Makalah Kemuhammadiyahan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

“Tiga pilar dakwah muhammadiyah”

Disusun Oleh :

 Putri Ami widya 1904034017


 Puteri balquist C.H 1904034021
 Rinarti 1904034015

Dosen Pembimbing :
Anang Rohwiyono, M.Ag

D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Kemuhammadiyahan, dengan judul : “Tiga pilar
dakwah muhammadiyah”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Jakarta, November 2021

Penyusun

Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Gerakan sosial Muhammadiyah telah menetapkan prinsip bahwa setiap islam harus
menjalin persaudaraan dan kebaikan sesama serta menujukkan sikap-sikap sosial yang
didasarkan pada prinsip menjunjung tinggi nilai kehormatan manusia.

Ketika pertama kali didirikan tahun 1912, Muhammadiyah adalah sebuah Gerakan sosial
keagamaan yang tidak hanya terilhami oleh kenyataan tidak murninya praktikan ajaran islam di
tanah air. Di luar persoalan ini, sebenarnya Muhammadiyah juga lahir karena terdapat kondisi
sosial yang sangat timpang. Dualisme Pendidikan contohnya,Pendidikan Belanda yang secular
untuk kaum priyayi dan anak-anak Belanda dan Pendidikan pesantren yang sangat tradisional
untuk penduduk pribumi dan rakyat jelata. Disinilah akan nampak diperumkaan ketimpangan
sosial yang terjadi dimasyarakat dan disini pula Muhammadiyah akan muncul dipermukaan
sebagai penyeimbang dan pemberi solusi menghadapi ketimpangan tersebut.

Tafsir sosial yang dilakukan Ahmad Dahlan atas semua persoalan pada masanya sangat
lugas, penerjemahan teks-teks Al-quran ke dalam praksis sosial dilakukan oleh Ahmad Dahlan
tidak banyak berteori, sehinggasementara pengamat menggolongkannya sebagai mam of
action dan bukan of thought. Sampai batas-batas tertentu, ungkapan ini tentu ada benarnya.

Secara lebih mendasar apa yang dilakukannya bukan berarti tanpa refleksi kritis dan
mendalam terhadap kondisi yang dihadapi. Refleksi kritis terhadap realitas sosial yang terjadi
dan kemudian mencari solusi yang tepat untuk mengentaskannya, inilah yang belakangnya
menjadi sebuah semangat baru dalam ilmu sosial . sehingga teori sosial kritis yang belakangan
ini banyak diintrodusir, dianggap perlu dipertimbangan sebagai sebuah pendekatan baru dalam
metode tafsir sosial Muhammadiyah perspekstif budaya

Muhammadiyah mengambil posisi pada dominan sosial yang sangat universal.


Penerjemah teks-teks al-quran menjadi praktis sosial yang memihak merupakan sebuah ciri
penting Muhammadiyah masa awal. Tidak seorangpun yang bisa mengingkari kenyataan bahwa
Muhammadiyah lahir pada pemihakan yang luar biasa terhadap realitas sosial yang terwujud
dalam kemiskinan,ketindasan,kurang atau rendahnya pendididkan

Selama bertahun-tahun lamanya semangat ini menjadi spirit utama Gerakan


Muhammadiyah sehingga kehadiran Muhammadiyah sebagai sebuah mesin yang mampu
melakukan transformasi sosial mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari berbagai kalangan.
Kuntowijoyo bahkan meyakini bahwa sulit dibayangkan akan lahir kelas-kelas sosial baru dalam
masyarakat Indonesia, jika Muhammadiyah tidak hadir dengan menawarkan modernisasi
system pendididkan di Indonesia yang dualistic. Yang dengan tanpanya justru akan
melanggengkan ketimpangan sosial.

I. 2 Rumusan Masalah

I. 3 Tujuan Makalah
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 perbandingan efektifitas dakwah mimbar dengan dakwah institusional


Islam adalah agama dakwah yang berisi tentang petunjuk-petunjuk agar manusia secara
individual menjadi manusia yang beradap, berkualitas dan selalu berbuat baik sehingga mampu
membangun sebuah peradaban dan maju untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang
adil,maju,bebas dari ancaman, penindasan dan berbagai kekhawatiran

a. Dakwah mimbar
Sudah sejak abad yang lampau istilah dakwah dalam agama dikenal sebagai media
trategis penyampaian paham keislaman, hingga tersebutlah bahwa islam adalah agama dakwah
sehingga saat ini istilah dakwah sudah sangat dikenal dikalangan masyarakat baik muslimin
maupun non muslim. Pada hakikatnya dakwah islam merupakan aktualisme Imani yang
dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusai beriman, dalam bidang kemasyarakatan
yang dilaksanakan secara teratur untuk memengaruhi cara merasa,berfikir,bersikap dan
bertindak.

Namun demikian yang sering kita jumpai sekarang bahwa istilah dakwah oleh
kebanyakan orang diartikan hanya sebatas pengajian ceramah, khutbah atau mimbar (karena
dilakukan dari mimbar ke mimbar) seperti hal yang dilakukan oleh para mubaligh,ustadz,atau
khatib. Dakwah atau yang kita sebut sebagai dakwah mimbarsering diartikan sebagai sekedar
ceramah dalam arti sempit sehingga dampak dan mempengaruhi juga hanya pada kalangan
komunitas masyarakat setempat atau daerah sekitarnya saja tidak menjangkau lapisan
masyarakat yang lebih luas lagi.

Dakwah mimbar berupa ceramah lebih banyak diwarnai oleh karakteristik penceramah
dalam suati aktivitas dakwah. Pelaksaan dakwah mimbar sebagai salah satu contoh metode
paling banyak digunakan oleh instansi pemerintah maupun swasta, diantaranya melalui
radio,televisi,media-media online maupun dakwah secara langsung.

Dakwah mimbar bisa sangat efektif dan efesien apabila

1. Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak


2. Penceramah adalah orang yang ahli berceramah dan berbicara
3. Sebagai syarat dan rukun ibadah (seperti pada sholat jumat)
4. Metode yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi objek dakwah
Untuk memberikan kondisi umat islam yang baik, baik secara individu maupun komunitas
masyarakat yang lebih luas, maka aktivitas dakwah dituntut untuk menggunakan metode
berdakwah yangtepat dan efektif, oleh karenanya diperlukan strategi dan metode dakwah yang
sistemis terencana,terarah,dan tak ketinggalan terevaluasi dari kegiatan dakwah yang
dilakukan,maka saat ini sangat diperlukan media dakwah yang terorganisir dengan baik berupa
instusi-instusi dakwah.

b. Dakwah institusional
Tentunya dakwah mimbar lebih dulu dikenal di masyarakat luas harus karena dilakukan
dari mimbar ke mimbar seperti mimbar khutbah jumat, sebelum dikenal dakwah yang lebih
sistematis,terarah dan terencana sebagaimana dilakukakan oleh organisasi-organisasi dakwah
kontemporer. Dahulu dakwah dilakukan lebih banyak dilakukan secara individual oleh para da’I
mubaligh dan muballighah. Lembaga dakwah diantaranya seperti persyarikatan
Muhammadiyah,Nahdlatul ulama dan organisasi dakwah lainnya kemudian berdiri sebagai
sebuah Lembaga dakwah institusional modern. Namun kesadaran kolektif masyarakan pada
organisasi-organisasi dakwah tersebut dirasakan sangat memprihatinkan karena minimnya akses
informasi ditambah keengganan untuk berorganisasi disebabkna padatnya kesibukan-kesibukan
untuk memenuhi hajat hidup. Majelit-majelis taklim atau Lembaga-lembaga dakwah kurang
diminati oleh masyarakat umumnya pada decade tahun 90-an,karena kuranya kesadaran kolektif
dalam berdakwah.

Fenomena yang menarik pada dasawarsa terkahir ini seiring dengan berjalannya waktu dan
iptek yang berkembang dengan pesatnya yang ditandai dengan hadirnya media-media
elektronik,seperti computer,handphone,android,dan internet/media online,hampir tidak ada jarak
untuk berkominukasi bagi manusia satu dengan manusia yang lainnya. Organisasi-organisasi
dakwah institusional belakangan ini menjadi sebuah keadaan kolektif menampakkan
eksitensinya di masyrakat. Contoh kasus salah satunya adalah majelis taklim. Majelis taklim
merupakan organisasi dakwah yang sedang tumbhu dan berkembang di Indonesia. Hal ini terjadi
bukan hanya kesadaran kolektif umat islam tentang pentingnya mempelajari ilmu agama dalam
kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara terorganisir, teratur dan sistemik, lebih dari itu,
majelis taklim telah menjadi suatu wadah yang dapat membina keakraban diantara sesame
jamaanya,kemudian kesadaran kolektif ini biasanya disebut di Kalangan muhammdiyah sebagai
komintas/jamaah dakwah komunitas/dakwah jamaah.

Komunitas atau jamaah dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik diperkotaan dan di
pedesaan maupun Kawasan lain berkembang pesat dan dinamis sering dengan perkembangan
zaman yang menjadi hukum kehidupan. Komunitas (jamaah) sebagai kelompokk-kelompok
sosial umum yang dimiliki identitas heterogen maupun kelompok-kelompok sosial khusus yang
dimiliki identitas yang homogen dalam masyarakat di berbagai struktur dan lingkungan
kehidupan merupakan sasaran dakwah yang harus mejadi perhatian muhammdiyah dalam system
gerakannya,terutama Ketika gerakan islam ini memasukiabad kedua.
Melalui dakwah komunitas sebagai pengembangan modal dakwah pencerahan yang
berbasis gerakan jamaah maka seluruh usaha,program,dan aktivitas Muhammadiyah dalam
berbagai aspeknya sebagai salah satu gerakan dakwah institutional dapat membawa perubahan
yang bersifat membebaskan,memberdayakan,dan memajukan kehidupan umat manusia
keseluruhan sebagai wujud aktialisasi misi dakwah dan tajdid yang menyebarkan risalah
“Rahmatan lil ‘alamin”.

11.2 Pilihan pendidikan,Kesehatan, dan ekonomi sebagai strategi kebudayaan


Persyaratan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam Amar Mkaruf Nahi Munkar
menyadari sepenuhnya bahwa negara Indonesia meruapakan tempat menjalankan misi dakwah
dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Karena sebagaimana
terkandung dalam butir ke lima matan dan keyakinan cita-cita hidup Muhammadiyah (MKCH)
tahun 1969, “Muhammadiyah mengajak segenap lapisan banfsa Indonesia untuk Bersama-sama
mebangun suatu negara yang adil Makmur yang di ridhai Allah SWT.

Muhammadiyah sebagai gerakan islam mengembun misi dakwah dan tajdid mampu
bertahan dan berkiprah satu abad lebih antara lain karena bergerak aktif dalam mebangun
masyarakat di basis jamaah atau komunitas. Keberadaan Muhammadiyah di ranah komunitas
(jamaah) menjadi kuat karena membawa misi dakwah dan tajdid yang menyebarluaskan usaha-
usaha kemajuan yang dirasakan langsung masyarakat.

Persyarikatan Muhammadiyah yang dalam pergerakannya memiliki orak dasar sebagai


pijikan untuk mecapai tujuan yang dicita-citakan yaitu “menegakkan dan menjunjung tinggi
agama islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya”, corak dasar yang
kemudian dikenal sebagai “ Tiga Pilar Muhammadiyah”, tanpa ketiga pilar ini Muhammadiyah
sulit untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.

Pilar pertama, yaitu Pendidikan. Pendidikan menurut Tanfids keputusan musyawarah


nasional tarjih XXVIII, Palembang dikatakan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi
manusia sejak lahir menuju terbentuknya manusia seutuhnya yaitu mempunyai kepribadian
paripurna. Manusia lahir dalam keadaan lemah tetapi membawa potensi-potensi tersebut meliputi
potensi tauhidiyyah, ‘abdiyyah,khalifiyyah,’aqqliyyahdan jasadiyyah,yang selanjutnya akan
menjadi kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan yang harus dipenuhi melalui proses Pendidikan.

Pilar kedua, yaitu Kesehatan, Kesehatan meruapakan factor yang amat penting dalam
menunjang setiap aktivitas hidup dan kehidupan tidak terkecuali bagi keberlangsungan dakwah
yang meruapakan bagian dari aktivitas hidup dan kehidupan tersebut. Hidup sehat mutlak
diperlukan karena Kesehatan termasuk salah satu unsur agar manusia dapat hidup Bahagia di
dunia dan akhirat. Sebagaimana firman allah dalam surat al-qashash (28):27
‫هّٰللا‬ ‫وا ْب َتغ ِف ْيمٓا ٰا ٰتى هّٰللا‬
ُ ‫ك م َِن ال ُّد ْن َيا َواَحْ ِس نْ َك َم ٓا اَحْ َس َن‬ َ ‫س َنصِ ْي َب‬َ ‫ار ااْل ٰ خ َِر َة َواَل َت ْن‬
َ ‫ك ُ ال َّد‬ َ َ ِ َ
‫ض ۗاِنَّ هّٰللا َ اَل ُيحِبُّ ْال ُم ْفسِ ِديْن‬
ِ ْ‫ْك َواَل َتب ِْغ ْال َف َسادَ فِى ااْل َر‬
َ ‫ِا َلي‬
”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung
akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baik sebagaimana allah telah berbuat bsik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Karena sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-
Qashash 77)”

Sehat adalah suatu keadaan seimbang antara jiwa dan raga jasmani dan rohani, sosial
serta bebas dari penyakit, kelemahan maupun cacat. Sehat jiwa raga,jasmani dan rohani sosial
serta bebas dari penyakit,kelemahan maupun cacat. Sehat jiwa raga adalah suatu keadaan alat-
alat tubuh yang berfungsi secara baik sehingga seseorang dapat melaksanakan semua kegiatan
tanpa hambatan. Dalam hal ini seirang kader harus benar-benar dan dituntut dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani dalam setiap kegiatan dakwahnya.

Pilar ketiga, yaitu ekonomi, kekurangan dari segi ekonomi (kemiskinan) juga dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas iman. Dalam hal ini nabi menuntutkan agar dihindarkan
dari kefakiran yang akan dapat menjerumuskan kepada kekafiran. Sebagaimana sabda Nabi
SAW

‫ و اعوذ بك من عدا ب القبر‬.‫اللهم اني ا عوذبك من الكفر و الفقر‬


“ ya allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari kekufuran dan kekafiran. Aku
berlindung kepadamu dari siksa kubur (HR.Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42)”

II.3 Arah dan strategi pendidikakesehatan dan ekonomi Muhammadiyah

Cita-cita pendidiksn Muhammadiyah adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu


tampil sebagai “ulama intelek” yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu
yang luas,kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua system Pendidikan
tersebut,, Ahmad dahkan mekaukan dua Tindakan sekaligus memberikan pelajaran agama
disekolah-sekolah belanda yang secular,dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri,dimana agama
dan pengetahuan umum Bersama-sama diajarkan. Kedua Tindakan itu, sekarang sudahh menjadi
fenomena umum, yang awal Ahmad Dahlan dianggap sudah kafir dan murtad Ketika mencoba
mengadopsi system pengajaran barat ini.
Namun ide Ahmad Dahlan tentang model Pendidikan integralistik yang mampu
melahirkan ulama intelek masih terus dikembangkan. System Pendidikan integralistik inilah
sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan
waktu,masalah tehnis Pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu Pendidikan
atau psikologi perkembangan.

Dalam rangka menjamin kelangsungan sekolahan yang ia dirikan, maka atas saran murid-
muridnya Ahmad Dahlan akhirnya mendirirkan penyarikatan Muhammadiyah tahun 1912.
Metode pembelajaran yang dikembangkan Ahmad Dahlan bercorak kontekstual melalui proses
penyadaran. Dan ini semua penuh dengan kerja keras dan pengorbanan yang tiada mengenal kata
berhenti.

Hari itu disuatu siang, KH.Ahmad Dahlan memukul kentongan mengundang penduduk
kauman ke rumahnya. Penduduk kauman berduyun-duyun kerumahnya. Setelah banyak orang
berkumpul di rumah beliau, Ahmad Dahlan menyampaikan bahwa “kas Muhammadiyah
kosong,sementara guru-guru Muhammadiyah belum di gaji. Muhammadiyah memerlukan uang
kira-kira 500 gulden untuk menggaji guru,karyawan,dan membiayai sekolah Muhammadiyah”
karena itu Ahmad Dahlan menyatakan melelang seluruh barang0barang yang ada dirumahnya.
Pakaian,lemari,meja,kursi,tempat tidur,jam dinding,jam berdiri,lampu-lampu,dan lain-lain.
Singkatnya beliau melelang untuk membiayai sekolah Muhammadiyah.

Para penduduk kauman saat itu terheran-heran setelah mendengar penjelasan Ahmad
Dahlan. Murid-murid beliau yang ikut pada pengajian tharatul qulub sangat terharu melihat
pengorbanan gurunya, dan mereka saling berpandangan satu sama lain, singkat cerita penduduk
kauman dan kelompok pengajian tharatul qulub tersebut membeli barang yang dilelang. Ada
yang membeli jasnya,ada yang membeli sarungnya dan sebagainya. Dalam waktu singkat semua
barang milik Ahmad Dahlan habis terlelang dan terkumpul uang lebih dari 4.000 gulden.
Anehnya setelah selesai lelangan itu tidak ada seorangpun yang membawa barang-barang
tersebut, mereka lantas pamit menuju pulang kerumah masing-masing.

Tentu saja Ahmad Dahlan heran, mengapa mereka tidak mau membawa barang-barang
yang sudah dilelang. KH.A Dahlan berseru “saudara-saudara, silahkan barang-barang yang
sudah sampeyan lelang itu saudara bawa pulang, atau nanti saya antar?” jawab mereka “Tidak
usah Kiai” lalu uang yang terkumpul ini bagaimana?” Tanyaa Ahmad Dahlan. Kata seorang dari
mereka, “ya untuk Muhammadiyah. Iya tapi kebutuhan Muhammadiyah hanya sekitar 500
gulden, ini dana yang terkumpul lebih dari 4000 gulden. Lalu sisanya bagaimana? Tanya beliau.
Jawab orang itu “ ya biar dimasukkan saja ke kas muhammdiyah”. Itulah sekelumit perjuangan
dan cita-cita Ahmad Dahlan dalam memajukan Pendidikan muhammdiyah.

Pada awal perkembangannya,tujuan yang diprogramkan muhammdiyah adalah


penyebarkan pelajaran agama nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera residensi
Yogyakarta dan memajukan agama kepada ahli-ahlinya. Tujuan itu terungkap dalam-dalam
usaha untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam yang sebenar-benarnya. Dan pada
prinsipnya,sebagaimana dikemukakan Deliar Noer,bahwa bagi muhammdiyah masalah pokok
adalah pembinaan umat yang diridhai Allah SWT.

Tujuan yang dirumuskan nilai dengan kondisi dan kebutuhan umat islam pada masa itu,
terutama di Yogyakarta dan sekitarnya. KH Ahmad Dahlan melalui pengamatannya yaitu
mengembalikan umat islam kepada ajarannya yang murni. Usaha dan pemurnianakan lebih
efektif dilakukan dengan mengadakan pembaharuan dibidang Pendidikan. Pada tahun 1977
dirumuskan tujuan Pendidikan Muhammadiyah secara umum “ terwujudnya manusai muslim
yang berakhlak mulis,cakap,percaya pada diri sendiri,berguna bagi masyarakat dan negara”.
Beramal menuju terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Memajukan dan
memperkembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk pembangunan dan msyarakat
negara republic Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

II.4 Hasil dan manfaat dakwah Muhammadiyah di bidang Pendidikan,Kesehatan dan


ekonomi

Dalam dunia pendidikan Muhammadiyah telah melakukan aktivitasnya dalam bentuk


mendirikan sekolah, madrasah dan pesantren dengan memasukkan kurikukulum pendidikan dan
pengajaran ilmu pengetahuan umum dan modern. Lembaga pendidikan yang rikan di atas dikelola
dalam bentuk amal usaha dengan peenggaraannya dibentuk sebuah majelis dengan nama majelis
pendidikan dasar dan menengah, secara vertikal mulai dari Pimpinan Pusat sampai ketingkat Ranting.

Abdul Mu'ti mengungkapkan dengan pemikirannya bahwa pendidikan Muhammadiyah didirikan


dan dilandasi atas motivasi teologis bahhwa manusia akan mampu mencapai derajat keimanan dan
ketakwaan yang sempurna apabila mereka memiliki kedalam pengetahuan. Motivasi teologis inilah
menurut Mu'ti, yang mendorong ong kiai Ahmad Dahlan menyelenggaraakan pendidikan di emperan
rumahnya dan memberikan pelajaran agama ekstrakulikuler di OS-VIA dan kweekschool

Pada aspek yang berbeda. Muhammad Azhar melihat pendidikan yang diselenggarakan oleh
Muhammadiyah pada aspek burhani yakni sebuah lembaga pendidikan lebih banyak melahirkan output
ketimbang outcome, aspek irfani yakni pendidikan Muhammadiyah yang bercirikan nasionalitas dan
materialitas-birokratik, aspek bayani, yakni pendidikan Muhammadiyah yang model pengajarannya
menjadi terasa kering, mengingat paradigma pergerakan Muhammadiyah yang modernis.

1. Peran Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan

Muhammadiyah sudah berkomitmen sejak dulu untuk terus mengembangkan dan memajukan
pendidikan di Indonesia. Sosok Kiai Ahmad Dahlan memang sudah sangat peduli dan perhatian dengan
pendidikan. Ia begitu peduli dengan nasib anak-anak disekitarkauman yang tidak pernah mengenyam
pendidikan. Dengan kecerdasannya maka lambat laun ia mampu merintis sistem pendidikan modern
yang mengkombinasikan ilmu pengetahuan umum dan agama. Ia kemudian mendirikan sekolah
madrasah ibtidaiyah diniyah yang pertama di kauman
Semangat untuk terus mengembangkan dan memajukan pendidikan di Indonesia ini kemudian
diteruskan oleh para kader Muhammadiyah dengan terus mendirikan lembaga pendidikan yang
berkualitas dan memiliki infrastruktur yang bagus dan memadai. Sehingga muhammadiyah ikut
membantu pemerintah dalam rangka mencapai masyarakat yang berpendidikan yang bebas dari
kemiskinan.

Dengan kuantitas lembaga pendidikan yang sudah dimiliki Muammadiyah tersebut,


Muhammadiyah terus mengembangkan bentuk inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan ini agae
peserserta didiknya mampu menjawab tantangan zaman. Saat ini sudah ada lembaga pendidikan yang
sudah mapan, namun ada juga yang belum. Untuk itu yang masih membutuhkan perhatian lebih dari
Muhammadiyah untuk terus mengembangkan dan memajukannya.

2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan dalam Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk
menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai
kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Adapun tujuannya yaitu:

1) Pada waktu pertama kali berdiri tujuannya adalah menyebarkan ajaran kanjeng Nabi
Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera didalam residenan Yogyakarta menunjukkan
hal agaama Islam kepada anggotanya.
2) Setelah Muhammadiyah berdiri dan menyebar keluar Yogyakararta menjadi memajukan dan
menggembirakan pengajaran danmemajukan agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
Pada tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan Muham-madiyah secara umum
berbunyi:

(1) Terwujudnya manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap,percaya pada diri sendiri,
berguna bagi masyrakat dan negara. Beramal menuju terwujudnya masyrakat Islam yang
sebenar-benarnya.

(2) Memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk


pembangunan dan masyarakat negara republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang Undang Dasar 1945. Dengan demikian pendidikan perlu menentukan tujuan yang ingin
dicapai, sehingga mudah diarahkan dan dievaluasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Adapun dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus mengembangkan
layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk kepedulian. Balai-balai pengobatan seperti Rumah Sakit
yang pada masa berdirinya Muhammadiya bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat), kini mulai
meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan Profl dan Direktori Amal Usaha
Muhanmadiyah dan Aisyiyah BidangKesehatan pada tahun 1997 sebagai berikut:

(1) Rumah Sakit berjumlah 72

(2) Rumah Bersalin berjumlah 85


(3) BKIA berjumlah 504 dan Balai Kesehatan Masyarakat 115

(4) Balai Pengobatan berjumlah 846

(5) Apotek dan KB berjumlah 4

Dari Amal Usaha Bidang Kesehatan ini akan bertambah terus,

sesuai dengan perkembangan balai-balai kesehatan di atas, seperti

Rumah Sakit saat ini harus memiliki dan mengelola Apotik mandiri.

.em Mocohatan dan Ekonomi

Anda mungkin juga menyukai