OLEH :
NAMA : NISA ARJUNI
NIM : 2014314901028
NIM : 2014314901028
Pembimbing
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang
dimulai setelah partus selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat kandungan pulih kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu
b. Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari
tempat implantasi plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna
sebagai berikut:
Lochea rubra (kruenta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan
hitam, terdiri dari sel desidua, vernik kaseosa, rambut
Lanugo, sisa mekonium, sisa darah.
Lochea sanguinolenta: 3 sampai 7 hari, berwarna putih
bercampur darah.
Lochea serosa: 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.
Lochea alba: Setelah hari ke-14, berwarna putih.
Lochea purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
c. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi
sejak dari kehamilan yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar-
kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah keluaran cairan
susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrums berwarna
kuning putih susu, hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian
dalam dimana vena berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah
persalinan pengaruh sekresi estrogen dan progesterone hilang,
maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin
yang akan merangsang air susu. Pengaruh oksitosin menyebabkan
mioefitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Pada
hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir disebut
kolostrum warna kekuningan dan agak kental. Kolostrum kaya
akan protein immunoglobulin yang mengandung antibodi
sehingga menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan
laktoferin, ASI masa transisi
dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI
matur dihasilkan mulai hari kesepuluh.
2. Perubahan Psikososial pada Post Partum
a. Periode Taking In
Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi difokuskan
pada perubahan tubuh, ibu sering mengulang kembali pengalaman
persalinan. Nutrisi tambahan mungkin diperlukan karena selera
makan ibu meningkat. Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah
melahirkan.
b. Periode Taking Hold
Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada
kemampuannya untuk menjadi orang tua yang berhasil dan
menerima peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya, ibu
berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir. Periode
ini berlangsung 2-4 hari setelah melahirkan.
c. Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ibu
menerima tanggung jawab untuk merawat bayi baru lahir, ibu
harus beradaptasi terhadap otonomi, kemandirian dan interaksi
sosial.
3. Perubahan lainnya
Tanda-tanda vital
a. Suhu
Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 380 C sebagai
suatu akibat dari dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh
demam.
b. Nadi
Bradikardi umumnya ditemukan pada 6-8 jam pertama
setelah persalinan. Brandikardi merupakan suatu konsekuensi
peningkatan cardiac out put dan stroke volume. Nadi kembali
seperti keadaan cardia output dan stroke volume. Nadi kembali
seperti keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan. Nadi
antara 50 sampai 70 x/m dianggap normal.
c. Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal
seperti sebelum hamil.
d. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama
sekali. Hipotensi yang diindikasikan dengan perasaan pusing
atau pening setelah berdiri dapat berkembang dalam 48 jam
pertama sebagai suatu akibat gangguan pada daerah persarafan
yang mungkin terjadi setelah persalinan. Peningkatan tekanan
darah sistol dan diastole dapat berlangsung selama sekitar empat
hari setelah wanita melahirkan. Fungsi pernafasan kembali ke
fungsi saat wanita melahirkan. Setelah Rahim kosong,
diagrafma menurun, aksis jantung kembali normal, dan impuls
titik maksimum dan EKG kembali normal.
Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara
selama kehamilan menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu
yang dibutuhkam hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar
sebelum hamil sebagian ditentuakan oleh apakah ibu menyusui atau
tidak.
- Ibu tidak menyusui
Payudara biasanya teraba nodular yang bersifat bilateral
dan difus. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum terjadi
pembengkakan. Payudara teregang, nyeri bila ditekan, dan
hangat jika diraba. Distensi payudara terutama disebabkan oleh
kongesti sementara vena dan pembulu balik limfatik akibat
penimbungan air susu. Pembengkakan dapat hilang dengan
sendirinya dan rasa tidak nyaman biasanyan kurang dalam 24
sampai 36 jam. Apabila bayi belum mengisap, laktasi berhenti
dalam beberapa hari sampai satu minggu.
- Ibu yang menyusui
Ketika laktasi, teraba massa, tetapi kanrong susu yan
terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi, payudara
lunak. Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras.
Rasa nyeri akan menetap selama 48 jam.
A. Identitas Klien
Nama : Ny. H Nama Suami : Tn. M ke 1
No RM :11248991
6. Diagnosa medik:
P1 A0 H3 Post Partum Sectio Caesarea Hari ke-3
C. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Obstetri:
Menarche: umur 12 tahun
Siklus: 28 – 30 hari teratur( ˅ ) tidak ( )
Banyaknya: 2 – 3x ganti pembalut/hari
Lamanya: 6 – 7 hari
HPHT: 12 mei 2020
Keluhan: klien mengatakan tidak pernah ada keluhan, hanya merasakan mual dan
muntah pada 3 bulan pertama kehamilan.
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu:
Klien mengatakan saat ini adalah kehamilan yang pertama kali dan belum pernah
melahirkan sebelumnya.
No Thn Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB PJ
Kehamilan
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Hubungan pernikahan
: Klien
: Meninggal dunia
Perdarahan : ± 800 cc
3. Lama Persalinan :
Kala I : 8 Jam
Kala II : (5 Jam) Kala II lama, selanjutnya dilakukan operasi Sectio Caesarea (SC)
F. Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah dialami ibu:
Klien mengatakan selama hamil tidak pernah menderita penyakit seperti batuk, flu
dan demam. Klien mengatakan sebelum hamil dan sebelum menikah klien tidak
pernah menjalani rawat inap di rumah sakit, hanya sakit batuk, flu dan pilek yang
sembuh dengan obat beli di warung. Selama kehamilan klien rutin kontrol ke bidan
desa dan posyandu untuk memeriksakan kehamilannya. Selama hamil klien tidak
pernah menderita kelainan dan penyakit yang menyebabkan dirinya dirawat di
Rumah Sakit.
( ) Penyakit Jantung
( ) Penyakit hipertensi
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang pernah menjalani rawat inap di
rumah sakit dan tidak ada yang menjalani pengobatan rutin. Keluarga klien hanya
pernah menderita batuk pilek yang sembuh dengan beli obat diwarung. Klien
mengatakan dalam keluarga klien maupun suami tidak ada yang menderita penyakit
menurun (DM, asma, hipertensi dan jantung) dan penyakit menular. Riwayat
kelahiran kembar disangkal baik dari pihak suami maupun dari pihak klien.
G. Riwayat Lingkungan
Kebersihan:
Klien mengatakan saat ini tinggal di daerah pedesaan yang jarak antara rumah ke
rumah tidak berhimpitan. Klien tinggal satu rumah hanya dengan suaminya. Klien
biasa menyapu dan membersihkan halaman satu hari sekali. Halaman rumah adalah
juga pekarangan yang ditanami banyak pohon buah-buahan seperti pohon mangga,
dan belakang rumah ditanami durian.
Bahaya:
Klien mengatakan lingkungannya tidak berbahaya, di depan rumah klien ada jalan
kampung yang sudah beraspal tapi kendaraan tidak banyak yang berlalu-lalang. Di
dalam rumah juga tidak ada hal yang membahayakan klien. Didepan rumah klien
ditanami pohon mangga.
Lainnya Sebutkan
Klien mengatakan baru satu tahun ini tinggal dirumah yang ditempati bersama
suaminya. Klien mengatakan menempati rumah ini setelah menikah dengan
suaminya. Lingkungan tetangganya baik-baik karena mereka tinggal di desa,
sehingga kehidupan gotong royng, saling membantu masih ada di lingkungan
tempat tinggalnya. Klien tidak memelihara kucing atau anjing, hanya memelihara
ayam yang berada di belakang rumah.
H. Aspek Psikososial
1. Bagaimana pendapat ibu tentang penyakit saat ini:
Klien mengatakan bahwa dirinya bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini,
padahal selama kehamilan tidak ada kelainan pada kehamilannya. Klien mengatakan
dirinya berharap bisa melahirkan secara spontan, tetapi setelah beberapa jam bayinya
masih tidak bisa keluar akhirnya dirinya dirujuk ke RSUD dr. Saiful Anwar Malang dan
menjalani operasi SC. Klien mengatakan dirinya bersyukur bayi dan dirinya bisa selamat
tetapi dirinya cemas karena puting susunya masuk kedalam sehingga dirinya tidak bisa
menyusui anaknya dan anaknya selalu menangis saat menyusu. Klien merasa bingung
bagaimana puting susunya dapat normal dan dirinya dapat menyusui anaknya seperti
ibu-ibu yang lain.
Klien mengatakan melahirkan adalah proses yang wajar yang harus dilalui oleh semua
ibu, tetapi dengan dirinya melahirkan di rumah sakit dan harus menjalani operasi maka
banyak hal yang berubah, karena suaminya tidak bisa bekerja dan harus menunggui
dirinya di rumah sakit, rumah tidak terurus.
3. Bagaimana dukungan pasangan terhadap keadaan saat ini:
Klien mengatakan suaminya sangat senang dan bersyukur mulai saat awal
kehamilannya. Suami klien selalu memberikan bantuan dan mendukung, setiap kali klien
memeriksakan kehamilan selalu diantar oleh suami, dan pada saat proses persalainan
sampai klien dirujuk ke rumah sakit suami selalu menemani klien. Suami klien saat ini
selalu mendampingi dan membantu pemenuhan kebutuhan klien dan selalu
memberikan motivasi agar klien bersabar dalam menghadapi situasi saat ini.
5. Lainnya sebutkan:
Hubungan keluarga klien dengan lingkungan sekitar sangat baik, hal ini terlihat dengan
banyaknya tetangga dan teman teman dari klien dan suami klien yang datang
berkunjung.
Makan
Jenis diit/makanan Nasi + lauk pauk + sayur Nasi + lauk pauk + sayur +
buah
Komposisi menu Nasi. Sayur , tempe, tahu Nasi. Sayur , tempe tahu,
dan kadang –kadang ikan/ayam/telur/daging dan
ikan/ayam/telur buah segar
Minum
Jenis minuman Air putih + teh manis Air aqua + teh + susu
Gelas yang dihabiskan 6 – 7 gelas/hari (gelas 250 Satu botol aqua sedang (750
ml) ml), susu 1 gelas (250 ml) dan
teh 1 gelas
Pemakaian gigi palsu Tidak memakai gigi palsu Tidak memakai gigi palsu
2. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
Upaya mengetasi Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan masih belum
masalah dengan BAB BAB selama 3 hari dan diberi
obat laxadyne syrup.
BAK
Konsistensi Cair, tidak ada perdarahan Cair dan tidak ada perdarahaan
Warna & bau Kuning jernih, bau amonia Kuning jernih dan bau amonia
Upaya mengetasi Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan kalau dirinya
masalah saat buang air kecil buang air kecil menggunakan
pispot dan dibantu oleh
suaminya
Kebiasaan sbl tidur Menonton Televisi dan ngobrol Klien mengatakan tidak bisa
dengan suaminya menonton televisi
Kesulitan Tidak ada masalah Sulit untuk memulai tidur dan
sering terbangun saat tengah
malam
Selama hamil klien sering mengikuti senam hamil yang diadakan oleh ibu-ibu PKK di
desanya yang diajari oleh bidan desa.
Saat di rumah sakit ini klien hanya jalan-jalan saja disekitar ruangan dan kadang-
kadang diajari untuk melakukan senam nifas.
Saat di rumah sakit: klien hanya terbaring di tempat tidur sambil mainan HP.
Minuman Keras:
Klien mengatakan tidak pernah minum-minuman kereas
Ketergantungan obat:
Klien mengatakan tidak memiliki ketergantungan terhadap obat dan dirinya
J. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: lemah Kesadaran: CM
Tekanan Darah: 110/80 mmHg Nadi: 98 x/menit
Respirasi: 19 x/mnt Suhu: 37,5oC
Berat Badan: 55 kg Tinggi Badan: 145 Cm
1. Kepala & Leher
a. Kepala:
Bentuk kepala bulat, ukuran sedang dan simetris, kulit kepala tidak ada luka, tampak
kotor, tidak ada kutu, rambut klien penyebaran rata dan tidak ada uban, rambut
tidak rontok, rambut kotor dan tampak kusam, warna rambut hitam, bau rambut
apek, ubun-ubun datar dan tidak ada benjolan. Bentuk wajah oval, wajah tampak
sembab, warna kulit tampak pucat, struktur wajah simetris.
b. Mata:
Kelopak mata: tidak ada oedem, tidak ada benjolan, bulu mata kotor dan tidak
rontok, tidak ada ptosis.
Gerakan mata: simetris dan normal, juling tidak ada
Konjungtiva: tampak kemerahan dan tidak ada peradangan
Pupil: refleks pupil terhadap cahaya baik, isokor, tidak miosis dan tidak
midriasis, pin point tidak ada.
Sklera: tampak putih bersih danh tidak kuning.
Akomodasi: bentuk mata simetris dan pergerakan normal
Lainnya sebutkan: mata klien tampak sembab dan kemerahan karena kurang
tidur dan banyak menangis.
Tanda-tanda radang : tidak ada tanda-tanda radang
Funsi penglihatan : (v ) Baik ( ) Kabur
Penggunaan alat bantu : ( ) Ya (v ) Tidak
Apabila ya menggunakan : ( ) Kaca mata ( ) Lensa kontak
5. Abdomen
Inspeksi:
Mengecil: ya/tidak. Perut klien tampak mengecil
Arah: kebelakang
Linea : Alba/Negra tidak ada linea alba maupun nigra
Striae : Albicans/Lividae tidak ada striae albican maupun livide
Luka bekas operasi : ( v ) Ya ( ) Tidak, tampak tertutup kassa dan kering,
tampak ada perdarahan
Auskultasi: bising usus/peristaltik 15 xpermenit
Palpasi
6. Genitourinary
Perineum
( ) Medialis
( ) Lateralis
( ) Mediolateralis
Ruptur : Ya / Tidak
Tanda – tanda infeksi :
Tidak ada tanda-tanda infeksi,
Lokhea :
Konsistensi: Cair dan terdapat stosel (seperti saat haid)
Warna : rubra / merah kecoklatan
Bau : Amis
7. Ekstermitas
Atas: tidak ada oedem dan varises, kekuatan otot 5, pergerakan sendi normal
Bawah: tidak ada oedem dan varises, kekuatan otot 5, pergerakan sendi normal
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan ekstremitasnya, hanya pada lengan kiri
masih terpasang infus RL 20 tpm.
Kuku:
Warna merah muda, tidak ada sianosis, sudut kuku dengan ujung 160˚, tidak ada lesi
dan perlukaan, CRT < 2 dtk.
K. Data Penunjang
1. Labratorium:
Pemeriksaan Hasil Rentang normal Interpretasi
27 Maret 2021
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Koagulasi
KIMIA DARAH
Glukosa
Fungsi Ginjal
Fungsi Hati
Kimia Lain
Elektrolit
IMUNOSEROLOGI
Kemampuan menyusui: Saat ini belum mampu menyusui dengan baik karena
putting susu masuk ke dalam
Klien mengatakan nyeri pada area post operasi. Selain itu, klien juga mengeluh
bahwa puting susunya masuk kedalam sehingga pada saat menyusui, bayinya selalu
menolak dan menangis. Klien mengatakan sudah BAB sejak 1 hari post operasi dan
BAK tampak lancar. Klien juga mengatakan sering terbangun tengah malam akibat
bayi yang menangis. Klien juga mengatakan ini merupakan kelahiran pertama dan
klien mengatakan ingin mengetahui cara merawat bayi yang benar.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
DO:
R : Kemerahan (ya)
E : bengkak (tidak)
E : echimosis (tidak)
D : discharge (darah)
A : approximate (baik)
TD : 110/80 mmHg
N : 98x/menit
RR : 19x/menit
S : 37,5 C
DS :
1. Nyeri akut bd agens cedera fisik (post operasi) (nanda domain 12 hal 469)
2. Ketidakefektifan pemberian ASI bd anomali payudara ibu (putting masuk kedalam)
(nanda domain 2 nutrisi hal 172)
3. Gangguan pola tidur bd imobilisasi (post operasi) (nanda domain aktivitas/istirahat hal
229)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tidur (556)
Peningkatan tidur (348)
3 Gangguan pola tidur bd Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
imobilisasi (post operasi) 1x24 jam masalah dapat terselesaikan dengan 1. Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlah
(nanda domain kriteria hasil : jam tidur
aktivitas/istirahat hal 229) 2. Mulai/terpakan Langkah-langkah
1. pola tidur (1-3)
kenyamanan seperti pijat, posisi, dan
2. kualitas tidur (1-3)
sentuhan afektif
3. perasaann segar setelah tidur (1-3)
3. Bantu meningkatkan jumlah jam tidur, jika
Status kenyamanan : lingkungan (530) diperlukan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4. Anjurkan untuk tidur siang hari, jika
1x24 jam masalah dapat terselesaikan dengan diindikasikan, untuk memenuhi kebutuhan
TD : 110/80 mmHg
N : 98x/menit
RR : 19x/menit
S : 37,5 C
A:
1. Melakukan pengkajian
nyeri sudah teratasi
2. Mengenali faktor-faktor
yang memperberat nyeri
sudah teratasi
4. Mendorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat sudah
teratasi
3. Mengajarkan teknik non
farmakologi (biofeed-
back, TENS, hypnosis,
relaksasi, kompres panas/
dingin dan pijatan,
acupressure, akupuntur)
sudah teratasi
4. Mengkolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim medis lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
non farmakologis, sesuai
kebutuhan sudah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
S:
3
klien mengatakan tidak
Peningkatan tidur (348) bisa tidur nyenyak karena
perutnya kadang-kadang
1. Memonitor/mencatat
terasa nyeri sehingga saat
pola tidur pasien dan
bangun badannya terasa
jumlah jam tidur
pegal-pegal
2. Memulai/menerapkan
Klien mengatakan sering
Langkah-langkah
terbangun tengah malam
kenyamanan seperti
akibat bunyi bayi yang
pijat, posisi, dan
menangis
sentuhan afektif
3. Membantu O:
meningkatkan jumlah
Sulit untuk memulai tidur
jam tidur, jika
& sering terbangun saat
diperlukan
tengah malam
4. Menganjurkan untuk
Terdapat luka post operasi
tidur siang hari, jika
pada perut
diindikasikan, untuk
Mata klien tampak sembab
memenuhi kebutuhan
& kemerahan karena
tidur
kurang tidur dan banyak
5. Menyesuaikan
menangis
lingkungan ( misalnya,
A : masalah belum teratasi
cahaya, kebisingan,
suhu, kasur, dan tempat P: Lanjutkan intervensi
tidur) untuk
meningkatkan tidur
6. Mendiskusikan dengan
pasien dan keluarga
mengenai teknik untuk
meningkatkan tidur
PEMBAHASAN
Jurnal 1 :
Metode : Enam puluh wanita, yang telah menjalani anestesi spinal selama
operasi caesar di Departemen Kebidanan Rumah Sakit Universitas Medis China,
secara acak dimasukkan ke dalam kelompok kontrol, kelompok akupunktur, dan
kelompok akupunktur elektro. Setelah operasi, kami menerapkan subjek dengan
akupunktur atau akupunktur elektro pada titik akupunktur bilateral, San Yin Jiao
(Sp6), dan analgesia terkontrol pasien (PCA). Pertama kali meminta morfin,
frekuensi kebutuhan PCA dalam 24 jam, dan dosis PCA yang digunakan dicatat
secara buta ganda. Di Selain itu, pemantauan tanda-tanda vital subjek, efek samping
terkait opioid, dan skor nyeri dilakukan.
RESUME
RESUME
DAFTAR PUSTAKA
Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh Maria A. Jakarta: EGC.
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta. TIM
Sarwono, Prawiroharjo. (2009). Ilmu Kebidanan, edisi 4, cetakan II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Original article
Effects of acupuncture on post-cesarean section
pain
WU Hung-chien, LIU Yu-chi, OU Keng-liang, CHANG Yung-hsien, HSIEH Ching-liang, TSAI
Angela Hsin-chieh, TSAI Hong-te, CHIU Tsan-hung, HUNG Chih-jen, LEE Chien-chung and
LIN Jaung-geng
Downloadedfromhttp://journals.lww.com/cmj
Background Post-operation pain is a very subjective phenomenon. The aim of this study was
to find out the effects of acupuncture or electro-acupuncture on post-cesarean pain.
Methods Sixty women, who had had spinal anesthesia during cesarean section at the
Department of Obstetrics of China Medical University Hospital, were randomly assigned to the
control group, the acupuncture group, and the electro-acupuncture group. After the operation,
we applied subjects with acupuncture or electro-acupuncture on the bilateral acupuncture point,
San Yin Jiao (Sp6), and the patient controlled analgesia (PCA). The first time of requesting
morphine, the frequency of PCA demands in 24 hours, and the doses of PCA used were
recorded double blindly. In addition, monitoring the subjects′ vital signs, the opioid-related side
effects, and the pain scores was done.
Results The results showed that the acupuncture group and the electro-acupuncture group
could delay the time of requesting morphine up to 10–11 minutes when compared with the
control group. The total dose of PCA used within the first 24 hours was 30%–35% less in the
acupuncture group and the electro-acupuncture group when compared with the control group,
which was indicated in statistical significance. However, there was no significant difference
between the acupuncture group and the electro-acupuncture group. The electro-acupuncture
group′s and the acupuncture group′s pain scores were lower than the control group′s within the
on 05/21/2021
first 2 hours. Both were statistically significant. However, two hours later, there were no
significant differences of the visual analogue scale (VAS) scores between either of the
treatment groups and the control group. Finally, the incidence of opioid-related side effects,
such as dizziness, was less in the acupuncture group and electro-acupuncture group than in the
control group.
Conclusions This study shows that the application of acupuncture and electro-acupuncture
could definitely delay the time of requesting pain relief medication after cesarean section and
decrease the PCA doses used within the first 24 hours.
Chin Med J 2009;122(15):1743-1748
society status, patient′s knowledge,
After operation, the patients in the post- In the PAR, the data collected
anesthesia room (PAR) were assigned to were the first time of requesting
3 groups in a randomization sequence analgesics, the vital signs (such
based on the table of randomly as blood pressure, heart rates,
generated number: the control group, and blood oxygen level) and the
the acupuncture group and the electro- VAS score. In the ward, the
acupuncture group. Every group had 20 dosage of PCA morphine
subjects (Table 1). demand, the frequency of PCA
intake, and the valid and invalid
demands within 24 hours were
Table 1. Post-operation pain treatment in
different groups also recorded. The vital signs,
Groups Post-operation pain treatment VAS scores, opioid-related side
Group 1 (control group) Intravenous PCA alone with morphine (PCA only)
effects, such as nausea,
Group 2 (acupuncture Acupuncture + intravenous PCA with morphine
group) (PCA+ACUP) vomiting, dizziness and pruritus
Group 3 (electro-Low electro-acupuncture (2 Hz of were also documented. All data
electrical
acupuncture group) stimulation) + intravenous PCA with morphine
(PCA+EA) were collected by another well
PCA: patient-controlled analgesia; ACUP: trained doctor double blindly.
acupuncture; EA: electro- acupuncture.
ABSTRACT
Basically, each woman's nipples are different. Among them are women with nipples that
are flat, go inside and some are prominent. Based on the result of a preliminary study
there were 16 (50%) postpartum mothers with nipples not prominent from 32 postpartum
mothers. The purpose of this study is to analyze the success of prominent nipples using
the syringe spuit modification method in postpartum mothers in the work area of the
Tanah Merah Public Health Center. The research design used was the Pre Experiment
with the one group pretest posttest approach. The population was postpartum mothers
with 16 flat nipple postpartum mothers. This study used non probability sampling
techniques with purposive sampling. The tool used in data collection was the observation
sheet and tested with Wilcoxon test with a significance level of 0.05 with the scale of the
data used was nominal. Based on Wilcoxon statistical tests in SPSS, the results of
probability values are smaller than the significant value of P value: 0.001 and α = 0.05
(0.000 <0.05). The results of this study can be used as a reference in conducting Health
Education accompanied by a demonstration of syringe spuid modification methods by
pulling the nipples using a spuit to help the prominent nipples. So that this is an effort to
overcome problems in breastfeeding because of the shape of the nipple that is flat or
immersed.
Keywords: Nipple, Spuit Modification, Postpartum Mother
8. LATAR BELAKANG
Bagi seorang wanita payudara adalah organ tubuh yang sangat penting bagi
keberlangsungan setelah melahirkan. Payudara dimiliki oleh perempuan maupun laki-
laki. Namun, payudara yang berkembang dan tumbuh menjadi besar hanya dialami oleh
perempuan karena perempuan memiliki kelenjar mamae. Puting susu merupakan salah
satu bagian dari payudara. Pada dasarnya puting yang dimiliki tiap wanita berbeda-beda.
Diantaranya yaitu wanita dengan puting yang datar, masuk ke dalam dan ada pula yang
menonjol. Banyak perempuan setelah melahirkan mengeluh karena bentuk puting susu
yang terbenam/datar, dan merasa takut tidak dapat menyusui bayinya. Daerah puting
juga memiliki banyak kelenjar minyak keringat yang berfungsi agar kulit puting
senantiasa lembut, lentur, dan terlindungi dari iritasi. Tetapi bukan berarti seorang
wanita tidak dapat menyusui karena keadaan puting yang terbenam/datar melainkan
dapat dilakukan perawatan payudara selama pasca persalinan (Saryono dan Pramitasari,
2014).
Pada dasarnya bentuk puting susu normal adalah puting secara keseluruhan tampak
menonjol melebihi permukaan areola. Oleh karena itu, terkadang payudara wanita
mengalami pembengkakan akibat pengaruh hormonal dan ASI yang tidak di kosongkan
termasuk puting cenderung lecet. Selain itu di sekitar warna puting akan lebih gelap.
Karena adanya perubahan tersebut, payudara menjadi mudah teriritasi bahkan mudah
luka, oleh karena itu perlu dilakukan perawatan payudara (Saryono dan Pramitasari,
2014).
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan pada tahun 2016 di desa wilayah
kerja Puskesmas Tanah Merah yaitu desa petrah, padurungan, dan pangeleyan pada
bulan september sampai dengan bulan desember 2016 terdapat 30 ibu post partum
dengan puting terbenam/datar. Adapun ibu dengan puting terbenam/datar tersebut
yaitu: ibu post partum primi 20, ibu post partum multi 8 dan ibu post partum grandemulti
2. Berdasarkan studi pendahuluan januari 2017, di wilayah kerja Puskesmas Tanah
Merah tahun 2017 terdapat 23 desa. Dalam penelitian ini hanya mengambil 6 desa
(padurungan, petrah, pangeleyan, tanah merah dajah, tanah merah laok dan kendaban)
sebagai sampel. Dari hasil studi pendahuluan tersebut terdapat 16 (50 %) ibu post
partum dengan puting susu tidak menonjol dari 32 ibu post partum. Adapun ibu post
partum dengan puting susu tidak menonjol tersebut: ibu post partum primi 12, ibu post
partum multi 4 dan ibu post partum grandemulti 0. Adapun penyebab terjadinya
puting yang terbenam/datar diantaranya: kongenital, kanker payudara dan saluran susu
pendek. Kongenital erat hubungannya dengan bawaan sejak lahir sedangakan pada
kanker payudara, kondisi puting terbenam/datar merupakan salah satu tanda gejala
dari kanker payudara dan adanya perlekatan yang menyebabkan saluran susu pendek
akibatya puting Saterbenam/datar (Saryono dan
Pramitasari, 2014).
Pada saat ibu tidak melakukan perawatan payudara pasca persalinan, terutama
dengan masalah puting terbenam/datar maka akan menimbulkan beberapa
permasalahan, seperti ASI tidak keluar karena tidak menyusui bayinya atau ASI keluar
setelah beberapa hari kemudian, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit untuk
menghisap, produksi ASI sedikit, dan tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada
payudara, payudara bengkak, bernanah, puting susu lecet dan muncul benjolan di
payudara.
9. METODE
Desain yang digunakan rancangan Pra Eksperimen dengan pendekatan the one
group pratest posttest. Pada penelitian ini populasinya adalah ibu post partum dengan
puting terbenam/datar di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah pada bulan februari
dengan 16 ibu post partum Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel
untuk menentukan sampel dalam penelitian (Sugiyono, 2016). Penelitian ini
menggunakan teknik non probability sampling dengan purposive sampling adalah teknik
megambil sampel yang dilakukan secara sengaja dan telah sesuai dengan semua
persyaratan sampel yang akan diperlukan (Sugiyono, 2016).
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi dan diuji
dengan Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0,05 dengan skala data yang digunakan
adalah nominal.
TOTAL 15 100
tanggal 01-28 Mei 2017
a. Sebelum Intervensi
Sebelum Itervensi Ibu Post Partum dengan Puting Tidak Menonjol di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Merah tanggal 01-28 Mei 2017
Setelah
No. Responden
Hasil Interpretasi
1 7 mm Tidak menonjol
2 10 mm Menonjol
3 10 mm Menonjol
4 10 mm Menonjol
5 11 mm Menonjol
6 10 mm Menonjol
7 8 mm Tidak menonjol
8 10 mm Menonjol
9 12 mm Menonjol
10 10 mm Menonjol
11 8 mm Tidak menonjol
Menonjol
12 10 mm
Menonjol
13 10 mm
Menonjol
14 10 mm
Menonjol
15 10 mm
N : 15
Mean : 9.73
Std. Deviation : 1.223
b. Setelah Intervensi
Tabel Setelah Intervensi Ibu Post Partum dengan Puting Tidak Menonjol di Wilayah
Kerja Puskesmas Tanah Merah tanggal 01-28 Mei 2017
Setelah
No. Responden
Hasil Interpretasi
1 7 mm Tidak menonjol
2 10 mm Menonjol
3 10 mm Menonjol
4 10 mm Menonjol
5 11 mm Menonjol
6 10 mm Menonjol
7 8 mm Tidak menonjol
8 10 mm Menonjol
9 12 mm Menonjol
10 10 mm Menonjol
11 8 mm Tidak menonjol
12 10 mm Menonjol
13 10 mm Menonjol
14 10 mm Menonjol
15 10 mm Menonjol
N : 15
Mean : 9.73
Std. Deviation : 1.223
Analisis Penelitian
a. Pengaruh metode modifikasi spuit injeksi terhadap keberhasilan puting susu menonjol
Tabel 4.6 Tabel Hasil Analisa Metode Modifikasi Spuit Injeksi terhadap Keberhasilan
Puting Susu Menonjol di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Merah tanggal 01-28 Mei
2017
No. Sebelum Setelah
Responde
n Hasil Interpretasi Hasil Interpretasi
Kondisi puting susu tidak menonjol sejak lahir merupakan salah satu kondisi
kelainan sejak lahir. Menurut pendapat masyarakat apabila tidak diberikan
perlakuan sejak masa anak-anak akan sulit untuk menonjolkan puting. Masyarakat
sering mengatasi masalah ini dengan memberikan tekanan menggunakan mangkok
pada saat mau tidur. Kepercayaan dalam masyarakat dengan tindakan ini tidak
hanya menonjolkan puting tetapi juga akan memperbesar ukuran payudara.
Bentuk puting sendiri ada empat yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang
dan terbenam (interved), terbenam/datar merupakan salah satu keadaan puting
yang tertarik ke dalam. Puting susu tidak menonjol dapat disebabkan oleh herediter
(bawaan sejak lahir) karena kondisi ligamen pada puting pendek (Marasco, 2010).
Primipara merupakan awal dari kehamilan atau kelahiran sehingga ibu post
partum masih belum berpengalaman dalam menangani masalah yang dalam post
partum seperti kondisi puting susu tidak menonjol. Sehingga ibu post partum
enggan untuk memberikan ASI pada bayinya karena kondisi dari puting tersebut.
Sedangkan pada ibu post partum multipara, pada pengalaman kelahiran
sebelumnya ibu memang tidak memberikan ASInya dikarenakan mereka
beranggapan merasa sulit dalam memberikan ASInya dan bayi terlihat tidak puas
dan sering menangis sehingga ibu memilih untuk memberikan susu formula bahkan
ada yang telah memberikan MPASI seperti pisang, ataupun bubur instan.
Puting susu tidak menonjol disebabkan adanya perlekatan antara saluaran air
susu (duktulus yang satu dengan duktulus lainnya) menyebabkan saluran tersebut
menjadi pendek sehingga terjadi penarikan puting kedalam (Ambarwati, 2008).
Metode modifikasi spuit injeksi merupakan metode untuk membantu
menonjolkan puting susu yang tidak menonjol. Metode sederhana ini dapat
digunakan bila pompa puting tidak tersedia, dapat dibuat dari modifikasi spuit
injeksi 10 ml. Metode ini dilakukan 30 detik sampai 1 menit dengan tarikan
(<0,05).
Ibu post partum melakukan metode ini secara teratur dan mengikuti sesuai SOP
yang telah diberikan. Setelah mengaplikasikan metode ini, ibu langsung menyusui
bayinya. Semua ibu post partum hanya melakukannya sehari dua kali pagi dan sore.
Pada saat mandi ibu juga sering membersihkan daerah puting dengan baby oil dan
mengurut payudara.
Rata rata ukuran puting susu wanita lebih dari 3/8 inchi (9.5 mm), pada saat
hamil akan bertambah besar bahkan akan permanen dan saat hamil akan
memperluas pigmentasi puting (Kurnia, 2014). Metode modifikasi spuit injeksi
memiliki fungsi seperti nipple pump sehingga puting langsung tertarik ke depan dan
nampak menonjol. Semakin sering metode ini dilakukan maka tingkat
keberhasilannya semakin tinggi. Keuntungan metode ini, ibu bisa mengatur sendiri
besar tarikan sehingga bisa menilai rasa sakit ketika ditarik. Isapan bayi saat
menyusu membantu mempertahankan posisi puting tetap menonjol dan
merangsang ASI keluar (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
a. Ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah sebelum diberikan
metode modifikasi spuit injeksi seluruhnya memiliki puting susu tidak menonjol.
b. Ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah setelah diberikan
metode modifikasi spuit injeksi hampir seluruhnya puting susunya menonjol
c. Ada pengaruh metode modifikasi spuit injeksi terhadap keberhasilan puting susu
menonjol di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran dalam
penelitian ini adalah: a. Saran Teoritis Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai wacana tambahan bagi peneliti selanjutnya dalam
rangka mengkaji dan mengembangkan beberapa faktor lain yang terkait
atau yang berpengaruh terhadap keberhasilan puting susu menonjol.
b. Saran Praktis
Memberikan pengarahan tentang perawatan payudara kepada ibu dengan
melakukan Health Education melalui penyuluhan-penyuluhan disertai
demonstrasi metode modifikasi spuit injeksi dengan menarik puting susu
menggunakan spuit untuk membantu puting susu menonjol. Hal tersebut dapat
meningkatkan kemampuan ibu dalam perawatan payudara khususnya yang
mengalami masalah puting terbenam/datar secara baik dan benar sebagai
upaya mengatasi masalah dalam menyusui karena bentuk puting yang datar
atau terbenam.
Maulani, Shinta Nurul, 2016. “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Puting Susu
Tenggelam (Grade I) Dan Asi Tidak Keluar Di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, A. Md.
Keb
Tasikmalaya”. STIKes
Muhammadiyah Ciamis
Notoadmojo. 2011. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT Rineka
Cipta
Pitriani, Risa dkk, 2009. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Normal ASKEB III, Yogyakarta: Budi Utama
Saryono dan Pramitasari, Roischa Dyah,
2014. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Setiadi, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba Medika