Konsep Dan Proses Pengambilan Keputusan (3!12!21)
Konsep Dan Proses Pengambilan Keputusan (3!12!21)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuannya sering kali
masalah juga datang. Karena tidak ada masalah yang tidak terduga dalam melaksanakan
proses untuk mencapai tujuan. Ketika sedang ada masalah harus bisa menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan baik. Dapat diselesaikan melalui komunikasi dan kerja
sama yang baik untuk mengambil keputusan yang tepat. Karena permasalahan yang ada
tidak hanya dari internal tetapi juga ada yang dari eksternal. Ketika menyelesaikan
masalah itu juga bisa menjadi tolak ukur keberhasilan karier manajemen.
Pengambilan keputusan juga termasuk ke dalam cara untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi di dalam perusahaan atau organisasi. Di sini seorang individu harus
mampu berpikir kritis untuk memecahkan masalah. Karena dalam menyelesaikan
masalah sangat dibutuhkan individu yang berpikir kritis untuk dapat menganalisis
masalah tersebut. pengambilan keputusan juga tidak hanya dipikirkan oleh satu individu
saja tetapi juga bisa dalam berkelompok dengan membangun komunikasi yang baik. Agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam setiap pengambilan keputusan. Dengan ini di
harapkan dapat mengambil keputusan secepatnya tetapi juga tepat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pengambilan Keputusan
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah
suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan
suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
2
Secara teoritis ada 4 gaya pengambilan keputusan yang biasanya dilakukan oleh
seorang pemimpin. Keempat gaya tersebut adalah:
1. Gaya Direktif
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang cepat, dimana orang yang
memiliki karakter ini tidak ingin membuang waktu berlama-lama dalam
melakukan analisis pilihan yang ada dan segera mengambil tindakan yang runtut.
Pengambilan keputusan didasarkan kepada pengalaman, sehingga akan sangat
mudah menghadapi situasi yang berulang, tetapi cenderung mengalami kesulitan
dalam menentukan keputusan untuk situasi baru yang belum pernah dihadapi.
Umumnya mereka tidak terlalu tertarik untuk mendengarkan masukan orang lain
terutama yang memiliki pandangan berbeda. Bagi seseorang dengan gaya seperti
ini, mengambil keputusan yang tepat lebih baik dibanding mengikuti pendapat
orang lain.
2. Gaya Analitik
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang sangat berhati-hati, dan
khawatir membuat keputusan yang salah karena tergesa-gesa dan merasa tidak
nyaman apabila harus mengambil keputusan segera. Data dan informasi
adalah hal yang penting sebagai pertimbangan pengambilan keputusan.
Karena harus mempertimbangkan dan menganalisis semua informasi untuk
setiap pilihan sebelum memutuskan, seringkali membutuhkan waktu yang
lama untuk menghasilkan keputusan. Orang dengan gaya ini menikmati
situasi-situasi baru yang tidak pasti, dan berusaha mencari data dan informasi
3
untuk mendapatkan kepastian. Selain itu, terbuka untuk mendengarkan
pendapat orang-orang di sekitar, dan memiliki kemampuan yang sangat baik
pada situasi yang menyediakan beberapa pilihan sulit.
Hasil keputusan didasarkan atas inputan hasil analisis
Lebih banyak mempertimbangkan beragam informasi dan alternetif
dibandingkan gaya direktif
Pengambilan keputusan diambil dalam jangka waktu agak lama
Menggambarkan pemimpin yang otokratik
3. Gaya Konseptual
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang terbuka dengan cara-cara
baru dan berani menghadapi risiko, memiliki visi untuk mengambil keputusan
jangka panjang, tetapi kurang cepat dalam menentukan rencana tindakan
jangka pendek yang harus segera diterapkan. Orang dengan gaya ini memiliki
ide-ide yang original dan berbeda, hanya saja kurang terdorong untuk
melakukan tindakan nyata hingga dapat mewujudkannya. Mereka lebih
menikmati proses berpikir dan merencanakan daripada bertindak, memiliki
rasa percaya diri dan optimisme tinggi bahwa keputusan akan membawa
keberhasilan, memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi serta
mendapatkan pengakuan dari pihak lain, dan lebih mengutamakan intuisi
daripada data.
Memecahkan masalah dengan pandangan yang luas
Suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa depan
Melibatkan banyak orang untuk memperoleh beragam informasi dan banyak
menggunakan intuisi dalam peng keputusan
Berani mengambil resiko dan seringkali menemukan solusi yang kreatif
Ketidakpastian dalam pengambilan keputusan
4. Gaya Perilaku
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang mempedulikan dampaknya
terhadap orang lain. Seseorang dengan gaya ini memperhatikan kepentingan
4
kelompok yang dianggap lebih utama daripada kepentingan pribadi, sehingga
berusaha keras untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan semua pihak.
Oleh karena itu, mereka merasa selalu membutuhkan masukan dan saran dari
orang lain terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Mereka akan
memastikan keputusan yang diambil akan menyenangkan semua pihak,
sehingga tidak perlu terjadi konflik dengan orang lain. Karena sangat
bergantung pada lingkungan dan pandangan orang lain, membuat mereka
sering berubah-ubah pendapat.
Cenderung bekerja dengan orang lain dan terbuka dalam pertukaran pendapat
Cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat
Suka informasi yang verbal dan menghindari konflik serta peduli pada
kebahagiaan org lain
Terkadang, keputusannya tidak tegas dan sulit mengatakan tidak jika
keputusan tersebut akan berdampak kerugian pada orang lain.
a. Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk
dimengerti.
b. membuat daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas
dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali.
c. Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih memberikan
gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik.
e. Memastikan kembali bahwa alat ujian dipergunakan tersebut telah sesuai dengan prinsip-
prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.
5
Simon (1960) mengatakan, pengambilan keputusan berlangsung melalui empat tahap
yaitu intelligence, design, choice, dan implementation. Intelligence adalah proses
pengumpulan informasi yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan. Design adalah tahap
perancangan solusi terhadap masalah. Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan
kekurangan dari berbagai macam alternatif yang ada dan memilih yang terbaik.
Implementation adalah tahap pengambilan keputusan dan melaksanakannya.
Menurut Herbert A. Simon (1977) ada beberapa tahap proses atau fase fase dalam pengambilan
keputusan yaitu tiga fase utama : inteligensi, desain, dan kriteria. Ia kemudian menambahkan fase
keempat, yakni implementasi. Monitoring dapat dianggap fase kelima. Akan tetapi turban dkk
memandang monitoring sebagai fase inteligensi yang diterapkan pada fase implementasi.
Model simon merupakan karakterisasi yang paling kuat dan lengkap mengenai pengambilan keputusan
rasional (Turban dkk, 2005). Berikut penjelasan dari keempat fase simon:
6
Menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter proses pengambilan keputusan
merupakan serangkaian tahap yang terdiri dari 8 langkah yang meliputi mengidentifikasi
masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan, memberi bobot pada kriteria, mengembangkan
alternatif-alternatif, menganalisis alternatif, memilih satu alternatif, melaksanakan alternatif
tersebut, dan mengevaluasi efektivitas keputusan.
7
4. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan. Dalam faktor ini dibutuhkan
kebijaksanaan dan ketegasan dalam mengambil keputusan dengan tidak bersifat
merugikan.
5. Pengalaman
Pengalaman seorang pembuat keputusan adalah hal yang sangat penting, karena
banyaknya pengalaman orang tersebut maka ia akan berani dalam menentukan
keputusan. Hal ini juga berkaitan terhadap keahlian yang dimiliki oleh pemimpin atau
anggota karena pengalaman yang pernah dialaminya. Pengalaman juga dapat
dijadikan suatu pelajaran dalam mengambil keputusan yang tepat bagi organisasi.
a. Incremental change
b. Turbulence change
Data keputusan yang terlalu lama sulit untuk dijadikan sebagai data prediksi ke
depan dan jika ke depan terlalu jauh untuk diprediksi maka ketepatan prediksi juga
menjadi bagian yang dilakukan hasilnya.
8
G. Kualitas Keputusan
Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah dicapai dengan
proses yang dilakukan. Kualitas keputusan merupakan mutu yang dihasilkan dari hasil
keputusan yang telah diaplikasikan secara maksimal dan terlihat hasilnya secara
maksimal serta dinilai secara maksimal juga. Jika keputusan tersebut adalah dipakai
untuk bidang ilmu ekonomi, teknik, kedokteran, dan sosiologi maka itu harus
berlandaskan pada asas dan aturan-aturan pada bidang ilmu yang bersangkutan dengan
maksud nantinya selalu saja keputusan tersebut berpatokan dan tetap berada pada koridor
ilmu yang bersangkutan. Ini ditujukan dengan maksud guna menghindari terjadinya
tumpang tindih atau kekacauan dalam aplikasi keputusan itu nantinya.
Kekacauan yang sering timbul adalah pada saat setiap bidang tersebut tidak
bergerak atau juga tidak diberikan keleluasaan bergerak secara independen sesuai dengan
garisnya. Dan ini berdampak pada pembentukan keputusan yang tidak berlangsung secara
profesionalisme.
Pada kondisi tidak pasti proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih komplek
dalam artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai probabilitas atau hasil yang
mungkin diperoleh. Untuk menghindari timbulnya masalah sebaiknya melakukan riset
terlebih dahulu mencari informasi sebanyak mungkin dan mempergunakan beberapa
metode pengambilan keputusan yang paling sesuai dengan setiap kondisi masalah yang
mungkin timbul, seperti metode laplace (proses pengambilan keputusan dengan asumsi
bahwa probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya), metode maximax
(proses pengambilan keputusan dengan hanya mengutamakan hasil yang paling
9
optimistis dengan mengabaikan sisi lain yang mungkin terjadi), metode maximin (proses
pengambilan keputusan dengan memilih alternatif yang minimalnya paling besar),
metode regret (proses pengambilan keputusan dengan didasari pada hasil keputusan yang
maksimal berdasarkan data pada masa lalu sebagai bahan perbandingannya), metode
realisme (proses pengambilan keputusan dengan menggabungkan metode maximax dan
maximin).
Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati terhadap
keputusan yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang
sifatnya menghindari resiko yang akan timbul Jika keputusan diaplikasikan. Secara
umum pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan yang biasanya
disebut dengan safety player. Maka mereka penganut risk avoider cenderung sulit
menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan seorang innovator. Namun
yang harus kita pahami bahwa hampir semua investor adalah bertipe penghindaran risiko,
dalam artian mereka tidak ingin menanggung resiko yang akan timbul dalam bentuk
kerugian yang akan timbul di kemudian hari.
Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu
menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan.
10
Namun bagi mereka yang menganut karakteristik seperti ini dengan kecenderungan
kehati-hatian yang begitu tinggi maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil ia
tidak akan mengubahnya begitu saja. Bagi kalangan bisnis mereka menyebut orang
dengan karakter seperti ini secara ekstrem sebagai tipe peragu.
Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada resiko. Karena bagi dia
semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan
diperolehnya. Prinsip seperti ini cenderung begitu menonjol dan mempengaruhi besar
terhadap setiap keputusan yang ia ambil, mereka terbiasa dengan spekulasi dan itu pula
yang membuat mereka karakteristik ini selalu saja ingin menjadi pemimpin dan
cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker atau juga risk lover adalah
mental yang dimiliki oleh pebisnis besar yang umumnya dimiliki oleh para pemberontak
dimana mereka mau besusah-payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan
setelah itu yaitu berupa kemenangan.
Dari ketiga karakteristik mungkin karakter risk seeker adalah yang paling begitu
mendominasi Jika dilihat dari segi kedekatannya dengan risiko, tapi jika dikaitkan dengan
ruang lingkup aktivitas bisnis maka mereka dengan latar belakang mental risk seeker
cenderung lebih berani dan tegas daripada yang lain, tentunya tidak terlepas dari muatan
keputusan yang dihasilkan yaitu fokus pada sasaran atau penuh perhitungan bukan hanya
sekedar spekulasi saja.
J. Risiko Keputusan
Pengambilan keputusan yang beresiko adalah dihasilkannya suatu keputusan yang mengandung
lebih dari satu kemungkinan hasil berdasarkan beberapa alternatif keputusan yang diambil, dan
karena terdapat beberapa alternatif maka otomatis terdapat pula beberapa peluang yang sama
besarnya. Untuk mengatasi resiko dalam suatu organisasi baik yang bersifat profit maupun yang
non profit adalah dengan menerapkan manajemen resiko. Dalam manajemen risiko ini dibahas
Bagaimana mengelola resiko agar bisa memberikan keuntungan bukan sebaliknya, bahwa jika
resiko itu bisa dikelola secara sistematis maka ia akan memberikan keuntungan yang sistematis
juga begitu juga sebaliknya.
11
12