Anda di halaman 1dari 32

Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)

TABEL PERBANDINGAN:
UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS
DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004
TENTANG JABATAN NOTARIS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004
KETERANGAN
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS
TENTANG JABATAN NOTARIS
Pasal I Pasal 1
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 30 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran 1. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. berdasarkan undang-undang lainnya. Tugas Notaris
Nomor 4432) diubah sebagai berikut: 2. Pejabat Sementara Notaris adalah seorang yang untuk Pengganti Khusus adalah membuat akta tertentu
sementara menjabat sebagai Notaris untuk sebagaimana yang disebutkan dalam surat penetapannya
1. Ketentuan Pasal 1 angka 1, angka 2, angka 5, angka menjalankan jabatan Notaris yang meninggal dunia, sebagai Notaris karena hanya ada seorang Notaris di satu
6, angka 7, angka 8, angka 9, angka 10, angka 11, diberhentikan, atau diberhentikan sementara. kabupaten tersebut. Sementara itu, UUJN melarang Notaris
angka 12, angka 13, dan angka 14 diubah, serta 3. Notaris Pengganti adalah seorang yang untuk yang bersangkutan untuk membuat akta yang dimaksud
angka 4 dihapus sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai sementara diangkat sebagai Notaris untuk dalam surat penetapan itu. Sehingga berdasarkan UUJN
berikut: menggantikan Notaris yang sedang cuti, sakit, atau perubahan tidak ada lagi Notaris yang membuat akta
untuk sementara berhalangan menjalankan jabatannya tertentu untuk dirinya sendiri dengan alasan hanya satu
Pasal 1 sebagai Notaris. Notaris yang ada di wilayah jabatannya.
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 4. Notaris Pengganti Khusus adalah seorang yang
1. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang diangkat sebagai Notaris khusus untuk membuat akta
untuk membuat akta autentik dan memiliki tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam penetapannya sebagai Notaris karena di dalam satu
Undang-Undang ini atau berdasarkan undang- daerah kabupaten atau kota terdapat hanya seorang
undang lainnya. Notaris, sedangkan Notaris yang bersangkutan
2. Pejabat Sementara Notaris adalah seorang yang menurut ketentuan Undang-Undang ini tidak boleh
untuk sementara menjabat sebagai Notaris untuk membuat akta dimaksud.
menjalankan jabatan dari Notaris yang meninggal 5. Organisasi Notaris adalah organisasi profesi jabatan
dunia. Notaris yang berbentuk perkumpulan yang berbadan
3. Notaris Pengganti adalah seorang yang untuk hukum.
sementara diangkat sebagai Notaris untuk 6. Majelis Pengawas adalah suatu badan yang
menggantikan Notaris yang sedang cuti, sakit, atau mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk
untuk sementara berhalangan menjalankan melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
jabatannya sebagai Notaris. Notaris.
4. Dihapus. 7. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
5. Organisasi Notaris adalah organisasi profesi jabatan di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang
Notaris yang berbentuk perkumpulan berbadan ditetapkan dalam Undang-Undang ini.
hukum. 8. Minuta Akta adalah asli Akta Notaris.
6. Majelis Pengawas Notaris yang selanjutnya disebut 9. Salinan Akta adalah salinan kata demi kata dari
Majelis Pengawas adalah suatu badan yang seluruh akta dan pada bagian bawah salinan akta
mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk tercantum frasa "diberikan sebagai salinan yang sama
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap bunyinya".
Notaris. 10. Kutipan Akta adalah kutipan kata demi kata dari satu
7. Akta Notaris yang selanjutnya disebut Akta adalah atau beberapa bagian dari akta dan pada bagian bawah
akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan kutipan akta tercantum frasa "diberikan sebagai
Notaris menurut bentuk dan tata cara yang kutipan ".
ditetapkan dalam Undang-Undang ini. 11. Grosse Akta adalah salah satu salinan akta untuk
8. Minuta Akta adalah asli Akta yang mencantumkan pengakuan utang dengan kepala akta "DEMI
tanda tangan para penghadap, saksi, dan Notaris, KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
yang disimpan sebagai bagian dari Protokol YANG MAHA ESA", yang mempunyai kekuatan
Notaris. eksekutorial.
9. Salinan Akta adalah salinan kata demi kata dari 12. Formasi Jabatan Notaris adalah penentuan jumlah
seluruh Akta dan pada bagian bawah salinan Akta Notaris yang dibutuhkan pada suatu wilayah jabatan
tercantum frasa "diberikan sebagai SALINAN yang Notaris.
sama bunyinya". 13. Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen yang
10. Kutipan Akta adalah kutipan kata demi kata dari merupakan arsip negara yang harus disimpan dan
satu atau beberapa bagian dari Akta dan pada dipelihara oleh Notaris.
bagian bawah kutipan Akta tercantum frasa 14. Menteri adalah Menteri yang bidang tugas dan
"diberikan sebagai KUTIPAN". tanggung jawabnya meliputi bidang kenotariatan.
11. Grosse Akta adalah salah satu salinan Akta untuk
pengakuan utang dengan kepala Akta "DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA", yang mempunyai kekuatan
eksekutorial.
12. Formasi Jabatan Notaris adalah penentuan jumlah
Notaris yang dibutuhkan pada suatu
kabupaten/kota.
13. Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen yang
merupakan arsip negara yang harus disimpan dan
dipelihara oleh Notaris sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
14. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum.
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)

2. Ketentuan Pasal 3 huruf d dan huruf f diubah,


serta ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf h
sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3 Pasal 3 Magang selama 12 bulan (Pasal 3 huruf f UUJN)


Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris sebagaimana merupakan salah satu syarat yang mesti dipenuhi untuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah: dimaksud dalam Pasal 2 adalah: menjadi Notaris. Dengan alasan untuk meningkatkan
a. warga negara Indonesia; a. warga negara Indonesia; kualitas kandidat Notaris. Dalam Perubahan UUJN, masa
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; magang diganti menjadi 24 bulan (2 tahun).
c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun; c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun;
d. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan d. sehat jasmani dan rohani;
surat keterangan sehat dari dokter dan psikiater; e. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua
e. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata kenotariatan;
dua kenotariatan; f. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja
f. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah sebagai karyawan Notaris dalam waktu 12 (dua belas)
bekerja sebagai karyawan Notaris dalam waktu bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa
paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris
berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa setelah lulus strata dua kenotariatan; dan
sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris g. tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara,
setelah lulus strata dua kenotariatan; advokat, atau tidak sedang memangku jabatan lain
g. tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap
negara, advokat, atau tidak sedang memangku dengan jabatan Notaris.
jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang
untuk dirangkap dengan jabatan Notaris; dan
h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)

3. Ketentuan ayat (1) Pasal 7 diubah serta ditambah 1


(satu) ayat, yakni ayat (2) sehingga Pasal 7 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 7 Pasal 7 Mengenai kewajiban Notaris pasca pengambilan


(1) Dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak sumpah/janji jabatan tidak dilaksanakan, maka Pasal 7 ayat
terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah/janji tanggal pengambilan sumpah/janji jabatan Notaris, yang (2) UUJN perubahan dengan tegas mengenakan sanksi
jabatan Notaris, yang bersangkutan wajib: bersangkutan wajib: kepada Notaris berupa peringatan tertulis; pemberhentian
a. menjalankan jabatannya dengan nyata; a. menjalankan jabatannya dengan nyata; sementara; pemberhentian dengan hormat; atau
b. menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan b. menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan pemberhentian dengan tidak hormat
Notaris kepada Menteri, Organisasi Notaris, dan Notaris kepada Menteri, Organisasi Notaris, dan
Majelis Pengawas Daerah; dan Majelis Pengawas Daerah; dan
c. menyampaikan alamat kantor, contoh tanda c. menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan,
tangan, dan paraf, serta teraan cap atau stempel dan paraf, serta teraan cap/stempel jabatan Notaris
jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri berwarna merah kepada Menteri dan pejabat lain
dan pejabat lain yang bertanggung jawab di yang bertanggung jawab di bidang agraria
bidang pertanahan, Organisasi Notaris, Ketua pertanahan, Organisasi Notaris, ketua pengadilan
Pengadilan Negeri, Majelis Pengawas Daerah, negeri, Majelis Pengawas Daerah, serta bupati atau
serta Bupati/Walikota di tempat Notaris walikota di tempat Notaris diangkat.
diangkat.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
pemberhentian dengan tidak hormat.
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)

4. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf d diubah dan


ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf e sehingga
Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 9 Pasal 9 Dalam hal pemberhentian sementara tersebut, dilakukan


(1) Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya (1) Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas. Ketentuan dalam
karena: karena: Pasal 9 tersebut (mengenai pemberhentian sementara
a. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban a. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban Notaris dalam jabatannya), menurut Penulis sangat penting
pembayaran utang; pembayaran utang; untuk diterapkan, hal ini agar dapat mengangkat harkat,
b. berada di bawah pengampuan; b. berada di bawah pengampuan; martabat, serta menjaga peranan luhur dari jabatan Notaris.
c. melakukan perbuatan tercela; c. melakukan perbuatan tercela; atau
d. melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan d. melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan
larangan jabatan serta kode etik Notaris; atau larangan jabatan.
e. sedang menjalani masa penahanan. (2) Sebelum pemberhentian sementara sebagaimana
(2) Sebelum pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan, Notaris diberi
dimaksud pada ayat (1) dilakukan, Notaris diberi kesempatan untuk membela diri di hadapan Majelis
kesempatan untuk membela diri di hadapan Majelis Pengawas secara berjenjang.
Pengawas secara berjenjang. (3) Pemberhentian sementara Notaris sebagaimana
(3) Pemberhentian sementara Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Menteri atas
dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat.
usul Majelis Pengawas Pusat. (4) Pemberhentian sementara berdasarkan alasan
(4) Pemberhentian sementara berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku paling lama 6 (enam) bulan.
huruf d berlaku paling lama 6 (enam) bulan.

5. Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Ketentuan mengenai cuti Notaris diatur tersendiri pada
Pasal 11 Pasal 11 Peraturan Menteri.
(1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara wajib (1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara wajib
mengambil cuti. mengambil cuti.
(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku (2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
selama Notaris memangku jabatan sebagai pejabat selama Notaris memangku jabatan sebagai pejabat
negara. negara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai cuti Notaris (3) Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih menunjuk Notaris Pengganti.
lanjut dengan Peraturan Menteri. (4) Apabila Notaris tidak menunjuk Notaris Pengganti
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Majelis
Pengawas Daerah menunjuk Notaris lain. untuk
menerima Protokol Notaris yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan Notaris yang diangkat
menjadi pejabat negara.
(5) Notaris yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) merupakan pemegang sementara Protokol
Notaris.
(6) Notaris yang tidak lagi menjabat sebagai pejabat
negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan kembali jabatan Notaris dan Protokol
Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diserahkan kembali kepadanya.

6. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 15 diubah


sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 15 Pasal 15 Pasal 15 tersebut mengatur mengenai kewenangan Notaris.


(1) Notaris berwenang membuat akta autentik (1) Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang
penetapan yang diharuskan oleh peraturan diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan
oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin
Akta autentik, menjamin kepastian tanggal kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu
sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
atau orang lain yang ditetapkan oleh undang- undang-undang.
undang. (2) Notaris berwenang pula:
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan
ayat (1), Notaris berwenang pula: kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan mendaftar dalam buku khusus;
kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan
mendaftar dalam buku khusus; mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat di bawah tangan dengan c. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah
mendaftar dalam buku khusus; tangan berupa salinan yang memuat uraian
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat
berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana yang bersangkutan;
ditulis dan digambarkan dalam surat yang d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi
bersangkutan; dengan surat aslinya;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan
dengan surat aslinya; dengan pembuatan akta;
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan;
dengan pembuatan akta; atau
f. membuat Akta yang berkaitan dengan g. membuat akta risalah lelang.
pertanahan; atau (4) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
g. membuat Akta risalah lelang. (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada lain yang
ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai diatur dalam peraturan perundang-undangan.
kewenangan lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan

7. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 16 Pasal 16 Adanya penambahan ketentuan yang diatur pada Pasal 16


(1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib: (1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris UU Perubahan, yakni Notaris wajib melekatkan sidik jari
a. bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, berkewajiban: para penghadap di minuta akta dengan alasan keamanan.
tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak a. bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak Sidik jari yang diambil cukup menggunakan jempol kanan
yang terkait dalam perbuatan hukum; berpihak, dan menjaga kepentingan pihak atau kiri. Sedangkan dalam UUJN lama tidak diatur
b. membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan yang terkait dalam perbuatan hukum; mengenai pelekatan sidik jari.
menyimpannya sebagai bagian dari Protokol b. membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan
Notaris; menyimpannya sebagai bagian dari Protokol
c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari Notaris;
penghadap pada Minuta Akta; c. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta,
d. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta;
Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta; e. memberikan pelayanan sesuai dengan
e. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan ketentuan dalam Undang-Undang ini, kecuali
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
dalam Undang-Undang ini, kecuali ada alasan ada alasan untuk menolaknya;
untuk menolaknya; f. merahasiakan segala sesuatu mengenai akta
f. merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang
yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan
diperoleh guna pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang
sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain;
menentukan lain; g. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu)
g. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih
bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah
dari 50 (lima puluh) Akta, dan jika jumlah Akta akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, akta
tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu
tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta,
buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul
dan tahun pembuatannya pada sampul setiap setiap buku;
buku; h. membuat daftar dari akta protes terhadap
h. membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak tidak dibayar atau tidak diterimanya surat
dibayar atau tidak diterimanya surat berharga; berharga;
i. membuat daftar Akta yang berkenaan dengan i. membuat daftar akta yang berkenaan dengan
wasiat menurut urutan waktu pembuatan Akta wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta
setiap bulan; setiap bulan;
j. mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud j. mengirimkan daftar akta sebagaimana
dalam huruf i atau daftar nihil yang berkenaan dimaksud dalam huruf h atau daftar nihil
dengan wasiat ke pusat daftar wasiat pada yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar
kementerian yang menyelenggarakan urusan Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan
pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5 tanggung jawabnya di bidang kenotariatan
(lima) hari pada minggu pertama setiap bulan dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu
berikutnya; pertama setiap bulan berikutnya;
k. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman k. mencatat dalam repertorium tanggal
daftar wasiat pada setiap akhir bulan; pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir
l. mempunyai cap atau stempel yang memuat bulan;
lambang negara Republik Indonesia dan pada l. mempunyai cap/stempel yang memuat
ruang yang melingkarinya dituliskan nama, lambang negara Republik Indonesia dan pada
jabatan, dan tempat kedudukan yang ruang yang melingkarinya dituliskan nama,
bersangkutan; jabatan, dan tempat kedudukan yang
m. membacakan Akta di hadapan penghadap bersangkutan;
dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang m. membacakan akta di hadapan penghadap
saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua)
pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan orang saksi dan ditandatangani pada saat itu
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
ditandatangani pada saat itu juga oleh juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris;
penghadap, saksi, dan Notaris; dan n. menerima magang calon Notaris.
n. menerima magang calon Notaris. (2) Menyimpan Minuta Akta sebagaimana dimaksud
(2) Kewajiban menyimpan Minuta Akta sebagaimana pada ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal
dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak berlaku, Notaris mengeluarkan akta dalam bentuk originali.
dalam hal Notaris mengeluarkan Akta in originali. (3) Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(3) Akta in originali sebagaimana dimaksud pada ayat adalah akta:
(2) meliputi: a. pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun;
a. Akta pembayaran uang sewa, bunga, dan b. penawaran pembayaran tunai;
pensiun; c. protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak
b. Akta penawaran pembayaran tunai; diterimanya surat berharga;
c. Akta protes terhadap tidak dibayarnya atau d. akta kuasa;
tidak diterimanya surat berharga; e. keterangan kepemilikan; atau
d. Akta kuasa; f. akta lainnya berdasarkan peraturan perundang-
e. Akta keterangan kepemilikan; dan undangan.
f. Akta lainnya sesuai dengan ketentuan (4) Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
peraturan perundang-undangan. dapat dibuat lebih dari I (satu) rangkap,
(4) Akta in originali sebagaimana dimaksud pada ayat ditandatangani pada waktu, bentuk, dan isi yang
(2) dapat dibuat lebih dari 1 (satu) rangkap, sama, dengan ketentuan pada setiap akta tertulis
ditandatangani pada waktu, bentuk, dan isi yang kata-kata "berlaku sebagai satu dan satu berlaku
sama, dengan ketentuan pada setiap Akta tertulis untuk semua".
kata-kata “BERLAKU SEBAGAI SATU DAN (5) Akta originali yang berisi kuasa yang belum diisi
SATU BERLAKU UNTUK SEMUA". nama penerima kuasa hanya dapat dibuat dalam 1
(5) Akta in originali yang berisi kuasa yang belum diisi (satu) rangkap.
nama penerima kuasa hanya dapat dibuat dalam 1 (6) Bentuk dan ukuran cap/stempel sebagaimana
(satu) rangkap. dimaksud pada ayat (1) huruf k ditetapkan dengan
(6) Bentuk dan ukuran cap atau stempel sebagaimana Peraturan Menteri.
dimaksud pada ayat (1) huruf l ditetapkan dengan (7) Pembacaan akta sebagaimana dimaksud pada ayat
Peraturan Menteri. (1) huruf l tidak wajib dilakukan, jika penghadap
(7) Pembacaan Akta sebagaimana dimaksud pada ayat menghendaki agar akta tidak dibacakan karena
(1) huruf m tidak wajib dilakukan, jika penghadap penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan
menghendaki agar Akta tidak dibacakan karena memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal
penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada
memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap,
tersebut dinyatakan dalam penutup Akta serta pada saksi, dan Notaris.
setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, (8) Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada
saksi, dan Notaris. ayat (1) huruf l dan ayat (7) tidak dipenuhi, akta yang
(8) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) bersangkutan hanya mempunyai kekuatan
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
dikecualikan terhadap pembacaan kepala Akta, pembuktian sebagai akta di bawah tangan.
komparasi, penjelasan pokok Akta secara singkat (9) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak
dan jelas, serta penutup Akta. berlaku untuk pembuatan akta wasiat.
(9) Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf m dan ayat (7) tidak dipenuhi, Akta
yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah tangan.
(10) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
tidak berlaku untuk pembuatan Akta wasiat.
(11) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan
huruf l dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.
(12) Selain dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (11), pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16
ayat (1) huruf j dapat menjadi alasan bagi pihak
yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada
Notaris.
(13) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf n dapat dikenai
sanksi berupa peringatan tertulis.

8. Di antara Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 1 (satu) Adanya penyisipan Pasal pada UU Perubahan, yang terkait
pasal, yakni Pasal 16A yang berbunyi sebagai kewajiban Calon Notaris yang sedang melakukan magang
berikut: dan yang terkait kewajiban Calon Notaris dalam hal
merahasiakan akta dan segala keterangan mengenai akta
Pasal 16A yang dibuatnya tersebut.
(1) Calon Notaris yang sedang melakukan magang wajib
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a.
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), calon Notaris juga wajib merahasiakan segala
sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta.

9. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 17 Pasal 17 Adanya penambahan ketentuan yang tercantum pada Pasal


(1) Notaris dilarang: Notaris dilarang: 17 UU Perubahan, yakni terkait larangan Notaris untuk
a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya; a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya; merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah
b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) dan/atau Pejabat Lelang Kelas II di luar tempat kedudukan
(tujuh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah; Notaris. Dalam hal ini berarti Notaris hanya dapat
yang sah; c. merangkap sebagai pegawai negeri; melakukan pekerjaan jabatan sebagai PPAT dan Pejabat
c. merangkap sebagai pegawai negeri; d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara; Lelang Kelas II di kabupaten atau kota tempat Notaris
d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara; e. merangkap jabatan sebagai advokat; berkantor, tidak boleh lagi dilakukan untuk satu Provinsi.
e. merangkap jabatan sebagai advokat; f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai
f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau badan Usaha milik negara, badan usaha milik daerah Pada Pasal 17 tersebut juga ditambahkan ketentuan
pegawai badan usaha milik negara, badan usaha atau badan usaha swasta; mengenai sanksi jika Pasal 17 ayat (1) dilanggar.
milik daerah atau badan usaha swasta; g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta
g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Tanah di luar wilayah jabatan Notaris;
Akta Tanah dan/atau Pejabat Lelang Kelas II di h. menjadi Notaris Pengganti; atau
luar tempat kedudukan Notaris; i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan
h. menjadi Notaris Pengganti; atau norma agama, kesusilaan, atau kepatutan yang dapat
i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan
dengan norma agama, kesusilaan, atau kepatutan Notaris.
yang dapat mempengaruhi kehormatan dan
martabat jabatan Notaris.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.

10. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 19 Pasal 19 Ketentuan Pasal 19 tersebut masih berhubungan dengan


(1) Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu (1) Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di perubahan pada pasal sebelumnya, yakni terkait tempat
di tempat kedudukannya. tempat kedudukannya. dan kedudukan PPAT wajib mengikuti tempat kedudukan
(2) Tempat kedudukan Notaris sebagai Pejabat (2) Notaris tidak berwenang secara teratur menjalankan Notaris. Artinya, Notaris tidak boleh membuka kantor
Pembuat Akta Tanah wajib mengikuti tempat jabatan di luar tempat kedudukannya. PPAT berbeda dengan tempat kedudukan kantor
kedudukan Notaris. Notarisnya.
(3) Notaris tidak berwenang secara berturut-turut Apabila dilanggar, Notaris mendapatkan sanksi.
dengan tetap menjalankan jabatan di luar tempat
kedudukannya.
(4) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dikenai sanksi
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.

11. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 20 diubah


serta ayat (3) dihapus sehingga Pasal 20 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 20 Pasal 20 Pasal 20 pada UU Perubahan mengenai perserikatan


(1) Notaris dapat menjalankan jabatannya dalam (1) Notaris dapat menjalankan jabatannya dalam bentuk perdata menjadi persekutuan perdata. Dengan perubahan
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
bentuk persekutuan perdata dengan tetap perserikatan perdata dengan tetap memperhatikan dari perserikatan perdata ke persekutuan perdata, artinya
memperhatikan kemandirian dan ketidakberpihakan kemandirian dan ketidakberpihakan dalam seorang Notaris dapat bergabung dengan beberapa Notaris
dalam menjalankan jabatannya. menjalankan jabatannya. membentuk satu badan usaha dan mengelolanya secara
(2) Bentuk persekutuan perdata sebagaimana dimaksud (2) Bentuk perserikatan perdata sebagaimana dimaksud bersama-sama secara terus menerus dan bertujuan mencari
pada ayat (1) diatur oleh para Notaris berdasarkan pada ayat (1) diatur oleh para Notaris berdasarkan keuntungan.
ketentuan peraturan perundang-undangan. ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian mengenai ketentuan lanjutan terkait persyaratan
(3) Dihapus. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dalam dalam menjalankan jabatan Notaris dalam bentuk
menjalankan jabatan Notaris sebagaimana dimaksud perserikatan perdata yang diatur pada Pasal 20 UU lama,
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri telah dihapus.

12. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 22 Pasal 22
(1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan berdasarkan: (1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan berdasarkan:
a. kegiatan dunia usaha; a. kegiatan dunia usaha;
b. jumlah penduduk; dan/atau b. jumlah penduduk; dan/atau
c. rata-rata jumlah Akta yang dibuat oleh dan/atau c. rata-rata jumlah akta yang dibuat oleh dan/atau
di hadapan Notaris setiap bulan. di hadapan Notaris setiap bulan.
(2) Formasi Jabatan Notaris sebagaimana dimaksud (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Formasi Jabatan
pada ayat (1) merupakan pedoman untuk Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
menentukan kategori daerah. dalam Peraturan Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Formasi Jabatan
Notaris dan penentuan kategori daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.

13. Ketentuan Pasal 32 ditambah 1 (satu) ayat, yakni


ayat (4) sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 32 Pasal 32
(1) Notaris yang menjalankan cuti wajib menyerahkan (1) Notaris yang menjalankan cuti wajib menyerahkan
Protokol Notaris kepada Notaris Pengganti. Protokol Notaris kepada Notaris Pengganti.
(2) Notaris Pengganti menyerahkan kembali Protokol (2) Notaris Pengganti menyerahkan kembali Protokol
Notaris kepada Notaris setelah cuti berakhir. Notaris kepada Notaris setelah cuti berakhir.
(3) Serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
dan ayat (2) dibuatkan berita acara dan disampaikan dan ayat (2) dibuatkan berita acara dan disampaikan
kepada Majelis Pengawas Wilayah. kepada Majelis Pengawas Wilayah.
(4) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat
dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat

14. Judul Bagian Kedua BAB V diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Bagian Kedua Bagian Kedua Pada Pasal 33, 34, 35, 37 dan 38 menunjukkan bahwa
Notaris Pengganti dan Pejabat Sementara Notaris Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan dalam UU Perubahan tidak lagi diatur mengenai Notaris
Pejabat Sementara Notaris Pengganti Khusus.

15. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 33 Pasal 33
(1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris (1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris
Pengganti dan Pejabat Sementara Notaris adalah Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat
warga negara Indonesia yang berijazah sarjana Sementara Notaris adalah warga negara Indonesia
hukum dan telah bekerja sebagai karyawan kantor yang berijazah sarjana hukum dan telah bekerja
Notaris paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-turut. sebagai karyawan kantor Notaris paling sedikit 2
(2) Ketentuan yang berlaku bagi Notaris sebagaimana (dua) tahun berturut-turut.
dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 15, Pasal 16, dan (2) Ketentuan yang berlaku bagi Notaris sebagaimana
Pasal 17 berlaku bagi Notaris Pengganti dan dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17
Pejabat Sementara Notaris, kecuali Undang- berlaku bagi Notaris Pengganti, Notaris Pengganti
Undang ini menentukan lain. Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris, kecuali
Undang-Undang ini menentukan lain.

16. Pasal 34 dihapus. Pasal 34


Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
(1) Apabila dalam satu wilayah jabatan hanya terdapat 1
(satu) Notaris, Majelis Pengawas Daerah dapat
menunjuk Notaris Pengganti Khusus yang
berwenang untuk membuat akta untuk kepentingan
pribadi Notaris tersebut atau keluarganya.
(2) Penunjukan sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak disertai dengan serah terima Protokol
Notaris.
(3) Notaris Pengganti Khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib diambil sumpah/janji jabatan
oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

17. Ketentuan ayat (1) Pasal 35 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 35 Pasal 35
(1) Apabila Notaris meninggal dunia, suami/istri atau (1) Apabila Notaris meninggal dunia, suami/istri atau
keluarga sedarah dalam garis lurus keturunan keluarga sedarah dalam garis lurus keturunan
semenda sampai derajat kedua wajib semenda dua wajib memberitahukan kepada Majelis
memberitahukan kepada Majelis Pengawas Daerah. Pengawas Daerah.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) disampaikan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) disampaikan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
hari kerja. kerja.
(3) Apabila Notaris meninggal dunia pada saat 2. Apabila Notaris meninggal dunia pada saat
menjalankan cuti, tugas jabatan Notaris dijalankan menjalankan cuti, tugas jabatan Notaris dijalankan
oleh Notaris Pengganti sebagai Pejabat Sementara oleh Notaris Pengganti sebagai Pejabat Sementara
Notaris paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung Notaris paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal Notaris meninggal dunia. sejak tanggal Notaris meninggal dunia.
(4) Pejabat Sementara Notaris menyerahkan Protokol 3. Pejabat Sementara Notaris menyerahkan Protokol
Notaris dari Notaris yang meninggal dunia kepada Notaris dari Notaris yang meninggal dunia kepada
Majelis Pengawas Daerah paling lama 60 (enam Majelis Pengawas Daerah paling lama 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak tanggal Notaris puluh) hari terhitung sejak tanggal Notaris meninggal
meninggal dunia. dunia.
(5) Pejabat Sementara Notaris sebagaimana dimaksud 2. (5) Pejabat Sementara Notaris sebagaimana
pada ayat (3) dan ayat (4) dapat membuat Akta atas dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dapat membuat
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
namanya sendiri dan mempunyai Protokol Notaris. akta atas namanya sendiri dan mempunyai Protokol
Notaris

18. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 37 Pasal 37
(1) Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang
kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak
tidak mampu. mampu.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi
berupa:
a. peringatan lisan;
b. peringatan tertulis;
c. pemberhentian sementara;
d. pemberhentian dengan hormat; atau
e. pemberhentian dengan tidak hormat.

19. Ketentuan ayat (5) Pasal 38 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 38 Pasal 38
(1) Setiap akta Notaris terdiri atas: (1) Setiap akta Notaris terdiri atas:
a. awal akta atau kepala akta; a. awal akta atau kepala akta;
b. badan akta; dan b. badan akta; dan
c. akhir atau penutup akta. c. akhir atau penutup akta.
(2) Awal akta atau kepala akta memuat: (2) Awal akta atau kepala akta memuat:
a. judul akta; a. judul akta;
b. nomor akta; b. nomor akta;
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris. d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
(3) Badan akta memuat: (3) Badan akta memuat:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan,
kedudukan, tempat tinggal para penghadap tempat tinggal para penghadap dan/atau orang
dan/atau orang yang mereka wakili; yang mereka wakili;
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak b. keterangan mengenai kedudukan bertindak
penghadap; penghadap;
c. isi akta yang merupakan kehendak dan c. isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan
keinginan dari pihak yang berkepentingan; dan dari pihak yang berkepentingan; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta
pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat
tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal. tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
(4) Akhir atau penutup akta memuat: (4) Akhir atau penutup akta memuat:
a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf I atau dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf I atau
Pasal 16 ayat (7); Pasal 16 ayat (7);
b. uraian tentang penandatanganan dan tempat b. uraian tentang penandatanganan dan tempat
penandatanganan atau penerjemahan akta jika penandatanganan atau penerjemahan akta apabila
ada; ada;
c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat
tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan
b. uraian tentang tidak adanya perubahan yang d. uraian tentang tidak adanya perubahan yang
terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang
adanya perubahan yang dapat berupa adanya perubahan yang dapat berupa
penambahan, pencoretan, atau penggantian serta penambahan, pencoretan, atau penggantian.
jumlah perubahannya. (5) Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus,
(5) Akta Notaris Pengganti dan Pejabat Sementara dan Pejabat Sementara Notaris, selain memuat
Notaris, selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat
pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga memuat nomor (3), dan ayat (4), juga memuat nomor dan tanggal
dan tanggal penetapan pengangkatan, serta pejabat yang penetapan pengangkatan, serta pejabat yang
mengangkatnya. mengangkatnya.

20. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 39 diubah


sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pada Pasal 39, 40 dan 41, mengandung perubahan kata,
Pasal 39 Pasal 39 yakni “paling sedikit” menjadi “paling rendah”.
(1) Penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut: (1) Penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. paling rendah berumur 18 (delapan belas) tahun a. paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun
atau telah menikah; dan atau telah menikah; dan
b. cakap melakukan perbuatan hukum. b. cakap melakukan perbuatan hukum.
(2) Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau (2) Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi
pengenal yang berumur paling rendah 18 (delapan pengenal yang berumur paling sedikit 18 (delapan
belas) tahun atau telah menikah dan cakap belas) tahun atau telah menikah dan cakap
melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan
2 (dua) penghadap lainnya. oleh 2 (dua) penghadap lainnya.
(3) Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (3) Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dinyatakan secara tegas dalam akta. dinyatakan secara tegas dalam akta.

21. Ketentuan ayat (2) Pasal 40 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 40 Pasal 40
(1) Setiap akta yang dibacakan oleh Notaris dihadiri (1) Setiap akta yang dibacakan oleh Notaris dihadiri
paling sedikit 2 (dua) orang saksi, kecuali peraturan paling sedikit 2 (dua) orang saksi, kecuali peraturan
perundang-undangan menentukan lain. perundang-undangan menentukan lain.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus (2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi syarat sebagai berikut: memenuhi syarat sebagai berikut:
a. paling rendah berumur 18 (delapan belas) tahun a. paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun
atau sebelumnya telah menikah; atau telah menikah;
b. cakap melakukan perbuatan hukum; b. cakap melakukan perbuatan hukum;
c. mengerti bahasa yang digunakan dalam akta; c. mengerti bahasa yang digunakan dalam akta;
d. dapat membubuhkan tanda tangan dan paraf; dan d. dapat membubuhkan tanda tangan dan paraf; dan
e. tidak mempunyai hubungan perkawinan atau e. tidak mempunyai hubungan perkawinan atau
hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke
bawah tanpa pembatasan derajat dan garis ke bawah tanpa pembatasan derajat dan garis ke
samping sampai dengan derajat ketiga dengan samping sampai dengan derajat ketiga dengan
Notaris atau para pihak. Notaris atau para pihak.
(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus (3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepada dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepada
Notaris atau diterangkan tentang identitas dan Notaris atau diterangkan tentang identitas dan
kewenangannya kepada Notaris oleh penghadap. kewenangannya kepada Notaris oleh penghadap.
(4) Pengenalan atau pernyataan tentang identitas dan (4) Pengenalan atau pernyataan tentang identitas dan
kewenangan saksi dinyatakan secara tegas dalam kewenangan saksi dinyatakan secara tegas dalam
akta akta.
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
22. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 41 Pasal 41
Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud Apabila ketentuan dalam Pasal 39 dan Pasal 40 tidak
dalam Pasal 38, Pasal 39, dan Pasal 40 mengakibatkan dipenuhi, akta tersebut hanya mempunyai kekuatan
Akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta pembuktian sebagai akta di bawah tangan.
di bawah tangan.

23. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Adanya ketenuan mengenai penggunaan bahasa Indonesia
Pasal 43 Pasal 43 dalam ketentuan baru semakin dipertegas dengan kata
(1) Akta wajib dibuat dalam bahasa Indonesia. (1) Akta dibuat dalam bahasa Indonesia. “wajib”. Akan tetapi, kewajiban ini sedikit melunak
(2) Dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa yang (2) Dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa yang dengan diperbolehkannya penggunaan bahasa asing jika
digunakan dalam akta, Notaris wajib digunakan dalam akta, Notaris wajib menerjemahkan para pihak menghendakinya. Terlebih lagi, untuk
menerjemahkan atau menjelaskan isi akta itu dalam atau menjelaskan isi akta itu dalam bahasa yang pembuatan akta yang menggunakan bahasa asing ini tidak
bahasa yang dimengerti oleh penghadap. dimengerti oleh penghadap. lagi dibatasi dengan koridor “sepanjang undang-undang
(3) Jika para pihak menghendaki, Akta dapat dibuat (4) Apabila Notaris tidak dapat menerjemahkan atau tidak menentukan lain”. Sehingga, akta apa saja
dalam bahasa asing. menjelaskannya, akta tersebut diterjemahkan atau sepanjang para pihak menghendaki dapat menggunakan
(4) Dalam hal Akta dibuat sebagaimana dimaksud pada dijelaskan oleh seorang penerjemah resmi. bahasa.asing.
ayat (3) Notaris wajib menterjemahkannya ke (5) Akta dapat dibuat dalam bahasa lain yang dipahami
dalam bahasa Indonesia. oleh Notaris dan saksi apabila pihak yang
(5) Apabila Notaris tidak dapat menerjemahkan atau berkepentingan menghendaki sepanjang undang-
menjelaskannya, akta tersebut diterjemahkan atau undang tidak menentukan lain.
dijelaskan oleh seorang penerjemah resmi. (6) Dalam hal akta dibuat sebagaimana dimaksud pada
(6) Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran terhadap ayat (4), Notaris wajib menerjemahkannya ke dalam
isi Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka bahasa Indonesia.
yang digunakan adalah Akta yang dibuat dalam
bahasa Indonesia.

24. Ketentuan ayat (2) Pasal 44 diubah dan ditambah 1


(satu) ayat, yakni ayat (5) sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:
Alasan tidak dapatnya penghadap atau saksi atau Notaris
Pasal 44 Pasal 44 untuk melakukan penandatanganan wajib ditegaskan di
(1) Segera setelah Akta dibacakan, Akta tersebut (1) Segera setelah akta dibacakan, akta tersebut akhir Akta, dan adanya penambahan ketentuan mengenai
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
ditandatangani oleh setiap penghadap, saksi, dan ditandatangani oleh setiap penghadap, saksi, dan saksi jika ada pelanggaran terkait pembacaan, penjelasan
Notaris, kecuali apabila ada penghadap yang tidak Notaris, kecuali apabila ada penghadap yang tidak maupun penandatanganan.
dapat membubuhkan tanda tangan dengan dapat membubuhkan tanda tangan dengan
menyebutkan alasannya. menyebutkan alasannya.
(2) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinyatakan secara tegas pada akhir akta. dinyatakan secara tegas dalam akta.
(3) Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3) Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3)
(3) ditandatangani oleh penghadap, Notaris, saksi, ditandatangani oleh penghadap, Notaris, saksi, dan
dan penerjemah resmi. penerjemah resmi.
(4) Pembacaan, penerjemahan atau penjelasan, dan (4) Pembacaan, penerjemahan atau penjelasan, dan
penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) dan ayat (3) serta dalam Pasal 43 ayat (3) dan ayat (3) dan Pasal 43 ayat (2), ayat (3), dan ayat
dinyatakan secara tegas pada akhir akta. (5) dinyatakan secara tegas pada akhir akta.
(5) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) mengakibatkan suatu Akta hanya mempunyai
kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan
dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang
menderita kerugian untuk menuntut penggantian
biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

25. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 48 diubah


sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 48 Pasal 48 Adanya tambahan ketentuan pada Pasal 48, 49, 50, dan 51,
(1) Isi Akta dilarang untuk diubah dengan : (1) Isi akta tidak boleh diubah atau ditambah, baik mengenai perubahan isi akta dan perbaikan Akta. Hal ini
a. diganti; berupa penulisan tindih, penyisipan, pencoretan, atau menurut Penulis sangat baik, agar Akta yang dibuat
b. ditambah; penghapusan dan menggantinya dengan yang lain. semakin rigid, jelas, dan mudah untuk dipahami, sehingga
c. dicoret; (2) Perubahan atas akta berupa penambahan, meminimalisir terjadinya konflik.
d. disisipkan; penggantian, atau pencoretan dalam akta hanya sah
e. dihapus; dan/atau apabila perubahan tersebut diparaf atau diberi tanda
f. ditulis tindih. pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan Notaris.
(2) Perubahan isi Akta sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dapat
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
dilakukan dan sah jika perubahan tersebut diparaf
atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap,
saksi, dan Notaris.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan
suatu Akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian
sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk
menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga
kepada Notaris.

26. Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 49 Pasal 49
1. Setiap perubahan atas Akta sebagaimana dimaksud (1) Setiap perubahan atas akta dibuat di sisi kiri akta.
dalam Pasal 48 ayat (2) dibuat di sisi kiri Akta. (2) Apabila suatu perubahan tidak dapat dibuat di sisi
2. Dalam hal suatu perubahan tidak dapat dibuat di kiri akta, perubahan tersebut dibuat pada akhir akta,
sisi kiri Akta, perubahan tersebut dibuat pada akhir sebelum penutup akta, dengan menunjuk bagian
Akta, sebelum penutup Akta, dengan menunjuk yang diubah atau dengan menyisipkan lembar
bagian yang diubah atau dengan menyisipkan tambahan.
lembar tambahan. (3) Perubahan yang dilakukan tanpa menunjuk bagian
3. Perubahan yang dilakukan tanpa menunjuk bagian yang diubah mengakibatkan perubahan tersebut
yang diubah mengakibatkan perubahan tersebut batal.
batal.
4. (4) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan
suatu Akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian
sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk
menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga
kepada Notaris.

27. Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)

Pasal 50 Pasal 50
(1) Jika dalam Akta perlu dilakukan pencoretan kata, (1) Apabila dalam akta perlu dilakukan pencoretan kata,
huruf, atau angka, pencoretan dilakukan sedemikian huruf, atau angka, hal tersebut dilakukan demikian
rupa sehingga tetap dapat dibaca sesuai dengan rupa sehingga tetap dapat dibaca sesuai dengan yang
yang tercantum semula, dan jumlah kata, huruf, tercantum semula, dan jumlah kata, huruf, atau angka
atau angka yang dicoret dinyatakan pada sisi kiri yang dicoret dinyatakan pada sisi akta.
Akta. (2) Pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) Pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah setelah diparaf atau diberi tanda
dinyatakan sah setelah diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan Notaris.
pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan Notaris. (3) Apabila terjadi perubahan lain terhadap perubahan
(3) Dalam hal terjadi perubahan lain terhadap sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perubahan itu
pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan pada sisi akta sesuai dengan ketentuan
perubahan itu dilakukan pada sisi kiri Akta sesuai dalam Pasal 49.
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam (4) Pada penutup setiap akta dinyatakan jumlah
Pasal 49 ayat (2). perubahan, pencoretan, dan penambahan.
(4) Pada penutup setiap Akta dinyatakan tentang ada
atau tidak adanya perubahan atas pencoretan.
(5) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), serta dalam
Pasal 38 ayat (4) huruf d tidak dipenuhi, Akta
tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian
sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk
menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga
kepada Notaris.

28. Ketentuan ayat (2) Pasal 51 diubah dan ditambah 1


(satu) ayat, yakni ayat (4) sehingga Pasal 51
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 51 Pasal 51
(1) Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan (1) Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis
tulis dan/atau kesalahan ketik yang terdapat pada dan/atau kesalahan ketik yang terdapat paada Minuta
Minuta Akta yang telah ditandatangani. Akta yang telah ditandatangani.
(2) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di hadapan penghadap, saksi, dan Notaris dilakukan dengan membuat berita acara dan
yang dituangkan dalam berita acara dan memberikan catatan tentang hal tersebut pada Minuta
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
memberikan catatan tentang hal tersebut pada Akta asli dengan menyebutkan tanggal dan nomor akta
Minuta Akta asli dengan menyebutkan tanggal dan berita acara pembetulan.
nomor Akta berita acara pembetulan. (3) Salinan akta berita acara sebagaimana dimaksud pada
(3) Salinan Akta berita acara sebagaimana dimaksud ayat (2) wajib disampaikan kepada para pihak.
pada ayat (2) wajib disampaikan kepada para pihak.
(4) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) mengakibatkan suatu Akta
hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai
akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi
pihak yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada
Notaris.

29. Ketentuan Pasal 54 ditambah 1 (satu) ayat, yakni


ayat (2) sebagai berikut:
Pada UU Perubahan, ditambahkan ketentuan mengenai
Pasal 54 Pasal 54 sanksi terkait syarat Notaris dalam hal memberikan,
(1) Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memperlihatkan, atau memberitahukan isi Akta, Grosse
atau memberitahukan isi Akta, Grosse Akta, memberitahukan isi akta, Grosse Akta, Salinan Akta atau Akta, Salinan Akta atau Kutipan Akta.
Salinan Akta atau Kutipan Akta, kepada orang yang Kutipan Akta, kepada orang yang berkepentingan langsung
berkepentingan langsung pada Akta, ahli waris, pada akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh hak,
atau orang yang memperoleh hak, kecuali kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
ditentukan lain oleh peraturan perundang- undangan.
undangan.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.

30. Ketentuan ayat (1) Pasal 60 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pada UU Perubahan, mencerminkan bahwa Notaris
Pasal 60 Pasal 60 Pengganti Khusus sudah tidak lagi diatur
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
(1) Akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris (1) Akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris
Pengganti dicatat dalam daftar akta. Pengganti atau Notaris Pengganti Khusus dicatat
(2) Surat di bawah tangan yang disahkan dan surat di dalam daftar akta.
bawah tangan yang dibukukan, dicatat dalam daftar (2) Surat di bawah tangan yang disahkan dan surat di
surat di bawah tangan yang disahkan dan daftar bawah tangan yang dibukukan, dicatat dalam daftar
surat di bawah tangan yang dibukukan. surat di bawah tangan yang disahkan dan daftar surat
di bawah tangan yang dibukukan

31. Ketentuan Pasal 63 ditambah 1 (satu) ayat, yakni


ayat (6) sehingga Pasal 63 berbunyi sebagai
berikut:
Pada UU Perubahan, menambahkan ketentuan terkait
Pasal 63 Pasal 63 sanksi jika syarat-syarat tentang penyerahan protokol
(1) Penyerahan Protokol sebagaimana dimaksud dalam (1) Penyerahan Protokol sebagaimana dimaksud dalam Notaris dilanggar.
Pasal 62 dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari Pasal 62 dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari
dengan pembuatan berita acara penyerahan dengan pembuatan berita acara penyerahan Protokol
Protokol Notaris yang ditandatangani oleh yang Notaris yang ditandatangani oleh yang menyerahkan
menyerahkan dan yang menerima Protokol Notaris. dan yang menerima Protokol Notaris.
(2) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam (2) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 huruf a, penyerahan Protokol Notaris Pasal 62 huruf a, penyerahan Protokol Notaris
dilakukan oleh ahli waris Notaris kepada Notaris dilakukan oleh ahli waris Notaris kepada Notaris lain
lain yang ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah. yang ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah.
(3) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam (3) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 huruf g, penyerahan Protokol Notaris Pasal 62 huruf g, penyerahan Protokol Notaris
dilakukan oleh Notaris kepada Notaris lain yang dilakukan oleh Notaris kepada Notaris lain yang
ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah jika ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah jika
pemberhentian sementara lebih dari 3 (tiga) bulan. pemberhentian sementara lebih dari 3 (tiga) bulan.
(4) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam (4) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, atau Pasal 62 huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, atau huruf
huruf h, penyerahan Protokol Notaris dilakukan h, penyerahan Protokol Notaris dilakukan oleh
oleh Notaris kepada Notaris lain yang ditunjuk oleh Notaris kepada Notaris lain yang ditunjuk oleh
Menteri atas usul Majelis Pengawas Daerah. Menteri atas usul Majelis Pengawas Daerah.
(5) Protokol Notaris dari Notaris lain yang pada waktu (5) Protokol Notaris dari Notaris lain yang pada waktu
penyerahannya berumur 25 (dua puluh lima) tahun penyerahannya berumur 25 (dua puluh lima) tahun
atau lebih diserahkan oleh Notaris penerima atau lebih diserahkan oleh Notaris penerima Protokol
Protokol Notaris kepada Majelis Pengawas Daerah. Notaris kepada Majelis Pengawas Daerah.
(6) Dalam hal Protokol Notaris tidak diserahkan dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
dimaksud pada ayat (1), Majelis Pengawas Daerah
berwenang untuk mengambil Protokol Notaris.

32. Ketentuan Pasal 65 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Pada UU Perubahan mencerminkan bahwa Notaris
Pasal 65 Pasal 65 Pengganti Khusus sudah tidak lagi diatur.
Notaris, Notaris Pengganti, dan Pejabat Sementara Notaris Notaris, Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan
bertanggung jawab atas setiap akta yang dibuatnya Pejabat Sementara Notaris bertanggung jawab atas setiap
meskipun Protokol Notaris telah diserahkan atau akta yang dibuatnya meskipun Protokol Notaris telah
dipindahkan kepada pihak penyimpan Protokol Notaris. diserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpan
Protokol Notaris.

33. Di antara Pasal 65 dan Pasal 66 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 65A yang berbunyi sebagai
berikut :
Adanya ketentuan sisipan terkait sanksi jika ditemukan
Pasal 65A pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 58 dan 59.
Notaris yang melanggar ketentuan Pasal 58 dan Pasal 59
dapat dikenai sanksi berupa :
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.

34. Judul Bab VIII diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut : Adanya perubahan judul dalam UU Perubahan yang
mengubah obyek, yakni bukan lagi minuta akta namun
BAB VIII BAB VIII fotokopi minuta akta.
PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA PENGAMBILAN MINUTA AKTA DAN
DAN PEMANGGILAN NOTARIS PEMANGGILAN NOTARIS

35. Ketentuan ayat (1) Pasal 66 diubah serta ditambah


2 (dua) ayat, yakni ayat (3) dan ayat (4) sehingga
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
Pasal 66 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 66 Pasal 66 Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut


(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, (1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, umum, atau hakim ketika ingin mengambil fotokopi
penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan minuta akta Notaris atau memanggil Notaris itu sendiri
Majelis Kehormatan Notaris berwenang: Majelis Pengawas Daerah berwenang: harus dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah
a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat- a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat- (MPD).
surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Akan tetapi, UUJN perubahan memasukkan kembali
Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; perlindungan Notaris melalui frasa “dengan persetujuan
dan dan Majelis Kehormatan”.
b. memanggil Notaris untuk hadir dalam b. memanggil Notaris untuk hadir dalam
pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta atau pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang
Protokol Notaris yang berada dalam dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada
penyimpanan Notaris. dalam penyimpanan Notaris.
(2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat (2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat
dibuat berita acara penyerahan. berita acara penyerahan.
(3) Majelis kehormatan Notaris dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya surat permintaan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memberikan jawaban menerima atau menolak
permintaan persetujuan.
(4) Dalam hal majelis kehormatan Notaris tidak
memberikan jawaban dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Majelis
Kehormatan Notaris dianggap menerima
permintaan persetujuan.

36. Di antara Pasal 66 dan Pasal 67 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 66A sehingga berbunyi sebagai
berikut: Pada UU Perubahan terdapat sisipan ketentuan terkait
Pasal 66A Majelis Kehormatan, yang lebih lanjut diatur dengan
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
(1) Dalam melaksanakan pembinaan, Menteri Peraturan Menteri.
membentuk Majelis Kehormatan Notaris.
(2) Majelis Kehormatan Notaris berjumlah 7 (tujuh)
orang, terdiri atas unsur:
a. Notaris sebanyak 3 (tiga) orang;
b. pemerintah sebanyak 2 (dua) orang; dan
c. ahli atau akademisi sebanyak 2 (dua) orang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi,
syarat dan tata cara pengangkatan dan
pemberhentian, struktur organisasi, tata kerja, dan
anggaran Majelis Kehormatan Notaris diatur
dengan Peraturan Menteri.

37. Ketentuan ayat (3) dan ayat (6) Pasal 67 diubah


sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 67 Pasal 67
(1) Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri. (1) Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri.
(2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana (2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Menteri membentuk dimaksud pada ayat (1) Menteri membentuk Majelis
Majelis Pengawas. Pengawas.
(3) Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berjumlah 9 (sembilan) orang, terdiri atas unsur: (2) berjumlah 9 (sembilan) orang, terdiri atas unsur:
a. pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang; a. pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang;
b. organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang; dan b. organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang; dan
c. ahli atau akademisi sebanyak 3 (tiga) orang. c. ahli/akademisi sebanyak 3 (tiga) orang.
(4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat unsur (4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat unsur instansi
instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ayat (3) huruf a, keanggotaan dalam Majelis huruf a, keanggotaan dalam Majelis Pengawas diisi
Pengawas diisi dari unsur lain yang ditunjuk oleh dari unsur lain yang ditunjuk oleh Menteri.
Menteri. (5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan
meliputi perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan Notaris.
Notaris. (6) Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana
(6) Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku bagi Notaris
dimaksud pada ayat (5) berlaku Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat
Sementara Notaris.
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)

38. Di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 69 disisipkan


1 (satu) ayat, yakni ayat (2a) sehingga Pasal 69
berbunyi sebagai berikut :
Adanya sisipan ketentuan dalam UU Perubahan, yakni
Pasal 69 Pasal 69 mengenai ketentuan keanggotaan MPD.
(1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk di (1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk di kabupaten
Kabupaten/ Kota. atau kota.
(2) Keanggotaan Majelis Pengawas Daerah terdiri (2) Keanggotaan Majelis Pengawas Daerah terdiri atas
atas unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal unsur-unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
67 ayat (3). ayat (3).
(2a) Dalam hal di suatu Kabupaten/Kota, jumlah (3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas Daerah
Notaris tidak sebanding dengan jumlah anggota dipilih dari dan oleh anggota sebagaimana dimaksud
Majelis Pengawas Daerah, dapat dibentuk pada ayat (2).
Majelis Pengawas Daerah gabungan untuk (4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota
beberapa Kabupaten/Kota. Majelis Pengawas Daerah adalah 3 (tiga) tahun dan
(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas dapat diangkat kembali.
Daerah dipilih dari dan oleh anggota (5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh seorang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2). sekretaris atau lebih yang ditunjuk dalam Rapat
(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Pengawas Daerah.
Majelis Pengawas Daerah adalah 3 (tiga) tahun
dan dapat diangkat kembali.
(5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh seorang
sekretaris atau lebih yang ditunjuk dalam Rapat
Majelis Pengawas Daerah.

39. Ketentuan Pasal 73 ayat (1) huruf a dan huruf e


diubah serta huruf g dihapus sehingga Pasal 73
berbunyi sebagai berikut :

Pasal 73 Pasal 73
(1) Majelis Pengawas Wilayah berwenang: (1) Majelis Pengawas Wilayah berwenang:
a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
dan mengambil keputusan atas laporan mengambil keputusan atas laporan masyarakat
masyarakat yang dapat disampaikan melalui yang disampaikan melalui Majelis Pengawas
Majelis Pengawas Daerah; Wilayah;
b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan
pemeriksaan atas laporan sebagaimana pemeriksaan atas laporan sebagaimana
dimaksud pada huruf a; dimaksud pada huruf a;
c. memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) c. memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan
bulan sampai 1 (satu) tahun; sampai 1 (satu) tahun
d. memeriksa dan memutus atas keputusan d. memeriksa dan memutus atas keputusan Majelis
Majelis Pengawas Daerah yang menolak cuti Pengawas Daerah yang menolak cuti yang
yang diajukan oleh Notaris pelapor; diajukan oleh Notaris pelapor;
e. memberikan sanksi baik peringatan lisan e. memberikan sanksi berupa teguran lisan atau
maupun peringatan tertulis; tertulis;
f. mengusulkan pemberian sanksi terhadap f. mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris
Notaris kepada Majelis Pengawas Pusat kepada Majelis Pengawas Pusat berupa:
berupa: 1) pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan
1. pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan; atau
sampai dengan 6 (enam) bulan; atau 2) pemberhentian dengan tidak hormat.
2. pemberhentian dengan tidak hormat. g. membuat berita acara atas setiap keputusan
g. Dihapus. penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada
(2) Keputusan Majelis Pengawas Wilayah huruf e dan huruf f.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e (2) Keputusan Majelis Pengawas Wilayah sebagaimana
bersifat final. dimaksud pada ayat (1) huruf e bersifat final.
(3) Terhadap setiap keputusan penjatuhan sanksi (3) Terhadap setiap keputusan penjatuhan sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan
huruf f dibuatkan berita acara. huruf f dibuatkan berita acara.

40. Ketentuan Pasal 81 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut :

Pasal 81 Pasal 81 Dalam UU Perubahan ditambahkan klasifikasi, yakni


Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan anggaran, yang juga diatur dengan Peraturan Menteri.
dan pemberhentian anggota, susunan organisasi dan tata dan pemberhentian anggota, susunan organisasi dan tata
kerja, anggaran serta tata cara pemeriksaan Majelis kerja, serta tata cara pemeriksaan Majelis Pengawas diatur
Pengawas diatur dengan Peraturan Menteri. dengan Peraturan Menteri.
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
41. Ketentuan Pasal 82 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut :
Adanya penambahan ketentuan terkait organisasi Notaris
Pasal 82 Pasal 82 dalam UU Perubahan.
(1) Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi (1) Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi
Notaris. Notaris.
(2) Wadah Organisasi Notaris sebagaimana dimaksud (2) Ketentuan mengenai tujuan, tugas, wewenang, tata
pada ayat (1) adalah Ikatan Notaris Indonesia. kerja, dan susunan organisasi ditetapkan dalam
(3) Organisasi Notaris sebagaimana dimaksud pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
ayat (1) merupakan satu-satunya wadah profesi
Notaris yang bebas dan mandiri yang dibentuk
dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan
kualitas profesi Notaris.
(4) Ketentuan mengenai tujuan, tugas, wewenang, tata
kerja, dan susunan organisasi ditetapkan dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Organisasi Notaris.
(5) Ketentuan mengenai penetapan, pembinaan, dan
pengawasan Organisasi Notaris diatur dengan
Peraturan Menteri.

42. Ketentuan Bab XI dihapus

BAB XI BAB XI
KETENTUAN SANKSI KETENTUAN SANKSI
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
Adanya penghapusan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 84 Pasal 84 Pasal 16 ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf k, Pasal
Tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, atau
Dihapus terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Pasal 52, yang diatur dalam UU Perubahan.
ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf k, Pasal 41, Pasal
44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, atau Pasal 52
yang mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai
kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau
suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan
bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan Bunga kepada Notaris.

43. Ketentuan Pasal 88 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 88 Pasal 88 Dalam UU Perubahan ditambahkan klasifikasi mengenai


Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, permohonan pengajuan permohonan sebagai Notaris dan masa magang
a. pengajuan permohonan sebagai Notaris yang sedang untuk diangkat menjadi Notaris yang sudah memenuhi yang telah dijalani calon Notaris tetap diperhitungkan
diproses, tetap diproses berdasarkan Undang-Undang persyaratan secara lengkap dan masih dalam proses berdasarkan persyaratan dalam UU Peraturan Jabatan
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. penyelesaian, tetap diproses berdasarkan ketentuan Notaris.
b. Masa magang yang telah dijalani calon Notaris tetap peraturan perundang-undangan yang lama.
diperhitungkan berdasarkan persyaratan yang diatur
dalam Undang-Undang ini

44. Di antara Pasal 91 dan Pasal 92 disisipkan 2 (dua)


pasal, yakni Pasal 91A dan Pasal 91 B yang
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 91A Adanya penyisipan ketentuan dalam UU Perubahan, yakni


Ketentuan mengenai tata cara penjatuhan sanksi mengenai tata cara penjatuhan sanksi terkait beberapa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 92), Pasal 16 Pasal dan juga mengenai batas waktu penetapan peraturan
ayat (11) dan ayat (13), Pasal 17 ayat (2), Pasal 19 ayat pelaksanaan atas UU Perubahan ini.
Tugas ke 3-Matakuliah TPA U II-Disusun Oleh Veronica Kinanhi Sihuami (S352008042)
(3), Pasal 32 ayat (4), Pasal 37 ayat (2), Pasal 54 ayat
(2), dan Pasal 65A diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 91B
Peraturan pelaksanaan atas Undang-Undang ini harus
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan.

Anda mungkin juga menyukai