MAKALAH Usul Fiqh
MAKALAH Usul Fiqh
IJMA’
Kami menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat
merealisasikan suatu pekerjaan tanpa adanya intervansi dari orang lain .maka dari itu tidaklah
mudah menuangkan idea atau gagasan kedalam tulisan secara tertib dan sistematis sehingga
pembaca dapat memahami jalan pikiran penulis.
Maka pada kesempatan kali ini kami membuat makalah tentang“.ijma’ kami juga
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada orang-orang yang telah memberikan motivasi
dan bimbinganya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua orang yang
membaca
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...……………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...……..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………...1
C. TUJUAN PENULISAN………………………….……………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IJMA’ DAN MACAM-MACAMNYA……………………...………2
B. KEDUDUKAN IJMA’ DALAM PEMBINAAN HUKUM ISLAM…………………3
C. CONTOH-CONTOH HUKUM YANG DI DASARI IJMA’…………………………3
D. SYARAT IJMA’………………………………………………………………………4
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN………………………………………………………………………...…5
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...…6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak
lepas dari peranan syari’at atau hukum-hukum seperti shalat, puasa, jual beli dan lain
sebagainya. Semua itu membutuhkan hukum agar kita tidak salah arah dalam
landasan agama. Untuk mengetahui hukum-hukum syari’at agama, para ulama’ telah
berjihad untuk mengetahui hukum yang telah di jelaskan di dalam al-qur’an dan
hadist agar jelas dan tidak subhat. Dalam era sekarang, banyak yang kita jumpai hal-
hal yang pada zaman rasul tidak terjadi, untuk mengetahui bagaimana hukumnya hal
tersebut, maka di butuhkan kesepakatan para ulama’ (ijma’) , maka dalam makalah ini
akan di bahas tentang pengertian ijma’, macam-macam ijma’, kedudukan ijma’ dalam
hukum islam, dan di sertai pula contoh ijma’ dan syarat ijma’.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian ijma’ dan macam-macamnya?
2. Bagaimana kedudukan ijma’ dalam hukum islam?
3. Bagaimana contoh-contoh kasus hukum yang di dasari ijma’ dan syarat-syarat
ijma’?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian ijma’ dan macam-macamnya
2. Untuk mengetahui kedudukan ijma’ dalam hukum islam
3. Untuk mengetahui contoh-contoh kasus hukum yang di dasari ijma’ dan syarat-
syarat ijma’
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
a. Ijma’ sahaby. Yaitu kesepakatan semua ulama’ sahabat dalam suatu
masalah pada masa tertentu.
b. Ijma’ ahli madinah, yaitu persesuaian paham ulama-ulama madinah
terhadap sesuatu urusan hukum.
c. Ijma’ ulama’ khuffah. Yaitu kesepakatan ulama-ulama khuffah dalam
suatu masalah .
d. Ijma’ khulafa urrasyidin yaitu: “persesuaian paham khalifah yang
empat terhadap sesuatu soal yang di ambil dalam satu masa atas suatu
hukum.
e. Ijma’ ahlul bait (keluarga nabi) . Yaitu kesepakatan keluarga
nabidalam suatu masalah.
3
D. Syarat Ijma’
Jumhur ulama’ usul fiqih, mengemukaan pula syarat-syarat ijma’ , yaitu:
a. Yang melakukan ijma’ tersebut adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan
ijtihad’
b. Kesepakatan itu muncul dari para mujtahid yang bersifat adil (berpendirian kuat
terhadap agamanya).
c. Para mujtahid yang terlibat adalah yang berusaha menghindarkan diri dari ucapan
dan perbuatan bid’ah.
Ketiga syarat ini di sepakati oleh seluruh ulama’ ushul fiqih. Ada juga syarat
lain, tetapi tidak di sepakati oleh para ulama’ di antaranya:
a. para mujtahid itu adalah sahabat
b. Mujtahid itu kerabat rasulullah, apabila memenuhi dua syaratini, para ulama’
ushul fiqih menyebutkanya dengan ijma’ sahabat
c. Mujtahid itu adalah ulama’ madinah
d. Hukum yang di sepakati itu tidak ada yang membantahnya sampai wafatnya
para mujtahid yang menyepakatinya.
Tidak terdapat hukum ijma’ sebelumnya yang berkaitan dengan masalah
yang sama.
4
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa pengertian ijma’ itu sendiri
adalah kesepakatan antara ulama-ulama’ atau mujtahid untuk membahas suatu
masalah di dalam kehidupan dalam masalahh- masalah sosial yang tidak ada di dalam
al-qur’an maupun as-sunnah
Kedudukan ijma’ itu menempati salah satu sumber atau dalil hukum sesudah al-
qur’an dan sunnah . Dan ijma’ dapat menempatkan hukum yang mengikat dan wajib
di patuhi umat islam bila tidak ada ketetapan hukumnya dalam al-qur’an dan sunnah.
Syarat-syarat ijma’ itu harus memenuhi persyaratan ijtihad dan kesepakatan dalam
suatu masalah untuk menyelesaikanya harus muncul pendapat-pendapat dari para
mujtahid-mujtahid yang bersifat adil dan faham agama dan para mujtahid itu harus
berusaha dan menghindari dari perbuatan – perbuatan bid’ah.
5
DAFTAR PUSTAKA