KEDOKTERAN INDUSTRI
PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT PT
PERKEBUNAN NUSANTARA IV DISTRIK BAH
JAMBI
Pembimbing:
Disusun oleh:
1
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI
2
Biasanya tekanan
mencapai 1,2 bar.
Uap dan kondensat
dibuang sampai tekanan
menjadi 0 bar dalam waktu
5 menit.
Uap dimasukkan selama
15 menit untuk mencapai
tekanan 2 bar.
Uap kondensat dibuang
lagi selama 3 menit.
Kemudian steam
dimasukkan lagi untuk
mencapai peak ke-3 dalam
waktu 15 – 20 menit.
Setalah peak ketiga
tercapai maka dilakukan
penahanan selama 40 – 50
menit.
Uap kondensat dibuang
selama 5 – 7 menit sampai
tekanan 0
3. Threshing Tandan Thresser TBS yang sudah masak
Buah Hoisting setelah perebusan di Hoisting Crane,
Segar Crane angkut dengan Hoisting alat pengangkat
(TBS) Hopper Crane menuju Thresser lori
yang thresser Lori yang berisi TBS akan Hopper thresser
sudah (Autofeeder diangkat dan dibalik di
masak ) atas Hopper thresser
Conveyor Setelah mencapai
Elevator Thresser, TBS akan
Empty dipisahkan antara
bunch berondolan dan tandannya
conveyor Hopper thresser dengan
menggunakan putaran
akan membanting TBS
sehingga berondolan lepas
dari tandannya dan jatuh
ke conveyor dan elevator
Didistribusikan lagi ke
rethresser untuk
pembantingan yang kedua
Jika terdapat tandan
kosong akan
didistribusikan dengan
empty bunch conveyor ke
penampungan
4. Digesting Brondolan Conveyor Berondolan yang keluar Digester, alat
Fruit dari thresser jatuh ke pencacah
3
Elevator conveyor, kemudian dengan suhu
Cross diangkut dengan fruit tinggi
Conveyor elevator ke top cross
Distributin conveyor yang
g conveyor mendistribusikan
Digester berondolan ke
Conveyor distributing conveyor
recycling untuk dimasukkan dalam
tiap-tiap digester untuk
dilakukan pencacahan
Tiap-tiap digester telah
terisi penuh maka
brondolan menuju ke
conveyor recycling,
diteruskan ke elevator
untuk dikembalikan ke
digester
Digester di-inject steam
bersuhu sekitar 90 – 95
°C untuk memudahkan
pelumatan
5. Pressing Brondolan Screw Berondolan yang telah Screw press
yang telah press lumat masuk ke dalam bertekanan
lumat Sand trap screw press untuk diperas tinggi
tank sehingga dihasilkan
Cake minyak (crude oil)
breaker Penyemprotan air panas
conveyor agar minyak yang keluar
(CBC) tidak terlalu kental
(penurunan viscositas)
Tekanan mesin press harus
diatur, karena bila
tekanan terlalu tinggi
dapat menyebabkan inti
pecah dan screw press
mudah aus. Sebaliknya,
jika tekanan mesin press
terlalu rendah maka oil
losses di ampas tinggi
Minyak hasil mesin press
kemudian menuju ke
sand trap tank untuk
pengendapan
Hasil lain adalah ampas
(terdiri dari biji dan
fiber), yang akan
dipisahkan dengan
menggunakan cake
breaker conveyor (CBC)
4
6. Purifying
Minyak Sand Trap Minyak hasil mesin press Sand Trap
(crude oil) Tank merupakan minyak Tank, berisi
Vibrating mentah yang masih minyak pnas
Screen banyak mengandung Crude Oil Tank
Crude Oil kotoran-kotoran masuk ke Continuous
Tank sand trap tank untuk Settling Tank
Continous mengendapkan partikel-
Settling partikel yang mempunyai
Tank (CST) densitas tinggi
Oil Tank Minyak bagian atas dari
Purifier sand trap tank yang masih
Vacum mengandung serat dan
Dryer sedikit kotoran dialirkan
Sludge Oil ke ayakan getar (vibrating
Tank screen) untuk penyaringan
Sludge Padatan yang tertahan
Vibrating pada ayakan akan
Screen dikembalikan ke digester
melalui conveyor,
Sludge
sedangkan minyak
Centrifuge
dipompakan ke crude oil
Fat Pit
tank
Storage
Pada crude oil tank ini
Tank
minyak dipanaskan
dengan steam melalui
sistem pipa pemanas, dan
suhu dipertahankan 90-
95°C. Dari sini minyak
dipompakan ke CST
(Continuous Settling
Tank).
CST bertujuan untuk
mengendapkan lumpur
(sudge) berdasarkan
perbedaan berat jenisnya.
Di CST suhu
dipertahankan 86-90 oC.
Minyak pada bagian atas
CST dikutip dengan
bantuan skimmer menuju
oil tank, sedangkan sludge
(yang masih mengandung
minyak) pada bagian
bawah dialirkan secara
underflow ke sludge
vibrating screen sebelum
ke sludge oil tank. Sludge
dan pasir yang mengendap
didasar CST di-blowdown
untuk dibawa ke sludge
5
drain tank
Dalam oil tank juga terjadi
pemanasan (75-80°C)
dengan tujuan untuk
mengurangi kadar air
Di dalam purifier
dilakukan pemurnian
untuk mengurangi kadar
kotoran dan kadar air yang
terdapat pada minyak
berdasarkan atas
perbedaan densitas dengan
menggunakan gaya
sentrifugal, dengan
kecepatan perputarannya
7500 rpm.
Kotoran dan air pada
dinding blowdown menuju
saluran pembuangan untuk
dibawa ke Fat Pit
sedangkan minyak akan
dialirkan ke vacuum drier
7. Drying Minyak Vacuum Minyak disemprot dengan
hasil drier menggunakan nozzle
purifier Storage sehingga campuran
tank minyak dan air tersebut
akan pecah. Hal ini akan
mempermudah pemisahan
air dalam minyak, dimana
minyak yang memiliki
tekanan uap lebih rendah
dari air akan turun ke
bawah dan kemudian
dipompakan ke storage
tank untuk penyimpanan
dengan suhu 50o – 55oC
2. Lingkungan Kerja
No Unit Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Kimia Ling. Sos- Ling.
Kerja Bud Ergonomi
1. Unit 1. Bising: Proses 1. Kondisi Komunika 1. Posisi
produksi Berdasarka pengambilan lingkungan PKS si antara pekerja
minyak n Peraturan bahan baku pada umumnya pekerja pada unit
kelapa Menteri berupa air berdebu pada baik produksi
sawit Tenaga limbah beberapa area kerja karena adalah
Kerja dan kelapa sawit yang bersumber pekerja berdiri di
Transmigra yang terletak dari sisa setiap samping
6
si Nomor : di cooling pembakaran boiler bagian mesin tanpa
13/MEN/X/ pond tidak berbahan bakar saling menggunak
2011 menggunaka fibre dan berkoordin an APD
tentang n APD cangkang, fibre asi dalam sehingga
Nilai sehingga terbang yang proses dapat
Ambang meningkatka bersumber dari produksi langsung
Batas n risiko fibre storage serta minyak kontak
Faktor infeksi pada debu yang kelapa dengan
Fisika dan pekerja. bersumber dari sawit. debu atau
Faktor kernel plant, ampas asap yang
Kimia di sisa pressing buah dikeluarkan
Tempat kelapa sawit, oleh mesin.
Kerja, Niai cangkang sawit
Ambang dan debu hasil
Batas yang penangkapan unit
ditetapkan dust collector.
sebesar 85 Penendalian debu
dB(A) dapat dikendalian
untuk lama dengan
pemajanan penggunaan APD
8 jam namun pada
kerja. Rata- pekerja belum
rata tingkat menggunakan
kebisingan APD.
pada unit
produksi
minyak
kelapa sawit
adalah >85
dB sehingga
lokasi
tersebut
dikategorik
an sebagai
daerah
dengan
tekanan
bising yang
tinggi
(Dasir,
2018).
2. Iklim
Kerja dan
Suhu: Pada
hasil
observasi
pengukuran
dan
pencatatan
7
di area
Loading
Ramp,
Sterilizer,
Trasher
serta
Digester
dan Press
didapatkan
suhu
36,3°C,
36,8°C,
34,7°C serta
37,1°C dan
kelembaban
31,5%,
31,9%,
31,3% serta
34,0%.
Pada
pengukuran
suhu
didapatkan
selisih
antara Nilai
Ambang
Suhu
normal
dengan
hasil
pengukuran
sebesar
±7°C. Pada
pengukuran
kelembaban
didapatkan
selisih
antara Nilai
Ambang
Kelembaba
n normal
dengan
hasil
pengukuran
sebesar
±53%.
Perbedaan
hasil
pengukuran
yang
8
melebihi
batas
normal
merupakan
salah satu
bahaya
potensial
fisik
terhadap
para
pekerja.
3. Cahaya :
Standart
Menurut
PERMEN
KES No.
70 tahun
2016
persyaratan
faktor
pencahaya
an
disarankan
berdasarka
n jenis
area,
pekerjaan
atau
aktivitas
tertentu.
Berdasar
penelitian,
pencahaya
an dalam
gedung
produksi
kelapa
sawit tidak
sesuai.
Pencahaya
an yang
tidak
memadai
pada
lingkungan
kerja
menyebabk
an
beberapa
9
masalah
yang dapat
merugikan
seperti
pada aspek
psikologis,
yang dapat
dirasakan
sebagai
kelelahan
rasa
kurang
nyaman,
kurang
kewaspada
an sampai
kepada
pengaruh
yang
terberat
seperti
kecelakaan
kerja.
4. Getaran :
Setelah
dilakukan
pengukuran
proses
threshing
dengan
vibrometer
didapatkan
hasil getaran
pada whole
body
vibration
sebesar 1
m/s2 . Hasil
ini
menunjukan
bahwa
paparan
getaran pada
bagian ini
melebihi
batas yang
sudah
ditentukan
oleh
10
permenaker.
Menurut
Permenaker
(2011) nilai
ambang batas
(NAB)
getaran yang
kontak
langsung
maupun tidak
langsung
pada seluruh
tubuh
ditetapkan
sebesar 0,5
meter per
detik kuadrat
(m/det2 ).
3. Karyawan
Status
Juml. Rata-rata Lama Penanganan
No. Unit kerja Kesehata Resiko Kesehatan
Populasi kerja Resiko
n
1. Bagian Jumlah Teknisi NIHL - Resiko penyakit - Mewajibka
Pengolahan keseluruh bekerja secara akibat kerja: n setiap
Buah Sawit an 2 shift selama Musculos -NIHL : pekerja
Terdiri dari karyawan 8 jam dengan keletas gangguan
menggunak
Unit : 944 jeda istirahat Disorder pendengaran
1. Loading orang akibat terpapar an APD
Normal waktu
Ramp kerja bising di suatu (Alat
2. Sterilizing berdasarkan Luka lingkungan kerja Pelindung
3. Threshing UU RI tahun Bakar dalam jangka Diri)
4. Digesting 2003 tentang Suhu waktu yang lama - Karyawan
5. Pressing ketenagakerjaa Tinggi dan terus memiliki
6. Purifying n mengenai menerus. NIHL
asuransi
7. Drying waktu kerja Heat merupakan jenis
Related tuli sensorineural tenaga kerja
pada pasal 77
ayat dua: Illness dan umumnya yang
Waktu kerja terjadi pada ditanggung
sebagaimana kedua telinga oleh Pabrik
dimaksud jika terjadi
dalam ayat (1) - Musculosceletal kecelakaan
meliputi : Disorder :
akibat kerja
7 jam kerja/ hari gangguan yang
atau 40 jam kerja timbul berupa - Pelatihan
/ minggu untuk 6 nyeri akibat K3 kepada
hari kerja dalam kerusakan nervus semua
1 minggu; atau 8 dan pembuluh karyawan
jam kerja/ hari darah pada agar
atau 40 jam berbagai lokasi
11
kerja/minggu tubuh seperi mengetahui
untuk 5 hari bahu (Cervical SOP dalam
kerja dalam 1 Root Syndrome), bekerja
minggu. pinggang (Low
- Menjadwal
Dalam waktu Back Pain),
kerja normal pergelangan kan
tersebut juga tangan (Carpal pemeriksaa
terdapat Tunnel n untuk
peraturan Syndrome) akibat para pekerja
mengenai waktu pajanan
istirahat bekerja, ergonomi yang
istirahat tidak sesuai,
beribadah, gerakan statis
ketentuan waktu dan berulang dan
kerja bagi pajanan fisik
perempuan, berupa suhu dan
waktu cuti, getaran
lembur, dsb.
(UU RI NO. 13 - Luka bakar Suhu
tahun 2003 Tinggi : cedera
tentang akibat paparan
ketenagakerjaan) atau kontak
. dengan api atau
cairan panas
- Heat Related
Illness :
merupakan
penyakit paparan
panas yang
terjadi akibat
gangguan
regulasi suhu
tubuh akibat
input panas dan
metabolisme
tubuh meningkat
tetapi tidak
diimbangi
dengan
pengeluaran
panas dari kulit.
4. Sistem Manajemen
Upaya atau kebijakan pimpinan pada kegiatan K3
Problem K3
No. Komponen Kebijakan Manajemen
Internal Eksternal
1 Proses - Ketidaklengkapan - Resiko - Peraturan Menteri
12
Industri/Kerja APD pada pekerja terhantuk Tenaga Kerja dan
(Helmet, kaca mesin Transmigrasi
mata pelindung, produksi Republik Indonesia
alat pelindung karena Nomor
pernafasan, ear tidak per.08/men/vii/2010
plug, sarung menggunak tentang Alat
tangan pelindung, an APD Pelindung Diri.
sepatu) secara - UU NO.1 Tahun 1970
- Permukaan lantai lengkap. mengenai
pabrik penuh - Risiko Keselamatan Kerja
dengan oli terjatuh
- Fasilitas tempat karena
kerja yang tidak posisi yan
memadai seperti tidak
kursi yang tidak ergonomis
ergonomis, dan
perawatan dan keadaan
pemeliharaan alat- lantai yan
alat kurang licin
sistematis, , - Risiko
terluka
akibat
peralatan
kerja
karena
kurangnya
pemelihara
an alat.
13
seperti
dehidrasi,
nyeri
kepala,
badan
mudah
lelah, heat
rush, heat
fatigue,
heat
exhaustion,
dan heat
sincope
- Pencahayaa
n yang
tidak
memadai
pada
lingkungan
kerja dapat
meningkatk
an
kecelakaan
kerja,
kelelahan
mata dan
menurunny
a daya
akomodasi
mata.
- Risiko
gangguan
pada sistem
musculoske
letal
(MSDs/Mu
sculoskelet
al
disorders),
masalah
pada
vaskular
perifer dan
gangguan
sensorineur
al,
hilangnya
refleks
motorik,
dan
14
vasospasme
yang
menyebabk
an jari dan
tangan
memucat.
15
di pabrik kelapa saluran diri
sawit yaitu gangguan pernapasan, - Preventif
pendengaran, MSDs Keharusan penggunaan
infeksi saluran (Musculosk alat pelindung diri yang
pernapasan, MSDs eletal sesuai dengan standar,
(Musculoskeletal disorders) berhati-hati terhadap
disorders) dan dan risiko keamanan diri sendiri
risiko kecelakaan kecelakaan - Kuratif
kerja kerja Memberi pengobatan
secara holistic
komprehensif sesuai hasil
pemeriksaan kesehatan
akibat kecelakaan kerja
- Rehabilitasi
Menyelenggarakan check
up rutin untuk evaluasi
kesehatan pekerja
5. Regulasi/Undang-Undang
b. Nasional:
16
1. NIHL (Noice-Induced Hearing Loss) Occupational Disease
2. Heat Related Illness Occupational Disease
3. MSDs (Musculoskeletal Disorders) Occupational Disease
4. Luka Bakar Occupational Disease
5. Hipertensi Occupational Related Disease
6. Tinea Corporis Occupational Related Disease
II. PEMBAHASAN
a. Tinjauan Pustaka
keselamatan dan meningkatan derajat kesehatan para pekerja atau buruh dengan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk menjaga kesehatan
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang baik dan benar.
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sesuai Pasal 3
kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit
Kerja.
17
Penerapan peraturan undang-undang dan perlindungan para tenaga kerja
Keselamatan Kerja (K3) disebutkan bahwa “Setiap tenaga kerja berhak mendapat
produktivitas.
efisien
dan social seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
yang sehat tetap sehat dan bukan sekadar mengobati, merawat, atau
18
mungkin. Status kesehatan seseorang menurut Blum (1981) ditentukan oleh empat
logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme), dan sosial budaya
rehabilitasi.
Beberapa penyakit akibat kerja yang berisiko terjadi di pabrik minyak kelapa sawit
lingkungan kerja dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus. NIHL
merupakan jenis tuli sensorineural dan umumnya terjadi pada kedua telinga. Bising
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses
produksi dan alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
murni dengan berbagai frekuensi. Bising dengan intensitas berlebih dapat merusak
dan lamanya pemaparan bising frekuensi bising, usia dan jenis kelamin.
pada sillia dan hensen’s body, sedangkan stimulasi dengan intensitas tinggi pada
19
waktu pajanan yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada struktur sel rambut
lain seperti mitokondria, granula lisosom, lisis sel dan robek membrane reissner.
Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya
degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia
pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon
terhadap stimulasi.
Ada berbagai tes untuk mendiagnosis jenis dan tingkat keparahan hearing
pencegahan hingga tahap rehabilitatif. Bagi pekerja yang belum atau sudah
berupa:
alat Sound Level Meter. Ada yang dilengkapi dengan Octave Band
Analyser.
20
- Mencatat jangka waktu terkena bising. Makin tinggi intensitas
suara.
seperti:
dalam telinga, alat ini dapat meredam suara bising sebesar 30-40
dB
- Ear muff/valve, dapat menutup sendiri bila ada suara yang keras
tanda pada daerah bising adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan.
21
2. Pemeriksaan pendengaran para pekerja dengan audiometri nada murni,
pendengarannya.
pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Jika dengan hearing aid masih
dengar, secara efisien dapat dibantu dengan membaca gerakan ucapan bibir
(lip reading), mimik dan gerakan anggota badan serta bahasa isyarat untuk
volume, tinggi rendah dan irama percakapan. Pada penderita yang telah
koklea.
Tekanan panas adalah suatu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada
pekerja yang bekerja di luar maupun di dalam ruangan dengan pengaturan udara
yang buruk. Heat related-illness (penyakit akibat panas) merupakan keluhan atau
22
kelainan klinis yang disebabkan oleh gangguan pengaturan suhu tubuh akibat
peningkatan paparan panas. Penyakit ini muncul jika terdapat gangguan regulasi
suhu tubuh akibat input panas dan metabolism tubuh meningkat namun tidak
diimbangi dengan pengeluaran panas dari kulit secara radiasi, evaporasi, dan
konveksi. Penyakit ini banyak terjadi di daerah tropis (Ashar, et al., 2017).
Suhu tubuh adalah hasil interaksi panas berupa produksi, penyerapan, dan
disipasi. Pengaturan suhu tubuh diatur terutama oleh hipotalamus untuk tetap
Transfer panas terjadi dengan empat cara yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan
diatur sistem saraf pusat di hipotalamus dan sumsum tulang serta sistem saraf
perifer di kulit dan organ. Vasodilatasi pada pembuluh darah di kulit terjadi untuk
menghilangkan panas secara konvektif. Pada suhu tubuh yang ekstrim, terjadi
23
Penyakit akibat panas memiliki manifestasi yang bervariasi mulai dari yang
ringan seperti heat edema, heat rash, heat crumps, dan heat syncope ke keadaan
yang lebih serius seperti heat exhaustion hingga pada keadaan yang berat seperti
heart stroke yang merupakan keadaan emergensi medis (Ashar, et al., 2017).
laktat. Pemberian cairan secara intravena harus dipantau untuk menghindari edema
Pemberian ice packs bisa dilakukan dengan meletakannya pada permukaan kulit
dengan pembuluh darah besar seperti leher dan axilla walaupun perlakuan tersebut
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang ringan , sedang hingga
otot pada sebagian besar bagian tubuh melalui penilaian berdasarkan tingkat usaha
suatu pekerjaan, durasi usaha yang kontinu, dan frekuensi usaha. Bila terjadi
kelelahan otot, maka cedera akan lebih mudah terjadi. Bagian tubuh yang
berpotensi mengalami lelah otot dikelompokkan menjadi low, moderate, dan high
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama
akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon
(Tarwaka, 2010).
24
Hernandez dan Peterson (2013) mengelompokkan faktor risiko dari MSDs ke
dalam tiga kelompok besar yaitu faktor pekerjaan, faktor psikososial, dan faktor
individu. Faktor pekerjaan terdiri dari postur, beban, frekuensi, durasi kerja.
Sedangkan factor individu terdiri dari usia, jenis kelamin, dan indeks masa tubuh.
25
Penyakit ini akibat posisi bahu yang janggal seperti
mengangkat bahu di atas kepala dan bekerja dalam
waktu yang lama.
Tension neck Gejala ini terjadi pada leher yang mengalami
syndrome ketegangan pada otot-ototnya disebabkan postur leher
menengadah ke atas dalam waktu yang lama. Sindroma
ini mengakibatkan kekakuan pada otot leher, kejang
otot, dan rasa sakit yang menyebar ke bagian leher.
Thoracic Terjadinya kompresi pada pleksus brachialis, arteri dan
outlet vena subclavialis pada ekstremitas atas. Gejala yang
Syndrome timbul antara lain, nyeri pada bahu atau lengan, baal dan
kesemutan pada jari.
(McCauley-Bush, 2012)
4. Gangguan pada Punggung dan Lutut
Tabel 2. Gangguan pada Punggung dan Lutut
Low Back Kondisi patologis yang mempengaruhi tulang, tendon,
Pain syaraf, ligamen, intervertebral disc dari lumbar spine
(tulang belakang). Cidera pada punggung dikarenakan
otot- otot tulang belakang mengalami peregangan jika
postur punggung membungkuk. Diskus (discs)
mengalami tekanan yang kuat dan menekan juga bagian
dari tulang belakang termasuk syaraf.
Tendinitis Penyakit muskuloskeletal yang terdapat di bagian lutut
berkaitan dengan tekanan pada cairan di antara tulang
dan tendon. Tekanan yang berlangsung terus menerus
akan mengakibatkan cairan tersebut (bursa) tertekan,
membengkak, kaku, dan meradang atau biasa disebut
bursitis. Tekanan dari luar ini juga menyebabkan tendon
pada lutut meradang yang akhirnya menyebabkan sakit
(tendinitis).
(Stack et al, 2016)
5. Gangguan Muskuloskeletal pada Kaki atau Tumit
Tabel 4. Gangguan Muskuloskeletal pada Kaki atau Tumit
Ankle Terjadi akibat tertariknya tendon dari otot. Sedangkan
strains / sprain diakibatkan terjadi peregegangan atau robeknya
sprains ligament pada sistem muskuloskeletal. Gejala yang
26
mungkin timbul seperti nyeri, bengkak, merah, dan
kesulitan untuk menggerakan persendian.
(Stack et al, 2016)
postur kerja (Kamat et al, 2017). Menurut Basahel (2015), postur saat mengangkat
disorders pada industri ban yaitu: mengurangi beban angkut secara manual,
menunjukkan sikap tubuh yang tidak ergonomis dalam angkat angkut seperti pada
pinggang bawah, sehingga perlu dicarikan upaya perbaikan kondisi kerja yang ada.
Luka Bakar
Luka adalah kerusakan pada jaringan dan proses seluler, sedangkan dalam
pengertian luka bakar adalah adanya cedera terjadi akibat paparan terhadap suhu
tinggi. Penyebabnya dapat berupa termal (>60C), cairan panas (air, minyak dan
kuah), api (bensin, mintak tanah, gas LPG), listrik (PLN, Petir), Zat Kimia (Asam,
menyebabkan kematian sekitar 195.000 orang per tahun. Prevalensi luka bakar di
27
Jawa Tengah adalah 7,2 % dari seluruh kejadian cedera total. Data Unit Luka
Bakar RSCM tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa mortalitas pasien luka bakar
mencapai 34% dengan penyebab terbesar adalah ledakan tabung gas LPG (30,4%),
diikuti kebakaran (25,7%) dan tersiram air panas (19,1%) (Saputra, 2016).
Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka
bakar grade I
Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka
Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah
Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan
28
Permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari
pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah
b. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
c. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang
Berwarna hitam
proses infeksi. Proses inflamasi umumnya meningkat segera setelah trauma terjadi
dan bertahan sekitar 5 minggu paska trauma. Respons metabolisme yang terjadi
CO2. Komplikasi yang terjadi pada pasien luka bakar antara lain, gagal napas, syok
(Dzulfikar, 2012).
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
29
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung
terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan
diperkecil.
d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena
bakar apapun.
e. Evaluasi awal
f. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat
trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti
dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey
Hipertensi
diastolik ≥ 140/90 mmHg) pada orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih adalah
sekitar 22% di 2014. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko kardiovaskular
utama dalam kasus stroke, insufisiensi jantung, insufisiensi ginjal dan penyakit
koroner (misalnya severe coronary syndrome atau infark miokard), yang semuanya
bertanggung jawab atas penyebab utama kematian di dunia. Dari 17.000.000 pasien
30
yang meninggal setiap tahun akibat penyakit kardiovaskular, diperkirakan
7.000.000 hingga 8.000.000 pasien menderita tekanan darah tinggi. Pada 2010,
tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor risiko utama untuk kematian di dunia
penyakit. Menurut studi STEPS, prevalensi tekanan darah tinggi secara signifikan
< 0.01). Prevalensi tekanan darah tinggi berbeda di setiap benua dan Negara
Tekanan darah tinggi sekarang menjadi tantangan besar bagi seluruh populasi,
terutama di daerah kerja yang berkaitan dengan tingkat morbiditas, kematian, dan
cacat kerja yang terkait dengan penyakit ini. Beberapa penelitian yang dilakukan di
2019).
kebiasaan perilaku, pola makan, faktor mental dan psikologis, dan faktor
pekerjaan. Jika kelompok berisiko tinggi dapat mengubah kebiasaan buruk dan
risiko hipertensi dianggap sebagai cara yang efektif untuk mencegah hipertensi
31
Terapi awal hipertensi disarankan menggunakan monoterapi atau kombinasi
lebih lama
ii. Rekomendasi obat kombinasi dalam 1 pil adalah ACE inhibitor yang
dikombinasi dengan CCB, ARB dengan CCB, atau diuretic dikombinasi dengan
iii. Kondisi hipokalemi harus dicegah pada pasien yang menjalani terapi dengan
- Olahraga
darah mereka), direkomendasikan untuk olah raga dengan waktu minimal 30-
atau berenang) 4-7 hari per minggu di samping kegiatan rutin hidup sehari-
hari. Intensitas latihan yang lebih tinggi tidak lebih efektif. Untuk non-
berat badan (seperti angkat berat bebas, tetap angkat berat, atau latihan
32
- Mengurangi Berat Badan
1. Tinggi, berat, dan lingkar pinggang harus diukur dan indeks massa tubuh
2. Mempertahankan berat badan yang sehat (indeks massa tubuh 18,5 hingga
24,9 kg/m2, dan lingkar pinggang < 102 cm untuk pria dan < 88 cm untuk
badan.
Tinea Corporis
(glabrosa), kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan sela paha. Beberapa
2016).
Distribusi penyebaran spesies penyebab dan karakteristik tinea kruris dan tinea
33
Dermatofita tumbuh optimal pada suhu 15 - 35°C pada kulit manusia yang
negara tropis dan subtropis. Dematofitosis dapat pula diperberat oleh penggunaan
rendah, lingkungan tempat tinggal yang padat, dan higiene yang rendah (Juwita,
et al., 2016).
Keluhan yang sering ditemukan pada pasien tinea korporis adalah rasa gatal
hingga kadang-kadang disertai nyeri akibat iritasi karena garukan. Rasa gatal
terutama dirasakan ketika berkeringat, saat cuaca panas, atau lembap. Pada tinea
korporis, lokasi paling sering terkena adalah bagian tubuh yang terpajan
lingkungan luar, seperti ekstremitas atas dan bawah serta perut. Infeksi
eritema atau hiperpigmentasi, berbatas tegas, dan pada tepi lesi kulit dapat
ditemukan papula, vesikel, atau pustula, dan disertai skuama. Pada bagian tengah
al., 2016).
Palm Oil Certification System/ ISPO) dan PP No 50 tahun 2012 tentang Penerapan
34
Berdasarkan hasil pengamatan pada proses kerja didapatkan beberapa masalah
yaitu masih belum lengkapnya APD (Alat Pelindung Diri) pada semua unit kerja seperti
masker, topi, sarung tangan, helm dan lain-lain, yang digunakan para karyawan
sehingga berdampak pada beberapa risiko yaitu seperti risiko terjadinya penyakit akibat
kerja. Posisi tidak ergonomis yang dilakukan oleh pekerja sehingga dapat meningkatkan
risiko penyakit akibat kerja atau penyakit yang berhubungan dengan kerja, sehingga
saat bekerja.
yang luas, istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan dalam proses
pengolahan minyak kelapa sawit. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi
dapat dicegah, terjadi dengan tiba-tiba dan tentunya tidak direncanakan ataupun tidak
diharapkan oleh pegawai, yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat, makanan
masalah yaitu nilai Ambang Bising >85 dB, suhu dan kelempada area Loading Ramp,
Sterilizer, Trasher serta Digester dan Press melebihi batas nilai normal, pencahayaan
ruangan yang tidak memadai serta paparan getaran melebihi ambang batas.
penggunaan alat pelindung diri berup ear-muff ataupun ear plug. Iklim kerja yang tidak
sesuai dan suhu panas menyebabkan beberapa keluhan seperti dehidrasi, badan mudah
lelah, nyeri kepala dan sebagainya, hal yang dapat dilakuka untuk meminimalisasi hal
ini dengan memenuhi kecukupan kalori sesuai beban kerja, asupan cairan yang adekuat
35
(minimal 8 gelas/hari), tidak terlalu dekat dengan alat yang meghasilkan uap panas dan
pemakaian pakaian berwarna terang untuk menghambat dan dan menurunkan efek
panas radiasi. Pencahayaan yang tidak adekuat dapat dievaluasi dengan memastikan
peralatan dengan memasangkan peredam getaran, bila getaran disebabkan oleh mesin
besar, gunakan penutup lantai yang bersifat menyerap getaran dan gunakan alas kaki.
Penyakit yang sering menjadi keluhan pasien salah satunya adalah NIHL
dimana pasien merasa merasa pendengerannya hilang mendadak. Hal ini karena pasien
yang tiap hari bekerja dengan lingkungn bising dengan intensitas tinggi dan dalam
jangka waktu yang lama tanpa menggunakan alat pelindung pelindung telinga. Selain
itu pada proses pengolahan minyak sawit berada pada suhu yang tinggi, kerap kali
terjadi pekerja yang tidak memakai APD tidak sengaja terkena cairan tersebut sehingga
menyebabkan luka bakar. Maka dari itu kelengkapan APD pada tiap unit harus
diperhatikan.
kesehatan untuk keadaan gawat saat terjadi kecelakaan kerja agar pekerja segera bisa
ditangani.
dilakukan secara teratur dan tidak terdapat sistem yang menjamin dilakukan pelatihan
ulang dan evaluasi setiap sesi pelatihan. Kejadian kecelakaan kerja berkaitan dengan
36
faktor manajemen. Oleh karena itu perlu menjalankan program kerja Panitia Pembinaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang baru dibentuk agar rencana keselamatan dan
Sumatera Utara dan PT Perkebunan VI, PT . Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT
Perkebunan VIII dilebur menjadi satu Badan Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV
(Persero).
1970, industri khususnya di pabrik kelapa sawit, perlu adanya keselamatan dan
keselamatan dan kesehatan kerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ini telah mendapat
perhatian dengan telah dibentuknya P2K3, disediakannnya alat pelindung diri, dan
berbagai pelatihan yang berkaitan dengan masalah K3. Namun pada pelaksanaannya
masih belum sesuai dengan regulasi undang-undang tersebut dimana masih banyak
pekerja yang tidak menggunakan APD saat sedang bekerja. Untuk mengatasi hal
tersebut perusahaan dapat menerapkan beberapa hal yaitu perlu diadakan evaluasi
Perusahaan perlu memberikan sanksi yang tegas terhadap pekerja yang tidak pakai APD
dan bagi pekerja yang menggunakan alat pelindung diri lengkap sebaiknya
37
38
LAMPIRAN
Jembatan Timbang
Loading Ramp
39
Unit Sterilizing
40
Unit Threshing
Unit Digesting
41
Unit Pressing
42
Unit Purifying
43
Unit Drying
44
DAFTAR PUSTAKA
Ashar, Tiffani Dinda., Saftarina, Fitria., Wahyudo, Riyan., 2017, Penyakit Akibat Panas,
Jurnal Medula Vol. 7 No. 5
Baalijas JSK, dkk. 2015. Penentuan Tingkat Kebisingan Pada Pabrik Kelapa Sawit Pt Tasma
Puja Kecamatan Kampar Timur. JOM FMIPA Volume 2(1), pp. 235-264.
Gunawan AC, 2016. Analisis Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Studi Evaluasi
Penanggulangan Kecelakaan Kerja Karyawan Pabrik Kelapa Sawit Rama Bakti
Estate, Kec Tapung Hilir, Kab Kampar, Riau). JOM FISIP, Vol 3(1), pp. 1-16.
Kampong Cip, 2010, Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil),
https://kampongpergam.wordpress.com/2010/01/24/proses-pengolahan-minyak-
kelapa-sawit-crude-palm-oil/ (diakses pada 30 Juni 2020 pukul 16.00)
Majalah Internal Nusantara Empat, 2018, Majalah Internal Nusantara Empat Edisi Mei:
Kebun Bah Jambi Rebound, Medan : Corporate Secretary PT Perkebunan Nusantara
IV
Nerenberg, K. A. et al. (2018) ‘Hypertension Canada’s 2018 Guidelines for Diagnosis, Risk
Assessment, Prevention, and Treatment of Hypertension in Adults and Children’,
Canadian Journal of Cardiology, 34(5), pp. 506–525. doi: 10.1016/j.cjca.2018.02.022.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor, (5). Tahun 2018 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor (88). Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Kerja.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Tentang Standar Dan Persyaratan
Kesehatan
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2015, Tentang Sistem Sertifikasi Kelapa
Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO)
45
Rudi Kho, 2019, Begini ternyata proses pengolahan minyak di PKS,
https://youtu.be/UQ6l6MmBLE0 (diakses pada 30 Juni 2020 pukul 10.00)
Salawati S. 2013. Noise-Induced Hearing Loss. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 13,
pp. 45-49.
Saputra., Dedyanto Henky., 2016, Peran Probiotik dalam Manajemen Luka Bakar, Cermin
Dunia Kedokteran Vol 43 No. 48
Wu, J. H. et al. (2019) ‘Risk Assessment of Hypertension in Steel Workers Based on LVQ
and Fisher-SVM Deep Excavation’, IEEE Access, 7, pp. 23109–23119. doi:
10.1109/ACCESS.2019.2899625.
Yuwita, Wulan., Ramali, Lies Marlaysa., Miliawati, Risa., 2016, Karakteristik Tine Kruris
dan atau Tinea Korporis di RSUD Ciamis Jawa Barat, Berkala Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Vol. 28 No 2
46
47