Anda di halaman 1dari 2

Name : KANDA BAGASKARA

Nim : 4211141027
Class : BESP 2021
Subject : Leadership
Lecture: Dr. Ely Djulia, M.Pd

Assalamualaikum Wr.Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Salam mahasiswa. Salam perjuangan.

Yang terhormat Bpk.Rektor Universitas Negeri Medan

Yang terhormat Para Dekan Universitas Negeri Medan

Yang terhormat Bapak/Ibu Dosen Universitas Negeri Medan

Dan yang kami banggakan seluruh Panitia, Peserta, dan Tamu undangan.

Para hadirin yang saya hormati

Ada ancaman besar selain pandemi covid-19. Kini seluruh dunia dihadapkan pada bencana
perubahan iklim yang bukan tidak mungkin akan jauh lebih mematikan.

Kesadaran kolektif termasuk dari generasi muda berperan penting untuk mencegah krisis iklim dan
mewujudkan bumi aman dari perubahan iklim. Generasi muda seperti mahasiswa yang sadar dan
cerdas iklim dapat menjadi aktor utama upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Perubahan iklim di Indonesia merupakan permasalahan yang penting, karena banyaknya populasi
yang hidup di tepi pantai yang dapat terkena dampak kenaikan permukaan laut dan karena kehidupan
banyak penduduknya bergantung pada pertanian, marikultur dan perikanan, yang semuanya dapat
terkena dampak dari perubahan suhu, curah hujan dan perubahan klimatik lainnya.

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen secara sukarela untuk pengurangan emisi GRK (Gas Rumah
Kaca) minimum 26 persen pada 2020 dan 29 persen pada 2030. Namun nyatanya Indonesia tidak
efektif dalam menerapkan kebijakan untuk memenuhi target dari Persetujuan Paris.

Dampak perubahan iklim sangat nyata di hadapan kita. Covid-19 dan resesi global membuat
tantangan semakin kompleks.

Untuk itu, kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia harus ikut berperan serius dalam
pengendalian perubahan iklim dan mengajak dunia untuk melakukan aksi-aksi nyata, to lead by
example.

Sebagai negara kepulauan terbesar dan pemilik hutan tropis, penanganan perubahan iklim adalah
kepentingan nasional Indonesia. Melalui kebijakan, pemberdayaan, dan penegakan hukum, laju
deforestasi Indonesia saat ini turun, terendah dalam 20 tahun terakhir.

Kita sebagai mahasiswa cerdas generasi harapan bangsa harus ikut memajukan pembangunan hijau
untuk dunia yang lebih baik. Indonesia telah memutakhirkan NDC (nationally determined contribution)
untuk meningkatkan kapasitas adaptasi dan ketahanan iklim.
Seperti yang kita ketahui saat ini, dunia menghadapi dua ancaman besar, yaitu pandemi covid-
19 dan perubahan iklim. Di tengah fokus pada pandemi covid-19, kita harus tetap menaruh perhatian
besar juga pada ancaman perubahan iklim. Semangat dan upaya melawan perubahan iklim harus
sama besarnya dengan upaya melawan covid-19.

Dalam upaya melawan perubahan iklim, generasi muda seperti kita mahasiswa harus menjadi aktor
utama karena kita yang akan paling merasakan dampak perubahan iklim di masa depan. Kita juga
merupakan calon pemimpin masa depan yang juga berfungsi sebagai agen perubahan. Pemahaman
kita, generasi muda akan masalah perubahan iklim sangat krusial bagi masa depan Indonesia.

Satu upaya penting yang dapat kita lakukan adalah mulai beralih kepada gaya hidup rendah karbon,
seperti menggunakan dan mengembangkan energi terbarukan. Apalagi Indonesia memiliki sumber
energi terbarukan yang sangat melimpah.

Potensi energi terbarukan di Indonesia total mencapai 417,8 Gigawatt dari arus laut, panas bumi,
bioenergi, bayu, surya, dan air. Namun sayangnya, saat ini kita baru memanfaatkan energi terbarukan
sebesar 10,4 Gigawatt (2,5%). Dari sisi energi terbarukan, Jawa Barat merupakan provinsi dengan
potensi sumber daya energi panas bumi terbesar di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), total sumber daya panas bumi di Jawa Barat
sebesar 5.411 Megawatt. Total sumber daya ini hampir 40% dari total sumber daya nasional.

Perubahan iklim dipicu oleh peningkatan emisi karbon di bumi. Perserikatan Bangsa-bangsa dalam
Paris Agrement pada 2015 telah menyepakati perlunya pembangunan berkelanjutan dengan salah
satunya mengadopsi kebijakan transisi energi (energy transition policy).

Kebijakan tersebut meminta negara-negara secara bertahap untuk mentransformasi energinya


dengan mengurangi dan meninggalkan energi fosil menuju penggunaan energi terbarukan yang
nirkarbon dan lebih ramah lingkungan. Tujuannya, agar kenaikan suhu bumi tidak melewati 20°C pada
2030 untuk mencegah dampak perubahan iklim.

Hal nyata yang dapat kita lakukan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim adalah mulai
dari hal kecil dan mulai dari diri sendiri, misalnya menghemat penggunaan energi seperti menyalakan
lampu di rumah sesuai dengan kebutuhan, mengurangi penggunaan mobil pribadi, karena dengan
menggunakan mobil pribadi bahan bakar yang dibutuhkan lebih banyak, selain itu space di jalan juga
semakin berkurang apabila pemakaian mobil pribadi semakin meningkat yang akan memperparah
adanya kemacetan, selain itu juga untuk mahasiswa yang kost di sekitar wilayah kampus, alangkah
baiknya jika berangkat ke kampus dengan berjalan kaki atau menggunakan bis kampus daripada
harus menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi karena lokasi yang akan dituju relatif dekat.

Penggunaan plastik juga dikurangi karena limbah plastik tidak dapat atau sangat lama untuk
diuraikan oleh mikroorganisme, penggunaan kertas juga dikurangi dengan menggunakan 2 sisi kertas
ketika mencetak tulisan, atau jika hanya untuk dibaca, lebih baik kita membaca dari screen komputer
saja, karena dengan menggunakan kertas berlebih, juga akan meningkatkan penebangan pohon yang
jika keadaan ini dibiarkan terus menerus tanpa kontrol, akan berdampak memperparah perubahan
iklim di bumi. Dengan begitu, target untuk mengurangi dampak perubahan iklim dapat tercapai
sehingga tercipta bumi yang lebih baik untuk kelangsungan generasi mendatang.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan apa yang sudah saya sampaikan
bermanfaat. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai