Anda di halaman 1dari 17

DARAH

Disajikan sebagai Bahan Kuliah Biokimia bagi Mahasiswa S1 Keperawatan

Referensi:

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, 2003, Biokimia Harper, Edisi XXV,
Penerjemah Hartono Andry, Jakarta: EGC
Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian
Biokimia FKUI), Jakarta: EGC
Tortora GJ. 1986. Principles Of Human Anatomy. New York: Harper & Row Publisher Inc.
http://themedicalbiochemistrypage.org/blood-coagulation.html. Blood Coagulation.
http://biochem.szote.u-szeged.hu/edu/actual/en/pdf/05bloodschemeoflecture.pdf. Scheme of
Lectures Biochemistry Of Blood
http://www.chemistry.wustl.edu/~edudev/LabTutorials/blood.htm. Blood-Chemistry
Tutorials. 3 Februari 2010
http://www.id.wikipedia.org/wiki/darah. Darah
http://www.en.wikipedia.org/wiki/red_blood_cell. Red Blood Cell.
http://www.en.wikipedia.org/wiki/white_blood_cell. White Blood Cell.
http://www.en.wikipedia.org/wiki/ blood. Blood.
http://www.en.wikipedia.org/wiki/haemoglobin. Haemoglobin.

1 Biokimia-IDK 1
Pengertian

Darah adalah cairan tubuh khusus yang mengangkut bahan-bahan menuju sel-sel tubuh
antara lain nutrien dan oksigen serta mengangkut produk sampah dari sel-sel tersebut.

Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah oleh pemompaan jantung. Pada
binatang berparu, darah arteri membawa oksigen dari udara yang dihirup menuju jaringan
tubuh, dan darah vena membawa karbondioksida sebagai sampah metabolisme sel dari
jaringan menuju paru untuk dikeluarkan.

Istilah medis yang berhubungan dengan darah sering diawali dengan hemo- atau hemato-
yang berasal dari Bahasa Yunani haima yang berarti darah.

Darah manusia berwarna merah, mulai dari merah terang apabila kaya oksigen sampai
merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh
hemoglobin, yaitu protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam
bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Fungsi Darah

Beberapa fungsi penting dari darah antara lain:


1. Memasok oksigen ke jaringan (oksigen terikat oleh hemoglobin, yang dibawa eritrosit)
2. Memasok nutrien seperti glukosa, asam amino dan asam lemak (larut dalam darah atau
terikat protein plasma, misalnya lipid darah)
3. Membuang sampah seperti karbondioksida, urea dan asam laktat
4. Fungsi imunologis, termasuk sirkulasi lekosit dan deteksi bahan asing oleh antibodi
5. Koagulasi, suatu mekanisme perbaikan diri dalam tubuh (penjendalan darah ketika
terluka agar perdarahan berhenti).
6. Fungsi pembawa pesan, termasuk mengangkut hormon dan signal kerusakan jaringan
7. Regulasi pH cairan tubuh (diperankan oleh komponen elektrolit dalam plasma darah).
8. Regulasi suhu tubuh (sirkulasi darah mentransportasikan panas ke seluruh tubuh).
9. Fungsi hidrolik (restriksi aliran darah ke jaringan khusus menyebabkan pengumpulan
darah yang menghasilkan ereksi, misalnya pada penis, klitoris dan pailla mamae.

Komposisi Darah

Jumlah darah kira-kira 7% dari berat badan, dengan massa jenis 1060 kg/m 3. Orang dewasa
memiliki volume darah kira-kira 5 liter. Darah tersusun atas korpuskuli (45%) dan cairan
kekuningan bernama plasma darah (55%). Korpuskuli terdiri atas eritrosit atau sel darah
(99%), lekosit atau sel darah putih (0,2%) dan trombosit atau platelet atau keping-keping
darah (0,6-1,0%). Sedangkan plasma darah tersusun atas solven (pelarut) berupa H2O atau
air (91,5%) dan solut (zat terlarut) yang terdiri atas protein (7%) dan bahan lain (1,5%).

2 Biokimia-IDK 1
Gambar 1. Komposisi darah

Sel-sel darah dibuat dari stem cell (sel induk) dalam suatu proses yang dinamakan
hemopoiesis atau hematopoiesis yang umumnya terjadi di dalam sumsum tulang. Stem cell
menghasilkan hemositoblas yang berubah menjadi prekursor untuk berbagai jenis sel darah
yaitu eritrosit, lekosit dan trombosit.

Selama masa embrio dan fetus, belum ada pusat pembentukan sel-sel darah. Yolk sac, hati,
limpa, kelenjar timus, limfonodi dan sumsum tulang semua berpartisipasi dalam
pembentukan sel-sel darah. Namun pada orang dewasa, terdapat pusat-pusat hematopoiesis
yaitu jaringan limfoid (limpa, tonsil dan limfonodi) dan jaringan mieloid atau sumsum
tulang merah pada sternum, kosta, vertebra dan pelvis. Eritrosit, trombosit dan lekosit
granuler (netrofil, eosinofil dan basofil) dibentuk pada jaringan mieloid. Sedangkan lekosit
agranuler (limfosit dan monosit) dibentuk pada jaringan mieloid maupun limfoid.

Sel-sel mesenkim yang tak terdiferensiasi dalam sumsum tulang akan diubah menjadi
hemositoblas, suatu sel imatur yang mampu berkembang menjadi sel darah matur.
Hemositoblas berubah menjadi 5 jenis utama sel, yang selanjutnya dapat berubah lagi
menjadi hingga terbentuk berbagai jenis sel darah yang matur. Kelima jenis sel hasil dari
perubahan hemositoblas tersebut adalah:
1. Rubriblas atau proeritroblas yang akhirya berkembang menjadi eritrosit
2. Mieloblas, yang selanjutnya berkembang menjadi netrofil, eosinofil dan basofil (termasuk
granulosit atau lekosit granuler)
3. Monoblas, yang berkembang menjadi monosit (termasuk agranulosit atau lekosit
agranuler)
4. Limfoblas, yang berkembang menjadi limfosit (termasuk agranulosit)
5. Megakaroblas, yang berkembang menjadi megakariosit dan selanjutnya pecah menjadi
banyak trombosit.

3 Biokimia-IDK 1
Gambar 2. Skema sistem hematopoiesis pada sumsum tulang

ERITROSIT

Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf, berdiameter 7,5 m tak memiliki nukleus dan organel.
Rentang hidup eritrosit adalah 120 hari. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan
oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang
kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Jumlah eritrosit normal adalah 4,7-6,1 juta
untuk pria dan 4,2-5,4 juta untuk wanita.

Gambar 3. Eritrosit (sel darah merah) Gambar 4. Struktur hemoglobin

4 Biokimia-IDK 1
Eritrosit memiliki fungsi utama yaitu:
1. Mengangkut oksigen dengan cara hemoglobin eritrosit mengikat oksigen membentuk
oksihemoglobin (Hb-O2). Dalam paru, masing-masing dari 4 atom Fe hemoglobin
mengikat satu molekul oksigen hasil inspirasi, lalu diangkut melalui pembuluh darah.
Setelah sampai di jaringan, molekul oksigen dilepaskan ke cairan interstitial.

2. Mengangkut karbondioksida dengan cara hemoglobin eritrosit mengikat karbondioksida


membentuk karbaminohemoglobin (Hb-CO2). Setelah hemoglobin melepaskan oksigen
ke jaringan, selanjutnya bagian globin dari hemoglobin mengikat karbondioksida untuk
diangkut lewat pembuluh darah menuju paru, untuk dibuang melalui ekspirasi.

LEKOSIT

Lekosit memiliki nukleus namun tak memiliki hemoglobin. Rentang hidup lekosit adalah
beberapa jam hingga beberapa hari. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk
yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang
yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia. Jumlah lekosit adalah 4.000-
11.000.

Lekosit digolongkan menjadi 2 yaitu granulosit dan agranulosit. Ciri dari granulosit atau
lekosit granuler adalah memiliki granula pada sitoplasma. Ada 3 macam granulosit, yaitu
netrofil atau polimorf (10-12 m), eosinofil (10-12 m) dan basofil (8-10 m). Ciri dari
agranulosit adalah tidak memiliki granula pada sitoplasma. Ada 2 macam agranulosit yaitu
limfosit (7-15 m) dan monosit (14-19 m).

Lekosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan
benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Secara
rinci, fungsi dari masing-masing jenis lekosit adalah:
1. Netrofil berfungsi melakukan fagositosis (melahap agen penyerang, misalnya bakteri)
2. Eosinofil berfungsi menyerang alergen
3. Basofil berfungsi menyerang alergen
4. Limfosit berfungsi menghasilkan antibodi untuk melawan antigen
5. Monosit berfungsi melakukan fagositosis

Netrofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit Makrofag

Gambar 5. Struktur berbagai jenis lekosit

TROMBOSIT

Selain eritrosit dan trombosit terdapat sel darah matur lainnya yaitu megakariosit.
Megakariosit adalah sel dengan sitoplasma tersusun atas fragmen-fragmen. Setiap fragmen
yang dibatasi oleh membran sel dinamakan trombosit. Diameter trombosit adalah (2-4 m).
Trombosit berjumlah 200.000-500.000.

Peran dari trombosit adalah dalam proses penjendalan darah yaitu dengan cara mengubah
fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin membuat jala pada sel-sel darah dan jendalan, yang
kemudian menghentikan darah yang keluar dan juga membantu mencegah masuknya
bakteri.

5 Biokimia-IDK 1
Gambar 6. Eritrosit, lekosit dan trombosit

Tabel 1 menunjukkan variasi sumber lain sebagai pembanding mengenai jumlah sel-sel
darah.
Tabel 1. Jumlah normal sel-sel darah

Jumlah sel-sel darah orang dewasa normal

Eritrosit 5.0x106/mm3  

Trombosit 2.5x105/mm3  

Lekosit 7.3x103/mm3  

  Netrofil Granulosit  50-70%

  Limfosit  Agranulosit 20-40%

  Monosit  Agranulosit 1-6%

  Eosinofil  Granulosit 1-3%

6 Biokimia-IDK 1
  Basofil  Granulosit <1%

PLASMA DARAH

Plasma darah adalah cairan berwarna kuning jernih terdiri atas solven berupa H2O, dengan
proporsi 91,5% dan solut dengan proporsi 8,5% terutama protein (7%) dan solut lainnya
(1,5%). Keseluruhan solut protein dinamakan protein plasma, khususnya albumin yang
menempati 55% dari protein plasma, selebihnya adalah globulin (38%) dan fibrinogen (7%).
Secara lengkap komposisi dari plasma darah ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi plasma darah

KONSTITUEN DESKRIPSI
SOLVEN: AIR 90% air diperoleh dari absorpsi melalui saluran pencernaan, 10% dari
respirasi seluler. Air berperan sebagai pelarut, mengikat bahan padat
dan menyerap panas.

SOLUT:
PROTEIN
- Albumin Berfungsi mempertahankan dan mengatur tekanan darah serta
memelihara tekanan osmotik cairan sehingga terjadi keseimbangan
antara cairan di dalam dan di luar pembuluh darah.
- Globulin Berupa imunoglobulin yang disebut antibodi
- Fibrinogen Berperan dalam proses penjendalan darah

NITROGEN NON Mengandung nitrogen tetapi bukan protein, misalnya urea, asam urat,
PROTEIN kreatin, kreatinin dan garam amonium. Bahan-bahan ini adalah sisa
metabolisme protein yang akan diekskresikan

BAHAN Merupakan hasil pencernaan yang dimasukkan ke dalam pembuluh


MAKANAN darah untuk didistribusikan ke sel-sel, di antaranya asam amino dari
protein, glukosa dari karbohidrat, asam lemak, gliserol dan gliserida
dari lipid

BAHAN Berupa enzim untuk katalisator reaksi-reaksi kimia serta hormon yang
REGULATOR mengatur pertumbuhan dan perkembangan

GAS-GAS Dalam plasma, gas oksigen dan karbondioksida dalam porsi lebih
PERNAFASAN sedikit, karena sebagian besar diangkut oleh hemoglobin eritrosit

ELEKTROLIT Yang tergolong elektrolit antara lain kation (ion positif) yaitu Na+,
K+, Ca2+ dan Mg2+ dan anion yaitu Cl-, PO43-, SO42- dan HCO3-.
Bahan ini membantu mempertahankan tekanan osmotik, pH normal
dan keseimbangan cairan.

7 Biokimia-IDK 1
Penjendalan Darah

Kemampuan tubuh untuk mengendalikan aliran darah setelah terjadi injuri vaskuler adalah
sangat penting. Proses blood clotting (penjendalan darah) dan disusul larutnya jendalan,
setelah perbaikan jaringan rusak disebut hemostasis. Hemostasis merupakan gabungan dari
4 kejadian utama yang terjadi dalam sebuah rangkaian setelah terjadi kerusakan jaringan
yaitu:

1. Fase inisial yaitu konstriksi vaskuler yang membatasi aliran darah ke lokasi injuri.
2. Aktivasi trombosit oleh trombin dan berkumpul pada tempat injuri, bersifat sementara,
membangun sumbatan trombosit yang longgar. Fibrinogenlah yang pertama berespon
untuk merangsang kumpulnya trombosit. Setelah aktivasi, trombosit melepaskan
nukleotida, ADP dan eikosanoid, TXA2 (keduanya mengaktifkan trombosit tambahan),
serotonin, fosfolipid, lipoprotein, dan protein penting lain untuk koagulasi. Untuk
merangsang sekresi, trombosit yang telah diaktifkan akan berubah bentuk untuk
mengakomodir pembentukan sumbatan.
3. Untuk menjamin stabilitas sumbatan trombosit longgar, jala fibrin atau clot (jendalan)
dibentuk dan menjerat sumbatan. Jika sumbatan hanya mengandung trombosit, maka
disebut thrombus putih, jika juga terdapat eritrosit di dalamnya maka disebut trombus
merah.
4. Akhirnya jendalan harus larut agar aliran darah normal kembali. Larutnya jendalan
terjadi karena peran dari plasmin.

Gambar 7. Peristiwa perdarahan

Gambar 8. Pembentukan sumbatan oleh jendalan yang diikat oleh jala-jala fibrin

8 Biokimia-IDK 1
Ada 2 jalur pembentukan jendalan fibrin yaitu jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik. Kedua
jalur tersebut akhirnya bersatu pada jalur utama yang bermuara pada pembentukan jendalan.
Kedua jalur bersifat kompleks dan melibatkan berbagai macam protein yang disebut clotting
factor (faktor penjendalan). Pembentukan jendalan fibrin sebagai respon terhadap injuri
adalah kejadian yang paling relevan secara klinis dari hemostasis, disbanding kondisi
normal. Proses ini adalah akibat dari aktivasi jalur ekstrinsik. Pembentukan thrombus merah
atau jendalan sebagai respon terhadap abnormalitas dinding pembuluh darah tanpa
kerusakan jaringan adalah akibat dari jalur intrinsik. Jalur intrinsik memiliki signifikansi
klinik rendah dibandingkan dengan kondisi normal. Yang paling signifikan secara klinis
adalah aktivasi jalur intrinsik oleh kontak dinding pembuluh darah dengan partikel
lipoprotein, VLDL (very low density lipoprotein) dan kilomikron. Proses ini menunjukkan
peran hiperlipidemia dalam pembentukan aterosklerosis. Jalur intrinsik juga dapat diaktifkan
oleh kontak dinding pembuluh darah dengan bakteri.

Secara lengkap, faktor-faktor yang terlibat dalam proses penjendalan darah diuraikan pada
Tabel 3 terlampir.

Gambar 9. Skema jalur proses koagulasi darah

9 Biokimia-IDK 1
Gambar 10. Skema jalur proses koagulasi darah

10 Biokimia-IDK 1
Gangguan Proses Penjendalan Darah

Ada beberapa macam gangguan proses penjendalan darah antara lain:


1. Hemofilia, yaitu sebuah penyakit yang disebabkan disfungsi dari salah satu faktor
penjendalan darah yakni faktor anti hemofili.
2. Inefektifitas atau ketidakcukupan trombosit sehingga menimbulkan koagulopati
(gangguan penjendalan darah)
3. Status hiperkoagulasi (trombofilia) yang diakibatkan oleh gangguan regulasi trombosit
atau fungsi faktor penjendalan, dan dapat menyebabkan trombosis.

Tugas:
Carilah beberapa contoh lain dari gangguan koagulasi darah lalu beri penjelasan
secukupnya !

11 Biokimia-IDK 1
LAMPIRAN
Tabel 3. Faktor-faktor penjendalan darah

Primary Factors
Pathwa
Factor Trivial Name(s) Characteristic
y

Prekallikrein Functions with HMWK and


Fletcher factor Intrinsic
(PK) factor XII

Co-factor in kallikrein and


High factor XII activation,
molecular contact activation necessary in factor XIIa
weight cofactor; Fitzgerald, Intrinsic activation of XI, precursor for
kininogen Flaujeac Williams factor bradykinin (a potent
(HMWK) vasodilator and inducer of
smooth muscle contraction

I Fibrinogen Both  

II Prothrombin Both Contains N-term. gla segment

Extrinsi
III Tissue Factor  
c

IV Calcium Both  

Proaccelerin, labile
V factor, accelerator (Ac-) Both Protein cofactor
globulin

VI (same as This is Va, redundant to


Accelerin Both
Va) Factor V

Proconvertin, serum
prothrombin conversion Extrinsi Endopeptidase with gla
VII
accelerator (SPCA), c residues
cothromboplastin

Antihemophiliac factor
VIII A, antihemophilic Intrinsic Protein cofactor
globulin (AHG)

IX Christmas Factor, Intrinsic Endopeptidase with gla


antihemophilic factor residues

12 Biokimia-IDK 1
B,plasma thromboplastin
component (PTC)

Endopeptidase with gla


X Stuart-Prower Factor Both
residues

Plasma thromboplastin
XI Intrinsic Endopeptidase
antecedent (PTA)

XII Hageman Factor Intrinsic Endopeptidase

Protransglutaminase,
XIII fibrin stabilizing factor Both Transpeptidase
(FSF), fibrinoligase

Functional Classification of Clotting


Factors
Zymogens of Serine
Activities
Proteases

binds to exposed collagen at site of vessel wall injury,


Factor XII
activated by high-MW kininogen and kallikrein

Factor XI activated by factor XIIa

Factor IX activated by factor XIa in presence of Ca2+

Factor VII activated by thrombin in presence of Ca2+

activated on surface of activated platelets by tenase complex


Factor X
and by factor VIIa in presence of tissue factor and Ca2+

activated on surface of activated platelets by prothrombinase


Factor II
complex

Cofactors Activities

activated by thrombin; factor VIIIa is a cofactor in the


Factor VIII
activation of factor X by factor IXa

activated by thrombin; factor Va is a cofactor in the activation


Factor V
of prothrombin by factor Xa

13 Biokimia-IDK 1
a subendothelial cell-surface glycoprotein that acts as a
Factor III (tissue factor)
cofactor for factor VII

Fibrinogen Activity

Factor I cleaved by thrombin to form fibrin clot

Transglutaminase Activity

activated by thrombin in presence of Ca2+; stabilizes fibrin


Factor XIII
clot by covalent cross-linking

Regulatory/Other
Activities
Proteins

associated with subendothelial connective tissue; serves as a


von Willebrand factor
bridge between platelet glycoprotein GPIb/IX and collagen

activated to protein Ca by thrombin bound to


Protein C
thrombomodulin; then degrades factors VIIIa and Va

acts as a cofactor of protein C; both proteins contain gla


Protein S
residues

protein on the surface of endothelial cells; binds thrombin,


Thrombomodulin
which then activates protein C

most important coagulation inhibitor, controls activities of


Antithrombin III
thrombin, and factors IXa, Xa, XIa and XIIa

14 Biokimia-IDK 1
Dalam sistem hemostasis ada 3 mekanisme yang bekerja bersama-sama untuk menghentikan
aliran darah yaitu:
1. Vasokonstriksi
2. Pembentukan sumbatan trombosit
3. Penjendalan darah

Pertama: VASOKONSTRIKSI

Vasokonstriksi dapat memperlambat aliran darah sehingga kehilangan darah berkurang.


Proses ini diperantarai oleh:
- Kontrol lokal
Vasokonstriktor misalnya tromboksan yang dilepaskan pada lokasi kerusakan
menyempitkan vaskuler setempat.
- Kontrol sistemik
Epinefrin yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal merangsang vasokonsriksi secara
sistemik.

Kedua: PEMBENTUKAN SUMBATAN TROMBOSIT

Saat terjadi kerusakan vaskuler, darah terpapar oleh serat kolagen pada membran basal
pembuluh darah. Trombosit diaktifkan akibat kontak dengan kolagen tersebut. Trombosit
yang telah aktif melepaskan substansi kimia antara lain ADP dan tromboksan yang
menyebabkan berkumpulnya trombosit-trombosit lain ke lokasi injuri. Kumpulan trombosit
membentuk sumbatan trombosit yang menghentikan aliran darah keluar dari pembuluh
darah. Sumbatan trombosit ini kadang-kadang ada yang menuju sasaran yang salah (bukan
daerah injuri). Untuk mengatasi hal ini, pembuluh darah mengeluarkan enzim prostasiklin
yang dapat menghambat aktifasi dan berkumpulnya trombosit.

Gambar: Pembentukan sumbatan trombosit

Ketiga: PENJENDALAN DARAH

 Darah memiliki belasan faktor penjendalan, berupa protein yang eksis di dalam darah dalam
kondisi inaktif, namun akan aktif jika ada kerusakan pembuluh darah. Aktifasi faktor-faktor
penjendalan ini terjadi menurut urutan tertentu. Faktor pertama mengaktifkan faktor kedua,
faktor kedua mengaktifkan faktor ketiga, demikian seterusnya. Urutan reaksi ini dinamakan
clotting cascade (luncuran jendalan). Penjendalan darah adalah transformasi dari bentuk cair
ke bentuk jel semisolid. Jendalan dibuat fibrin yaitu serat (polimer) protein. Monomer fibrin
dihasilkan dari aktifasi fibrinogen yang semula adalah prekursor inaktif. Ujung fibrinogen
memiliki penutup, yang jika dilepas akan melekat ke fibrin-fibrin yang lain, sehingga
terbentuklah polimer fibrin. Proses perubahan fibrinogen menjadi fibrin membutuhkan
enzim yaitu trombin. Proses ini juga membutuhkan kalsium yang mengikat monomer-
monomer fibrin menjadi polimer fibrin. Serat-serat fibrin membentuk jala-jala longgar yang
distabilkan oleh faktor XIII. Jala-jala fibrin yang telah stabil menangkap eritrosit sehingga
terbentuk jendalan dan menghentikan aliran darah.

15 Biokimia-IDK 1
Gambar: Pembentukan jendalan darah

PENGENDALIAN PROSES PENJENDALAN DARAH

Dari gambar di atas terlihat bahwa trombin adalah kunci mekanisme penjendalan. Jika
trombin tersedia, maka penjendalan berlangsung, tetapi jika trombin tidak ada, penjendalan
tidak akan terjadi.

Bagaimana trombin dikendalikan?


Trombin berasal dari prekursor inaktif yaitu protrombin. Ada 2 jalur untuk mengubah
protrombin menjadi trombin yaitu jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik.

Gambar: Dua jalur pembentukan trombin

Pertama: JALUR INTRINSIK

Jalur intrinsik, dirangsang oleh elemen-elemen intrinsik (elemen-elemen dalam darah


sendiri). Kerusakan dinding pembuluh darah merangsang aktifasi luncuran faktor
penjendalan. Luncuran ini mengakibatkan aktifasi faktor X. Faktor X yang teraktifasi
merupakan enzim pengubah protrombin menjadi trombin. Trombin mengubah fibrinogen
menjadi monomer fibrin yang kemudian terpolimerasi menjadi serat fibrin. Serat fibrin
membentuk jala-jala longgar yang distabilkan oleh serat melintang yang dibuat oleh faktor
XIII. Jala-jala serat fibrin yang stabil menjadi jendalan yang menangkap eritrosit dan
trombus, kemudian menghentikan aliran darah.

16 Biokimia-IDK 1
Kedua: JALUR EKSTRINSIK

Jalur ekstrinsik dirangsang oleh kerusakan jaringan di luar pembuluh darah. Jalur ini
menjendalkan darah yang mengalir dari pembuluh darah ke jaringan. Kerusakan jaringan
merangsang aktifasi tromboplastin jaringan, suatu enzim yang mengkatalisis aktivasi faktor
X. Pada poin ini jalur intrinsik dan ekstrinsik bersatu dan langkah selanjutnya sama dengan
yang dilalui jalur intrinsik.

17 Biokimia-IDK 1

Anda mungkin juga menyukai