Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam setiap perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuannya sering kali
masalah juga datang. Karena tidak ada masalah yang tidak terduga dalam melaksanakan
proses untuk mencapai tujuan. Ketika sedang ada masalah harus bisa menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan baik. Dapat diselesaikan melalui komunikasi dan kerja
sama yang baik untuk mengambil keputusan yang tepat. Karena permasalahan yang ada
tidak hanya dari internal tetapi juga ada yang dari eksternal. Ketika menyelesaikan
masalah itu juga bisa menjadi tolak ukur keberhasilan karier manajemen.
Pengambilan keputusan juga termasuk ke dalam cara untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi di dalam perusahaan atau organisasi. Di sini seorang individu harus
mampu berpikir kritis untuk memecahkan masalah. Karena dalam menyelesaikan
masalah sangat dibutuhkan individu yang berpikir kritis untuk dapat menganalisis
masalah tersebut. pengambilan keputusan juga tidak hanya dipikirkan oleh satu individu
saja tetapi juga bisa dalam berkelompok dengan membangun komunikasi yang baik. Agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam setiap pengambilan keputusan. Dengan ini di
harapkan dapat mengambil keputusan secepatnya tetapi juga tepat.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pengambilan Keputusan

Kehidupan manajer dipenuhi dengan serangkaian pembuatan keputusan. Kegiatan


ini memainkan peranan penting, karena kualitas keputusan – keputusan manajer akan
menentukan efektifitas rencana yang disusun. Secara umum, pengertian pengambilan
keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :

1. Menurut George R. Terry

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan)


tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

2. Menurut S.P. Siagian

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap


hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.

3. Menurut James A.F. Stoner

Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu


tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah
suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan
suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

B. Gaya Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan lebih lanjut diinisiasi dan dilakukan oleh Alan J. Rowe,
seorang profesor emeritus dalam bidang manajemen dan organisasi dari Marshall School
of Business. Ia mengajukan empat gaya pengambilan keputusan yang dikembangkan dari
teori kepribadian psikolog Carl Gustav Jung.

2
Secara teoritis ada 4 gaya pengambilan keputusan yang biasanya dilakukan oleh
seorang pemimpin. Keempat gaya tersebut adalah:

1. Gaya Direktif

Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang cepat, dimana orang yang
memiliki karakter ini tidak ingin membuang waktu berlama-lama dalam
melakukan analisis pilihan yang ada dan segera mengambil tindakan yang runtut.
Pengambilan keputusan didasarkan kepada pengalaman, sehingga akan sangat
mudah menghadapi situasi yang berulang, tetapi cenderung mengalami kesulitan
dalam menentukan keputusan untuk situasi baru yang belum pernah dihadapi.
Umumnya mereka tidak terlalu tertarik untuk mendengarkan masukan orang lain
terutama yang memiliki pandangan berbeda. Bagi seseorang dengan gaya seperti
ini, mengambil keputusan yang tepat lebih baik dibanding mengikuti pendapat
orang lain.

 Cenderung bersifat efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan


masalah
 Berfokus pada fakta dan penyelesaian masalah secara lebih cepat
 Cenderung berfokus jangka pendek
 Gemar menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, secara umum
menggambarkan kekeuasaan yang otokratik

2. Gaya Analitik
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang sangat berhati-hati, dan
khawatir membuat keputusan yang salah karena tergesa-gesa dan merasa tidak
nyaman apabila harus mengambil keputusan segera. Data dan informasi
adalah hal yang penting sebagai pertimbangan pengambilan keputusan.
Karena harus mempertimbangkan dan menganalisis semua informasi untuk
setiap pilihan sebelum memutuskan, seringkali membutuhkan waktu yang
lama untuk menghasilkan keputusan. Orang dengan gaya ini menikmati
situasi-situasi baru yang tidak pasti, dan berusaha mencari data dan informasi
3
untuk mendapatkan kepastian. Selain itu, terbuka untuk mendengarkan
pendapat orang-orang di sekitar, dan memiliki kemampuan yang sangat baik
pada situasi yang menyediakan beberapa pilihan sulit.
 Hasil keputusan didasarkan atas inputan hasil analisis
 Lebih banyak mempertimbangkan beragam informasi dan alternetif
dibandingkan gaya direktif
 Pengambilan keputusan diambil dalam jangka waktu agak lama
 Menggambarkan pemimpin yang otokratik

3. Gaya Konseptual
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang terbuka dengan cara-cara
baru dan berani menghadapi risiko, memiliki visi untuk mengambil keputusan
jangka panjang, tetapi kurang cepat dalam menentukan rencana tindakan
jangka pendek yang harus segera diterapkan. Orang dengan gaya ini memiliki
ide-ide yang original dan berbeda, hanya saja kurang terdorong untuk
melakukan tindakan nyata hingga dapat mewujudkannya. Mereka lebih
menikmati proses berpikir dan merencanakan daripada bertindak, memiliki
rasa percaya diri dan optimisme tinggi bahwa keputusan akan membawa
keberhasilan, memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi serta
mendapatkan pengakuan dari pihak lain, dan lebih mengutamakan intuisi
daripada data.
 Memecahkan masalah dengan pandangan yang luas
 Suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa depan
 Melibatkan banyak orang untuk memperoleh beragam informasi dan banyak
menggunakan intuisi dalam peng keputusan
 Berani mengambil resiko dan seringkali menemukan solusi yang kreatif
 Ketidakpastian dalam pengambilan keputusan

4. Gaya Perilaku
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang mempedulikan dampaknya
terhadap orang lain. Seseorang dengan gaya ini memperhatikan kepentingan

4
kelompok yang dianggap lebih utama daripada kepentingan pribadi, sehingga
berusaha keras untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan semua pihak.
Oleh karena itu, mereka merasa selalu membutuhkan masukan dan saran dari
orang lain terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Mereka akan
memastikan keputusan yang diambil akan menyenangkan semua pihak,
sehingga tidak perlu terjadi konflik dengan orang lain. Karena sangat
bergantung pada lingkungan dan pandangan orang lain, membuat mereka
sering berubah-ubah pendapat.

 Cenderung bekerja dengan orang lain dan terbuka dalam pertukaran pendapat
 Cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat
 Suka informasi yang verbal dan menghindari konflik serta peduli pada
kebahagiaan org lain
 Terkadang, keputusannya tidak tegas dan sulit mengatakan tidak jika
keputusan tersebut akan berdampak kerugian pada orang lain.

C. Tahap -Tahap Pengambilan Keputusan


Tahap-tahap pengambilan keputusan yaitu:

a. Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk
dimengerti.

b. membuat daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas
dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali.

c. Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih memberikan
gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik.

d. Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing yang


kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji yang akan dipakai.

e. Memastikan kembali bahwa alat ujian dipergunakan tersebut telah sesuai dengan prinsip-
prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.

5
Simon (1960) mengatakan, pengambilan keputusan berlangsung melalui empat tahap
yaitu intelligence, design, choice, dan implementation. Intelligence adalah proses
pengumpulan informasi yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan. Design adalah tahap
perancangan solusi terhadap masalah. Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan
kekurangan dari berbagai macam alternatif yang ada dan memilih yang terbaik.
Implementation adalah tahap pengambilan keputusan dan melaksanakannya.

D. Proses Pengambilan Keputusan

Tahapan Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Herbert A. Simon (1977) ada beberapa tahap proses atau fase fase dalam pengambilan
keputusan yaitu tiga fase utama : inteligensi, desain, dan kriteria. Ia kemudian menambahkan fase
keempat, yakni implementasi. Monitoring dapat dianggap fase kelima. Akan tetapi turban dkk
memandang monitoring sebagai fase inteligensi yang diterapkan pada fase implementasi.

Model simon merupakan karakterisasi yang paling kuat dan lengkap mengenai pengambilan keputusan
rasional (Turban dkk, 2005). Berikut penjelasan dari keempat fase simon:

1. Fase Penelusuran (Intelligence)


Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta
proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka
mengidentifikasikan masalah.
2. Fase Perancangan (Design)
Pada tahap ini dilakukan dengan melakukan perancangan seperti: perancangan fitur, menu
aplikasi, perancangan data, perancangan arsitektur, perancangan interface dan perancangan
prosedur.
3. Fase Pemilihan (Choice)
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin
dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan
keputusan.
4. Fase Implementasi (Implementation)
Tahapan ini merupakan tahapan optional dalam pengembangan perangkat lunak. Bagian ini
terjadi ketika sistem yang di maksud telah selesai dan mengalami perubahan ataupun
permintaan penambahan fitur dikemudian hari. Gambar konseptual mengenai proses
pengambilan keputusan ditunjukkan pada gambar :

6
Menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter proses pengambilan keputusan
merupakan serangkaian tahap yang terdiri dari 8 langkah yang meliputi mengidentifikasi
masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan, memberi bobot pada kriteria, mengembangkan
alternatif-alternatif, menganalisis alternatif, memilih satu alternatif, melaksanakan alternatif
tersebut, dan mengevaluasi efektivitas keputusan.

E. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


1. Internal organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan, teknologi,
dan sebagainya. Biasanya faktor ini berada di dalam suatu organisasi itu sendiri untuk
terciptanya suatu keputusan dalam organisasi.
2. Eksternal organisasi seperti keadaan sosial politik, hukum, dan sebagainya. Faktor ini
berasal dari luar yang terkait dalam organisasi.
3. Ketersediaan informasi yang diperlukan. Seberapa banyaknya informasi yang ada
atau seberapa lengkap dan akuratnya informasi yang didapatkan untuk menjadi
pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang tepat.

7
4. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan. Dalam faktor ini dibutuhkan
kebijaksanaan dan ketegasan dalam mengambil keputusan dengan tidak bersifat
merugikan.
5. Pengalaman
Pengalaman seorang pembuat keputusan adalah hal yang sangat penting, karena
banyaknya pengalaman orang tersebut maka ia akan berani dalam menentukan
keputusan. Hal ini juga berkaitan terhadap keahlian yang dimiliki oleh pemimpin atau
anggota karena pengalaman yang pernah dialaminya. Pengalaman juga dapat
dijadikan suatu pelajaran dalam mengambil keputusan yang tepat bagi organisasi.

F. Perubahan dalam Keputusan


Dampak perubahan keputusan dikelompokkan menjadi dua kelompok perubahan yaitu:

a. Incremental change

Incremental change merupakan dampak perubahan keputusan yang dapat diperkirakan


berapa presentase perubahan yang akan terjadi kedepannya berdasarkan data-data yang
terjadi di masa lalu (historis).

b. Turbulence change

Turbulence change merupakan pengambilan keputusan dalam kondisi perubahan


yang sulit untuk diperkirakan. Contohnya bencana alam, perubahan kondisi politik, dan
sebagainya. Walaupun data-data tersebut ada namun kejadian seperti itu belum tentu
memiliki kesamaan kondisi dan situasi seperti dulu. Contohnya seperti jatuh dan
bergantinya presiden di Irak baik sebelum Saddam Hussein maupun pada saat Saddam
Hussein ditangkap atau diturunkan posisinya dari presiden Irak secara paksa oleh tentara
Amerika dan sekutunya.

Data keputusan yang terlalu lama sulit untuk dijadikan sebagai data prediksi ke
depan dan jika ke depan terlalu jauh untuk diprediksi maka ketepatan prediksi juga
menjadi bagian yang dilakukan hasilnya.

8
G. Kualitas Keputusan
Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah dicapai dengan
proses yang dilakukan. Kualitas keputusan merupakan mutu yang dihasilkan dari hasil
keputusan yang telah diaplikasikan secara maksimal dan terlihat hasilnya secara
maksimal serta dinilai secara maksimal juga. Jika keputusan tersebut adalah dipakai
untuk bidang ilmu ekonomi, teknik, kedokteran, dan sosiologi maka itu harus
berlandaskan pada asas dan aturan-aturan pada bidang ilmu yang bersangkutan dengan
maksud nantinya selalu saja keputusan tersebut berpatokan dan tetap berada pada koridor
ilmu yang bersangkutan. Ini ditujukan dengan maksud guna menghindari terjadinya
tumpang tindih atau kekacauan dalam aplikasi keputusan itu nantinya.

Kekacauan yang sering timbul adalah pada saat setiap bidang tersebut tidak
bergerak atau juga tidak diberikan keleluasaan bergerak secara independen sesuai dengan
garisnya. Dan ini berdampak pada pembentukan keputusan yang tidak berlangsung secara
profesionalisme.

H. Pengambilan Keputusan dalam Berbagai Kondisi


Secara umum informasi yang masuk kadangkala terjadi dalam berbagai kondisi,
seperti kondisi pasti, kondisi tidak pasti, dan kondisi konflik. dalam kondisi pasti proses
pengambilan keputusan yang dilakukan adalah berlangsung tanpa ada banyak alternatif,
keputusan yang diambil sudah jelas pada fokus yang dituju. Teknik yang bisa
dipergunakan yaitu menggunakan program linier atau secara aljabar linear, dan analisis
jaringan kerja (secara critical path method/CPM dan Project evaluation and review
technique/PERT).

Pada kondisi tidak pasti proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih komplek
dalam artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai probabilitas atau hasil yang
mungkin diperoleh. Untuk menghindari timbulnya masalah sebaiknya melakukan riset
terlebih dahulu mencari informasi sebanyak mungkin dan mempergunakan beberapa
metode pengambilan keputusan yang paling sesuai dengan setiap kondisi masalah yang
mungkin timbul, seperti metode laplace (proses pengambilan keputusan dengan asumsi
bahwa probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya), metode maximax
(proses pengambilan keputusan dengan hanya mengutamakan hasil yang paling

9
optimistis dengan mengabaikan sisi lain yang mungkin terjadi), metode maximin (proses
pengambilan keputusan dengan memilih alternatif yang minimalnya paling besar),
metode regret (proses pengambilan keputusan dengan didasari pada hasil keputusan yang
maksimal berdasarkan data pada masa lalu sebagai bahan perbandingannya), metode
realisme (proses pengambilan keputusan dengan menggabungkan metode maximax dan
maximin).

Pada kondisi konflik maka pengambilan keputusan yang dilakukan akan


menimbulkan dampak yang mungkin saja bisa merugikan salah satu pihak. Untuk
menyelesaikan masalah biasanya dilakukan pendekatan secara teori permainan dalam
dunia bisnis teraplikasi dalam bentuk tawar-menawar harga dan hingga terealisasinya
suatu kontrak atau kesepakatan.

I. Karakteristik Pengambil Keputusan dan Pengaruhnya bagi Perusahaan

Dalam pengambilan keputusan ada faktor yang turut mempengaruhi yaitu


karakteristik sang pengambil keputusan. Karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi
menjadi tiga yaitu:

a. Takut pada Risiko

Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati terhadap
keputusan yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang
sifatnya menghindari resiko yang akan timbul Jika keputusan diaplikasikan. Secara
umum pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan yang biasanya
disebut dengan safety player. Maka mereka penganut risk avoider cenderung sulit
menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan seorang innovator. Namun
yang harus kita pahami bahwa hampir semua investor adalah bertipe penghindaran risiko,
dalam artian mereka tidak ingin menanggung resiko yang akan timbul dalam bentuk
kerugian yang akan timbul di kemudian hari.

b. Hati-Hati pada Risiko

Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu
menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan.

10
Namun bagi mereka yang menganut karakteristik seperti ini dengan kecenderungan
kehati-hatian yang begitu tinggi maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil ia
tidak akan mengubahnya begitu saja. Bagi kalangan bisnis mereka menyebut orang
dengan karakter seperti ini secara ekstrem sebagai tipe peragu.

c. Suka pada Risiko

Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada resiko. Karena bagi dia
semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan
diperolehnya. Prinsip seperti ini cenderung begitu menonjol dan mempengaruhi besar
terhadap setiap keputusan yang ia ambil, mereka terbiasa dengan spekulasi dan itu pula
yang membuat mereka karakteristik ini selalu saja ingin menjadi pemimpin dan
cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker atau juga risk lover adalah
mental yang dimiliki oleh pebisnis besar yang umumnya dimiliki oleh para pemberontak
dimana mereka mau besusah-payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan
setelah itu yaitu berupa kemenangan.

Dari ketiga karakteristik mungkin karakter risk seeker adalah yang paling begitu
mendominasi Jika dilihat dari segi kedekatannya dengan risiko, tapi jika dikaitkan dengan
ruang lingkup aktivitas bisnis maka mereka dengan latar belakang mental risk seeker
cenderung lebih berani dan tegas daripada yang lain, tentunya tidak terlepas dari muatan
keputusan yang dihasilkan yaitu fokus pada sasaran atau penuh perhitungan bukan hanya
sekedar spekulasi saja.

J. Risiko Keputusan

Pengambilan keputusan yang beresiko adalah dihasilkannya suatu keputusan yang mengandung
lebih dari satu kemungkinan hasil berdasarkan beberapa alternatif keputusan yang diambil, dan
karena terdapat beberapa alternatif maka otomatis terdapat pula beberapa peluang yang sama
besarnya. Untuk mengatasi resiko dalam suatu organisasi baik yang bersifat profit maupun yang
non profit adalah dengan menerapkan manajemen resiko. Dalam manajemen risiko ini dibahas
Bagaimana mengelola resiko agar bisa memberikan keuntungan bukan sebaliknya, bahwa jika
resiko itu bisa dikelola secara sistematis maka ia akan memberikan keuntungan yang sistematis
juga begitu juga sebaliknya.

11
12

Anda mungkin juga menyukai