Anda di halaman 1dari 15

ISSN 0000-0000

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN


APLIKASINYA TERHADAP PROFITABILITAS
PERUSAHAAN

Bambang Suryono*)

ABSTRAK
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva
atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain
profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Likuiditas dan profitabilitas kecuali sebagai tujuan yang saling
bertentangan, sekaligus juga merupakan tujuan kembar yang dua-duanya harus
diusahakan tercapainya tanpa harus mengorbankan yang satu demi yang lain. Oleh
karena itu harus dikelola dan direalisir secara benar dan tepat. Kecepatan perputaran
persediaan juga sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam memaksimumkan
laba dan ditunjukkan dengan inventory turnover.Bila hasil perhitungan mennjukkan
angka kecil, menunjukkan kelambanan dalam perputaran persediaan. Namun bila hasil
rasionya menjukkan angka yang besar ini menunjukkan perputaran persediaan yang
cepat. Semakin cepat perputaran persediaannya, maka semakin besar pula kemungkinan
untuk memperoleh laba perusahaan. Struktur modal yang merupakan salah satu faktor
yang penting di dalam proses pengambilan keputusan tentang pembelanjaan perusahaan
karena secara langsung akan mempengaruhi biaya modal ( cost of capital ), harga pasar
dan keputusan terutama capital budgeting yang akan berakibat terhadap laba yang akan
diperoleh secara langsung. Dari segi struktur modal perusahaan haruslah memaksimum-
kan laba guna kepentingan modal sendiri, disamping itu laba yang diperoleh haruslah
lebih besar dibanding dengan biaya modal di dalam penggunaan struktur modal tertentu.

Kata-kata kunci : rasio keuangan, profitabilitas

1. RASIO KEUANGAN

Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila mampu melaksanakan aktivitasnya


sesuai dengan harapan – harapan atas pengoperasian perusahaan tersebut. Dalam usaha

*)
Drs. Bambang Suryono, SH., Ak. adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)
Surabaya.


Analisis Rasio Keuangan (Bambang Suryono) 89
untuk memaksimalkan nilai perusahaan ini dapat dihubungkan dengan tingkat profita-
bilitas perusahaan yang telah dicapai. Sebagai informasi finansial, tingkat profitabilitas
perusahaan lebih bermanfaat, karena didalamnya dikatakan secara implisit kemampuan
pengelolaan perusahaan secara keseluruhan dan secara relatif.

Pada dasarnya seorang manager keuangan akan selalu berhadapan dengan masalah
likuiditas dan profitabilitas, yaitu mengatur keuangan sedemikian rupa sehingga setiap
saat dia dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tanpa harus mengurangi
kemampuannya untuk memaksimalisasi laba. Makin banyak uang kas yang ditahan
makin likuid perusahaan itu, akan tetapi bila uang kas yang akan ditahan itu makin
banyak berarti makin berkuranglah uang kas dipergunakan dalam peredaran perusahaan.
Kemampuan untuk berkembang menjadi makin berkurang yang pada gilirannya
mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Guna memperoleh laba
maka uang kas itu harus beredar, makin cepat perputarannya makin besar pula
kemungkinan untuk memperoleh laba. Dalam hal ini terdapat dilema yang harus
dipecahkan oleh manager keuangan, disatu sisi dia harus menentukan tingkat persediaan
uang kas yang tepat untuk menjaga likuiditas perusahaan, sisi lain dia juga harus
memutar uang kas itu sebanyak-banyaknya guna memaksimalisasi laba. Likuiditas dan
profitabilitas kecuali sebagai tujuan yang saling bertentangan, sekaligus juga merupakan
tujuan kembar yang dua-duanya harus diusahakan tercapainya tanpa harus mengorbankan
yang satu demi yang lain. Oleh karena itu harus dikelola dan direalisir secara benar dan
tepat.

Berkaitan dengan profitabilitas maka kecepatan perputaran persediaan juga sangat


menentukan kemampuan perusahaan dalam memaksimumkan laba dan ditunjukkan
dengan inventory turnover.Bila hasil perhitungan mennjukkan angka kecil, menunjukkan
kelambanan dalam perputaran persediaan. Namun bila hasil rasionya menjukkan angka
yang besar ini menunjukkan perputaran persediaan yang cepat. Semakin cepat perputaran
persediaannya, maka semakin besar pula kemungkinan untuk memperoleh laba
perusahaan.

Kaitan lain dengan profitabilitas adalah struktur modal yang merupakan salah satu faktor
yang penting di dalam proses pengambilan keputusan tentang pembelanjaan perusahaan
karena secara langsung akan mempengaruhi biaya modal ( cost of capital ), harga pasar
dan keputusan terutama capital budgeting yang akan berakibat terhadap laba yang akan
diperoleh secara langsung. Dari segi struktur modal perusahaan haruslah
memaksimumkan laba guna kepentingan modal sendiri, disamping itu laba yang
diperoleh haruslah lebih besar dibanding dengan biaya modal di dalam penggunaan
struktur modal tertentu.

Berbagai rasio untuk kepentingan analisis kinerja perusahaan meliputi antara lain ,rasio
lilkwiditas ,rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.


90 Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 89-103
Rasio Likwiditas

Rasio likuiditas dimaksudkan rasio yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek. Jumlah alat-
alat pembayaran yang dimiliki oleh suatu perusahaan adalah merupakan “ kekuatan
membayar “ dari perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan rasio likuiditas yang umum
digunakan ada tiga macam, yaitu :

1. Current Ratio.
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum dari kelancaran ( solvency ) jangka
pendek, karena dapat menunjukkan seberapa jauh tagihan para kreditor jangka
pendek bisa ditutup oleh aktiva yang secara umum bisa berubah menjadi kas dalam
jangka waktu yang sama dengan tagihan tersebut.

Current Ratio = Aktiva Lancar


Hutang Lancar

Secara umum bagi perusahaan – perusahaan yang bukan perusahaan kredit, current
ratio minimum adalah 2 : 1, sebab apabila aktiva lancar turun misalnya sampai lebih
50 %, maka jumlah aktiva lancarnya tidak cukup lagi untuk menutup hutang
lancarnya.
Jadi pedoman current ratio 200 % didasarkan atas prinsip hati – hati, bukan pedoman
yang mutlak.

2. Cash Ratio.
Cash ratio menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang yang
segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dan efek yang dapat segera
diuangkan.

Cash Ratio = Kas + Efek


Hutang lancar
3. Quick Ratio ( Acid Test Ratio )
Rasio ini dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan membagi
sisanya dengan hutang lancar. Pada umumnya persediaan merupakan bagian dari
aktiva lancar yang paling tidak likuid ( dalam arti agak sulit untuk berubah menjadi
kas ) dan sering berkurang nilainya dalam kejadian likuidasi, dimana perusahaan
dinyatakan berhenti beroperasi.


Analisis Rasio Keuangan (Bambang Suryono) 91
Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan
Hutang Lancar

Rasio Leverage

Rasio leverage mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan
dana yang dipinjam dari kreditor perusahaan tersebut.
Sedang alat – alat analisis yang dapat digunakan dalam mengukur rasio leverage
diantaranya adalah :

a. Total Debt to Equity Ratio


Menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan hutang.
Total Debt to Equity Ratio = Hutang Lancar + Hutang Jangka Panjang
Jumlah Modal Sendiri

b. Total Debt to Total Capital Assets


Menunjukkan bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan
hutang. Atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang.

Total Debt to Total Capital Assets = Hutang Lancar + Hutang Jangka Panjang
Aktiva

c. Long Term Debt to Equity Ratio


Long Term Debt to Equity Ratio disebut juga Struktur Modal yaitu merupakan
perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Atau dengan kata lain bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijaminkan untuk hutang jangka panjang.
Long Term Debt to Equity Ratio = Hutang Jangka Panjang
Modal Sendiri

Rasio Aktivitas

Beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas
perusahaan yaitu :
a. Total Assets Turnover.
Total assets turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal
yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.
Total Assets Turnover = Penjualan Neto
Jumlah Aktiva


92 Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 89-103
b. Receivable Turnover
Receivable turnover mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam piutang yang
berputar dalam suatu periode tertentu.

Penjualan Kredit
Recei vable Turnover =
Piutang Rata – rata

c. Inventory Turnover
Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan
yang berputar dalam suatu periode tertentu.
Inventor y Turnover = Harga Pokok Penjualan
Inventory Rata – rata

Rasio Profitabilitas

Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Rasio yang pada umumnya digunakan oleh para pemakai laporan keuangan
adalah :

1. Profitabilitas Ekonomi
Dimaksudkan dengan profitabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha
dengan modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan
dalam persentase. Dengan demikian profitabilitas ekonomi menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dengan seluruh modal yang bekerja
didalamnya . Modal yang diperhitungkan dalam menghitung profitabilitas ekonomi
hanyalah modal yang bekerja dalam perusahaan ( operating capital / assets ). Oleh
karena itu modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang
ditanamkan dalam efek ( kecuali perusahaan – perusahaan kredit ) tidak
diperhitungkan dalam menghitung profitabilitas ekonomi. Demikian pula laba yang
diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal
dari operasi perusahaan ( laba usaha / net operating income ). Oleh karena itu laba
yang diperoleh diluar perusahaan atau dari efek ( deviden, coupon ) tidak
diperhitungkan dalam menghitung profitabilitas ekonomi. Bagi suatu perusahaan
disamping laba, profitabilitas juga merupakan masalah yang sangat penting, sebab
laba yang besar saja belum merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut telah dapat
bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba
yang diperoleh dengan modal yang digunakan ( profitabilitasnya ).


Analisis Rasio Keuangan (Bambang Suryono) 93
Untuk selanjutnya pengertian profitabilitas ekonomi digunakan istilah ” earning
power ”.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya earning power adalah :
a. Profit margin, yaitu perbandingan antara ” net operating income ” dengan ” net
sales ”.
Profit mar gin = Net Operating Income x 100 %
Net Sales
Atau dengan kata lain profit margin adalah selisih antara net ” sales ”
dengan
” operating expenses ” ( harga pokok penjualan + biaya administrasi + biaya
penjualan + biaya umum ), dan dinyatakan dalam persentase dari net sales.
a. Turnover of operating assets ( tingkat perputaran aktiva dalam satu periode
tertentu ) dan dapat ditentukan dengan membagi net sales dengan operating
assets.
Turnover of operating assets = Net Sales
Operating Assets

Dalam hal ini profit margin digunakan untuk mengetahui efisiensi


perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam
hubungannya dengan sales. Sedangkan turnover of operating assets
dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat
kepada kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode
tertentu. Hasil akhir dari perkalian profit margin dan turnover of operating
assets akan menentukan tinggi rendahnya earning power. Mengenai
hubungan antara profit margin dan turnover of operating assets dapat
dinyatakan :
Profit Margin x Turnover Of Operating Assets = Earning Power.

Net Operating Income x Net Sales = Net Operating Income


Net Sales Net Operating Assets Net Operating Assets

2. Profitabilitas Modal Sendiri


Profitabilitas modal sendiri disebut juga profitabilitas usaha yaitu merupakan
perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan modal
sendiri yang menghasilkan laba tersebut. Laba yang dimaksudkan disini adalah laba
usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak penghasilan ( Earning
After Tax = EAT )

Profitabilitas Modal Sendiri = Laba Setelah Pajak ( EAT )


Modal Sendiri


94 Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 89-103
2. APLIKASI RASIO KEUANGAN DALAM ANALISIS PROFITABILITAS

Pada umumnya inventory turn over ,cash ratio, struktu modal mempunyai pengaruh
terhadap profitabilitas ekonomi perusahaan .

Profitabilitas Ekonomi

Unsur pembentuk Profitabilitas ekonomi adalah perbandingan antara net operating


income dan net operating assets, dan ini merupakan hasil perkalian antara profit
margin dengan total assets turnover. Dimana profit margin merupakan perbandingan
antara net operating income dengan penjualan neto dan dinyatakan dalam persentase. Net
operating income atau laba usaha adalah hasil penjualan neto setelah dikurangi dengan
harga pokok penjualan dan beban usaha yang terdiri dari biaya penjualan, biaya umum
dan administrasi serta biaya riset dan pengembangan . Sedang total asset turnover
merupakan perbandingan antara penjualan neto dengan net operating assets turnover
merupakan jumlah modal atau kekayaan yang digunakan didalam operasi perusahaan.
Untuk memperjelas pembahasan maka data data keuangan diambilkan dari data penelitian
Soelistiyorini (1994) pada PT. INTI BANDUNG untuk periode 1986 sampai dengan
1996. Profitabilitas PT INTI BANDUNG disajikan dalam tabel 1;2; dan 3 berikut ini.

Tabel 1
Profit Margin
PT. INTI BANDUNG
Tahun 1986 – Tahun 1996
Tahun NET OPERATING PENJUALAN NETO ( RP ) PROFIT
INCOME ( RP ) MARGIN (%)
1986 490.621.444 7.806.277.494 6.285
1987 256.960.166. 7.462.230.708 3.443
1988 3.824.313.045 41.077.949.693 9.310
1989 4.761.881.445 36.397.31.638 13.083
1990 23.823.798.369. 77.608.818.910 30.697
1991 23.177.741.632 119.023.472.748 19.473
1992 29.829.554.472 179.370.858.344 16.630
1993 40.410.045.906 184.920.832.955 21.853
1994 70.600.853.527 280.702.142.368 25.152
1995 55.170.057.079 257.748.810.582 21.404
1996 80.802.616.132 353.342.553.508 22.868
Sumber : Soelistyorin (1994)


Analisis Rasio Keuangan (Bambang Suryono) 95
Tabel 2
Total Assets Turnover
PT. INTI Bandung
Tahun 1986 - Tahun 1996

TAHUN PENJUALAN JUMLAH AKTIVA TATO TINGKAT


NETO (RP) (RP) (X) PERKEMB.
1986 7.806.277.494 18.789.921.322 0.41545
1987 7.462.230.708 49.037.880.052. 0.15217 -63.37
1988 41.077.949.693 70.449.435.063 0.58308 283.17
1989 36.397.231.638 114.874.289.045 0.31684 -45.66
1990 77.608.818.910 226.826.808.199 0.34215 7.99
1991 119.023.472.748 334.512.543.028 0.34548 0.97
1992 179.370.858.344 341.587.882.892 0.52511 51.99
1993 184.920.832.955 432.426.052.657 0.42764 -18.56
1994 280.702.142.368 466.596.765.582 0.60155 40.68
1995 257.748.810.582 444.217.846.260 0.58023 -3.55
1996 353.342.553.508 420.882.481.155 0.83953 44.69
Sumber : Soelistyorini(1994)

Tabel 3
Profitabilitas Ekonomi
PT. INTI Bandung
Tahun 1986 - Tahun 1996

TAHUN PROFIT TATO PROFITABILITAS TINGKAT


MARGIN ( % ) (X) (X) PERKEMB.
1986 6.285 0.41545 2.6111
1987 3.443 0.15217 0.5239
1988 9.310 0.58308 5.4285
1989 1.3083 0.31684 4.1453
1990 30.697 0.34215 105030
1991 19.473 034548 6.7276
1992 16.630 052511 8.7326
1993 21.853 0.42764 9.3451
1994 25.152 0.60155 151313
1995 21.404 0.58023 12.4193
1996 22.868 0.83953 19.19837
Sumber : Soelistyorini(1994)


96 Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 89-103
Profitabilitas perusahaan awal tahun 1987 seperti tampak pada tabel 3 telah mengalami
penurunan sebesar 79, 94 % hal ini disebabkan baik profit, margin maupun total assets
turnover sama-sama mengalami penurunan. Namun pada tahun 1988 profitabilitas
mengalami peningka-tan sebesar 936,17%, ini disebabkan baik profit margin maupun
total asset turnover telah menga-lami peningkatan. Kenaikan profit margin pada tahun ini
disebabkan net operating income dan net sales masing-masing mengalami kenaikan,
dimana kenaikan net operating income lebih besar, sedangkan kenaikan total assets
turnover pada tahun 1988 disebabkan naiknya net sales lebih besar dibanding naiknya
total aktiva. Sedang untuk tahun-tahun yang lain cenderung stabil.

Cash Ratio

Adalah perbandingan antara kas dan bank dengan hutang lancar dari PT. INTI Bandung
selasa kurun waktu 11 tahun, yaitu dari tahun 1986 sampai, dengan tahun 1996 seperti
terlihat pada Tabel 4

Tabel 4
Cash Ratio
PT. Inti Bandung
Tahun 1986 - Tahun 1996
Tahun Cash Bank Hutang Lancar Cash Ratio Tingkat
(000.000) (000.000) (X) Perkembangan
(%)
1996 3.884 9.787 0,40 -

1997 8.900 30.206 0,29 27,5

1988 3.099 37.053 0,08 72,4

1989 758 37.058 0,02 -75

1990 6.358 133.641 0,05 -60

1991 11.098 149.120 0,07 28,57

1992 5.441 173.428 0,03 -57,14

1993 6.853 246.854 0,02 -33,33

1994 17.182 265.356 0,06 200

1995 7.439 235.759 0,03 -50

1996 9,851 252.604 0,04 33,33


Sumber : Soelistyorini(1994)


Analisis Rasio Keuangan (Bambang Suryono) 97
Kas dan bank merupakan bagian dari aktiva lancar yang mempunyai likuiditas yang
paling tinggi, misalnya : check , wesel dll.
Hutang lancar adalah meliputi hutang yang diharapkan akan dibayar dalam waktu satu
tahun dengan menggunakan sumber-sumber yang merupakan aktiva lancar.

Adapun hutang lancar terdiri dari hutang bank, hutang usaha, hutang afiliasi, hutang
lain-lain, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak. Cash ratio di tahun 1987, 1988,
1989 telah mengalami penurunan masing–masing 27,5%, 72,4% dan 75%, ini
disebabkan dari tahun 1986 ke tahun 1987 kenaikan hutang lancar sebesar 208,6% jauh
lebih besar dari kenaikan kas dan bank sebesar 129,15%. Sedang dari tahun 1987 ke
tahun 1988 kas dan bank turun sebesar 65,18% tetapi hutang lancar mengalami
kenaikan sebesar 22,67%. Adapun dari tahun 1988 ke tahun 1989 kas dan bank turun
secara drastis sebesar 75,54 % sedang hutang lancar mengalami peningkatan sebesar
0,00%. Pada tahun 1990 dan tahun 1991 cash ratio mengalami peningkatan masing-
masing sebesar 60% dan 28,57%, ini disebabkan karena untuk masing-masing prosentase
kenaikan hutang lancar.

Sedang pada tahun 1992 dan tahun 1993 cash ratio mengalami penurunan masing-masing
sebesar 57,14% dan 33,33%, hal ini disebabkan untuk tahun 1992 kas dan bak telah
mengalami penurunan sebesar 50,97% yang lebih besar dibanding dengan penurunan
hutang lancar yang hanya sebesar 16,3%. Untuk tahun 1983 kas dan bank mengalami
kenaikkan sebesar 25,95% jauh lebih kecil dibanding dengan kenaikkan hutang lancar
yaitu sebesar 42,34%. Untuk tahun 1994 cash ratio naik sebesar 200% ini disebabkan
karena kenaikkan kas dan bank 150,7% lebih besar dari pada kenaikkan hutang lancar
sebesar 7.50%. Tahun 1995 cash ratio turun sebesar 50%, disebabkan karena kas dan
bank turun sebesar 56,70% yang lebig besar dari pada turunnya hutang lancar sebesar
11,15%. Adapun untuk tahun 1996 cash ratio naik sebesar 33,33%, ini disebabkan
karena kas dan bank sebesar 32,42% yang lebih besar dibanding dengan kenaikkan
hutang lancar sebesar 7,15%.

Inventory turnover

Adalah perbandingan antara harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata (tabel 5),
selama kurun waktu 11 tahun dari PT. INTI Bandung, seperti terlihat pada tabel 6. Harga
pokok penjualan menunjukan jumlah harga pokok barang-barang yang dijual. Oleh
karena dalam hal ini adalah perusahaan industri, maka harga pokok penjualan adalah
harga pokok produksi ditambah harga pokok persediaan barang jadi awal periode
dikurangi harga pokok persediaan barang jadi akhir periode.


98 Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 89-103
Tabel 5
Persediaan Rata - rata
PT. INTI Bandung
Tahun 1986 - Tahun 1996

Tahun Persediaan Awal Persediaan Akhir Persediaan


( 000.000 ) (000.000) Rata-rata
1986 5.306 6.571 5.938,5
1987 6.571 18.820 12.695,5
1988 18.820 26.436 22.628
1989 26.830 62.398 44.417
1990 62.398 64.619 63.508,5
1991 64.619 157.981 11.300
1992 157.981 97.666 127.823,5
1993 97.666 121.013 109.339,5
1994 121.013 89.860 105.436,5
1995 89.860 132.538 111.199
1996 132.538 147.624 140.081
Sumber : Soelistyorini(1994)

Tabel 6
Inventory Turnover
PT. INTI Bandung
Tahun 1986 - Tahun 1996

Tahun HPP Persediaan Iventory Tingkat


( 000.000 ) Rata-rata Turnover Perkembangan
( 000.000 ) ( X) (% )
1986 5.722 5.938,5 0,96 --
1987 5.292 12.695,5 0.42 -56.25
1988 33.558 22.628 1.50 257.14
1989 28.384 44.417 0.54 -57.33
1990 48.805 63.508,5 0.77 20.31
1991 90.662 111.300 0.81 5.19
1992 140.075 127.823,5 1.10 35.80
1993 134.252 109.339,5 1.23 11.82
1994 178.245 105.436,5 1.70 38.21
1995 184.230 111.199 1.66 -2.35
1996 201.187 140.081 1.44 -13.25


Analisis Rasio Keuangan (Bambang Suryono) 99
Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada tahun 1986 tingkat perputaran persediaan 0,96
kali, sedang pada tahun 1987 mengalami penurunan sebesar 56,25 % atau menjadi 0,42
kali, Kondisi ini disebabkan karena harga pokok penjualan (HPP) cenderung stabil
sedang tingkat persediaan rata - rata mengalami peningkatan sebesar 113,78%. Sedang
untuk tahun 1988 tingkat perputaran persediaan menjadi 1,50 kali atau mengalami
peningkatan sebesar 257, 14%, hal ini disebabkan HPP naik sebesar 534,13% disertai
dengan kenaikkan persediaan rata-rata sebesar 78,24% dimana kenaikkan HPP jauh lebih
besar.

Untuk tahun 1989 tingkat perputaran persediaan menjadi 0,64 kali atau turun sebesar
57,33%, ini disebabkan HPP mengalami penurunan sedang persediaan rata-rata
mengalami penurunan sedang persediaan rata-rata mengalami peningkatan. Untuk tahun-
tahun 1990, 1991,1992,1993,1994, tingkat inventory turnover meningkat berturut-turut
20,31%, 5,19% 35,80%, 11,82 %, 38,21%, hal ini disebabkan baik HPP maupun
persediaan rata-rata pada tahun-tahun tersebut telah mengalami peningkatan dimana
kenaikan HPP selalu lebih tinggi dari pada kenaikan persediaan rata-rata. Tetapi untuk
tahun 1995 dan 1996 inventory turnover mengalami penurunan ini disebabkan karena
baik HPP maupun persediaan rata-rata selalu mengalami peningkatan, namun
peningkatan rata-rata persediaan selalu lebih besar.

Dalam hubungan dengannya dengan tingkat profitabilitas perusahan, jika tingkat


perputaran persediaan naik maka tingkat profitabilitas akan naik, sebab pada dasarnya
tingkat perputaran persediaan memberi informasi tentang kecepatan aliran rata-rata
aliran keluar barang jadi. Sehingga dapat menunjukan berapa kali barang-barang tersebut
terjual dalam satu periode akuntansi, dengan demikian makin besar bilangan yang
menunjukan tingkat perputaran persediaan maka barang tersebut makin mudah terjual
(marketable ) yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Struktur Modal

Adalah perbandingan antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang dari PT. INTI
Bandung selama kurun waktu 11 tahun dari 1986 sampai dengan tahun 1996, seperti
terlihat pada tabel 7. Modal sendiri terdiri dari modal saham, saham dalam portepel.
Saham yang belum disetor, penyertaan modal pemerintah, cadangan umun, saldo laba
tahun lalu dan saldo laba tahun berjalan. Hutang Jangka Panjang terdiri dari hutang
kepada pemerintah, hutang pada Perumtel, kerjasama dengan Siemens AG, kerjasama
dengan BTN & Co.


100 Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 89-103
Tabel 7
Struktur Modal
PT. INTI Bandung
Tahun 1986 - Tahun 1996

Tahun Modal Sendiri Hutang Jangka Rasio Tingkat


Panjang (X) Perkembangan
1986 2.433.335.157 6.471.258.278 0.3760 8129.57

1987 22.605.534.333 730.507.924 30.9450 74.99

1988 39.558.430.836 730.507.924 54.1520 3.16

1989 40.809.080.310 730.507.924 55.8640 -98.90

1990 44.199.989.920 71.831.697.759 0.6153 -49.14

1991 51.286.697.097 163.871.122.477 0.3129 108.67

1992 71.505.282.272 109.492.617.687 0.6531 264.43

1993 135.481.274.065 56.926.276.122 2.3799 91.87

1994 171.864.297.260 37.637.163.453. 4.5663 74.33

1995 191.692.223.245 24.080.612.809 7.9604 59.55

1996 218.459.742.361 17.200.437.721 12.7008


Sumber : Soelistyorini(1994)

Terlihat rasio struktul modal cenderung tidak stabil. Pada tahun 1986 rasio struktur
modal 37,60%, artinya kemampuan membayar hutang jangka panjang relatif rendah.
Tetapi pada tahun 1987 rasio struktur modal sangat tinggi, ini disebabkan hutang jangka
pan-jangnya hanya 3,23% dari modal yang dipunyai, demikian juga untuk tahun-tahun
1988, 1989 tidak ada penambahan hutang jangka panjang, sedang modal sendiri ada
penambahan sangat besar pada tahun 1987, berupa Pernyataan Modal Pemerintah. Tahun
1990 dan tahun 1991 terjadi penurunan rasio struktur modal, karena perusahaan
penambah jangka panjang sebesar 99,71% dari keseluruhan hutang jangka panjang pada
tahun 1990, sedang modal sendiri kenaikkanya hanya 8,3%.Mulai tahun 1992 sampai
tahun 1996 kecenderungannya semakin meningkat, karena hutang jangka panjang
semakin berkurang. Sedang modal sendiri semakin meningkat .


Analisis Rasio Keuangan (Bambang Suryono) 101
3. SIMPULAN

Dari uraian atas analisis contoh rasio keuangan dan pengaruhnya terhadap profitabilitas
dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Adanya masalah pada cash ratio, mengingat seimbangnya rasio kas dan bank
denganhutang lancarnya yang selanjutnya akan berpengaruh pada profitabilitas
perusahaan. Sebaiknya perusahaan menjaga perbandingan antara kas dan bank
terhadap hutang lancarnya sampai tercapai kondisi yang optimal, sehingga terhindar
dari keadaan perusa-haan yang kurang likuid yang akan mengakibatkan ekonomi
biaya tinggi karena menanggung beban yang berat.

2. Terdapat masalah dalam tingkat perputaran persediaan, mengingat perputarannya


hanya satu kali dalam setahun sehingga mengakibatkan over stock. Perusahaan
hendaknya berusaha meningkatkan tingkat perputaran persediaan hanya satu kali
dalam setahun dirasa masih kurang, mengingat untuk masa sekarang ini dunia
telekomunikasi merupakan suatu kebutuhan yang makin lama makin meningkat
permintaanya. Guna meningkatkan tingkat perputaran persediaan perlu adanya riset
pasar untuk mengetahui kebutuhan konsumen.Dengan demikian perlu adanya inovasi
guna mengejar ketinggalan dalam menyesuaikan permintaan konsumen yang makin
lama makin maju dan kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto, 1994, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan ; Edisi ketiga, Yayasan


Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

Hendra Bahar, 1994, Rancangan Strategi Bisnis PT. INTI Bandung ( Persero ), Suatu
Alternatif, Program MMBAT Institut Teknologi Bandung.

Munawir, S, 1991, Analisis Laporan Keuangan ; Edisi keempat, Penerbit Liberty,


Yogyakarta.

Suad Husnan, 1993, Pembelanjaan Perusahaan ( Dasar-dasar Manajemen Keuangan ).


Edisi keempat, Penerbit Liberty , Yogyakarta.

Soelistyorini W,S ,1994, Faktor –faktor yang mempengaruhi profitabilitas sebagai dasar
strategi keuangan PT Inti Bandung, Program MM Unair Surabaya

Syafaruddin Alwi, 1989 , Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan, Edisi Revisi, Penerbit
Andi Offset, Yogyakarta.


102 Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 89-103
Wasis, 1981, Manajemen Keuangan Perusahaan ; Edisi 2, Penerbit Satya Wacana,
Semarang.

Weston, Fred J., dan E.F. Brigham, 1986, Jilid I, Dasar-dasar Manajemen Keuangan ;
Edisi ketujuh, Penerbit Erlangga, Jakarta.




Analisis Rasio Keuangan (Bambang Suryono) 103

Anda mungkin juga menyukai