Anda di halaman 1dari 28

TEORI TEORI PERKEMBANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Psikologi Umum I
Dosen Pengampu: Dr.Hj.Rahayu Giningtasari, S.Psi, M.Si.

Disusun Oleh :
Delvira Kayisa Bi’ilmi ( 03052111023 )
Ghali Madalaki ( 03052111027 )
Rispi Yuliani ( 03052111038 )

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL PASIM BANDUNG
TAHUN 2021

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Alhamdulillah, Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah mengenai Teori perkembangan ini
dengan sebaik mungkin. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
Ibu Dr. Hj. Rahayu Giningtasari, S.Psi, M.Si. selaku dosen mata
kuliah Psikologi Umum I.

Dengan makalah ini tentunya kami menyadari masih ada


kekurangan, baik dalam materi pembahasan maupun dalam teknik
pengetikan. Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat kekurangan, karena sejatinya kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan dalam sebagai salah


satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memehami
Tentang Teori perkembanganOleh karena itu sumbangan saran, kritik
dan pendapat yang sehat dan membangun sangatlah kami harapkan

Bandung, 15 November 2021

KELOMPOK 8

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. Teori Kognitif................................................................................................................................3
1) Pengertian Teori Kognitif..........................................................................................................3
2) Tahap Perkembangan Teori Kognitif........................................................................................3
3) Teori Perkembagan Kognitif Dalam Pembelajaran...................................................................4
B. Teori Psikoanalisis........................................................................................................................5
1) Pengertian Teori Psikoanalisis..................................................................................................5
2) Tahap Perkembangan Teori Psikoanalisis.................................................................................6
3) Teori Perkembangan Psikoanalisis Dalam Pembelajaran.........................................................9
C. Teori Sosial.................................................................................................................................12
1) Pengertian Teori Sosial...........................................................................................................12
2) Tahap Perkembangan Teori Sosial.........................................................................................13
3) Teori Perkembangan Sosial Dalam Pembelajaran..................................................................14
D. Teori Etologis.............................................................................................................................15
1) Pengertian Teori Etologis.......................................................................................................15
2) Tahap Perkembangan Teori Etologis......................................................................................16
3) Teori Perkembangan Etologis Dalam Pembelajaran...............................................................16
E. Teori Ekologis.............................................................................................................................17
1) Pengertian Teori Ekologis.......................................................................................................17
2) Tahap Perkembangan Teori Ekologis.....................................................................................17
3) Teori Perkembangan Ekologis Dalam Pembelajaran..............................................................18
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................20
A. KESIMPULAN..............................................................................................................................20
B. SARAN........................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................21

II
III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti dialami


oleh setiap individu, perkembangan ini adalah proses yang
bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang
individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif
serta sistematis di dalam diri manusia.Berbagai perubahan dalam
perkembangan bertujuan untuk memungkinkanorang menyesuaikan
diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan
ini, maka realisasi diri atau yang biasanya disebut “akulturasi-
diri” adalah sangat penting. Namun tujuan ini tidak pernah statis.
Tujuan dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan
sesuatu yang tepat untuk dilakukan, untuk menjadi manusia
seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikologis.
Seiring dengan berkembangnya zaman dan dari bertambahnya
masalah diri manusia itu sendiri muncul lah berbagai teori
mengenai studi perkembangan sehingga memunculkan pemahaman-
pemahaman baru mengenai perkembangan manusia.Perkembangn
pemikiran dan kajian empirik dikalangan para ahli tentang
perkembangan manusia telah melahirkan berbagai teori yang
beragam sesuai dengan perspektif pemikiran dan pengalaman
pribadi para ahli yang membangun teori tersebut. Teori-teori yang
muncul biasanya merupkan kritik dari teori-teori sebelumnya.
Memang patut diakui bahwa titik pandang (teori) dalam psikologi
tidak ada yang sempurna, sehingga terbuka bagi ilmuwan untuk
memberikan kritik dan masukan ataupun penyempurnaan dari teori
yang sudah ada. Teori dapat diartikan sebagai model tentang
kenyataan yang membantu kita untuk memahami, menjelaskan,
memprediksi, dan mengontrol tetang kenyataan tersebut. Teori
juga dapat diartikan sebagai sekumpulan atau seperangkat asumsi
yang relevan dan secara sistematis saling berkaitan. Dari begitu
banyaknya teori yang berusaha menjelaskan bagaimana
IV
perkembangan manusia, ada beberapa teori yang sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan manusia, kami akan
membahasbeberapa diantaranya yaitu teori kognitif, teori
psikososial,teori psikoanalitik, teori moral & teori behavioral.
Setiap teori ini memberikan pandangan yang berbeda tentang
perkembangan manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori kognitif ?


2. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori
psikoanalisis ?
3. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori belajar
perilaku atau sosial ?
4. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori etologis ?
5. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori ekologis ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui perkembangan manusia menurut teori


kognitif.
2. Untuk mengetahui perkembangan manusia menurut teori
psikoanalisis.
3. Untuk mengetahui perkembangan manusia menurut teori belajar
perilaku atau sosial.
4. Untuk mengetahui perkembangan manusia menurut teori
etologis.
5. Untuk mengetahui perkembangan manusia menurut teori
ekologi.

V
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Kognitif

1) Pengertian Teori Kognitif


Seorang psikolog Swiss bernama Jean Piaget (1896-1980)
mengembangkan teori kognitif. Teorinya memberikan banyak
konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang
bagi Piaget berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam
representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini
membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema tentang
bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya) dalam tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak
seperti teori nativisme (yang menggambarkanperkembangan
kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan
bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi
dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan
teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize.

2) Tahap Perkembangan Teori Kognitif


Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga
proses yang saling berhubungan, yaitu :
a. Organisasi
Organisasi adalah sistem pengetahuan atau cara berfikir
yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat.
Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan

6
untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek.
Struktur- struktur kognitif disebut skema. Skema adalah pola
prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk
memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu.

b. Adaptasi
Adaptasi adalah cara anak untuk memperlakukan informasi
baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka
ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan 3 langkah, yaitu :
1. Asimilasi
Individu yang menggabungkan antara informasi yang bar
dia terima ke dalam pengetahuan yang mereka ketahui.
2. Akomodasi
Individu yang menyesuaikan diri dengan informasi baru.
3. Ekuilibrasi
Kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia
mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya.

3) Teori Perkembagan Kognitif Dalam Pembelajaran


a. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak yang penting
sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam
pembelajaran. Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak
diberi penekanan, dan anak - anak didorong untuk menemukan
untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan
lingkungan.
b. Fokus pada proses berfikir atau proses mental anak. Di
samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami
proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban
tersebut.

7
c. Tidak menekankan pada praktek yang diarahkan untuk
menjadikan anak- anak seperti orang dewasa dalam
pemikirannya.
d. P e n e r i m a a n terhadap perbedaan individu dalam kemajuan
perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh
anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama
namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang
berbeda.

B. Teori Psikoanalisis

1) Pengertian Teori Psikoanalisis


Sigmund Freud adalah seorang dokter saraf dan psikiatri yang
menggagas ide tentang teori kepribadian untuk psikoanalisis.
Teori psikoanalisis adalah teori yang menjelaskan tentang
perkembangan kepribadian manusia baik aspek internal maupun
eksternal. Sebenarnya, teori kesadaran juga merupakan teori
psikoanalisis. Namun, pada tahun 1923, Freud memperkenalkan
model psikoanalisis yang lebih baru. Konsep ini masih berangkat
dari teori kesadaran namun lebih kompleks dari itu.
a. Id (Das Es)
Id adalah kepribadian yang asli yang dibawa sejak lahir.
Contoh nya insting, impuls, dan keinginan. Pergerakan ini
terbagi lagi menjadi dua cara yaitu :
1. Refleks adalah ketika seseorang langsung mengambil aksi
atas keinginannya.
2. Proses primer adalah dengan membayangkannya terlebih
dahulu.

b. Ego (Das Ich)

8
Ego berperan untuk memilih keinginan mana yang hendak
direspons sesuai dengan urutan prioritas dan kapan waktunya.
Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id karena ego
tidak memiliki energi sendiri.

c. Superego (Das Ueber Ich)


Superego adalah kekuatan moral dan etik kepribadian. Tahap
ini lawan dari id dan bekerja menggunakan prinsip idealistik,
yang terbagi menjadi dua yaitu :
1. Suara hati adalah hal yang berangkat dari pengalaman
terhadap hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.
2. Ego ideal adalah hal yang mengarahkan kita kepada hal-hal
yang sebaiknya dilakukan.

2) Tahap Perkembangan Teori Psikoanalisis


Sigmund Freud membagi tahapan perkembangan anak
berdasarkan kematangan fisiolokgis dari bagian tubuh tertentu.
Freud yang merupakan seorang ahli psikoanalisa, menyebut
tahapan-tahapan ini dengan istilah Fase Oedipal.
Ada lima tahapan perkembangan yang dapat diamati dalam Fase
Oedipal ini :
1. Fase Oral ( 0 - 1,5 tahun)
Pada fase ini daerah mulut merupakan pusat kepuasan yang
diperoleh melalui berbagai kegiatan. Contohnya mengisap
atau menggigit yang dilakukan bayi. Melalui mulut, bayi
melakukan kontak pertama dengan lingkungan.
Jadi, biarkan saja bila bayi memasukkan jari-jari atau
mainannya ke mulut. Melalui kegiatan itulah, ia tengah
belajar banyak dan terus berkembang. Pastikan tangannya
bersih dan menggunting kukunya sehingga tidak ada sudut

9
yang tajam. Bersihkan juga mainan bayi secara berkala
dengan seksama.

2. Fase Anal ( 1,5 - 3 atau 3,5 tahun)


Fase ini terletak pada daerah anus atau dubur. Anak mendapat
kepuasan dengan cara menahan atau membuang kotoran
menurut kemauannya sendiri. Kegiatan ini, anak belajar
tentang adanya kebebasan untuk menentukan sendiri
kemauannya.
Tahap ini merupakan saat yang tepat untuk mengajarkan
disiplin kepada anak agar ia tidak keliru dalam mengartikan
kebebasan.

3. Fase Phallic ( 3 - 5 tahun )


Pada fase ini, anak mulai menaruh perhatian kepada alat
kelaminnya dan mulai menangkap perbedaan antara alat
kelamin perempuan dan laki-laki. Anak mulai tertarik pada
orang tua yang berlainan jenis kelamin dengan dirinya. Selain
itu, anak mungkin akan menjadi senang memainkan
kelaminnya. Bila melihat hal ini, sebaiknya jangan langsung
menegur apalagi membentak. Cukup jelaskan pada anak
bagaimana ia harus menyentuh, membersihkan dan menjaga
alat kelaminnya. Katakan bahwa kelamin disebut sebagai
kemaluan yang artinya malu bila dilihat apalagi disentuh oleh
orang lain. Misalnya jelaskan pada anak cara membersihkan
alat kelaminnya setelah buang air kecil dan ajarkan untuk
tidak menggaruk alat kelaminnya agar tidak lecet dan luka
maupun memasukkan benda apapun ke dalam alat kelaminnya.
Ajarkan juga untuk selalu menutup bagian kelaminnya dengan
pakaian yang sopan. Selain itu, para ahli menyarankan Anda

10
tidak memakai istilah lain seperti 'burung', 'pistol', atau
'apem' kepada anak. Ucapkan dengan istilah anatomi yang
benar seperti penis dan vagina. Ini penting agar anak dapat
menyebutkan alat kelamin dengan istilah yang benar dan
terhindar dari kebiasaan penyebutan yang terkesan vulgar atau
porno.
Kenalkan perbedaan diri anak dengan jenis kelamin lain
sehubungan dengan identitas gender, bukan perbedaan peran
gender.

4. Fase Laten ( 5 - 10 tahun )


Fase ini sering disebut sebagai 'masa tenang' karena anak
tidak terlalu menaruh perhatian pada diri dan bagian
tubuhnya. Karena anak mulai masuk sekolah, perhatian anak
umumnya akan tercurah pada kegiatan belajar. Selain itu,
anak juga sedang sibuk belajar bersosialisasi, termasuk
belajar membedakan benar dan salah hingga konsep hukuman
dan pujian.

5. Fase Genital ( 10 tahun - masa remaja )


Pada fase ini, terjadi kematangan alat seksual primer (organ
reproduksi) dan alat seksual sekunder (payudara, bulu dada,
kumis dan lain-lain). Hal ini menyebabkan meningkatnya
dorongan seksual yang ditampilkan lewat ketertarikan
terhadap lawan jenis. Ia akan merasakan banyak perubahan
pada dirinya yang mungkin membuatnya tidak nyaman atau
bingung.

11
3) Teori Perkembangan Psikoanalisis Dalam Pembelajaran
Pada perkembangannya teori psikoanalisis banyak
diimplementasikan dalam dunia pendidikan. Beberapa di
antaranya diurai pada jabaran berikut ini.

a. Berbicara tentang konsep kecemasan yang dikemukakan oleh


Freud, tentu saja berkaitan pula dengan proses pendidikan.
Kecemasan merupakan fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan suatu bahaya sehingga dapat
disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Dalam pendidikan,
konsep kecemasan pada tiap individu dapat diolah dan
dikembangkan oleh para pengajar/konselor demi kebaikan
peserta didik. Dengan kosep ini pula, peserta didik dibantu
untuk menghargai diri dan oran lain serta lingkungannya.
Dengan kata lain, konsep kecemasan diarahkan ke pendidikan
ranah afektif atau karakternya.

b. Dalam ranah yang lebih luas, teori psikoanalisis juga


digunakan pada proses pendidikan yang berbasis kecerdasan
majemuk. Setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-
beda. Tidak akan ada dua pribadi berbeda walaupun anak
kembar memiliki kecerdasan yang sama. Kecerdasan bukanlah
berpatokan pada angka-angka yang berkaitan dengan IQ.
Menurut Garner, beberapa kecerdasan pada manusia, yaitu
kecerdasan matematik, linguistik, kinestetik, visual-spasial,
musik, intra- personal, inter-personal, naturalistik, dan
eksistensial. Sebuah pendidikan seharusnya menjembatani
setiap kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Mengembangkan
bakat dan minat sesuai dengan kebutuhannya tentu sejalan
dengan teori Freud yang menyebut bahwa manusia sebagai
makhluk yang memiliki keinginan dan kebutuhan dasar.

12
c. Konsep psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia
merupakan makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan
dasar. Dengan konsep ini, pengajar dapat
mengimplementasikannya ke dunia pendidikan. Berbagai
elemen dalam pendidikan dapat dikembangkan dengan
berbasis pada konsep ini.Kurikulum atau perangkat
pembelajaran misalnya, pendidik harus melakukan berbagai
analisis kebutuhan dan tujuan agar apa yang diajarkannya
nanti sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta
didik. Hal ini sudah lumrah digunakan dalam berbagai proses
pendidikan dan penelitian pengembangan.

d. Berkaitan dengan agresivitas siswa, seorang pendidik harus


mampu mengontrol dan mengatur sikap ini agar terarah
menjadi lebih positif. Agresivitas dalam ilmu psikologi
merupakan wahana bagi siswa untuk memuaskan keinginannya
yang cenderung ke arah merusak, mengganggu, atau
menyakiti orang lain. Dengan kata lain agresivitas merupakan
ungkapan perasaan frustasi yang tidak tepat. Dalam hal ini,
penyebab munculnya tindakan agresivitas dapat berupa
penilaian negatif atau kata- kata yang menyakitkan. Jika
siswa melakukan kesalahan, tidak selayaknya dihukum
dengan kata-kata kasar atau hukuman lain yang justru akan
melukai secara psikologis. Treatment-nya terhadap kasus ini
dapat dilakukan dengan penjajakan secara personal, memberi
sugesti dan wejangan, tidak memberi hukuman tetapi memberi
semacam kebebasan dalam bertanggung jawab, dan
membantunya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

13
e. Perlunya pendidikan inklusif di semua strata
pendidikan.Pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang
tidak boleh membeda-bedakan terhadap peserta didik. Dalam
hal ini, sekolah harus mau menampung dan menerima siswa-
siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Secara psikologis
anak yang memiliki kekurangan semacam ini akan mengalami
krisis kepercayaan diri atau minder. Untuk mengurangi dan
menghilangkan rasa minder tersebut, sekolah harus menerima
ketunaan tersebut tanpa merasa sebagai bagian yang terpisah
dari masyarakat. Dengan pendidikan inklusif, permasalahan
ini diharapkan dapat membantu bagi anak-anak yang memiliki
keterbatasan.

f. Konsep psikoanalisis yang diterapkan dalam pendidikan


adalah pendidikan yang bermuara pada penciptaan kreativitas
peserta didik. Saat ini kita berada pada era revolusi teknologi
informasi. Pada era ini, setiap manusia dituntut memiliki
kreativitas yang orisinil dan terbaik. Orang-orang yang
sukses pada masa ini adalah orang-orang yang memiliki
kreativitas tanpa batas.Seperti pendiri facebook, android,
samsung, dan lain-lain. Mereka eksis dan sukses mencapai
puncak kejayaan karena memiliki inovasi dan kreativitas
yang mumpuni. Menurut Freud, kreativitas merupakan bagian
dari kepribadian yang didorong untuk menjadi kreatif jika
memang mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan sekssual
secara langsung. Berhubung kebutuhannya tidak terpenuhi
maka terjadilah sublimasi dan akhirnya munculah imajinasi.

14
C. Teori Sosial

1) Pengertian Teori Sosial


Psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha memahami dan
menjelaskan penyebab terjadinya perilaku pemikiran dan
perasaan individu dalam konteks lingkungan sosial baik fisik
maupun non fisik.
a. Masa awal pembentukan sebelum perang dunia ke-2
Pada masa ini perbincangan mengenai pengaruh lingkungan
social terhadap perilaku manusia sudah banyak dibincangkan
tetapi belum banyak dipublikasikan. Pada tahun 1924
publikasi yang dianggap paling fenomenal adalah tulisan dari
Floyd Allport. Argumentasinya terbukti bahwa tingkah laku
sosial berakar dari berbagai faktor, salah satunya kehadiran
orang lain.

b. Masa peperangan perang dunia ke-2 sampai tahun 1960.


Setelah peperangan orang-orang baru menyadari bahwa
peperangan memiliki dampak besar bagi perilaku manusia
setelahnya. Pada masa ini juga banyak bermunculan teori
psikologi sosial baru.Kurt Lewin sebagai contoh tokoh
psikologi yang menciptakan rumusan teoritis tingkah laku B =
f (P,E). Pendapatnya adalah tingkah laku (B: Behavior)
merupakan hasil dari fungsi (f) individu (P: person) dan
lingkungan (E : Environment).

c. Masa pendewasaan dan masa depan


Pada tahun 1970 sampai 1980-an merupakan puncak masa
pendewasaan psikologi sosial. Ragam topik penelitian nya
juga meluas. Misalnya, atribusi, sikap, perbedaan gender,
psikologi massa, dan lain-lain. Di masa depan, penelitian
15
akan mengarah pada kognisi dan penerapan psikologi sosial
dengan menggunakan perspektif kebudayaan. Faktor
komunikasi adalah konsep dasar dari tingkah laku manusia
dan perspektif kebudayaan dan sosial sebagai tekad analisis
utama.

2) Tahap Perkembangan Teori Sosial


Setiap anak mempunyai tahapan perkembangan dalam segala
aspek perkembangannya, begitu pula pada bidang sosialnya.
Perkembangan tersebut berdasarkan pada tahapan usia dari
masing-masing anak. Dikutip oleh Abu Ahmadi menjelaskan,
tingkatan perkembangan sosial anak menjadi 4 (empat) tingkatan
yaitu :
a. Tingkatan pertama (umur 4 - 6 bulan)
Anak mulai memperlihatkan reaksi positif terhadap orang
lain, yaitu ia tertawa karena mendengar suara orang lain.

b. Tingkatan kedua (± 2 tahun)


Adanya rasa bangga dan segan yang terpancar dalam gerakan
dan mimiknya, jika anak tersebut dapat mengulangi yang
lainnya. Contoh: Anak yang berebut benda atau mainan, jika
menang dia akan kegirangan dalam gerak dan mimik.

c. Tingkatan ketiga ( +2tahun)


Mulai timbul perasaan simpati (rasa setuju) dan atau rasa
antipati (rasa tidak setuju) kepada orang lain, baik yang
sudah dikenalnya atau yang belum dikenalnya.

d. Tingkatan keempat

16
Pada tingkatan ini anak menyadari akan pergaulannya dengan
anggota keluarga, anak timbul keinginan untuk ikut campur
dalam gerak dan lakunya. Pada usia 4 tahun, anak senang
bergaul dengan teman sebaya nya. Kemudian pada usia 5-6
tahun ketika memasuki usia sekolah, anak lebih mudah diajak
bermain dalam suatu kelompok. Ia juga mulai memilih teman
bermainnya,entah tetangga atau teman sebayanya yang
dilakukan di luar rumah.

3) Teori Perkembangan Sosial Dalam Pembelajaran


Menurut Albert bandura anak tetap bisa belajar hal baru meski
tidak melakukannya secara langsung. Syaratnya, anak sudah
pernah melihat orang lain melakukannya terlepas apapun
medianya. Dalam teori ini, terdapat tiga konsep yang menjadi
dasar ,yaitu :
a. Manusia belajar lewat observasi
Salah satu eksperimen yang paling terkenal adalah dengan
boneka bernama Bobo. Anak- anak yang menjadi partisipan
dalam studi bandura mengobservasi bagaimana orang dewasa
bertindak kasar terhadap Bobo.Ketika mereka diminta bermain
dalam sebuah ruangan bersama bobo, anak-anak mulai meniru
bertindak agresif, seperti yang dilihat sebelumnya. Badura
mengidentifikasi tiga konsep dasar dari pembelajaran
observatif, yaitu :
1. Model langsung atau yang melibatkan individu melakukan
sesuatu
2. Model simbolik yang melibatkan karakter fiksi atau
nonfiksi lewat buku, film, program televisi, dan media
online
3. Model instruksi verbal dengan deskripsi serta penjelasan

17
dari sebuah perilaku

18
b. Pengaruh kondisi mental
Bandura juga menekankan bahwa faktor lingkungan bukan
satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap cara manusia
berperilaku. Faktor lain dapat bersumber dari dalam diri
intrinsik anak. Kondisi mental serta motivasi juga turut
menentukan apakah seorang anak mengadaptasi sebuah
perilaku atau tidak. Faktor intrinsik ini bisa berupa rasa
bangga, kepuasan, hingga pencapaian atas target tertentu.
Dengan adanya pemikiran internal dan kognisi, akan membantu
menghubungkan teori pembelajaran sosial dengan kognitif nya.
Teori ini disebut juga teori kognitif sosial.

c. Belajar sesuatu tidak menjamin perubahan perilaku


Ada beberapa beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk
memastikan proses pembelajaran berlangsung efektif, yaitu :
1. Perhatian
2. Retensi
3. Reproduksi
4. Motivasi

D. Teori Etologis

1) Pengertian Teori Etologis


Teori etologi adalah teori yang mengatakan bahwa pada
dasarnya sumber dari semua perilaku sosial ada dalam gen. Ada
insting dalam makhluk untuk mengembangkan perilakunya.
Analogi yang dikemukakan adalah “Genes setting the stage and
society writing the play” . Teori ini memberikan dasar bagi
pemahaman periode kritis perkembangan dan perilaku melekat
pada anak setelah dilahirkan. Kepekaan terhadap jenis
pengalaman pengalaman tertentu pada waktu tertentu selama
masa hidup mempengaruhi individu dengan baik diluar
pengalaman pengalaman itu pertama kali terjadi. Para etologi
yakin bahwa kebanyakan pakar psikologi meremehkan
pentingnya kerangka waktu khusus ini pada awal perkembangan
dan peran yang kuat yang dimainkan evolusi dan landasan
biologis dalam perkembangan.

19
2) Tahap Perkembangan Teori Etologis
Etologi menekankan pada proses psikologis yang berinteraksi
dengan pengalaman.
a. Merespon kepada seseorang.
Tahap ini terjadi pada bayi lahir sampai berusia 3 bulan.

b. Fokus hanya terhadap orang orang yang dikenalnya. Tahap


ini terjadi pada bayi berusia 3 sampai 6 bulan.
Hal ini terjadi karena adanya intensitas aktivitas antara bayi
dan orang orang yang sering berinteraksi dengannya,
sehingga bayi mulai dapat membedakan antara orang yang
dikenal dan yang tidak. Kelekatan yang intens dan pencarian
kedekatan yang aktif terhadap orang orang sekitarnya. Tahap
ini terjadi saat bayi berusia 6 bulan sampai 3 tahun.

c. Menunjukkan tingkah laku persahabatan


Pada tahap ini anak usia 3 tahun sampai akhir masa kanak
kanak akan mulai menunjukkan sikap kelekatan dan
ketertarikan terhadap teman sebayanya dan orang orang yang
baru ditemuinya. Kelekatan seorang anak mengikuti arah
yang serupa dengan proses pencetakan (imprinting) pada
perseorangan. Imprinting adalah proses dimana perseorangan
belajar stimuli pemicu untuk melepaskan insting insting
sosial mereka.

3) Teori Perkembangan Etologis Dalam Pembelajaran


Sebuah teori yang di gunakan dalam mempelajari
perkembangan perilaku dalam psikologi perkembangan. Etologi
menekankan landasan biologis dan evolusioner perkembangan.
Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period)
merupakan konsep kunci. Teori ini di tegakkan berdasarkan
penelitian Konrad Zacharias Lorenz dengan menggunakan
20
angsa.

21
E. Teori Ekologis

1) Pengertian Teori Ekologis


Teori Ekologis merupakan salah satu dari teori psikologi
perkembangan berpendapat bahwa kita akan menghadapi berbagai
lingkungan yang berbeda di sepanjang rentang usia kita yang
dapat mempengaruhi perilaku kita dalam berbagai segi. Ekologi
adalah salah satu cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
pengaruh dari lingkungan kepada makhluk hidup. Asal kata
Ekologi adalah dari ‘Oikos’ yang berarti rumah, habitat atau
tempat hidup serta dari kata ‘Logos’ yang berarti ilmu. Jadi bisa
diartikan secara harfiah bahwa ekologi adalah pengkajian dari
hubungan antara organisme – organisme atau sekelompok
organisme terhadap lingkungannya, mempelajari apa yang terjadi
di alam dan tidak mempelajarinya melalui eksperimen, dan bukan
merupakan bagian dari psikologi eksperimen.

2) Tahap Perkembangan Teori Ekologis


Dalam teori ekologi memandang manusia sebagai hasil dari
interaksi,yang di maksud dengan interaksi ini sendiri ialah
a k ti v i t a s s a l i n g m e m p e n g a r u h i a n t a r k e k u a t a n i n t e r n a l m a u p u n
eksternal. Dalam teori ekologi ini individu dapat mempengaruhi
lingkungan, lingkungan mempengaruhi individu ataupun antara
individu dan lingkungan memang saling mempegaruhi dalam
interaksi satu sama lain sehingga mengalami perubahan atau
perkembangan. Dalam teori ini juga membahas tentang
p e n ti n g n y a d i m e n s i m i k r o d a n m a k r o l i n g k u n g a n d i m a n a a n a k
hidup.

22
3) Teori Perkembangan Ekologis Dalam Pembelajaran
Hal terpenting dalam teori ekologi Brofenbenner adalah bahwa
pengkajian perkembangan anak dari subsistem manapun, harus
berpusat pada anak, artinya pengalaman hidup anak yang
dianggap menjadi penggerak utama bagi perkembangan karakter
dan habitnya di kemudian hari. Bronfenbrenner menyebutkan
adanya lima sistem lingkungan berlapis yang saling berkaitan,
yaitu :
a. Mikrosistem
Mikrosistem merupakan lingkungan yang paling dekat pada
pribadi anak yaitu meliputi keluarga, guru, teman sebaya,
lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan hal
sehari hari lainnya.

b. Mesosistem
Mesosistem mencakup interaksi di antara mikrosistem di
mana masalah yang terjadi dalam sebuah mikrosistem akan
berpengaruh pada kondisi mikrosistem yang lainnya.
Misalkan dalam proses pendidikan, pengalaman apapun yang
didapatkan anak dari rumah akan ikut mempengaruhi kondisi
anak di sekolah baik secara langsung maupun tidak. Sebagai
contoh, ada tidaknya dukungan atau perhatian keluarga
terhadap kebutuhan literasi tentunya akan mempengaruhi
kinerja anak di sekolah. Sebaliknya, dukungan sekolah dan
keluarga akan mempengaruhi sejauh mana anak menghargai
pentingnya literasi.

c. Ekosistem
Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar di mana
anak tidak terlibat interaksi secara langsung, akan tetapi
dapat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak.
Contohnya, jam kerja orang tua yang bertambah

23
menyebabkan anak kehilangan interaksi dengan orangtuanya
yang akan mempengaruhi perkembangan anak. Sedangkan
eksosistem secara tidak langsung yang dapat berpengaruh
pada pribadi anak adalah koran, televisi, dokter, keluarga
besar, dan lain lain.

d. Makrosistem
Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan
anak yang terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi,
agama, hukum, adat istiadat, budaya, nilai masyarakat
secara umum, dan lain lain.

e. Kronosistem.
Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke
waktu besertacaranya mempengaruhi perkembangan dan
perilaku. Contohnya perkembangan teknologi seperti
internet dan gadget, membuat anak mahir, nyaman, dan
terbiasa menggunakannya untuk pendidikan maupun hiburan.

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan kepada


perubahan- perubahan dan perkembangan struktur jasmani
(biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai
tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang
kematian. Teori perkembangan sangat mempengaruhi
perkembangan diri seorang individu, kalau baik perkembangan
baiklah individu tersebut.
Teori perkembangan meliputi :
1. Teori Kognitif
2. Teori Psikoanalisis
3. Teori Sosial
4. Teori Etologis
5. Teori Ekologis

B. SARAN

Kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang


sifatnya membangun, untuk menyempurnakan makalah ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Artikel Tahapan Perkembangan Anak menurut Ahli Psikoanalisa


Sigmund Freud. – kumparanMOM.
2. Artikel “Teori Etologi dalam Psikologi Perkembangan” -
DosenPsikologi.com.
3. Artikel "Teori Ekologi dalam Psikologi Perkembangan Anak" -
Kompasiana.com.
4. Artikel “Teori Kepribadian Sigmund Freud’ - kompas.com
5. www.google.com

26

Anda mungkin juga menyukai