Digital Banking
Digital Banking
Disusun oleh:
(20086050005)
A. LATAR BELAKANG
Infeksi Severe Acute Sespiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) atau yang
biasa disebut sebagai COVID-19 mulai mewabah di masyarakat dunia. Pada tanggal 12
Maret 2020, World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa COVID-19
sebagai Pandemik. Penularan virus COVID-19 terbilang cukup mudah, transmisi COVID-
19 terjadi melalui droplet yang keluar saat berbicara atau batuk sehingga penyebaran virus
ini terjadi masif di masyarakat. Karena mudahnya transmisi/penularan dari virus COVID-
19 akhirnya pemerintah mengeluarkan kebijakan social distancing sebagai upaya
pencegahan penyebaran virus COVID-19 yang lebih masif. Social distancing merupakan
kebijakan yang ditujukan kepada individu untuk membatasi atau mengurangi kontak sosial
antar satu orang dengan orang lain guna mengurangi risiko penularan dari COVID-19,
sehingga dalam hal ini masyarakat dihimbau untuk membatasi kegiatannya yang dilakukan
di luar rumah atau sebisa mungkin untuk melalukan kegiatan dari rumah atau yang sering
disebut sebagai Work From Home (WFH). Kebijakan social distancing tersebut tentunya
tidak terlepas dari dampak negatif, berbagai sektor terpengaruh oleh kebijakan tersebut
tidak terkecuali pada sektor perekonomian. Kementerian Kuangan menunjukan bahwa
COVID-19 memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian domestic,
seperti penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat, penurunan kinerja dari perusahaan,
ancaman dari sektor perbankan dan keuangan, serta eksistensi dari UMKM. Diterapkannya
kebijakan social distancing membuat masyarakat mengurangi kegiatannya di tempat
umum seperti bank. Hal ini menjadi tantangan terhadap bank untuk berinovasi agar
mempermudah masyarakat dalam mengakses produk dari bank, salah satunya adalah
dengan memanfaatkan teknologi digital banking.
Pada era modern ini segala aspek kehidupan mulai tak bisa terlepas dari teknologi.
Kebutuhan yang terus meningkat, mobilisasi manusia yang semakin cepat serta kesibukan
yang semakin padat memaksa teknologi untuk tertus berinovasi demi terciptanya suatu
fasilitas yang dapat memenuhi hal-hal tersebut. Dengan adanya teknologi yang
memumpuni maka segala hal akan dirasa lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya.
Dalam perspektif ekonomi, maka muncul istilah ekonomi digital (digital economy) sebagai
suatu konsep aktivitas ekonomi yang berbasis pada teknologi digital. Ekonomi digital
pertamakali dicetuskan oleh Tapscott (1994) yaitu tentang bagaimana teknologi dan
strategi binsis bertransformasi tidak hanya pada proses bisnisnya, melainkan juga
transformasi cara produk dan jasa diproduksikan dan dipasarkan, struktur dan tujuan
perusahaan, serta dinamika kompetisi bisnis. Selain itu ekonomi digital juga membawa
kepada epinsentrum komputer, telekomunikasi, dan hiburan.1
Perkembangan teknologi informasi tersebut tentu juga mempengaruhi kegiatan industri
perbankan yang mau tidak mau harus siap untuk melakukan perubahan dan ikut
bertransformasi. Saat ini teknologi informasi sudah memasuki era rovolusi industri 4.0
dimana cara hidup masyarakat, bagaimana masyarakat bekerja dan berhubungan satu sama
lain mulai mengalami perubahan yamg cukup signifikan, dimana perubahan-perubahan
tersebut menjadi suatu tantangan baru untuk sector industri perbankan. Industri perbankan
harus merespon secara cepat terhadap perubahan-perubahan tersebut guna mempersiapkan
lembaga jasa keuangan untuk menghadapi inovasi digital banking.
Sebagaimana dijelaskan di atas, Pandemi COVID-19 menjadikan industri perbankan
mau tidak mau melakukan efisiensi untuk tetap mempertahankan eksistensinya dengan
memanfaatkan inovasi digital banking. Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I Otoritas
Keuangan (OJK), Teguh Supangkat dalam Webinar Akurat.co yang bertemakan “Peran
Digital Banking dalam Percepatan Pemulihan Ekonomi” di Jakarta pada Kamis
(1/4/2021), mengatakan bahwa di masa pandemic COVID-19 pola masyarakat mulai
berubah dari yang sebelumnya bersifat fisik menjadi virtual, sehingga digitalisasi memiliki
peran tersendiri untuk mengurangi hambatan structural. Namun beliau mengatakan juga
bahwa peningkatan pada transaksi digital bukan hanya terjadi pada masa pandemic namun
sudah menjadi keniscayaan bagi bank untuk terus berkompetensi dalam mempertahankan
eksistensinya.2
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis ingin mengetahui sejauh mana inovasi dari
digital banking memiliki peran terhadap industri perbankan terutama perbankan yang
memiliki kriteria perbankan syariah. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut dengan melakukan penelitian di Bank Syariah Indonesia cabang Cirebon untuk
dapat mengetahui bagaimana penerapan digital banking serta peranannya untuk
mendorong efisiensi serta esistensi dari Bank Syariah Indonesia cabang Cirebon selama
masa Pandemi COVID-19.
1
Abdul Hadi Ilman, Muhammad Nurjihadi, Gita Noviskandariani, Peran Teknologi Finansial Bagi Perekonomian
Negara Berkembang. JEBI: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 04, No. 1, hal. 28.
2
Tira Sentia, “Soal Digital Banking, Antara Keniscayaan dan Tuntutan”, diakses dari
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4521667/soal-digital-banking-antara-keniscayaan-dan-tuntutan, diakses
pada 21 April 2021 pukul 21.30 WIB.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat diuraikan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa sajakah bentuk layanan digital banking pada Bank Syariah Indonesia cabang
Cirebon?
2. Bagaimanakah peran digital banking dalam meningkatkan efisiensi dan eksistensi
Bank Syariah cabang Cirebon di tengah pandemi COVID-19?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penulisan ini, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa saja bentuk layanan digital banking pada Bank Syariah Indonesia
cabang Cirebon.
2. Mengetahui bagaimana peran digital banking dalam meningkatkan efisiensi dan
eksistensi Bank Syariah Indonesia cabang Cirebon di tengah pandemic COVID-19.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Digital Banking
Evolusi teknologi informasi dan komunikasi melahirkan globalisasi yang dapat
mempersingkat jarak dan waktu untuk berkomunikasi melalui digital elektronik. Teori
digital adalah sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman teknologi dan sains,
dari semua yang bersifat manusia menjadi otomatis, dan dari semua yang bersifat rumit
menjadi ringkas. Digital adalah sebuah metode yang kompleks namun fleksibel yang
membuat sesuatu yang pokok dalam kehidupan manusia. Teori digital selalu berhubungan
dengan media, karena media dapat terus berkembang. Diantara media modern adalah
internet, mobile phone, social network, dan sebagainya. Media menjadi payung kehidupan
yang menghubungkan manusia dengan manusia, manusia dengan teknologi di zaman
millenial 4.0. Internet sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia, ditambah dengan
berkembangnya inovasi- \inovasi teknologinya. Media internet dapat digunakan
diberbagai kegiatan bisnis (e-commerce), pendidikan (e-learning), perbankan (m-
banking), termasuk jejaring internet yang saat ini dijadikan media komunikasi seperti
facebook, twitter, yahoo massenger dan sebagainya.3
Digitalisasi didefinisikan sebagai penggunaan teknologi digital untuk model bisnis
baru dan memberikan peluang baru yang menghasilkan nilai. Hal ini merupakan bisnis
digital dan integrasi teknologi digital ke dalam kehidupan sehari-hari (Gartner, 2016)4.
Digitalisasi adalah peluang bagi perusahaan dan organisasi untuk meningkatkan aktivitas
bisnis, termasuk bisnis perbankan. Transformasi digital membutuhkan perubahan pada
banyak elemen praktek perusahaan, seperti pada manajemen dan stuktur organisasi maka
akan logis untuk menggabungkannya dengan strategi bisnis yang ada5.
Digitalisasi perbankan dapat menekan efisiensi atau menurunkan biaya operasional
perbankan hingga 25 %, bahkan mungkin lebih. Ada dua cara yang dapat dilakukan
perbankan: pertama, digitalisasi layanan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih
cepat, murah, dan mudah ke nasabah. Misalnya, membuka rekening digital melalui telepon
pintar. Kedua, mengintegrasikan kegiatan perbankan dengan kehidupan nasabah sehari-
3
Abdus Salam Dz, Inklusi Keuangan Perbankan Syariah Berbasis Digital-Banking: Optimalisasi dan
Tantangan, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Volume 10, No. 1 Tahun 2018.
4
Gartner 2016. Digitalization. Cited 28.11.2016, http://www.gartner.com/itglossary/ digitalization/
5
Matt, C., Hess, T. & Benlian, A. 2015, Digital Transformation Strategies, Business & Information Systems
Engineering, vol. 57, no. 5, pp. 339-343.
hari. Seperti melalui aplikasi “Home Connect” untuk memudahkan calon klien menaksir
harga rumah yang akan dibelinya berdasarkan harga rata- rata di kawasan tersebut6.
B. Lembaga Perbankan
Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha, dan kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah. Menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Operasional bank syariah berdasarkan
landasan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa. Bank Syariah berorientasi pada
kesejahteraan sosial sesuai dengan tujuan ekonomi syariah. Bank syariah atau perbankan
syariah memiliki kelembagaan yang terbagi menjadi Bank Umum Syariah (BUS), Unit
Usaha Syariah (UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR syariah). Kegiatan
perbankan syariah berhubungan dengan kelembagan lain di luar bank, yakni Dewan
Syariah Nasional (DSN), Dewan Pengawas Syariah (DPS), Badan Arbitrase Syariah
Nasional (BASYARNAS), Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank
Syariah merupakan lembaga intermediasi sekaligus penyedia layanan jasa keuangan yang
dijalankan berlandaskan etika dan sistem nilai Islam, khususnya terbebas dari bunga (riba),
bebas dari kegiatan spekulatif yang tidak produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari
hal-hal yang tidak jelas serta meragukan (gharar), menjunjung keadilan, dan hanya
membiayai kegiatan usaha yang halal7 (Yumanita, 2005).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 31 bahwa bank adalah suatu
lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang
berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Bank berfungsi sebagai lembaga
intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito
dan giro, serta menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman
(kredit). Dalam menyalurkan dana kepada masyarakat, bank memegang prinsip kehati-
hatian serta memerhatikan prinsip 5 C yakni character, capacity, capital, collateral, dan
6
Abdus Salam Dz, Inklusi Keuangan Perbankan Syariah Berbasis Digital-Banking: Optimalisasi dan
Tantangan, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Volume 10, No. 1 Tahun 2018.
7
Yumanita, D., Pendidikan, P., Studi, D. A. N., & Ppsk, K. (2005). Bank Syariah : Gambaran Umum. Jakarta:
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia
condition of economies. Bank juga berfungsi sebagai pelayanan jasa seperti transfer dana,
inkaso, cek, kartu kredit, uang elektronik (e-money) dan pelayanan lainnya.
8
Hafizd, Jefik Zulfikar, Peran Bank Syariah Mandiri (BSM) bagi perekonomian Indonesia di masa pandemi covid
19, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Vol. 5, No. 2, Desember 2020
9
Mardhiyaturrositaningsih, Muhammad Syarqim Mahfudz, Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Manajemen
Industri Perbankan Syariah: Analisis Komparatif, Vol. 2, No. 1, Juni 2020
METODE PENELITIAN
10
Lexy J. Moleong, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 186.
Analis data dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
memperhatikan keterhubungan antara data primer dan data sekunder untuk selanjutnya
dianalisis secara kualitatif. Hasil analisis lalu akan dipaparkan secara deskriptif.
PEMBAHASAN
Tabel 1.1
Jumlah Pengguna BSI mobile
Pengguna BSI Mobile
Nama Cabang
Des 2019 Des 2020 Jan 2021 Feb 2021 Mar 2021
KC Cirebon 3.720 5.963 6.123 6.303 6.493
Tabel 1.2
Jumlah Pengguna Aktif BSI mobile
Pengguna Aktif BSI Mobile
Nama Cabang
Des 2019 Des 2020 Jan 2021 Feb 2021 Mar 2021
KC Cirebon 1.337 2.509 2.558 2.475 2.648
Dari data tersebut, terlihat sejak periode desember tahun 2019 sampai dengan Maret
2021, pengguna BSI mobile mengalami peningkatan yang cukup tajam, dari angka 3.720
hingga mencapai angka 6.493, selanjutnya apabila melihat dari data pengguna aktif BSI
mobile terlihat nasabah yang memiliki dan aktif bertansaksi menggunakan BSI mobile
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk melihat peningkatan jumlah pengguna
dari BSI mobile selama pandemi COVID-19 juga dapat dilihat dari data persentase
pengguna BSI mobile yang pada Maret 2021 persentase pengguna BSI mobile hampir
menyentuh angka 30% atau hampir sepertiga dari jumlah keseluruhan nasabah BSI.
Tabel 1.3
Persentase Pengguna BSI Mobile
% Pengguna BSI Mobile
Nama Cabang
Des 2019 Des 2020 Jan 2021 Feb 2021 Mar 2021
KC Cirebon 20,08% 27,29% 27,21% 27,68% 28,26%
Tabel 1.4
Persentase Pengguna Aktif BSI Mobile
% Pengguna Aktif BSI Mobile
Nama Cabang
Des 2019 Des 2020 Jan 2021 Feb 2021 Mar 2021
KC Cirebon 35,94% 42,08% 41,78% 39,27% 40,78%
Tabel 1.5
Data Jumlah Transaksi dan Fee BSI Mobile dan Internet Banking
Jumlah Transaksi Fee
Channel
Des 2019 Des 2020 Mei 2021 Des 2019 Des 2020 Mei 2021
IB 878 1,718 125 1,771,395 3,099,888 225,190
MB 8,714 19,595 2,912 18,780,122 38,986,490 2,299,443
Total 9,592 21,313 3,037 20,551,517 42,086,379 2,524,632
Tabel 1.6
Pendapatan OPR dan OH Bank Syariah Indonesia Cirebon
Bulan Pendapatan OPR OH
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa Bank Syariah Indonesia cabang Cirebon
mengalami peningkatan laba dari tahun ke tahunnya, laba dapat dilihat dengan mengurangi
pendapatan operasional dengan over head cost (beban biaya) dari tahun 2019 hingga bulan
Maret 2021, surplus positif pendapatan di tiap tahunnya menunjukan hasil laba. Hal ini
sejalan dengan laporan fee dari transaksi pada BSI mobile banking dan internet banking
yang mengalami kenaikan sejak 2019 hingga 2021.
Berdasarkan data-data di atas dapat dikatakan bahwa di tengah pandemi COVID-19
Bank Syariah Indonesia cabang Cirebon masih dapat survive dengan keadaan
perekonomian Indonesia yang tidak stabil, BSI cabang Cirebon masih bisa meningkatkan
labanya dari tahun ke tahun. Namun dibalik itu semua, BSI cabang Cirebon juga
mengalami tantangan dalam pengoptimalisasian layanan digital banking. Tantangan
tersebut dibagi menjadi dua, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan
internal dari layanan digital banking yaitu bandwitch/jaringan yang pelum stabil sehingga
sering terjadi error dalam transaksi yang dilakukan oleh nasabah sehingga terkadang
mengganggu kenyamanan nasabah dalam bertransaksi. Selanjutnya, tantangan eksternal
berasal dari luar BSI, terkadang terjadi error pada fitur yang dalam fungsinya bekerja sama
dengan bank lain.
Langkah-langkah strategi optimalisasi yang dilakukan oleh BSI untuk memperkenalkan
fitur-fitur pada layanan digital banking di BSI kepada nasabah dilakukan dengan selalu
mensosialisasikan layanan digital banking pada saat nasbah melakukan aktivitas/transaksi
dengan Customer Service di kantor cabang. Selain itu, Bank Syariah Indonesia cabang
Cirebon juga melakukan sosialisasi secara digital dengan memperkenalkan layanan digital
melalui media sosial, seperti Instagram, Facebook dan lainnya. BSI cabang Cirebon juga
menawarkan kepada nasabah untuk bergabung di media sosial Whatsapp nasabah-nasabah
BSI agar nasabah dapat selalu ter-update dengan layanan maupun fitur-fitur baru yang
diluncurkan oleh BSI.
PENUTUP
KESIMPULAN
Selama masa pandemic, Bank Syariah Indonesia cabang Cirebon tetap dapat
mempertahankan eksistensinya dan juga tetap dapat melakukan kegiatannya dengan efisien.
Hal ini tidak dapat terlepas dari digital banking yang memiliki peranan yang cukup signifikan
terlihat dari peningkatan jumlah nasabah yang melakukan aktivasi BSI mobile selama tahun
2020-2021. Presentase nasabah BSI Bank Syariah Indonesia dengan pengguna BSI mobile
dilihat dari data di tiap bulannya selalu mengalami kenaikan khusunya pengguna BSI mobile.
Karena BSI mobile menyediakan banyak fitur dengan kecanggihan teknologi dan memudahkan
nasabahnya untuk melakukan transaksi. Digitalisasi perbankan dapat menekan efisiensi atau
menurunkan biaya operasional perbankan hingga 25 %, bahkan mungkin lebih. Kehadiran BSI
digital yang terdiri dari:
1. ATM (Automated Teller Machine) transaksi tanpa harus pergi ke teller di kantor cabang.
2. BSI Mobile Banking (m-banking) menawarkan berbagai variasi layanan yang dapat
mempermudah masyarakat untuk melakukan transaksi dengan sangat praktis seperti buka
rekening online, info rekening, transfer, pembayaran dan pembelian, layanan Islami,
ZISWAF, e-mas, tarik tunai tanpa kartu ATM, layanan pengaduan nasabah (complaint)
3. BSI Internet Banking (i-banking) dapat digunakan secara perserorangan atau nasabah
dalam bentuk instansi/organisasi. Fiturnya seperti: tabungan dan giro, daftar mutasi,
deposito, transfer
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadi Ilman, Muhammad Nurjihadi, Gita Noviskandariani. Peran Teknologi Finansial
Bagi Perekonomian Negara Berkembang. JEBI: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
Vol 04, No. 1
Tira Sentia. “Soal Digital banking, Antara Keniscayaan dan Tuntutan”. diakses dari
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4521667/soal-digital-banking-antara-keniscayaan-
dan-tuntutan pada 21 April 2021 pukul 21.30 WIB.
Matt, C., Hess, T. & Benlian, A. 2015. Digital Transformation Strategies, Business &
Information Systems Engineering. vol. 57, no. 5, pp. 339-343.
Yumanita, D., Pendidikan, P., Studi, D. A. N., & Ppsk, K. 2005. Bank Syariah : Gambaran
Umum. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia
Hafizd, Jefik Zulfikar. Peran Bank Syariah Mandiri (BSM) bagi perekonomian Indonesia di
masa pandemi covid 19. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Vol. 5, No. 2, Desember 2020
Keterangan:
Foto bersama Customer Service supervisor Bank Syariah Indonesia cabang Cirebon, Ibu
Martina Purbasari diambil pada hari selasa, 27 April 2021 setelah melakukan sesi wawancara
untuk mini riset.