KEDOKTERAN INDUSTRI
“Perusahaan Pemotongan Ayam”
Cantek Group
PEMBIMBING :
Dr. Febri Endra B.S, dr., M.Kes., FISPH., FISCM
Disusun oleh:
Rajiv Abdullah Bin Hatim 201810401011086
Rieka Yudistia 201810401011058
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI
A. IDENTITAS
Kısım/Döşemealtı/Antalya, Turki
2. Lingkungan Kerja:
No Unit Kerja Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Kimia Ling. Sos-Bud Ling. Ergonomi
1. Pemotongan - Luas ruangan - Laboratorium - Bahan - Cantek group - Posisi kerja tidak
ayam 60x45 meter. Luas - Daerah kotor: desinfeksi terletak cukup jauh ergonomis. Petugas
ruangan cukup - Live bird area - Kotoran ayam dari pusat kota. kesehatan melakukan
memadai dengan - Pemingsanan yang Disekitar pekerjaannya dengan
jumlah mesin yang - Penyembelihan didekomposisi perushaan ini tidak berdiri tidak dengan
cukup sehingga - Pencelupan ke mikroorganisme ditemukan industri duduk
membuat produksi air panas , yang kemudian logam dan kimia, - Jarak antara mesin ke
pemotongan ayam - Pencabutan akan serta bebas asap, mesin cukup dekat
efisien dan tidak bulu membentuk gas bau, namun sehingga saat pegawai
membutuhkan - Pencucian amoniak, nitrit terletak didaerah memiliki keterbatasan
banyak waktu karkas (NO2), dan gas yang memiliki ruang gerak.
- Ruangan cukup luas - Pengeluaran sulfida (H2S) iklim cukup kering - Proses pemotongan
yang berisi mesin – jeroan sehingga banyak ayam dicantek group
mesin yang besar - Penanganan debu disekitar menggunakan mesin
dan tinggi namun jeroan perusahaan yang mana satu mesin
tidak menyediakan - Pada perusahaan dengan mesin lainnya
tempat duduk bagi ini unit pekerjaan berkesinambungan
pekerja sudah terbagi (menggunakan
- Penyusunan tata dengan baik konveyor) sehingga
ruang rapi dan sesuai bagian proses yang berasal
bersih masing-masing dari satu mesin dapat
- Penerangan/cahaya sehingga para dipindahkan mudah ke
cukup baik untuk pekerja dapat area kerja berikutnya
proses kerja melalukan tanpa tenaga pekerja
- Ruangan pekerjaannya sehingga meringankan
pengolahan di sesuai tanggung beban pekerja.
industri pemotongan jawabnya. - Terdapat mesin yang
ayam bersuhu - Lingkungan ketinggiannya tidak
maksimal 15°C dan dalam perusahaan sesuai dengan tinggi
ruang penyimpanan yang cukup padat badan pekerja sehingga
beku maksimal dengan mesin pekerja harus
bersuhu -20°C. mesin besar cukup menekuk tubuh
- Ruang pembekuan menyulitkan bagian atas agar
cepat memiliki Suhu untuk mobilisasi dekat dengan mesin.
maksimum –35°C serta Pada video tersebut
dengan kecepatan berkomunikasi seperti pada mesin
udara minimum 2 satu sama lain konveyor.
meter per detik. - Kerja mesin sangat
cepat sehingga
pekerja harus
melakukan pekerjaan
menggunakan tangan
sangat cepat dan
berulang.
3. Karyawan:
No. Unit kerja Juml. Populasi Rata-rata Status Risiko Kesehatan Penanganan Risiko
L P Lama
Kesehatan
kerja
1 Karyawan 198 102 - Normal - Risiko terjadi mechanical - Mengatur posisi agar lebih
Pemotongan injury karena bekerja ergonomis, seperti posisi
Ayam dengan menggunakan duduk
banyak jenis mesin
- Menggunakan APD
produksi yang dapat
melukai dan lengkap yaitu masker,
mengakibatkan kecacatan google, baju pelidung,
pada salah satu anggota handscoon, pelindung
gerak telinga, dll
- Risiko terjadi dermatitis - Melakukan skrining
kontak serta dermatitis kesehatan secara berkala
alergi karena beberapa
terhadap karyawan
bahan baku dan sarung
tangan dapat
menyebabkan iritasi dan
alergi
- Risiko terjadi cold stress
karena suhu udara yang
relatif dingin yaitu pada
ruangan pengolahan
bersuhu maksimal 15°C ,
ruangan penyimpanan
beku memiliki suhu
maksimal -20°C, dan
ruangan pendinginan
cepat memiliki suhu
ruangan maksimal -35°C
- Risiko Noise-induced
hearing loss (NIHL) yang
diakibatkan karena suara
– suara bising dari mesin
yang sangat banyak
4. Sistem Manajemen
Upaya atau kebijakan pimpinan pada kegiatan K3
Problem K3
No. Komponen Kebijakan Manajemen
Internal Eksternal
1 Proses - Pemakaian APD masih kurang - Pengawasan terhadap Menggunakan APD lengkap sesuai
disiplin, yaitu masih ada pemakaian APD Permenakertrans No.8 Tahun 2010 tentang Alat
Industri/Kerja
beberapa pegawai yang tidak pekerja kurang Pelindung Diri
memakai masker dan ada APD sebagaimana dimaksud meliputi:
maksimal
sebagian juga memakai masker 1. pelindung kepala;
tapi tidak sempurna, hal ini 2. pelindung mata dan muka;
dapat menimbulkan penyakit 3. pelindung telinga;
akibat kerja yang diakibatkan 4. pelindung pernapasan beserta
oleh debu dan beberapa partikel perlengkapannya;
kecil dari mesin produksi yang 5. pelindung tangan;dan/atau
dapat terhirup dan mengganggu 6. pelindung kaki.
saluran nafas. serta tidak Selain APD sebagaimana dimaksud diatas
memakai handscoon atau sarung termasuk APD:
tangan saat bekerja. Tidak 1. pakaian pelindung;
menggunakan pelindung tangan 2. alat pelindung jatuh perorangan;
juga bisa menimbulkan dan/atau
kecelakaan kerja lain seperti 3. pelampung.
tergores pada besi – besi di Melakukan pengawasan dan memastikan semua
mesin produksi, jari terpotong karyawan telah menggunakan APD dengan
mesin-mesin pemotong, terjadi lengkap
luka bakar dari mesin yang
panas.
2 Lingkungan Kerja
Lingkungan Fisik - Ruangan cukup luas namun - Lingkungan sekitar - Peraturan Menteri ketenagakerjaan
berisi mesin – mesin yang industri yang cukup jauh Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
besar dan tinggi sehingga sisa dari daerah perkotaan dan Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
ruang hanya sedikit dan tidak Lingkungan Kerja pasal 9
terletak dia area dengan
bisa menyediakan tempat - Permenakertrans No.8 Tahun 2010 tentang
kecenderungan udara yang Alat Pelindung Diri
duduk bagi pekerja.
- Mesin mesin yang kering serta berdebu - Karyawan diberi tempat duduk saat bekerja
mengeluarkan suara bising atau dengan memberikan waktu istirahat 30
dapat menyebabkan penurunan menit dengan menghindari posisi yang tetap
pendengaran (NIHL) dalam waktu lama
- Ruangan produksi di industri - Penggunaan Alat pelindung telinga, fungsi
pemotongan ayam bersuhu Alat pelindung telinga adalah alat pelindung
maksimal 15°C dan ruang yang berfungsi untuk melindungi alat
pendingin adalah -20°C hal ini pendengaran terhadap kebisinganatau
umumnya dapat menyebabkan tekanan. JenisJenis alat pelindung telinga
cold stress bagi pekerja terdiri dari sumbat telinga (ear
sehingga diperlukan alat plug)danpenutup telinga (ear muff)
pelindung diri untuk menjaga - Pada pekerja di ruangan dingin / pada
tubuh tetap hangat, serta proses pendinginan, supaya memakai alat
menambah ruangan hangat pelindung diri lengkap dan menjadwalkan
ketika setelah dari ruang shift secara bergantian yang bermanfaat
pendingin atau cold storage untuk menghindari efek cold stress
dan membuat shift jaga untuk - Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata
bergantian antar karyawan dan disimpan secara rapi dan tertib untuk
dalam bekerja di suhu dingin menjamin kelancaran pekerjaan dan tidak
dan lebih memprioritaskan menimbulkan bahaya kecelakaan. (pasal 44)
pegawai berjenis kelamin laki
– laki
- Risiko terjadi mechanical
injury karena bekerja dengan
menggunakan berbagai jenis
mesin produksi yang dapat
melukai dan mengakibatkan
kecacatan pada salah satu
anggota gerak.
Lingkungan Biologi - Jika tidak dapat menjaga - - Peraturan Menteri ketenagakerjaan
kebersihan atau tidak Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
membersihkan lingkungan Tentang Keselamatan Dan Kesehatan
pabrik secara berkala maka Kerja Lingkungan Kerja pasal 9
dapat tumbuh bakteri ataupun - Perusahaan harus memiliki program
jamur pada lingkungan pembersihan dan sanitasi yang efektif.
perusahaan hal ini dapat Seperti membersihkan mesin scara
menyebabkan berbagai berkala, lantai, serta alat bahan
penyakit salah satunya produksi sesudah digunakan
penyakit dermatitis karena - Staf harus di edukasi serta dilatih untuk
mikroba pada ungags memastikan langkah-langkah pembersihan
dan sanitasi yang dilakuka sudah benar
dan benar benar dilakukan.
Lingkugan Kimia - Bahan Kimia yang terdapat - - Selalu menggunakan APD secara lengkap
pada rumah pemotongan terutama handscoon/ sarung tangan, serta
unggas adalah bahan masker
desinfeksi yang digunakan
untuk membersihkan ruangan
seperti clorin yang dapat
mengakibatkan dermatitis
kontak iritan.
- Kotoran dari unggas yang
didekomposisi oleh
mikroorganisme akan
menghasilkan gas ammonia
dan H2S
Lingkungan - Posisi kerja tidak ergonomis. - Memperbaiki tata letak ruangan. Setiap
Ergonomi Petugas kesehatan melakukan orang yang bekerja sebaiknya dalam
pekerjaannya dengan berdiri ruangan harus mendapat ruang udara (cubic
tidak dengan duduk space) paling sedikit 10 (sepuluh) meter
- Jarak antara mesin ke mesin kubik. Serta karyawan diberi tempat duduk
terlalu dekat sehingga saat saat bekerja atau atau dengan memberikan
pegawai memiliki keterbatasan waktu istirahat 30 menit dengan
ruang gerak. menghindari posisi yang tetap dalam waktu
- Pada bagian eviserasi untuk lama.
pengeluaran isi/ jeroan masih
dilakukan dengan manual - Pengadaan Kursi yang ergonomis
sehingga pekerja pada area ini
sering melakukan gerakan
tangan repetitive yang dapat
memicu terjadinya Carpal
Tunnel Syndrome (CTS)
Lingkungan sosial, - Tidak ditemukan Tidak ditemukan Menjamin kesehatan kerja pada karyawan
dengan mengadakan jaminan kesehatan pada
ekonomi, budaya
karyawan baik penyakit akibat kerja ataupunn
penyakit yang berhubungan dengan ppekerjaan
sesuai dengan PP Nomor 84 Tahun 2013
3 Karyawan - Risiko Myalgia karena posisi Diadakan pemeriksaan Permenakertrans No.8 Tahun 2010 tentang Alat
berdiri yang cukup lama saat Pelindung Diri (APD)
berkala bagi
melakukan proses produksi Menjamin kesehatan kerja pada karyawan
- Risiko terjadinya CTS tenaga kerja, Perusahaan dengan mengadakan jaminan kesehatan pada
terutama bagi karyawan yang karyawan sesuai dengan PP Nomor 84 Tahun
menyediakan anggaran
bekerja di bidang penyortiran 2013
giblet dan proses eviserasi pegawainya pada program Promotif
karena melakukan gerakan - Memberikan penyuluhan mengenai
secara repetitive terutama pada asuransi kesehatan sebagai pentingnya penggunaan APD
pergelangan tangan - edukasi mengenai penyakit-penyakit yang
langkah preventif, kuratif
- Risiko terjadi dermatitis ditimbulkan akibat pekerjaan (CTS, NIHL,
kontak iritan serta dermatitis serta kesejahteraan karyawan Cold Stress, Dermatitis, Myalgia,)
alergi karena beberapa bahan diantaranya mengenai bahaya dan
agar tidak terjadi penyakit
pembersih area produksi dan bagaimana mencegah agar meminimalkan
sarung tangan dapat akibat kerja pada karyawan risiko terkena penyakit akibat kerja.
menyebabkan iritasi dan alergi - edukasi mengenai posisi ergonomis saat
(Kurnia,2017)
- Risiko terjadi cold stress mengambil barang, mendorong, dan posisi
karena suhu udara yang relatif duduk
dingin yaitu pada ruangan - Memberikan pelatihan kepada pekerja
produksi memiliki suhu ruang tentang penggunaan alat dalam melakukan
maksimal 15°C pekerjaan serta alat pelindung diri yang
- Risiko Noise-induced hearing benar
loss (NIHL) yang diakibatkan - membuat visual display penggunaan APD
karena suara – suara bising yang dipasang di tempat-tempat yang
dari mesin produksi eskrim mudah terlihat pekerja dan strategis.
yang sangat banyak Preventif
- Risiko terjadinya dermatitis
- Penggunaan APD
karena mikroba yang terdapat
pada unggas - Pengecekan kesehatan secara berkal
Kuratif
Memberi pengobatan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan pekerja
Rehabilitasi
Rehabilitasi untuk memperbaiki kualitas hidup
pekerja.
5. Regulasi/Undang-Undang
pelaksanaan peraturan daerah provinsi jawa timur nomor 8 tahun 2016 tentang
penyelenggaraan ketenagakerjaan
b. Nasional:
industri yang sehat merupakan salah satu faktor yang menunjang meningkatnya
kinerja dan produksi yang secara bersamaan dapat menurunkan Risiko gangguan
lingkungan kerja industri terdiri atas nilai ambang batas, indikator pajanan
(Permenaker nomor 5 tahun 2018). K3 diatur dalam PP no.50 tahun 2012 tentang
operasional kerja. Hal ini sebagaimana bunyi pasal 5 PP no.50 tahun 2012
pengendalian Risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja agar tercipta tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif. Hal ini dijelaskan pada UU No.13 tahun
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman
tatalaksana kerumahtanggaan.
Untuk melakukan pengendalian lingkungan kerja dapat dilakukan beberapa
alat pelindung diri. Upaya eliminasi yaitu berupa menghilangkan sumber potensi
bahayayang berasal dari bahan, proses, operasi, atau peralatan. Upaya substitusi
yaitu mengganti bahan, proses, operasi atau peralatan dari yang berbahaya
yaitu dengan memisahkan sumber bahaya dari Tenaga Kerja dengan memasang
sistem pengaman pada alat, mesin, dan/atau area kerja. Sedangkan upaya
administratif yaitu dengan pengendalian dari sisi Tenaga Kerja agar dapat
melakukan pekerjaan secara aman. Serta Penggunaan alat pelindung diri yang
berfungsi untuk mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
Hal serupa diatas juga terdapat pada permenaker no. 8 tahun 2010 yang mana
Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan Risiko yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
APD harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang
berlaku.
c. Regulasi Internasional
Panduan Internasional menggunakan buku “Prinsip-prinsip Ketenagakerjaan
Global Compact – Perserikatan Bangsa Bangsa” oleh International Labour
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
b. Bersifat teknik.
dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal
2. Kesehatan Kerja
mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau
aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan
berikut.
a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia
kecacatan, rehabilitasi.
2016)
merupakan sebuah kejadian tak terduga yang dapat menyebabkan cedera atau
bagi kedua pihak. Bagi pekerja, cedera akibat kecelakaan dapat berpengaruh
biaya untuk melakukan proses hukum atas kecelakaan kerja. (Redjeki, 2016)
kebetulan sehingga pasti ada sebab dibalik setiap kecelakaan. Penting sekali
kerusakan dan hanya memiliki selang perbedaan waktu yang sangat singkat.
terjadi karena penyebab yang saling berkaitan yaitu kesalahan dari sisi
trauma bagi keduanya, bagi pekerja yaitu cedera yang dapat memengaruhi
berupa kerugian produksi, waktu yang terbuang untuk penyelidikan dan biaya
2016)
manusia (unsafe human acts), berupa tindak perbuatan manusia yang tidak
bekerja tidak sesuai prosedur, bekerja sambil bergurau, menaruh alat atau
barang tidak benar, sikap kerja yang tidak benar, bekerja di dekat alat yang
berputar, kelelahan, kebosanan dan sebagainya. Selain faktor manusia juga
yang tidak aman, seperti mesin tanpa pengaman, peralatan kerja yang sudah
tidak baik tetapi masih dipakai, penerangan yang kurang memadai, tata ruang
kerja tidak sesuai, cuaca, kebisingan, dan lantai kerja licin. Pengendalian
risiko yang dapat dilakukan pada risiko terjadinya kecelakaan kerja adalah
seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri terdiri
dari alat pelindung kepala, mata, muka, telinga, pernafasan, tangan dan kaki
paparan bahaya berupa zat kimia, debu, partikel, dan mikroorganisme seperti
bakteri, virus dan jamur. Alat Pelindung diri sangat disarankan untuk
Selain itu, penggunaan APD ini juga harus menyesuaikan manajemen yang
kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh;
3. Pelatihan;
6. Pembinaan;
7. Inspeksi; dan
COLD STRESS
panas meninggalkan tubuh lebih cepat, membuat pekerja berisiko mengalami stres
dingin. Siapa pun yang bekerja dalam lingkungan yang dingin mungkin berisiko
(OSHA, 2014)
kerja seperti chillblain, immersion foot, trench foot, frostnip, frostbite dan hipotermia.
Cold Storage merupakan suatu ruang pendingin yang menampung benda – benda
yang akan mengalami proses pendinginan. Salah satunya faktor fisik adalah suhu
rendah (suhu dibawah suhu nyaman <18°C) yang dapat menimbulkan berbagai
masalah kesehatan pada tenaga kerjanya. Tempat yang bersuhu rendah ditemukan di
industri makanan yang dikemas dan dibekukan atau industry pembekuan antara lain
untuk es krim, daging, udang, ikan dan sebagainya. Lingkungan tempat kerja dingin
(bersuhu rendah) adalah suhu udara lingkungan tempat kerja tersebut di bawah
normal (suhu kamar) sesuai dengan Kepmenkes No 1405 tahun 2002 yang
berkisar antara 18 - 28°C, hal demikian telah menyebabkan cuaca atau iklim di dalam
stress) yang akan diterima oleh tenaga (Kurnia, Suryono, Koerniasari., 2017).
Gejala utama pekerja pada lingkungan yang dingin adalah nyeri sendi, sakit
pinggang, sakit kepala, dan pusing. Selain itu, tingkat terjadinya gejala-gejala ini
terkait dengan senioritas pekerja freezer dan suhu freezer (Chen et al. 2014). Huang et
al. memberikan kuesioner pada operator cold storage dan menemukan bahwa, gejala
utama pekerja makanan laut beku (suhu lingkungan umumnya -10˚ ~ -18˚) adalah
sakit pinggang (57,8%), sakit lutut (54,6%) ), nyeri bahu, siku, dan pergelangan
tangan (19,8%), refluks asam lambung (18,72%), perut kembung dan diare (13,9%)
pemrosesan makanan beku adalah mereka yang paling mudah terkena bahaya dingin.
Sebagai bentuk pencegahan perlindungan untuk bahaya dingin saat ini hanya dengan
memakai baju pelindung, sarung tangan, dan sarung telinga yang tepat untuk
mengisolasi tubuh dan lingkungan dingin untuk mencapai efek menjaga kehangatan.
usia pekerja, pengalaman pekerjaan dan perilaku pekerja terkait kesehatan seperti
Ketulian akibat paparan bising terjadi setelah beberapa tahap, yaitu: Tahap
pertama yang timbul setelah 10 – 20 hari terpapar bising; tahap kedua mulai muncul
keluhan telinga berbunyi namun tidak selalu muncul terus menerus. Tahap ini dapat
beberapa bunyi terutama bila ada suara lain dan tahap keempat yaitu Noise Induced
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja, kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Nilai Ambang
Batas (NAB) yang ditetapkan yaitu 85 dBA selama 8 jam/hari dengan catatan tidak
pekerja dan didasarkan pada prinsip bahwa paparan harus serendah mungkin dan
harus membantu dalam mencegah penyakit akibat kerja. Tingkat kebisingan dalam
produksi unggas dapat mencapai tingkat yang jauh melebihi Occupational Exposure
Limits (OEL) untuk kebisingan; misalnya kadar bising selama pemrosesan primer (87
hopper (95 dB (A)), blast chillers (lemari pendingin) (107 dB (A)) adalah sumber
produksi, kondisi peralatan, proses yang terlibat dan jenis kebisingan menyebabkan
dampak reproduksi, menurunkan angka kelahiran dan peningkatan tekanan darah, lain
menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT) saat bekerja (Berliana Syah dan Keman,
berfungsi untuk melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. APT
tersebut dapat mengurangi intensitas bising yang diterima 15-30 dB untuk earplug
yang mendapatkan inervasi saraf medianus, kelemahan dan atrofi otot tenar.
(Bahrudin, 2013)
CTS yang dilaporkan sendiri diantara populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6
Juta). Kejadian CTS pada populasi diperkirakan 3% pada wanita dan 2% pada laki-
laki dengan prevalensi tertinggi wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40-60 tahun.
(Bahrudin, 2013)
2. Trauma
3. Infeksi
6. Kegemukan
7. Neoplasma
9. Degeneratif
10. Iatrogenik
sebesar 14,1%, dan kejadian 11,3 kasus / 1000 orang-tahun. Kejadian ini lebih dari
tiga kali dari yang dilaporkan dalam populasi umum Siena selama dekade 1991-1998.
ada kemungkinan bahwa tenaga kerja manual yang dilakukan dalam berbagai tugas
yang terkait dengan industri pengolahan daging merupakan faktor risiko yang lebih
besar untuk CTS, semakin lama seseorang bekerja pada industri pengolahan daging ia
memiliki faktor risiko yang lebih besar untuk terkena CTS. (Ricco, 2017)
(Sularsito, 2018). Kulit merupakan organ terluar dari tubuh kita dengan banyak
fungsi penting antara lain untuk menahan cairan, agar tidak menjadi kering. Selain itu
berfungsi untuk melindungi dari pengaruh luar seperti cahaya, suhu dingin, dan
panas. Kulit terdiri dari tiga lapisan yakni epidermis, dermis, dan subkutan. (Wolff C,
2015).
Epidermis (kulit ari) adalah bagian luar dari kulit yang diselubungi sel sel
keras mirip tanduk. Lapisan tanduk atau keratin ini senantiasa dilepaskan sebagai
serpihan serpihan dan diperbaharui oleh jaringan yang ada di bawahnya yang
mengeras lagi menjadi keratin. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah dan
melindungi tubuh dari pengaruh luar. Dermis (kulit jangat) adalah terdiri dari jaringan
pembuluh pembuluh limfe. Di lapisan ini juga banyak terapat saraf, kantong rambut
(folikel), kelenjar keringat, kelenjar lemak, serta sel mast yang memegang peranan
penting pada terjadinya reaksi alergi kulit. Ujung saraf halus merupakan unsur
penerima (reseptor) untuk rangsangan indera perasa, nyeri, dan suhu. (Wolff C, 2015)
Subkutan (kulit bawah) terdiri dari jaringan pengikat longgar dan jaringan
lemak. Berfungsi sebagai penyekat (isolasi) dan sebagai tempat penimbunan dari
bahan gizi cadangan. Di sini terdapat banyak pula pembuluh darah dan saraf. Secara
sistem fungsional, perangkat imun kulit terdiri dari: jaringan limfoid yang terhubung
kulit (aliran limfatik, kelenjar limfatik reginal), sitokin dan eiconasoid, keomplemen
dan molekul adhesi. Sitokin merupakan molekul terlarut yang memperantarai aksi
antar sel (misalnya : aktivasi jalur NFkB dalam proses inflamasi), dan diproduksi
oleh: sel T limfosit, keratinosit, fibroblas, sel endotelia, dan makrofag. Sedangkan
eicosanoid yang diproduksi asam arakidonat oleh sel mast, makrofag, keratinosid,
Komplemen berperan dalam opsonisasi, lisis, degranulasi sel mast. Molekul adhesi,
khususnya ICAM1, berperan dalam membantu limfosit, sel sel endotelial, ataupun
Dermatitis kontak iritan adalah respons non-alergi kulit yang spesifik terhadap
bahan kimia langsung kerusakan dari agen korosif yang melepaskan mediator
peradangan terutama dari sel epidermis. Dermatitis kontak iritan dapat bersifat akut
atau kronis. Iritan dapat diklasifikasikan sebagai secara kumulatif toksik (misalnya,
sabun tangan yang menyebabkan dermatitis iritan pada karyawan rumah sakit),
subtoksik, bersifat degeneratif, atau toksik (mis. paparan asam hidrofluorik di pabrik
kimia). Secara akut, ini peradangan dimanifestasikan oleh kemerahan, eritema, edema
ringan, dan scaling. Kontak iritan kronis dermatitis timbul dengan likenifikasi, skala
(iritan dan lingkungan) dan faktor endogen sangat berperan. (Wilkinson SM, 2014)
Faktor Eksogen
Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi
Potensial iritan bentuk senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-
faktor yang dimaksudkan termasuk : (1) Sifat kimia bahan iritan: pH, kondisi
kelarutan ; (2) Sifat dari pajanan: jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan
jenis kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah
dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan, gesekan atau goresan.
Kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu dingin menurunkan kadar air
pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahn iritan.(
Faktor Endogen
a. Faktor genetik
b. Jenis Kelamin
dan wanita dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Dari hubungan antara
jenis kelamin dengan kerentanan kulit, wanita lebih banyak terpajan oleh
bahan iritan, kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki. Tidak
ada pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang ditetapkan
c. Umur
bahan-bahan kimia dan bahan iritan lewat kulit. Banyak studi yang
dengan meningkatnya umur. Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit
sangat berlawanan. Iritasi kulit yang kelihatan (eritema) menurun pada orang
bahan iritan berkurang pada usia lanjut. Terdapat penurunan respon inflamasi
Karena eritema sulit diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan
sudah sampai pada kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten
e. Lokasi kulit
Ada perbedaan sisi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan,
sehingga kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan
terhadap dermatitis kontak iritan. Telapak tangan dan kaki jika dibandingkan
f. Riwayat Atopi
Aneja, 2019)
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,
menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan
alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi (Chew
AL, 2016).
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang
iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-
ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi,
.Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan
melalui kerja kimiawi atau fisis. Ada empat mekanisme yang dihubungkan dengan
dapat didemonstrasikan dengan jelas, dimana hal tersebut ditandai oleh pelepasan
mediator radang, khususnya sitokin dari sel kulit yang non-imun (keratinosit) yang
(IL-1α), IL-1β, tumor necrosis factor- α (TNF- α). Pada dermatitis kontak iritan,
colony-stimulating factor (GM-CSF) dan IL-2 hingga tiga kali lipat. TNF- α adalah
salah satu sitokin utama yang berperan dalam dermatitis iritan, yang menyebabkan
dermatitis kontak alergi akut. Namun, perbedaan yang mendasar dari keduanya
adalah keterlibatan dari spesisif sel-T pada dermatitis kontak alergi akut.( Wolff K,
2018)
terjadinya kontak dikulit berupa eritema, edema, panas, dan nyeri bila iritan kuat. Ada
dua jenis bahan iritan yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menyebabkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
sedangkan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali
kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena depilasi yang
menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah
Terjadinya DKI diawali dengan adanya paparan iritan yang mampu penetrasi
bervariasi tergantung tipe iritan yang digunakan. Sodium lauril sulfat (SLS)
keratinosit juga terganggu oleh adanya iritan, selanjutnya terjadi pelepasan mediator
inflamasi, aktivasi limfosit dan respon vaskular. Pada kasus kronis atau kumulatif
terjadi kerusakan lapisan pertahanan lipid akibat hilangnya kohesi korneosit dan
proinflamasi yang akan menarik sel mononuklear dan polimorfonuklear pada area
Dermatitis kontak iritan dibagi tergantung sifat iritan. Iritan kuat memberikan
gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis. Selain itu juga banyak hal
Menurut Rietschel dan Flowler, kriteria dignosis primer untuk DKI sebagai
vesikel
Myalgia
merupakan beberapa penyakit yang disebabkan oleh cara kerja yang tidak sesuai
postur tubuh/ tidak ergonomis. Pada kasus myalgia (nyeri otot) dengan gambaran
klinisnya masih kurang spesifik, tetapi memberikan gambaran histologis yang jelas
Daerah tubuh yang paling sering terkena adalah punggung, leher, bahu, lengan,
dan tangan, meskipun baru-baru ekstremitas bawah telah mendapat perhatian lebih
dua cara, yaitu rekayasa teknik pada desain stasiun dan alat kerja, dan
rekayasa manajemen pada kriteria dan organisasi kerja (Diana dan Saftarina, 2016).
A.Rekayasa teknik
cara ini jarang dapat dilakukan mengingat tuntutan dan kondisi pekerjaan
2. Subtitusi, dengan cara mengganti alat/bahan lama dengan yang baru dan
penggunaan peralatan.
1.Pendidikan dan pelatihan, hal ini dilakukan agar pekerja dapat lebih
unggas termasuk parasit, virus, bakteri dan jamur, serta produk sampingan dari
langsung, kontak dengan cairan tubuh, dan atau transmisi seperti air dan makanan,
atau oleh vektor. Cedera pekerja, luka atau serpihan tulang unggas dapat
penanganan bangkai dan daging. Pekerja juga terkena kotoran burung yang
tersebut dapat menyebabkan penyakit salah satunya yaitu, dermatitis (Harmse, 2017).
Kondisi kulit dan infeksi kulit yang muncul pada para pekerja yaitu,
dan pekerja memiliki peranan dalam perkembangan penyakit tersebut. Agen mikroba,
seperti bakteri mesofilik, bakteri aerob, B. cereus, coliforms, Clostridium perfringens,
(Harmse, 2017).
hubungan antara masa kerja dengan gejala occupational dermatosis dan terdapat
dkk., 2015).
Saran yang dapat diberikan pada pekerja yaitu bagi pekerja dengan masa kerja
>2 tahun lebih rutin memeriksakan kondisi kesehatannya, minimal sekali dalam 1
bulan, pekerja menggunakan APD yang lengkap dan lebih memperhatikan kebersihan
diri selama bekerja, bagi pihak manajemen rumah potong unggas lebih
peringatan ataupun sanksi tegas bagi pekerja yang tidak patuh terhadap peraturan
untuk menjaga kebersihan diri dan penggunaan APD (Fath, dkk., 2015) .
Kesesuaian/ketidaksesuaian dengan literatur
1. Proses Kerja
ini berupa
Penggantungan unggas
Pembiusan
Pemotongan leher
Pencabutan bulu
Pemotongan kaki
Pendinginan
masih belum maksimal masih terdapat pekerja yang tidak lengkap dalam
penggunaan APD seperti pada video dimana pekerja penyortiran giblet tidak
3. Karyawan
sebesar 14,1%, dan kejadian 11,3 kasus / 1000 orang-tahun. Kejadian ini lebih dari
tiga kali dari yang dilaporkan dalam populasi umum Siena selama dekade 1991-1998.
ada kemungkinan bahwa tenaga kerja manual yang dilakukan dalam berbagai tugas
yang terkait dengan industri pengolahan daging merupakan faktor risiko yang lebih
besar untuk CTS, semakin lama seseorang bekerja pada industri pengolahan daging ia
memiliki faktor risiko yang lebih besar untuk terkena CTS. (Ricco, 2017)
Risiko penyakit lainya pada pekerja di industri rumah pemotongan unggas juga
dapat berupa cold stress teruma apabila bekerja diruang penyimpanan dingin, myalgia
oleh karena posisi berdiri terlalu lama, dermatitis kontak iritan, serta dermatitis oleh
karena mikroba.
INTERVENSI
Industri unggas selama beberapa dekade terakhir telah memfokuskan
berdasarkan nilai penerapan ergonomi dan prinsip intervensi medis. Perusahaan juga
pekerja unggas.
atau amal.
biaya perusahaan.
perlengkapan.
tidak terlampaui.
cedera muskuloskeletal.
untuk memulihkan.
ketegangan berulang.
akan pembalasan.
Memberikan perawatan medis yang tepat waktu dan sesuai dengan individu
atau sakit.
Latihan
berkala setelahnya.
mengimplementasikan perubahan.
Suara Pekerja
Kesempatan Pekerja
88(6), pp.779-787.
Buxton, Paul K. ABC Of Dermatology 4th ed. London: BMJ Books; 2013.p.19-21
Chen, 2014
Fath, Maulita, Sujoso, Anita Dewi Prahastuti, dan Ariyanto, Yunus. Faktor Risiko
2015
Harmse, J., Engelbrecht, J. and Bekker, J., 2016. The Impact of Physical and
p.197.
Keluhan Cold Stress Pada Perusahaan Es Krim Surabaya Tahun 2017. Gema
Maryani, A., Partiwi, S. and Ratnasanti, D. Analisa Postur Kerja Pekerja Pengupas
Disorders pada Pekerja. Diana Mayasari dan Fitria Saftarina| Ergonomi Sebagai
Oktober 2016
penyelenggaraan ketenagakerjaan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 5 tahun 2018 Keselamatan
Lingkungan Kerja
pp.208-212.
Dermatitis. In: Johansen JD, Peter JF, Jean PL, editors. Contact Dermatitis 5th
Sularsito, S.A dan Suria Djuanda, editors. Dermatitis. In: Djuanda A, Mochtar H,
Waruwu & Yuamita. 2016. Analisis Faktor Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Apartement Student Castle. Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108
ISSN : 1963-6590
Wilkinson SM, and Beck MH. Rook’s Textbook Of Dermatology 7th ed. Australia:
Wolff C, Richard AJ, and Dick S, editors. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of
Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors.
Hill; 2018.p.396-401.
Yuliarty, P., Soegiyanto, S., Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Poin Kerja
Chassis And Tire Dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (Reba) Di
1. Persiapan Ayam
4. Penghitungan Ayam
5. Jacuzzi Scalder
6. Penarik Bulu Ekor Ayam