat membantu diagnosis
pada penderita dengan gejala konsisten tetapi fungsi paru normal. Penemuan tanda
pada pemeriksaan fisik pasien asma, tergantung dari episode gejala dan derajat
obstruksi saluran napas. Melalui pemeriksaan fisik pasien asma, tampak adanya
perubahan bentuk anatomi thoraks dan ditemukan perubahan cara bernapas. Pada
pemeriksaan inpeksi dapat ditemukan pasien menggunakan otot napas tambahan
di leher, perut, dan dada, napas cepat hingga sianosis, juga kesulitan bernapas.
Ekspirasi memanjang dan mengi dapat ditemukan saat dilakukan auskultasi pada
pasien asma. Dalam praktek sehari-hari jarang ditemui kesulitan dalam membuat
diagnosis asma, tetapi sering pula dijumpai pasien non-asma yang mempunyai
mengi, sehingga pemeriksaan penunjang diperlukan dalam menegakkan diagnosis
(Setiawan, 2018).
5. Tatalaksana :
Edukasi yang diberikan antara lain adalah pemahaman mengenai asma itu
sendiri, tujuan pengobatan asma, bagaimana mengidentifikasi dan mengontrol
factor pencetus, obat-obat yang digunakan berikut efek samping obat, dan juga
penanganan serangan asma di rumah.
 penilaian derajat beratnya asma
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma.
A. Pemantauan tanda gejala asma.
B. Pemeriksaan faal paru
 Merencanakan Dan Memberikan Pengobatan Jangka Panjang Dan
Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan. Dalam
menetapkan atau merencanakan pengobatan jangka panjang untuk mencapai atau
mempertahankan keadaan asma yang terkontrol, terdapat tiga faktor yang perlu
dipertimbangkan: 1. Medikasi (obat-obatan) 2. Tahapan pengobatan 3.
Penanganan asma mandiri (pelangi asma) Medikasi asma ditujukan untuk
mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan nafas, terdiri atas pengontrol dan
pelega (Setiawan, 2018).
5. Pengolahan Pisang Cavendish di PT Nusantara Tropical Farma
 Tahap Persiapan
a. Pembuatan Infrastruktur
Kanal adalah parit yang dibuat disekeliling lokasi perkebunan untuk
menghindari gangguan gajah liar yang masih terdapat pada areal perkebunan.
Pembuatan dan pengerasan jalan dilakukan oleh perusahaan untuk menunjang
sarana transportasi di lokasi perkebunan baik di dalam maupun keluar perusahaan.
Packing House adalah tempat dimana hasil produksi dari lapangan diproses
sehigga siap untuk dimasukkan ke peti kemas dan siap untuk dikirim. Aktivitas
yang dilakukan di packing house antara lain pembersihan tandan pisang dan sisa-
sisa bunga (defllower), penanganan ke bak pencuci (dehender) dan pengepakan
(packer). Setiap rumah pengepakan biasanya dapat menampung aktivitas panen
dari lahan seluas 250 – 300 hektar. Pengangkutan tandan pisang dari lapangan
kerumah pengepakan dilakukan dengan jalur kabel (cable way) berupa kabel baja
setingggi kurangdari 2 meter diatas permukaan tanah. Pada cable way tandan buah
pisang digantungkan untuk menghindari kerusakan buah akibat gesekan dan
benturan dapat dihindari. Setelah tandan pisang cukup (sekitar ± 30 29 tandan)
akan ditarik ke stasiun (patio) yang terletak disamping rumah pengepakan.
b. Persiapan Lahan
Kegiatan ini menyangkut pembukaan lahan seperti pembersihan daro
batang-batang kayu, tanaman liar, pembuatan patok jalur penanaman dan jalan,
pengolahan tanah serta pembuatan lobang-lobang tanam sesudah tanaman hasil
kultur jaringan (tissue culture) siap untuk dipindahkan. Pemberian pupuk dasar
untuk tanaman muda dilakukan pada tahap ini, sehingga dapat menunjang
pertumbuhan awal tanaman.
c. Persiapan Bibit
Pada awalnya perbanyakan bibit dilakukan di laboratorium. Dari Laboratorium
dipindahkan ke bedeng persemaian, kemudian dipindahkan lagi ke bedeng
pembibitan. Bibit yang memenuhi persyaratan akan dipelihara, diseleksi untuk
kemudian dipindahkan ke lapangan yang telah disiapkan.
Keunggulan bibit pisang hasil kultur jaringan dibanding bibit anakan adalah bibit
kultur jaringan terbebas dari penyakit seperti layu Moko akibat Pseudomonas
solanacearum dan layu Panama akibat Fusarium oxysporum cubense.

Gambar 1.2 Kultur Jaringan Pisang Cavendish


 Tahap Belum Menghasilkan
Meliputi penanaman dilapangan, pemeliharaan tanaman dan pemeliharaan buah.
Pada tahun pertama penanaman, umumnya produksi yang dapat dipanen hanya
mencapai 50% & 85% pada tahun kedua dari seluruh populasi yang ditanam.
a. Penanaman
Hal pertama yang dilakukan ketika akan melakukan penanaman adalah membuat
lubang pada tanah dengan ukuran 20 x 20 cm dan kedalaman 20 cm. Setelah
lubang tersedia, maka ditaburkan pupuk kandang sebanyak 2 kg, pupuk NPK dan
pupuk puradon sebanyak satu sendok makan kedalam lubang.Tanaman yang
sudah diseleksi dari bedeng pembibitan, dilanjutkan dengan pemberian pupuk
organik, pupuk urea serta pupuk lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada
generasi selanjutnya penanaman tidak lagi dilakukan sesuai dengan sifat keluarga
tanamna pisang (Musa paradisiaca L) yang mempunyai ankan dan membentuk
rumpun, aktivitas selanjutnya adalah seleksi anakan yang tumbuh.

Gambar 1.3 Proses Penanaman bibit pisang cavendish


b. Pemeliharaan Tanaman
Pemupukan lanjutan diberikan sesuai pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dan kandungan hara tanah. Pupuk urea diberikan sebanyak 8 kali dalam
setahun, sedangkan pupuk tambahan seperti KCl, TSP, Zn, Kieserite dan Gypsum
diberikan berdasarkan analisa tanah yang dilakukan secara berkala oleh unit
penelitian sampai tanaman menghasilkan buah dan siap untuk dipanen.
Pengendalian gulma bertujuan untuk menjaga kualitas buah dengan pencegahan
terjadinyapersaingan unsur hara, air dan sinar matahari antara tanaman dengan
tumbuhan pengganggu. Penanganan yang diberikan bersifat selektif, yang
dilakukan dengan pembersihan disekeliling tanaman ataupun penyemprotan
dengan herbisida sepanjang umur tanaman apabila
dianggap perlu. Kegiatan ini dilakukan tujuh kali dalam setahun, rata-rata seorang
pekerja dapat melakukan pembersihan seluas satu hektar dalam sehari.
Penyulaman bagi tanaman yang gagal tumbuh pada saat pemindahan dari
bedeng pembibitan ke lapang harus dilakukan untuk mempertahankan tingkat
produksi persatuan luas tanam. Biasanya penyulaman juga dilakukan bersamaan
dengan estimasi produksi yang dilakukan setiap minggu, dimana setiap orang
dapat melakukan aktivitas seluas 5 hektar dalam sehari. Pengendalian hama dan
penyakit merupakan aktivitas yang rutin dan sangat perlu, mengingat inti usaha
adalah kualitas, kuantitas dan kontinuetas produksi pisang yang dihasilkan.
c. Pemeliharaan Buah
Kualitas, kuantitas, dan kontinuetas dari buah pisang merupakan inti dari
perusahaan sehingga penanganan buah dilakukan degan teknis yang sangat
diperhitungkan. Sesudah jantung pisang keluar 2/3 – 3/4 bagian diberikan
penyuntikan larutan insektisida untuk mencegah kerusakan pada kulit buah akibat
hama kutu (thrips). Setiap tanaman disuntik sebanyak satu kali dan seorang
pekerja dapat melakukan kegiat ini sampai seluas 7,5 hektar dalam sehari terhadap
tanaman yag disuntik.
Pemeliharan tanaman bertujuan mencegah serangan jamur serangga pada
buah yang dapat mengakibatkan kerusakan buah. Tandan buah disemprot dengan
fungisida sebanyak dua kali dalam seminggu. Tandan buah yang sudah barbentuk
sempurna pada usia 7 – 8 bulan dibungkus plastik untuk mencegah serangan
serangga dan jamur, perubahan warna akibat sinar matahari dan untuk
mempercepat pertumbuhan buah. Pembungkusan tandan dilakukan dua kali
seminggu terhadap populasi pada areal yang sama.
 Tahap Menghasilkan
a. Panen
Tandan pisang dipanen dari tanaman yang sudah ditentukan. Kriteria
penentuan tanaman yang sudah siap untuk dipanen dilakukan terhadap seleksi
warna pita yang diikat pada tandan saat saat pembungkusan tandan buah. Jadwal
penjemputan hasil produksi akan sangat mempengaruhi aktivitas panen, proses
dan pengepakan yang biasanya dilakukna dalam waktu yang relatif singkat
mengingat daya tahan penyimpanan pisang yang terbatas.
b. Rumah Pengepakan
Penyiapan Tandan Buah
Aktivitas di rumah pengepakan (packing house) dilakukan secara
keseluruhan. Yaitu penyiangan tandan buah, pengepakan dan tenaga penunjang
dengan 6 jalur. Buah yang dibawa dari lapangan diterima di stasiun, dibersihkan
dari sisa bunga dan dibebaskan dari plastik. Tandan yang sudah dibersihkan
dipotong setiap setengah sisir tau satu sisir sesuai dengan permintaan pembeli.
Buah yang tidak masuk kriteria A dan B disisihkan untuk dijual ke pasar curah.
Pengepakan
Buah yang sudah diseleksi, dicuci, ditimbang, disemprot guna mencegah getah,
diberi label dan dibungkus dengan plastik dalam keadaan hampa udara.
Pengepakan dilakukan berdasarkan keinginan pemesan.
Gudang
Gudang disediakan untuk menampung box-box pisang yang akan dimasukkan ke
peti kemas pada saat ekspor.

Gambar 1.1
Proses pengangkutan tandan pisang menggunakan Cable Way
 Tahap Pengiriman
Tahap pengiriman meliputi semua kegiatan yang menyangkut ekspedisi dari areal
ke pelabuhan, serah terima, pemuatan dan pengiriman ke negara tujuan.
Sedangkan untuk pasar lokal kegiatan pengiriman tidak dilakukna sampai ke
tujuan tapi hanya sampai pada pengepakan saja.
5. INTERVENSI
LANGKAH 1: Proses Kerja
Menurut hasil pengamatan pada proses kerja didapatkan beberapa masalah yaitu
masih belum lengkapnya APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker, sarung
tangan, dan helm, yang digunakan para karyawan sehingga berdampak pada
beberapa risiko yaitu seperti risiko terjadinya penyakit akibat kerja. Saat
pemberian pestisida, penyemprotan melalui traktor tidak diikuti dengan
penggunaan masker. Begitupun saat proses packaging. Penggunaan sarung tangan
masih sangat minim. Dari mulai kegiatan maintenance hingga packaging, sangat
sedikit pekerja yang memakai sarung tangan. Sedangkan penggunaan helm yang
merupakan penting saat proses maintenance tidak digunakan sama sekali. Ditinjau
dari proses kerja, Pekerjaan dilakukan secara terorganisir, dikerjakan sesuai
dengan prosedur, tempat kerja yang terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat
mengurangi bahaya dan kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan
banyak. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dapat dicegah, terjadi
dengan tiba-tiba dan tentunya tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan oleh
pegawai, yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat, makanan dan
“melukai” karyawan/ pegawai.
LANGKAH 2: Lingkungan Kerja
Menurut hasil pengamatan pada lingkungan kerja, beberapa hal sudah cukup baik,
tetapi untuk tingkat keergonomisan terhadap beberapa tahapan proses produksi
kurang. Seperti proses penarikan cable way yang sedang mengangkut pisang yang
masih ditarik manual dan pengangkatan pisang yang masih dipikul. Pada
optimalisasi ergonomi, disarankan untuk diberikan alat bantu, pada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Bab III tentang Syarat-Syarat
Keselamatan Kerja pasal 3 menyebutkan bahwa “memperoleh keserasian antara
tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.”
LANGKAH 3: Kondisi Karyawan
Perlu diadakan pemeriksaan kesehatan secara berkala agar bisa mendeteksi lebih
dini gangguan kesehatan pada karyawan terutama penyakit akibat kerja. Seperti
permasalahan proses maintenance yang berisiko akibat paparan pestisida. Serta
proses kerja yang menimbulkan permasalahan ergonomi. Pemeriksaan rutin serta
pemberian edukasi diharapkan juga mampu memberikan dampak besar dalam
menjaga kondisi karyawan. Sedangkan dari sisi keterjaminan kesehatan, karyawan
dapat juga diberikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.
LANGKAH 4: Kebijakan Manajemen
Melakukan pengadaan APD guna meminimalisir kecelakaan kerja sesuai
dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja ,
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Sosialisasi kepada pekerja
mengenai peraturan pemerintah dan perundang-undang yang mengatur
perlindungan kesehatan kerja, dan mewajibkan semua pekerja untuk mentaati
peraturan guna meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerja. Selain itu, juga
dapat menciptakan lingkungan kerja aman dan nyaman sesuai dengan PMK No 5
Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
LANGKAH 5: Regulasi yang Berlaku
Regulasi yang digunakan pada PT Nusantara Tropical Farm seharusnya
berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
bahwa penerapan SMK3 bertujuan untuk meningkatkan efektifitas perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan
terintegras. Selain itu, juga mencegah dan mengurangi kecelakaan.kerja dan
penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh,
dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta menciptakan tempat kerja yang aman,
nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.
Regulasi yang dipakai spesifik tentang kesehatan kerja sebagai bagian dari
perhatian dan pelindungan bagi pekerja agar sehat, selamat dan produktif yaitu
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 88 tahun 2019 dan sesuai dengan
International Labour Organization (ILO) No. 164. Selain itu regulasi dalam
penentuan standar lingkungan kerja yaitu Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 dan sesuai dengan International Labour
Organization (ILO) No. 155 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja, dengan mengusulkan untuk ditinjau kembali keluasan ruangan
pada tiap unit kerja, fasilitas, dan alat kebutuhan serta keamanan dan keselamatan.
Regulasi tentang Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Karena
Pajanan Biologi, yang bertujuan dalam pencegahan pajanan biologis yang sering
terjadi pada pekerja pekerja yang tertuang pada seri pedoman Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Allegri, M, Montella S, Salici, F, et all.2016. Mechanisms of low back pain: a
guide for diagnosis and therapy. F1000Research 2016, 5(F1000 Faculty
Rev):1530 Last updated: 11 OCT 2016.
Andini, F. (2015). Risk factors of low back pain in workers. Jurnal Majority, 4(1).
Bahrudin, M. (2012). Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Saintika Medika: Jurnal
Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga, 7(1).
Bland J. D. (2007). Carpal tunnel syndrome. BMJ (Clinical research
ed.), 335(7615), 343–346. https://doi.org/10.1136/bmj.39282.623553.AD
ILO. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas.
Jakarta: International Labour Organization.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Penyakit Akibat Kerja Akibat
Pajanan Biologi. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Lambrecht BN, Hammad H. The immunology of asthma.
Immunology of the lung. 2015(16): 45–50.
Martin, S. F., Rustemeyer, T., & Thyssen, J. P. (2018). Recent advances in
understanding and managing contact dermatitis. F1000Research, 7, F1000
Faculty Rev-810. https://doi.org/10.12688/f1000research.13499.1
Oxford, U. H. (2016). Physiotherapy Department Low Back Pain
Information for Patient. Horton General Hospital
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor, (5). Tahun 2018
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor (88). Tahun 2019 tantang
Kesehatan Kerja.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012, Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Salawati, L., Syahrul. (2014). Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, 14(1), 29-35.
Setiawan, Kayan. 2018. Asma Bronkial. FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA RSUP SANGLAH
DENPASAR. Diakses 3 Juli 2020.
Sidemen, I., S, (2016). Manajemen Nyeri Pada Low Back Pain. Tinjauan Pustaka.
T. Jolly, Athena, MD, MPH, Julia E. Klees, MD, MPH, Karin A.
Pacheco, MD, MSPH, et al., 2015. Work-Related Asthma. Journal of
Occupational and Environmental Medicine. Volume 57, Number 10,
October 2015. America.
Ulfah N., Harwanti S., Nurcahyo P.J. 2014. Sikap Kerja dan Risiko
Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Laundry. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 8. No. 7. Februari 2014
Wahyu, Intan Nur. 2017. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung
Diri Pernapasan terhadap Tingkat Kontro Asma Pekerja Penyapu Jalan
di Kota Malang. Undergraduate (S1) thesis, University of
Muhammadiyah Malang.
Wirata, G. (2017). Dermatitis Kontak Alergi. Tinjauan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai