Anda di halaman 1dari 4

Siaran Pers

Polemik Hasil Tes Wawasan Kebangsaan


Pimpinan KPK Harus Membatalkan Keputusan Pemberhentian 75 Pegawai KPK
Setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang pada akhirnya membenarkan regulasi
UU KPK baru, kali ini masa depan pemberantasan korupsi kembali diuji. Bagaimana
tidak, 75 pegawai KPK tiba-tiba diberhentikan oleh Pimpinan KPK dengan dalih Tidak
Memenuhi Syarat (TSM) ketika melewati Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Padahal,
setelah dicermati lebih lanjut, TWK yang diikuti oleh seluruh pegawai KPK memiliki
problematika serius.
Merujuk pada empat poin yang tertuang di dalam Keputusan Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi Nomor 652 Tahun 2021 disampaikan bahwa pegawai-pegawai
dengan status TMS diminta menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada atasan. Ini
tentu bertolak belakang dengan pemaknaan alih status, melainkan sudah masuk pada
ranah pemberhentian oleh Pimpinan KPK. Sebab, 75 pegawai KPK yang disebutkan TMS
tidak dapat lagi bekerja seperti sedia kala.
Secara garis besar, terdapat dua isu penting yang tertuang di dalam TWK, mulai dari
pertentangan hukum sampai pada permasalahan etika publik. Faktanya TWK tersebut
tidak sekalipun disebutkan di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 (UU KPK)
maupun Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2020 sebagai syarat untuk melakukan
alih status kepegawaian KPK. Bahkan, MK telah menegaskan di dalam putusan uji materi
UU KPK bahwa proses alih status kepegawaian tidak boleh merugikan hak-hak pegawai
KPK. Namun, aturan itu ternyata telah diabaikan begitu saja oleh Pimpinan KPK dengan
tetap memasukkan secara paksa konsep TWK ke dalam Peraturan Komisi
Pemberantasan Korupsi Nomor 1 Tahun 2021.
Tidak hanya itu, substansi TWK juga memunculkan kecurigaan kami, khususnya dalam
konteks pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pegawai KPK saat menjalani
wawancara. Secara umum menurut pandangan kami apa yang ditanyakan mengandung
nuansa irasional dan tidak relevan dengan isu pemberantasan korupsi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa TWK ini tidak tepat jika dijadikan syarat untuk mengangkat pegawai
KPK menjadi aparatur sipil negara. Semestinya proses alih status ini dapat berjalan
langsung,tanpa ada seleksi tertentu sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-
undangan.
Terlebih lagi, sejumlah pegawai KPK yang diberhentikan telah memiliki rekam jejak
panjang dalam upaya penindakan maupun pencegahan korupsi. Misalnya, dalam hal
masa kerja, sejumlah pegawai KPK yang diberhentikan bahkan tercatat sudah bergabung
sejak lembaga antirasuah itu berdiri atau sekitar tahun 2003 lalu. Sederhananya, jika
wawasan kebangsaan mereka diragukan mestinya dengan sendirinya akan tercermin di
dalam kinerjanya selama ini, misalnya melakukan pelanggaran etik atau tidak taat
terhadap perintah UU. Jadi, secara kasat mata terlihat bahwa ketidaklulusan mereka
tidak sesuai dengan kinerja yang sudah diberikan selama ini.
Pada konteks lain, terdapat pula permasalahan yang tak kalah serius di dalam proses
alih status kepegawaian KPK. Sebab, dari sekian banyak pegawai yang diberhentikan,
terdapat para Penyelidik dan Penyidik. Hal ini tentu akan berimplikasi pada perkara yang
sedang mereka tangani, mulai dari korupsi suap bansos di Kementerian Sosial, suap
ekspor benih lobster, pengadaan KTP-Elektronik, dan suap mantan sekretaris
Mahkamah Agung. Kami menilai bukan tidak mungkin pengusutan perkara-perkara
tersebut akan melambat, dan hal ini tentu merugikan rakyat selaku korban praktik korupsi
dan pemegang kedaulatan tertinggi di republik ini.
Semestinya setiap pihak sadar bahwa citra pemberantasan korupsi Indonesia kian
menurun. Hal itu terbukti dari temuan Transparency International yang memperlihatkan
kemerosotan, baik peringkat maupun poin, Indonesia di dalam Indeks Persepsi Korupsi
(IPK) tahun 2020 lalu. Jika dikaitkan dengan kondisi KPK terkini, besar kemungkinan IPK
Indonesia akan kembali menurun pada tahun selanjutnya. Satu dari sekian banyak faktor
tentu merujuk pada arah politik hukum yang kian menjauh dari penguatan
pemberantasan korupsi.
Terakhir, penting untuk diingat bahwa kehadiran KPK merupakan salah satu mandat
reformasi yang menginginkan Indonesia bebas dari belenggu korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Untuk itu, segala bentuk pelemahan terhadap KPK, salah satunya adalah
pemberhentian 75 pegawai yang disebutkan di atas tidak dapat dibenarkan dan mesti
ditolak.
Hormat kami,

Guru Besar Antikorupsi

Narahubung:
1. Prof Sigit Riyanto (Guru Besar Fakultas Hukum UGM)
0811252843
2. Prof Azyumardi Azra (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
0811905004
Guru Besar Antikorupsi
1. Prof Emil Salim (Guru Besar FEB UI)
2. Prof Sulistyowati Irianto (Guru Besar FH UI)
3. Prof Azyumardi Azra (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah)
4. Prof Sigit Riyanto (Guru Besar FH UGM)
5. Prof Ni’matul Huda (Guru Besar FH UII)
6. Prof. em. Dr. Franz Magnis-Suseno (Guru Besar STF Driyarkara)
7. Prof Jan S Aritonang (Guru Besar Sekolah Tinggi Teologi Jakarta)
8. Prof Ningrum Natasya Sirait (Guru Besar FH USU)
9. Prof Anna Erlyana (Guru Besar FH UI)
10. Prof Andri G Wibisana (Guru Besar FH UI)
11. Prof. Dr. Zainul Daulay, S.H ( Guru Besar FH Unand)
12. Prof. Dr. Masri Mansoer, M. A. (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
13. Prof. Dr. Sukron Kamil (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
14. Prof Multamia RMT Lauder (Guru Besar FIB UI)
15. Prof Herlien D Setio (Guru Besar FT ITB)
16. Prof Dr Frans Limahelu (Guru Besar FH UNAIR)
17. Prof. Sonny Priyarsono (Guru Besar FEM IPB)
18. Prof. Evy Damayanthi (Guru Besar FEMA IPB)
19. Prof Asep Saepudin (Guru Besar Statistik IPB)
20. Prof Atip Latipulhayat (Guru Besar FH UNPAD)
21. Prof Muhammad Chirzin, M.Ag. (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
22. Prof. Bambang Hero Saharjo (Guru Besar Fakultas Hutan IPB)
23. Prof Dr Hibnu Nugroho (Guru Besar FH UNSOED Purwokerto)
24. Prof Riris K. Toha Sarumpaet (Guru Besar FIB UI)
25. Prof Manekke Budiman (Guru Besar FIB UI)
26. Prof Akmal Taher (Guru Besar FK UI)
27. Prof. Pratiwi Soedharmono (Guru Besar FK UI)
28. Prof. Ratna Sitompul (Guru Besar FK UI)
29. Prof. Harun Joko Prayitno (Guru Besar UMS Surakarta)
30. Prof Dr M Zaidun (Guru Besar FH UNAIR)
31. Prof Didik J Rachbini (Guru Besar FE Universitas Mercubuana)
32. Prof. Dr. M. Dien Madjid (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
33. Prof Budi Haryanto (Guru Besar FKM UI)
34. Prof Hendra Gunawan (Guru Besar FMIPA ITB)
35. Prof Iwan Pranoto (Guru Besar FMIPA ITB)
36. Prof Muhadjir Darwin (Guru Besar FISIP UGM)
37. Prof Harihanto (Guru Besar FISIP UNMUL)
38. Prof Elita Rahmi (Guru Besar FH Universitas Jambi)
39. Prof. Agustinus Kastanya (Guru Besar Kehutanan, UNPATII, Ambon)
40. Prof Dr Marwan Mas, SH MH (Guru Besar FH Universitas Bosowa)
41. Prof. Aminuddin Mane Kandari (Guru Besar FHIL, UHO, Kendari)
42. Prof. Achmad Nurmandi M.Sc (Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
43. Prof. Ahmad Khairuddin (Guru Besar UM Banjarmasin)
44. Prof H. R. Partino (Guru Besar Fakultas Psikologi UNCEN Papua)
45. Prof. Dr. Muhammad Azhar (Guru Besar UMY)
46. Prof. Dr. Bambang Cipto (Guru Besar UMY)
47. Prof Wahyudi Kumorotomo (Guru Besar Fisipol UGM)
48. Prof PM Laksono (Guru Besar FIB UGM)
49. Prof Haryono Umar (Guru Besar FE Universitas Trisakti)
50. Prof Andi Faisal Bakti (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
51. Prof Ramlan Surbakti (Guru Besar FISIP UNAIR)
52. Prof. Dr. RM. Teguh Supriyanto (Guru Besar FBS UNNES)
53. Prof Dr Budi Setiadi Daryono (Guru Besar FB UGM)
54. Prof Dr Syafrinaldi SH, M.C.L (Guru Besar FH Universitas Islam Riau)
55. Prof Dr Ir Ali Agus (Guru Besar Fakultas Peternakan UGM)
56. Prof Widi A Pratikto (Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan ITS)
57. Prof Ir Syamsir Abduh (Guru Besar FTI Universitas Trisakti)
58. Prof Melanie Sadono (Guru Besar FKG Universitas Trisakti)
59. Prof Agus Sardjono (Guru Besar FH UI)
60. Prof Rosa Agustina (Guru Besar FH UI)
61. Prof Dr Ir Saratri Wilonoyuda (Guru Besar FT UNNES)
62. Prof Dr Tri Marheni P Lestari (Guru Besar FIS UNNES)
63. Prof Dr Kuntjoro (Guru Besar Fakultas Psikologi UGM)
64. Prof. Achmad Romsan (Guru Besar FH UNSRI)
65. Prof Mas Roro L Ekowanti (Guru Besar FISIP UHT Surabaya)
66. Prof Daniel M Rosyied (Guru Besar ITS)
67. Prof Bedjo Suyanto (Guru Besar UNJ)
68. Prof Koesmawan (Guru Besar STIE Ahmad Dahlan)
69. Prof Jafar Haruna (Guru Besar Universitas Mulawarman)
70. Prof Daryono Hadi Tjahjono (Guru Besar Farmasi ITB)
71. Prof Emy Susanti (Guru Besar FISIP UNAIR)
72. Prof Emir M Husni (Guru Besar STIE ITB)
73. Prof Hariadi Kartodihardjo (Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB)
74. Prof Mayling Oey (Guru Besar FEB UI)

Anda mungkin juga menyukai