Draf Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (PKWT)
Draf Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (PKWT)
REV 0
PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU (“Perjanjian”) ini dibuat pada hari
ini, ________ tanggal __ _______ ______, di _____________, oleh dan diantara:
1. _____________________ (nama Direktur), dalam hal ini bertindak sebagai Direktur, dari
dan oleh karenanya sah dan berwenang untuk mewakili PT. _______________________,
suatu Badan Hukum Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Akta
Pendirian Nomor __ yang dibuat di hadapan Notaris _________, S.H. tanggal __
____________ _______, dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan surat keputusannya tanggal __
__________ _____ Nomor: __________________, berkedudukan di
_________________________________________________________, selanjutnya dalam Perjanjian
ini disebut sebagai “PERUSAHAAN”;
Selanjutnya, untuk maksud tersebut diatas, PARA PIHAK dengan ini sepakat untuk
membuat Perjanjian ini dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
Pasal 1
Kesepakatan Kerja Untuk Waktu Tertentu
Pasal 3
Hak dan Kewajiban PARA PIHAK
Pasal 4
Ruang Lingkup Pekerjaan
(1) Hubungan Kerja antara KARYAWAN dan PERUSAHAAN sebagaimana diatur dalam
Perjanjian ini berlaku untuk selama jangka waktu ___ (________________) tahun, yaitu
dimulai pada tanggal __ ___________ _____ sampai dengan tanggal __ _______________ _____
(“Jangka Waktu Kerja”);
(2) Jangka Waktu Kerja secara hukum berakhir dalam hal:
a. Telah habisnya Jangka Waktu Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Pasal ini;
b. KARYAWAN diberhentikan oleh PERUSAHAAN dengan alasan-alasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1);
c. KARYAWAN mengajukan pengunduran diri sebagai KARYAWAN;
d. PERUSAHAAN mengangkat KARYAWAN menjadi Karyawan Tetap
berdasarkan Surat Keputusan yang dibuat oleh PERUSAHAAN, dan oleh
karenanya hubungan kerja antara PERUSAHAAN berubah menjadi hubungan
kerja dengan waktu tidak tertentu.
(3) Jangka Waktu Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dalam 1 (satu) bulan waktu kerja KARYAWAN dimulai pada tanggal 1 (satu)
dan berakhir pada tanggal terakhir bulan berjalan;
b. Dalam 1 (satu) minggu waktu kerja KARYAWAN adalah 40 (empat puluh)
jam yang berlangsung dari hari Senin sampai dengan hari Jum’at;
c. Dalam 1 (satu) hari waktu kerja KARYAWAN ditentukan sebagai berikut:
a. Hari Senin sampai dengan hari Kamis dimulai pukul 08.00 (delapan nol
nol) sampai dengan pukul 17.00 (tujuh belas nol nol);
b. Hari Jum’at dimulai pukul 08.00 (delapan nol nol) sampai dengan pukul
17.30 (tujuh belas tiga puluh).
(4) KARYAWAN berhak untuk memperoleh waktu istirahat kerja dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Waktu istirahat kerja hari Senin sampai dengan hari Kamis adalah pukul
12.00 (dua belas nol nol) sampai dengan pukul 13.00 (tiga belas nol nol);
b. Waktu istirahat kerja hari Jum’at adalah pukul 11.30 (sebelas tiga puluh)
sampai dengan pukul 13.00 (tiga belas nol nol).
(5) KARYAWAN berhak untuk memperoleh waktu cuti kerja dengan ketentuan
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Perusahaan;
(6) Dalam hal diperlukan, PERUSAHAAN dapat menugaskan KARYAWAN untuk
bekerja diluar waktu kerja tersebut sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b
dan huruf c Pasal ini dengan ketentuan sepanjang untuk kepentingan Ruang
Lingkup Pekerjaan tersebut sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) dan
ayat (2) Perjanjian ini dengan memperoleh Upah Lembur yang besarnya
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan perusahaan.
(1) KARYAWAN berhak untuk memperoleh Gaji Pokok dari PERUSAHAAN sebesar Rp.
_______________ (_______________________ rupiah) per-bulan yang pembayarannya wajib
dilakukan oleh PERUSAHAAN kepada KARYAWAN selambat-lambatnya pada
setiap tanggal terakhir bulan berjalan;
(2) KARYAWAN berhak untuk memperoleh Uang Makan dan Transportasi Harian
yang besarnya sebagaimana yang ditentukan dalam Peraturan Perusahaan;
(3) KARYAWAN berhak untuk memperoleh tunjangan dinas luar kota yang besarnya
sebagaimana yang ditentukan dalam Peraturan Perusahaan;
(4) KARYAWAN berhak untuk memperoleh Fasilitas Kesejahteraan yang berupa
Bantuan Pengobatan, Bantuan Melahirkan, Bantuan Kaca Mata, Bantuan
Perkawinan, Bantuan Kematian, Tunjangan Hari Raya Keagamaan dan
diikutsertakan dalam program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Jamsostek) oleh
PERUSAHAAN dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Perusahaan.
Pasal 7
Berakhirnya Perjanjian
(1) PERUSAHAAN berhak untuk mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak dalam hal:
a. KARYAWAN menjadi tersangka dalam suatu tindak pidana;
b. KARYAWAN meminum minuman keras dan/atau menggunakan narkotika
dan obat-obatan terlarang lainnya selama Waktu Kerja di lingkungan
PERUSAHAAN;
c. KARYAWAN melakukan penganiayaan dan/atau bentuk kekerasan lainnya
terhadap sesama Karyawan di lingkungan PERUSAHAAN;
d. KARYAWAN melakukan penggelapan terhadap barang-barang dan/atau
uang milik PERUSAHAAN yang untuk hal tersebut cukup dibuktikan dengan
adanya Laporan Polisi atas dugaan penggelapan tersebut dan/atau
pengakuan tertulis yang dibuat oleh KARYAWAN sendiri;
e. KARYAWAN melakukan perbuatan yang merugikan PERUSAHAAN;
f. KARYAWAN melakukan perbuatan yang mencemarkan nama baik
PERUSAHAAN;
g. KARYAWAN membocorkan rahasia PERUSAHAAN yang seharusnya dijaga
dengan baik oleh KARYAWAN kecuali demi kepentingan Negara;
h. Perbuatan-perbuatan lainnya sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
Perusahaan.
(2) Dalam hal PERUSAHAAN mengakhiri perjanjian ini secara sepihak dengan alasan
sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, PERUSAHAAN tidak berkewajiban untuk
membayar ganti rugi dan/atau hak-hak lainnya kepada KARYAWAN;
(3) Dalam hal KARYAWAN mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak dan/atau
melakukan pengunduran diri sebagai KARYAWAN, maka KARYAWAN
berkewajiban untuk membayar ganti rugi kepada PERUSAHAAN sebesar sisa Gaji
Pokok atas sisa waktu kerja yang masih harus dilaksanakan oleh KARYAWAN.
(1) Dalam hal timbul perselisihan diantara PARA PIHAK sebagai akibat dari
pelaksanaan perjanjian ini, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya
secara musyawarah dan kekeluargaan;
(2) Dalam hal penyelesaian perselisihan secara musyawarah dan kekeluargaan tidak
mencapai kesepakatan, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan
perselisihan tersebut melalui mediasi dengan melibatkan pihak ketiga sebagai
mediator;
(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan melalui mediasi tidak juga dapat
menyelesaikan perselisihan, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya
secara hukum melalui Pengadilan Hubungan Industrial.
Demikian perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) bermeterai cukup, PARA PIHAK
masing-masing memperoleh satu rangkap yang kesemuanya mempunyai kekuatan
hukum yang sama.
PARA PIHAK