Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

Disusun Oleh :
M.Rizki
C1M018080

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ACARA 1.
STRUKTUR BUNGA, BIJI DAN BUAH SERTA TIPE BUAH
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bunga merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan. Ada tumbuhan yang berbunga
sempurna dan ada yang berbunga tidak sempurna. Bunga sempurna memiliki benang sari
sebagai alat kelamin jantan dan putik sebagai alat kelamin betina. Bunga tidak sempurna ada
yang memiliki benang sari, tetapi tidak memiliki putik, bunga yang demikian disebut bunga
jantan, sementara bunga yang tidak memiliki benang sari tetapi memiliki putik disebut bunga
betina. Ada tumbuhan yang berbunga tunggal yaitu jika pada setiap tangkai hanya terdapat satu
bunga. Ada pula tumbuhan berbunga majemuk yaitu jika pada satu tangkai terdapat banyak
bunga membentuk rangkaian atau karangan
Berdasarkan kelengkapan bagian bunga, bunga dapat digolongkan ke dalam bunga
lengkap, yaitu bunga yang memiliki ke empat organ bunga (kelopak, mahkota, benang sari dan
putik) dan bunga tak lengkap, yaitu bunga yag tidak memiliki salah satu atau lebih organ bunga
tersebut. Dilihat dari alat generatifnya, ada bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga
sempurna adalah bunga yang memiliki benang sari dan putik. Sedangkan bunga tidak sempurna
hanya memiliki salah satu organ generative tersebut. Dalam hal ini maka ada bunga jantan
(staminate) dan ada pula bunga betina (pistilate).
Buah berasal dari bakal buah, akan tetapi apa yang dimakan manusia secara awam disebut
buah, tidak selalu berasal dari bakal buah.Bagian-bagian yang dimakan ini adalah jaringan-
jaringan yang berasal dari berisi cadangan makanan yang berupa karbohidrat atau gula. Bagian
ini bisa berasal dari berbagai macam bagian bunga.Setelah terjadi penyerbukan yang diikuti
dengan pembuahan, bakal buah tumbuh menjadi biji. Bagi tumbuhan biji (spermathophyta), biji
ini merupakan alat perkembangbiakkan utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru
(lembaga).

1.2 Tujuan Praktikum


Mahasiswa dapat mengenal struktur bunga, struktur biji dan tipe buah
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bunga adalah bagian tanaman yang mengandung struktur alat perbanyakan generatif.Pada
umumnya bunga majemuk memilki empat organ utama, yaitu kelopak (sepal), mahkota (petal),
benang sari (stamen), dan putik (pistil). Benang sari terdiri dari tangkai sari (filament), putik
(stigma), tangkai putik (style), dan bakal buah (ovary). Bunga adalah batang dan daun yang
termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh
komposisi fitohormon tertentu. Bunga dapat digolongkan ke dalam bunga sempurna dan tidak
sempurna, bunga sempyrna yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina sedangkan bunga tidak
semupurna tidak memiliki salah satu diantara benang sari dan putik (Campbell,2003).
Bagian-bagian bunga secara umum yaitu bagian-bagian yang bersifat seperti batang atau cabang,
yaitu ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis atau rhachis) yaitu bagian yang biasanya
berupa terusan batang atau cabang yang mendukung bunga majemuk. Ibu tangkai ini dapat
bercabang, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, dapat pula sama sekali tidak bercabang. Tangkai
bunga (pedicellus), yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung bunganya. Dasar bunga
(receptaculum), yaitu ujung tangkai bunga yang mendukung bagian-bagian bunga yang lainnya.
Daun-daun pelindung (bractea), yaitu bagian-bagian serupa daun yang dari ketiaknya
muncul cabang-cabang ibu tangkau atau tangkai bunganya. Daun tangkai (bracteola), yaitu satu atau
dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bunga. Pada tumbuhan biji belah (dicotyledoneae)
biasanya terdapat dua daun tangkai yang tegak lurus pada bidang median, sedangkan pada tumbuhan
biji tunggal (monocotyledoneae) hanya terdapat satu daun tangkai dan letaknya di dalam bidang
median. Seludang bunga (spatha), yaitu daun pelindung yang besar, yang seringkali menyelubungi
seluruh bunga majemuk waktu belum mekar. Daun-daun pembalut (bractea involuclaris,
involucrum), yaitu sejumlah daun-daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran. Kelopak
tambahan (epicalyx), yaitu bagian-bagian yang serupa daun berwarna hijau, tersusun dalam suatu
lingkaran dan terdapat di bawah kelopak. Daun-daun kelopak (sepalae). Daun-daun mahkota atau
daun tajuk (petalae) jika kelopak dan mahkota sama bentuk dan warna. Benang-benang sari
(stamina) dan daun-daun buah (carpella) (Tjitrosoepomo, 2009:126-128).
Pada umumnya buah berkembang dari bagian alat kelamin betina (putik)
yang disebut bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang lengkap
tersusun atas biji, daging buah, dan kulit buah. Kulit buah ada yang dapat
dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu epikarp, mesokarp dan endokarp sebelum
biji masak (Danuarti 2005).
Pada tumbuhan umumnya dibedakan dalam dua golongan yaitu buah semu atau buah tertutup
dan buah sungguh atau buah telanjang. Buah semu atau buah tertutup adalah jika buah itu terbentuk
dari bakal buah beserta bagian-bagian lain pada bunga itu, yang menjadi bagian utama buah ini
(lebih besar, lebih menarik perhatian, dan dapat dimakan) sedangkan buah yang sesungguhnya
kadang-kadang tersembunyi. Buah sungguh atau buah telanjang, yang selalu terjadi dari bakal buah,
dan jika ada bagian bunga yang lainnya yang masih tinggal bagian ini tidak merupakan bagian buah
yang berarti (Tjitrosoepomo, 2009:222).
Buah semu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu buah semu tunggal, ganda, dan majemuk.
Buah semu tunggal yaitu buah semu yang terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah, pada buah
ini selain bakal buah ada beberapa bagian lain bunga yang ikut membentuk buah misalnya tangkai
bunga dan kelopak bunga. Buah semu ganda yaitu jika pada satu bunga terdapat lebih dari satu bakal
buah yang bebas satu sama lain, dan kemudian masing-masing dapat tumbuh menjadi buah, tetapi di
samping itu ada bagian lain pada bunga yang ikut tumbuh. Buah semu majemuk adalah buah semu
yang terjadi dari bunga majemuk, tetapi seluruhnya dari luar tampak seperti satu buah, yang terjadi
dari ibu tangkai bunga yang tebal dan berdaging, beserta daun-daun tenda bunga yang pada ujungnya
berlekatan satu sama lain sehingga merupakan kulit buah semu. Penggolongan buah sungguh (buah
sejati) dibedakan dalam tiga golongan yaitu, buah sejati tunggal,ganda, dan majemuk. Buah sejati
tunggal adalah buah sejati yang terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah saja. Buah ini dapat
berisi satu biji atau lebih, dapat pula tersusun dari satu atau banyak daun buah dengan satu atau
banyak ruangan. Buah sejati ganda yaitu yang terjadi dari satu bunga dengan beberapa bakal buah
yang bebas satu sama lain, dan masing-masing bakal buah menjadi satu buah. Buah sejati majemuk,
yaitu buah yang berasal dari suatu bunga majemuk, yang masing-masing bunga mendukung satu
bakal buah, tetapi setelah menjadi satu buah tetap berkumpul sehingga seluruhnya tampak seperti
satu buah saja (Rosanti,2013).
Pada biji umumnya dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu, kulit biji
(spermodermis), tali pusar (funiculus), dan inti biji atau isi biji. Kulit biji (spermodermis) berasal dari
selaput bakal biji (integumentum), oleh sebab itu biasanya kulit biji terdiri atas dua lapisan yang pada
umumnya dapat ditemukan pada tumbuhan biji tertutup (angiospermae) yaitu, lapisan kulit luar
(testa) yang mempunyai sifat yang bermacam-macam, ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit,
ada yang keras seperti batu atau kayu. Bagian ini merupakan bagian pelindung utama bagi bagian biji
yang dalam, bagian ini juga memperlihatkan warna dan gambaran yang berbeda-beda. Lapisan kulit
dalam (tegmen), biasanya tips seperti selaput yang seringkali dinamakan kulit ari. Pada pembentukan
kulit biji dapat pula ikut serta bagian bakal biji yang lebih dalam daripada integumentumnya yaitu,
bagian jaringan nuselus yang terluar. Pada tumbuhan biji telanjang (gymnospermae) biji memiliki
tiga lapisan yaitu, kulit luar (sarcotesta), biasanya tebal berdaging, pada waktu masih muda berwarna
hijau, kemudian kuning dan akhirnya menjadi merah. Kulit tengah (sclerotesta), suatu lapisan yang
kuat dan keras, berkayu, menyerupai kulit dalam (endocarpium) pada buah batu ( Intan, 2013).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 14 november 2020. Bertempat di Desa
Karumbu Kec.Langgudu, Kab. Bima Nusa Tenggara Barat

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Pisau, cutter, pinset dan handphone
Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu Bunga Turi, Bunga Kembang Sepatu,bunga
matahari, biji jagugung, biji kacang tanah buah mangga, jeruk ,naga ,tin, pisang, salak,
papaya,sawo,terong,srikaya,anggur dan jambu biji.

3.3 Pelaksanaan Pengamatan


Struktur bunga
Diamati struktur tiga jenisbunga secara saksama dan digambar/difotodengan jelas bagian-
bagiannya dan dituliskan keterangan bagian-bagiannya.
Struktur biji
a. Dibelah biji jagung (mewakili tanaman monokotil) secara vertikal dengan cutter atau
pisau kemudian diamati denganmenggunakan kaca pembesar Selanjutnya digambar/difoto
dengan jelas bagiannya dan dituliskan keterangan bagian-bagiannya.
b. Dibelah biji kacang tanah/kedelai/komak (mewakili tanaman dikotil) dengan tangan
secara vertical, kemudian diamati bagian-bagiannya dengan kaca pembesar, selanjutnya
digambar atau difoto dengan jelas dan ditulis keterangan bagian-bagiannya.
Struktur buah
a. Dibelah salah satu buah (misalnya kelapa/mangga/alpukad/dll) secara vertikal,kemudian
digambar/difoto dan ditulis bagian-bagiannya Tipe buah
b. Digambar/difotosalah satu buah yang tersedia secara utuh dan tuliskan tipe buahnya
dan nama ilmiahnya.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Table hasil pengamatan struktur bunga


Bunga 1. Habiscus rosa-sinensi ( Bunga kembang sepatu) Keterangan

Kepa putik

benang sari

Mahkota bunga

Tangkai putik

Kelopak bunga

Bakal biji

Tangkai bunga

Dasar bunga

Bunga 2. Halieanthus annuus (bunga matahari) Keterangan

Mahkota bunga

Benang sari

Kelopak bunga

Kepala putik

daun

Tangkai bunga
Bunga 3. Sasbania grandiflora (bunga turi)

Tangkai bunga

Kelopak bunga

Sayap bunga

Benang sari

Kepala putik

Daun bunga

4.1.2 Tabel pengamatan struktur biji

Biji kacang tanah Keterangan

Kulit biji

plumula

radikula

epikotil

kotiledon
Biji jagung

epikotil

plumula

endosperm

Jaringan buah

Kulit buah

4.1.3 Tabel pengamatan Struktur buah

Kulit buah

Daging buah

biji
Kulit buah

biji

Daging buah

Kulit buah

Daging buah

biji

4.1.4 Tabel pengamatan Tipe buah

No Nama buah Nama ilmiah Tipe buah Gambar buah


1. anggur Vitis vinivera Buah sejati
majemuk
2. jeruk Citrus x aurantiifolia Buah sejati
tunggal

3. salak Salacca zalacca Buah sejati


majemuk

4. mangga Mangifera Buah sejati


tunggal
5 Jambu biji Psidium guajava Buah sejati
tunggal

6. sawo Manilkara zapota Buah sejati


tunggal

7 Buah naga Hylocereus undatus Buah sejati


tunggal
8 terong Solanum melongena Buah sejati
tunggal

9 Buah tin Ficus carica Buah sejati


tunggal

10 pisang Musa paradisiaca Buah sejati


majemuk

11 Srikaya Annina squamosal Buah sejati


tunggal
12 Tomat Solanum Buah sejati
lycopersicum tunggal

13 pepaya Carica papaya Buah sejati


tungga

4.2 Pembahasan

Dalam praktikum kali ini dibahas mengenai bagian bagian bunga, buah dan biji. Bunga
adalah alat perkembangbiakan generatif tumbuhan biji tertutup. Dalam bagian-bagian bunga yang
memiliki macam-macam atau jenis-jenis bagian yang setiap fungsinya masing-masing bagian bunga
tersebut berbeda-beda, sehingga perlunya pembahasan yang panjang dan luas tentang bagian-bagian
bunga, maka dari itu kali ini kita akan membahas bagian-bagian bunga, baik itu bagian bunga secara
umum, bagian bunga berdasarkan kelengkapan bagian bunga dan berdasarkan kelengkapan alat
kelamin. Bagian-bagian bunga secara umum antara lain aadalah Tangkai Induk Bunga, Tangkai
Bunga, Dasar Bunga, Daun Pelindung, Daun Tangkai, Kelopak Bunga, Mahkota Bunga, Benang Sari
sebagai alat kelamin jantan pada bunga, dan Putik sebagai alat kelamin betina pada putik.
Selanjutnya adalah berdasarkan kelengkapan bagian bunga, yaitu perhiasan bunga dan alat
kelamin bunga dibedakan menjadi bunga lengkap dan bunga tak lengkap Bunga lengkap pasti
memiliki dua macam alat kelami, karena itu disebut dengan bunga berkelamin ganda (hermafrodit).
Akan tetapi bunga berkelamin ganda atau berkelamin lengkap belum tentu merupakan bunga
lengkap. Sedangkan Bunga disebut bunga tidak lengkap jikaadalah bunga tersebut tidak memiliki
salah satu atau beberapa bagian bunga baik perhiasan maupun alat kelamin bunga. Bunga tidak
lengkap dibedakan menjadi dua kelompok yaitu adalah Perhiasan Bunga Tidak Lengkap dan Alat
Kelamin Tidak Lengkap, Contohnya bunga mentimun dan bunga salak. Atau jika bunga tidak
memiliki bunga alat kelamin disebut bunga mandul (bunga tidak berkelamin), misalnya pada bunga
matahari. Kemudian Ditinaju dari kelengkapan alat kelaminnya, bunga dibedakan menjadi bunga
sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga disebut bunga sempurna jika mempunyai dua macam
alat kelamin, yaitu benang sari dan putik. Perhiasan bunga berupa kelopak dan mahkota bunga tidak
selalu harus ada pada bunga sempurna. Sedangkan Bunga disebut bunga tidak sempurna jika hanya
mempunyai satu macam alat kelamin, benang sari saja atau putik saja.
Dalam praktikum kali ini dilakukan praktikum memngenai modifikasi bunga, seperti pada
bunga tasbih, terdapat hiasan bunga berupa tiga corolla dan tiga calix, kelamin bunga terdiri dari
benangsari yang terbagi dua yaitu steril dan fertil, bagian yang steril berbentuk seperti kelopak
bunga, hal ini yang dimaksudkan modifikasi bunga, kemudian terdapat bunga anggrak, terdapat
beberapa bagian tangkai bunga yang dibagi atas lingkaran yang berbeda. Bagian ini disebut tenda
bunga, yaitu merupakan kelopak dan mahkota yang bentuknya tidak dapat dibedakan sehingga hal
ini disebut dengan modifikasi bunga, dan contoh yang terakhir terdapat bunga bugenfil,
modifikasinya terdapat suatu daun pemikat yang bentuknya hampir sama seperti mahkota bunga,
Dalam penggolonganya buah dibedakan aatas dua kelompok, yaitu buah sejati dan buah
semu, buah sejati Buah sejati adalah buah yang terbentuk dari bakal buah saja dan karena buah ini
biasanya tidak diselubungi oleh bagian lain, maka dinamakan buah telanjang (fructus nudus). Contoh
: mangga, rambutan. Buah semu adalah buah yang terbentuk dari bakal buah beserta bagian lain pada
bunga yang malahan menjadi bagian utama dari buah tersebut.
Umumnya biji dibedakan menjadi 2 macam kelompok, yaitu biji pada tumbuhan
angiospermae atau berbiji tertutup dan biji pada tumbuhan gymnospermae atau berbiji terbuka.
Bagian-bagian biji pada angiospermae diantaranya adalah lapisan klit luar (testa) dan lapisan kulit
dalam (tegmen). Pada tumbuhan berbiji telanjang atau gymnospermae memiliki laposan kulit
yaitulapisan kulit luar (sacrotesta), lapisan kulit tengah (sclerotesta) dan lapisan dalam (endotesta).
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa bunga sepatu
termasuk bunga lengkap karena terdiri dari bunga sepatu yang terdiri dari benang sari, putik,
mahkota dan tangkati bunga. Begitu juga dengan bunga turi dan bunga matahari. Selanjutnya jagung
yang mewakili tanaman monokotil terdiri atas jaringan biji, kulit biji, endosperm, dan kotiledon, dan
biji komak yang mewakiti tanaman dikotil terdiri dari batang lembaga, akar lembaga, kulit bij, dan
kotiledon. Buah sejati tunggal diantaranyaja,, manga, jambu,tin,papaya,srikaya,naga,sawo, jeruk dan
tomat. Buah pisang termasuk buah sejati majemuk dan salak

5.2. Saran

Adapun saran dari praktikum Teknologi Benih adalah sebaiknya dilakukan dengan telitih terlebih
saat membelah buah,bunga, maupun biji yang akan diamati dan juga saat pengambilan gambar
usahakan pencahayaanya bagus dan kefokusan gambanya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece dan Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Mulyani, Mul. 1989. Tumbuhan dan Organ-organ Pertumbuhannya. Jakarta: Bina Aksara.

Intan, Aisya P. 2013. Pengaruh Penambahan Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Taurulinum J.J Smith Secara In Vitro.
Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol 1 (1) : 40-43

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.

Tjitrosoepomo, Gembong, 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press


Lampiran
ACARA II.

UJI KEMURNIAN BENIH


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih merupakan benda hidup yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangbiakan tanaman, produksi benih oleh produsen benih diadakan untuk
kelangsungan atas ketersediaan bahan perbanyakan tanaman tertentu. Hal tersebut dilakukan
guna mempertahankan plasma nutfah yang ada. Produksi benih yang dilakukan tidak hanya
sekedar memperhatikan kuantitatif dari produksi itu sendiri tetapi kualitatif benih juga
diutamakan. Mutu benih sangat penting untuk diperhatikan karena benih bukan merupakan
benda mati yang dijual di pasaran kemudian dipakai/ dikonsumsi hingga habis kegunaannya.
Benih yang hendak digunakan oleh para konsumen (konsumen dalam hal ini adalah petani)
adalah benih yang memiliki kriteria sesuai dengan permintaan/ selera masyarakat.

Kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam
suatu contoh benih. Pengujian kemurnian benih yang juga merupakan deskripsi mutu benih
yang pada umumnya dicantumkan pada kemasan oleh pihak produsen merupakan pengujian
yang bertujuan untuk memperoleh persentase kemurnian suatu lot benih. Prinsip dari pengujian
ini yaitu dengan memisahkan benih ke dalam tiga komponen, yaitu benih murni (benih yang
dimaksud oleh pihak produsen), benih tanaman lain (benih komoditas lain atau varietas lain
yang masih satu komoditas), dan kotoran benih. Untuk memperoleh persentase kemurnian
maka benih murni ditimbang pada unit penimbang, dan hasilnya dibandingkan dengan standar
minimum benih murni

Untuk pengembangan industri benih nasional perlu terus dikembangkan kebijaksanaan


operasional, terutama dengan optimalisasi fungsi dan pembinaan, pelayanan dan pengawasan
dari pemerintah, serta meningkatkan peran swasta dalam industri benih. Upaya-upaya tersebut
ditempuh antara lain melalui: peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang perbenihan,
pembenahan kelembagaan perbenihan, peningkatan peran Indonesia dalam organisasi benih
internasional serta penciptaan iklim yang kondusif untuk mengembangkan agribisnis dan
industri benih. Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih
murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih
mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian digunakan untuk
mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian, dan identitasnya yang akan mencerminkan
komposisi lot benih yang didasarkan pada berat komponen pengujian..

1.2 Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung kemurnian benih dan dapat mengetahui
komposisi dari suatu contoh benih.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman. Sehingga masalah
teknologi benih berada dalam ruang lingkup agronomi. Agronomi sendiri diartikan sebagai
suatu gugus ilmu pertanian yang mempelajari pengelolaan lapang produksi dengan segenap
unsure alam (iklim, tanah, air), tanaman, hewan dan manusia untuk mencapai produksi
tanaman secara maksimal (Kartasapoetra, 1986).
Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih murni
yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu presentase kadar air dan
viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin diperoleh adalah nilai dari benih
murni, bukan dari benih campuran (Kuswanto, 1997).
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor fisik.
Menurut Kartasapoetra (1992), faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal dari varietas-
varietas yang memiliki genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi, tahan terhadap hama
dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan terhadap
cekaman abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya
kecambah yang tinggi, bebasa dari kotoran dan benih rerumputan serat bebas dari hama dan
penyakit, serta kadar air benih yang rendah (Kamil, 1986).
Faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal dari varietas-varietas yang memiliki
genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif
terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor
fisik adalah benih bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi,
bebasa dari kotoran dan benih rerumputan serat bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air
benih yang rendah (Kamil, 1986).
Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari species yang dinyatakan
berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Yang termasuk ke dalam kategori benih murni
dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil, mengerut tidak
masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih
besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu
termasuk ke dalam species yang dimaksud (Sutarno dkk,1997).
Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang ikut
tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Benih gulma mencakup semua
benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori gulma. Juga pecahan
gulma yang berukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran yang sesungguhnya tetapi
masih mempunyai embrio. Bahan lain atau kotoran, termasuk semua pecahan benih yang tidak
memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni, benih species lain maupun benih
gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagian-bagian tanaman seperti ranting
dan daun (Sutopo, 1984).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 20 november 2020. Bertempat di Desa
Karumbu Kec.Langgudu, Kab. Bima Nusa Tenggara Barat

3.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah Meja analisis kemurnian benih, Pinset, Timbangan, Petridis.
sedangkan Bahan yang digunakan yaitu Benih padi, Benih jagung, Benih kedelai, Benih kacang
hijau.

3.3 Pelaksanaan praktikum

a. Disiapkan benih yang akan diuji dalam sebuah wadah (petridish).


b. Ditimbang berat contoh uji tersebut dengan timbangan analitik (berat total). Penimbangan
contoh uji untuk kemurnian, harus sesuai dengan ketentuan dalam sertifikasi benih yaitu padi
75 g, jagung 900 g, kacang tanah 100 g, kedelai 500 g, kacang hijau 150 g.
c. Dipisahkan komponen uji, kemudian ditimbang - Benih spesieslain = a gram - Biji gulma = b
gram - Bahan lain atau kotoran benih = c gram - Benih murni = d gram
d. Dihitung persentase dari berat komponen a, b, dan c di atas dari berat totalnya dan persentase
benih murni (d) adalah 100 % - total persentase a, b, dan c.
e. Persentase benih spesies lain = (a/berat total) x 100%; biji gulma = (b/berat total) x 100%;
kotoran benih = (c/berat total) x 100%; persentase benih murni (d) = 100 % - total persentase
a, b, dan c
f. Analisis dilakukan sebanyak dua kali ulangan dengan beda antar ulangan tidak boleh lebih
dari 5 %.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

a. Nama benih : Padi/Jagung/Kedelai/Kacang Tanah


b. Nama ilmiah : Oryza sativa/Zea mays/Glycine max/Arachis hypogea
c. Berat total = x gram
Berat benih spesies lain (a) = a gram
% berat benih spesies lain = (a/x)*100%
Biji gulma (b) = b gram
% biji gulma = (b/x)*100%
Bahan lain/kotoran benih (c) = c gram
% bahan lain/kotoran benih = (c/x)*100%
Persentase benih murni = 100%-% (spesies lain + gulma + kotoran)

Table hasil pengamata

Nama Berat Berat komponen (g) Persentase %


benih total (g) Spesies/ Biji Kotora Spesies/ Biji Kotora Benih
varietas gulma n benih varietas gulma n benih murni
lain lain
Padi 20 2,5 1,5 2 12,5 7,5 10 70%
Jagung 30 3,5 2 2,5 11,66 6,66 8,33 73,35%
Kedelai 30 5 2 3 16,66 6,66 10 67,34%
Kacang 30 4 3 1 13,33 10 3,33 73,57%
tanah

4.2 Analisi Data

(TERLAMPIR)

4.3 Pembahasan

Uji kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik
komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih
tanaman lain, dan kotoran pada masa benih. Benih uji dipisahkan menjadi 3 komponen yaitu
;Benih murni adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji.
Benih varietas lain adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak
dimaksudkan untuk diuji.Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa
Tahap selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu persatu secara
visual menggunakan purity desk bedasarkan penampakan morfologi. Setelah dilakukan analisis
kemudian dilakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan pada setiap komponen
tersebut, yaitu benih tanaman lain/ varietas lain dan kotoran benih dipisahkan dan setelah
ditimbang dan dihitung dadapatkan hasil pada tanaman padi didapat presentase Spesies/varietas
lain adalah sebesar 12,5%, biji gulma 7,5%, kotoran benih 10% dan benih murni 70% sedangkan
untuk tanman jagung padi didapat presentase Spesies/varietas lain adalah sebesar 11,66%, biji
gulma 6,66%, kotoran benih 8,33% dan benih murni 73,35% dan untuk tanaman kedelai padi
didapat presentase Spesies/varietas lain adalah sebesar 16,66%, biji gulma 6,66%, kotoran benih
10% dan benih murni 67,34% dan terakhir untuk tanaman kacang tanah padi didapat presentase
Spesies/varietas lain adalah sebesar 13,33%, biji gulma 10%, kotoran benih 3,33% dan benih
murni 73,57%.
Sehingga dengan adanya hasil tersebut akan di dapatkan seberapa benih murni yang ada pada
benih padi varietas ciherang. Benih yang murni merupakan benih yang tidak rusak dan tidak
berpenyakit. Benih varietas lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama, misalnya benih padi
dengan benih kacang hijau atau jagung. Kotoran atau benda mati merupakan bagian dari
sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang
hanya mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam serta bentuk-bentuk
lain yang menyerupai benih dan gulma serta benih yang rusak atau pecah dan terkena penyakit.
Benih yang memiliki kemurnian yang tinggi merupakan salah satu takaran atau ukuran untuk
menjadi benih bersertifikat. Oleh karena itu pengujian kemurnian benih dilakukan untuk
menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata
lain komposisi dari kelompok benih identitas dari berbagai spesies benih dan partikel-partikel
lain yang terdapat dalam benih.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telas dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Persentase dari benih padi yaitu, benih murni sebesar 70%, Spesies/varietas lain adalah
sebesar 12,5%, biji gulma 7,5%, kotoran benih 10%
2. Persentase dari benih jagung yaitu benih murni yaitu sebesar 73,35% Spesies/varietas
lain adalah sebesar 11,66%, biji gulma 6,66%, kotoran benih 8,33%
3. Persentase dari benih kedelai yaitu benih benih murni 67,34%, Spesies/varietas lain
adalah sebesar 16,66%, biji gulma 6,66%, kotoran benih 10%
4. Persentase dari benih kacang tanah yaitu benih murni sebesar 73,57% Spesies/varietas
lain adalah sebesar 13,33%, biji gulma 10%, kotoran benih 3,33%

5.2. Saran
Praktikan diharapkan saat melakukan analisi data usahakan dilakukan dengan teliti dan
untuk menghitung angkat yang rumit sebaiknya menggunakan kalkulator agar nilainya tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang

Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW .

Sutarno dkk,1997. Pengenalan Pemberdayaan Pohon Hutan. Prosea


Lampiran

Analisis Data
a. Padi
• % Spesies/varietas lain
=(a/x) * 100%
=(2,5/20) * 100%
= 0,125 * 100%
= 12,5%

• % Biji gulma
=(b/x) * 100%
= (1,5/20) * 100%
= 0,075 * 100%
=7,5%

• % Kotoran benih
=(c/x) * 100%
=(2/20)* 100%
=0,1 * 100%
=10%

• % Benih murni
=100% - % (spesies lain + gulma + kotoran)
=100% - (12,5% + 7,5% + 10%)
=100% - 30%
=70%

b. Jagung
• % Spesies/varietas lain
=(a/x) * 100%
=(3,5/30) * 100%
=0,116 * 100%
=11,66%

• % Biji gulma
=(b/x) * 100%
=(2/30) * 100%
=0,06 * 100%
=6,66%

• % Kotoran benih
=(c/x) * 100%
=(2,5/30) * 100%
=0,083 * 100%
=8,33%
• % Benih murni
=100% - % (spesies lain + gulma + kotoran)
=100% - (11,66% + 6,66% + 8,33%)
=100% - 26,65%
=73,35%

c. Kedelai

• % Spesies/varietas lain
=(a/x) * 100%
=(5/30) * 100%
=0,16 * 100%
=16%

• % Biji gulma
=(b/x) * 100%
=(2/30) * 100%
=0,06 * 100%
=6,66%

• % Kotoran benih
=(c/x) * 100%
=(3/30) * 100%
=0,1 * 100%
=10%

• % Benih murni
=100% - % (spesies lain + gulma + kotoran)
=100% - (16% + 6,66% + 10%)
=100% - 32,66%
=67,34%

d. Kacang tanah
• % Spesies/varietas lain
=(a/x) * 100%
=(4/30) * 100%
=0,13 * 100%
=13,3%

• % Biji gulma
=(b/x) * 100%
=(3/30) *100%
=0,1 * 100%
=10%
• % Kotoran benih
=(c/x) * 100%
=(1/30) * 100%
=0,03 * 100%
=3,33 %

• % Benih murni
=100% - % (spesies lain + gulma + kotoran)
=100% - (13,3% + 10% + 3,33%)
=100% - 26,63%
=73,57%

DAFTAR PUSTAKA

Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang

Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW .

Sutarno dkk,1997. Pengenalan Pemberdayaan Pohon Hutan. Prosea


ACARA III.

UJI KADAR AIR BENIH


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang berasal dari pembiakan generatif
antara induk jantan dan betina yang merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya
tanaman. Mutu benih terbagi atas mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Mutu benih
sangat tergantung oleh beberapa hal, salah satunya adalah kadar air benih. Air adalah substansi
kimia yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada suatu atom
oksigen. Air merupakan suatu pelarut yang penting dan memiliki kemampuan melarutkan banyak
zat kimia lain kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari
bahan pangan tersebut. Kadar air dapat juga mempengaruhi penampakan, rasa, tekstur dan warna
bahan sekalipun. Semua bahan makanan memiliki kadar air yang berbeda-beda tergantung
karakteristik bahan itu sendiri.
Kadar air merupakan salah satu komponen dari mutu benih (yang lainnya, kemurnian
dandaya kecambah). Kadar air benih mempunyai peranan yang penting dalam penyimpanan
benih.Kadar air benih dapat memacu proses pernafasan benih sehingga akan meningkatkan
perombakan sadangan makanan benih, akibatnya benih akan kehabisan cadangan makanan
padasaat diperlukan/berkecambah.Kadar air benih harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan,
maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap
benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat
mundurnya benihselama dalam penyimpanan. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk
untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat
selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena
laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. (Sutopo, 1984). Di dalam batas
tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum
dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan
menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan
cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di
dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan
menyebabkan kerusakan pada embrio. Berdasarkan uraian di atas tentunya jelas bahwa uji kadar
air benih perlu dilakukan. Khususnya dalam dunia pertanian dan benih untuk tujuan penanaman
agar dalam praktiknya kualitas benih baik viabilitas, vigor benuh juga ditentukan oleh adanya
kandungan air dalam benih.

1.2 Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat mengetahui dan menghitung kandungan air pada beberapajenis benih
tanaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan senyawa yang terdapat dalam bahan
makanan. Untuk beberapa bahan, air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat melarutkan berbagai
bahan seperti garam, vitamin yang larut air, mineral dan senyawa citarasa. Banyaknya kandungan
air dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan dan aktifitas
enzim, aktifitas mixroba dan aktifitas kimiawi, yaitu terjadi ketengikan, reaksi non enzimatis
sehingga menimbulkan sifat-sifat organoleptik, penampakan, tekstur dan cita rasa gizi yang
berubah. Air bebas adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan, membran,
kapiler, serat dan lain – lain, jika air ini diuapkan seluruhnya maka kandungan air bahan berkisar
antara 12 – 25 % tergantung jenis bahan dan suhu (Amira, 2010).
Benih berukuran besar atau benih berkulit keras harus digiling atau dipotong lebih kecil
sebelum penimbangan dan pengeringan. Kalau tidak, kulit benih akan menahan penguapan air
dari benih. Air akan tetap berada di dalam benih setelah pengeringan sehingga kadar air benih
hasil pengujian menjadi terlalu rendah. Berat contoh kerja setelah digiling atau dipotong
sekurang-kurangnya per ulangan 5 - 10 gram (Darori 2007).
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan
pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak
besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi
berisiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah
satu komponen yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu
pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih. (Amira 2010).
Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan lama. Untuk
setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur benih akan menjadi setengahnya.
Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan
menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid di dalam benih.
Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan
benih (Hong dan Ellis 2005).
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya
kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
vialibitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar benih
memiliki kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya (Sutopo 2006) .
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan benih. Prinsip dari
metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh jenis air yang ada di dalam benih.
Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan dengan metode oven suhu tinggi konstan dan
metode suhu rendah konstan maupun dengan menggunakan metode cepat. Saat mengerjakan
penetapan kadar air benih, kelembapan udara nisbi laboratorium harus kurang dari 70%. Metode
yang digunakan untuk menentukan kadar air benih padi yaitu metode oven suhu tinggi konstan
130 – 133 ˚C (Kuswanto 2007).
Pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih aman diproses
lebih lanjut, terhindar dari serangan hama dan penyakit serta tidak berkecambah sebelum
waktunya. Dalam pengeringan benih perlu diketahui sifat benih apakah ortodoks atau rekalsitran.
Pada benih ortodoks kadar air saat pembentukan benih seitar 35-80 % dan pada saat tersebut
benih belum cukup masak dipanen. Pada kadar air 18-40 % benih telah mencapai masak
fisiologis, laju respirasi benih masih tinggi dan benih peka terhadap detiorasi, cendawan, hama,
dan kerusakan mekanis (Heuver 2006).
Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih dihitung secara langsung
dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan ini yang sering disebut
dengan metode oven, sedangkan pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air di ukur
tanpa mengeluarkan air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih
yang kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya dengan menggunakan alat yang bernama
Steinlete Moisture Tester (Hasanah 2006).
Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangkan tanaman. Benih siap dipanen apabila telah masak fisiologis. Ada beberapa fase
untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih, yaitu fase pembuahan, fase penimbunan zat
makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan,
yang ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase
penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air.
Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di
luar dan setelah mencapai tingkat masak fisiologis, benih berat kering benih tidak akan banyak
mengalami perubahan
(Prasetyo 2004).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 23 november 2020. Bertempat di Desa
Karumbu Kec.Langgudu, Kab. Bima Nusa Tenggara Barat

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan meliputi:Timbangan analitis, Oven,Amplop kertas dan Seed moisture
tester
Bahan yang digunakan meliputi benih: padi, jagung, kedelai,kacang tanah

3.3. Prosedure Praktikum


Metode pengukuran kadar air benih dapat dilakukan secara langsung menggunakan seed
moisture tester atau secara tidak langsung menggunakan metode oven.
Metode langsung menggunakan alat Seed Moisture Tester:
1. Disiapkan dan dicek alat, serta contoh benih (padi, jagung, kedelai) yang akan diuji.
2. Ditimbang benih kurang lebih 20 g (2 ulangan)
3. Beberapa biji diambil dengan pinset, kemudian biji dimasukkan kedalam lubang pengujian
pada seed moisture tester13
4. Sekrup penghancur benih diputar hingga benih benar-benar hancur.
5. Menu uji dipilih sesuai dengan benih yang diuji, lalu tombol yang terpilih untuk diuji dan
hasil pengujian akan terbaca pada displat moisture tester
6. Hitung rata-rata kadar air
7. Hasil uji kadar air dengan kadar air standar setiap benih dibandingkan dan terakhir
disimpulkan
Langkah-langkah metode oven adalah sebagai berikut:
a. Masing- masing contoh benih ditimbang, benih padi 20gram, benih jagung, 30gram,
benih kacang tanah 30gram
b. Masing-masing contoh benih dimasukkan kedalam amplop berukuran sedang yang
berbeda-beda, kemudian contoh benih yang berada di amplop sedang dimasukkan
kedalam amplop yang berukuran besar kemudian contoh benih dimasukkan kedalam oven
selama 2 x 24 jam
c. Setelah 2 x 24 jam contoh benih diambil kemudian ditimbang kembali untuk
mendapatkan bobot akhir
KA = Berat Awal – Berat Akhir
%KA = (KA/Berat Awal)100%

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan menggunakan seed moisture tester

Jenis Benih Kadar air benih (%) Rata-rata KA (%)


Ulangan 1 Ulangan 2
Padi 14,3 13,7 14
Jagung 11,9 12,7 12,3
Kedelai 14,7 13,2 13,95

Tabel 2. Hasil pengamatan menggunakan metode oven

Jenis benih Ulangan Bobot awal Bobot akhir KA% Rata-rata


(g) (g) KA(%)
Padi I 10 9,5 5 4
II 10 9,7 3
Jagung I 10 8,9 11 9,5
II 10 9,2 8
Kedelai I 10 9,0 10 13,5
II 10 8,3 17

4.2. Analisis Data


( Terlampir)

4.3 Pembahasan

Kadar air benih merupakan berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang karena
pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam prosentase terhadap
berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih
yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%)
terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk
mengetahui kadar air benih sebelumdisimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama
penyimpanan dalamrangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.Berat basah pada semua
benih yaitu 10 gram. Pada metode ini pengukurankadar air benih melakukan dengan cara metode
secara langsung, kadar air benihdihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat
hilangnya airdalam benih dan ini yang sering disebut dengan metode oven. Setelah
dimasukkanke oven benih tersebut dikeluarkan, setelah itu mengukur berat kering
menggunakan neraca analitik.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan ada dua metode yang digunakan yaitu
pengamatan dengan menggunakan seed moisture tester dan metode oven. Pada pengamatan
pertama menggunakan seed moisture tester kadar air benih padi pada ulangan satu yaitu 14,3%,
pada ulangan 2 13,7% dengan rata-ratanya 14%. Pada tanaman jagung kadar air pada ulanagan
pertama yaitu 11,9%, pada ulangan kedua 12,7% dan rata- rata kadar airnya yaitu 12,3 %. Dan
pada tanaman kedele kadar air pada ulangan pertama yaitu sebesar 14,7%, pada ulangan kedua
sebesar 13,2% dengan rata-rata sebesar 13,95%.
Pada pengamatan kedua yakni menggunakan metode oven. Setelah diketahui berat basah dan
berat kering , selanjutnya menghitung kadar air benih dengan rumus: Berat Basah – Berat
Kering x 100 %. Berat basah berdasarkan hasil perhitungan persentase Kadar Air benih yang
diperoleh pada tanaman padi ulangan pertama yaitu 5%, sedangkan pada ulangan kedua
persentase kadar air tanaman padi diperoleh sebesar 3% , maka diperoleh rata-ratanya sebesar
4%. Angka ini menunjukan bahwa benih tersebut memiliki kadar air yang rendah.Berdasarkan
hasil perhitungan Kadar Air pada tanaman jagungulangan pertama diporeh persen kadar air
sebesar 11%, pada ulangan kedua persentase kadar air tananman jagung dioeroleh sebesar 8%,
maka diperoleh rata-ratanya yaitu 9,5%. Angka ini menunjukan bahwa benih tersebut memiliki
kadar air yang tinggi.Berdasarkan hasil perhitungan Kadar Air pada tanaman kedele ulangan
pertama diperoleh persentase sebesar 10%, pda ulangan kedua diperoleh persentase kadar air
benih kedele diperoleh sebesar 17%, maka diperoleh rata-ratanya yaitu 13,5%. Angka tersebut
menunjukkan kadar air yang tinggi pada benih kedele.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa kadar air pada benih jagung dan kedele tinggi, hal
tersebut sama seperti pendapat Mugnisjah .Kadar air benih yang aman berkisar antara 6% - 8%.
Pada kadar air tersebut benih dapat tahan disimpan hingga 1,5 tahun pada kondisi benih
terhindar dari panasdan cahaya matahari langsung. Jadi dari benih diatas hanya benih Kacang
Tanahnomor 4 yang memiliki kadar air yang normal sedangkan benih lainnya memilikikadar air
benig yang sedikit, benih yang memilikikadar air yang sedikit juga tidak baik karena dapat
mengurangi umur benih, hal tersebut sama seperti pendapatRoesli (2009) kadar air yang terlalu
rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat dibagi
menjadi dua macam,yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih,
yangdihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilahyang dapat bergerak bebas di
dalam benih dan mudah untuk diuapkan.
BAB V. PENUTUPAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa benih padi
memiliki kadar air terendah dibandingkan dengan benih jagung dan kedele memiliki yang
dimana rata-rata kadar air benih padi yang diamati menggunakan seed moisture tester adalah
sebesar 14%, jagung sebesar 12,3% dan kedelai sebesar 13,95% sedangkan untuk pengamatan
menggunakan oven didapat rata-rata kadar air benih padi sebesar 4%, jagung sebesar 9,5% dan
kedelai 9,5%

5.2. Saran

Praktikan diharapkan saat melakukan analisi data usahakan dilakukan dengan teliti dan untuk
menghitung angkat yang rumit sebaiknya menggunakan kalkulator agar nilainya tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Amira 2010. Pengukuran Kadar Air. http://www.ramadhan. Diakses pada tanggal 28 Desember
2010 pukul 22.00 WIB.

Hasanah, M dan D Rusmin 2006. Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa Tanaman Obat Di
Indonesia. Balai Penelitian Pangan dan Obat. Jurnal Litbang Pertanian. Volume 25 (2) : 68 – 73.
Bogor.

Hong T D and R H Ellis 2005. A protocol to determine seed storage behaviour IPGRI Technical
Bulletin No1. Dept. of Agric. The University of Reading, UK.

Heuver M 2006. Introduction to Seed Testing . IAC Wageningen. The Netherlands.

Kuswanto H 2007. Analisis Benih. Kanisius. Yogyakarta

Prasetyo 2004. Evaluasi Mutu Benih Beberapa Genotipe Padi Selama Penyimpanan. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol 20 (No.3). Halaman 17 – 23.

Sutopo L 2006. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.


Lampiran
Analisis Data
Rumus yang digunakan `
• KA = Berat Awal – Berat Akhir
• %KA = (KA/Berat Awal)100%
• Rata – rata KA (%) = (ulangan I + ulangan II) / 2

5.1.Pengamatan menggunakan seed moisture tester


a. Padi
Rata – rata KA (%)
= (ulangan I + ulangan II) / 2
= (14,3 + 13,7)/2
= 14%
b. Jagung
Rata – rata KA (%)
= (ulangan I + ulangan II) / 2
= (11,9 + 12,7)/2
= 12,3%
c. Kedelai
Rata – rata KA (%)
= (ulangan I + ulangan II) / 2
= (14,7 + 13,2)/2
= 13,95%

5.2.Pengamatan menggunakan metode oven


a. Padi
I) KA = 10 – 9,5
= 0,5
%KA = (0,5/10) x 100%
= 0,05 x 100%
= 5%
II) KA = 10 – 9,7
= 0,3
%KA = (0,3/10) x 100%
= 0,03 x 100%
= 3%
Rata – rata KA (%)
= (5 + 3)/2
= 8/2
= 4%

b. Jagung
I) KA = 10 – 8.9
= 1,1
%KA = (1,1/10) x 100%
= 0,11 x 100%
= 11%
II) KA = 10 – 9,2
= 0,8
%KA = (0,8/10) x 100%
= 0,08 x 100%
= 8%
Rata – rata KA (%)
= (11 + 8)/2
= 19/2
= 9,5%
c. Kedelai
I) KA = 10 – 9,0
=1
% KA = (1/10) x 100%
= 0,1 x 100%
= 10%
II) KA = 10 – 8,3
= 1,7
% KA = (1,7/10) x 100%
= 0,17 x 100%
= 17%
Rata – rata KA (%)
= (10 + 17)/2
= 27/2
= 13,5%
ACARA IV.

BERAT 1000 BUTIR BIJI


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemilihan biji untuk bahan tanam (benih,bibit) harus diperhatiakn betul agar produksi
tanamanya mencapai hasil yang maksimal. Sertifikasi benih bertujuan untuk memelihara
kemurnian dan mutu benih dari varietas unggul serta mennyediakan scara kontiyu kepada
petani. Sertivikasi benih dimaksut sebagai pelayanan terhadap produsen, penangkar benih dan
pedagang benih.
Suatu varietas dapat disertifikasi bila telah dianjurkan oleh team penilaian dan pelepas
varietas dari Badan Nasional dan disetujui oleh menteri. Sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan bahwa benih yang diperjual belikan harus ada sertifikat benih. Benih bina adalah
jenis tanaman yang benihnya sudah ditetapkan untuk diatur dan diawasi dalampemasaranya
berdasarkan peraturan yang berlaku.
Penentuan benih dapat dilakukan dengan menetukan bobot 1000 biji. Dengan mengetahui
biji yang besar atau berat berarti menandakan biji tersebut pada saat dipanen sudah dalam
keadaan yang benar-benar masak, karena biji yang baik untuk ditanam atau dijadikan benih
adalah biji yang benar-benar masak. Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot
rata-rata yang dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan dalam beberapa spesies karena
penggunaan contohnya terlalu banyak, hal ini dapat menutupi variasi dalam tiap individu
tumbuhan. Standar metode pengujian mutu benih yang ada selama ini mengacu pada ketentuan
ISTA. Sebagai langkah pertama dalam pengujian mutu benih adalah menyediakan contoh benih.
Contoh benih tersebut yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyratan yang telah
ditentukan oleh ISTA.
Pengujian benih dilakukan untuk mengetahui kualitas benih. Penentuan kualitas ini dapat
ditentukan berdasarkan bobot seribu benih dan pengujian kemurnian benih. Pengujian
kemurnian benih adalah pengujian atas dasar keselarasan dengan faktor kualitas benih. Faktor
yang mempengaruhi kualitas benih dapat ditentukan melalui presentase benih murni, benih
tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya dan kecepatan kecambah, daya tumbuh
benih, terbebasnya benih dari penyakit, kadar air serta hasil pengujian berat benih perseribu
benih. Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni.
Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi
nilai benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian digunakan untuk mengetahui
komposisi contoh kerja, kemurnian, dan identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot
benih yang didasarkan pada berat komponen pengujian.

1.2 Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat mengetahui keragaman berat 100 butir tanaman dalam satu spesies maupun
antar spesies
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan pengembangan usahatani
dan mempunyai fungsi agronomis. Benih yang bermutu adalah benih yang telah dinyatakan sebagai
benih yang berkualitas tinggi. Benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam
peningkatan produknya baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Kartasapoetra, 1986).

Penentuan benih dapat dilakukan dengan menetukan bobot 1000 biji. Bobot 1.000 biji
merupakan berat nisbah dari 1.000 butir benih yang dihasilkan oleh suatu jenis tanaman atau
varietas. Salah satu aplikasi penggunaan bobot 1.000 biji adalah untuk menentukan kebutuhan benih
dalam satu hektar. Penentuan benih dapat dilakukan dengan menetukan bobot 1000 biji. Dengan
mengetahui biji yang besar atau berat berarti menandakan biji tersebut pada saat dipanen sudah
dalam keadaan yang benar-benar masak, karena biji yang baik untuk ditanam atau dijadikan benih
adalah biji yang benar-benar masak. Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-
rata yang dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan dalam beberapa spesies karena penggunaan
contohnya terlalu banyak, hal ini dapat menutupi variasi dalam tiap individu tumbuhan (Imran,
2002).

Berat 1000 biji merupakan karakter kuantitatif dari suatu tanaman yang meliputi bagian biji,
panjang biji, jumlah biji, berat biomassa dan lain-lain. Umumnya karakter ini dapat diukur dengan
menggunakan satuan tertentu, sehingga disebut juga karakter metrik. Karakter metrik tidak dapat
dibedakan secara tegas, karena sebenarnya bersifat kontinue. Biasanya karakter ini dikendalikan
oleh banyak gen minor, untuk menentukan hasil gabah tiap hektar perlu diketahui berat 1000 biji,
karena berat 1000 biji relatif tetap sehingga dapat digunakan untuk menyatakan hasil tiap hektar
(Nasir 2005).

Cara memisahkan sampel benih dari kotoran fisik yang lebih ringan dari benih dapat
menggunakan seed blower. Setiap komponen yang telah berhasil dipisahkan selanjutnya masing –
masing ditimbang, kemudian ditotal. Untuk menghindari adanya kekeliruan menghitung kemurnian
benih, maka total berat semua komponen dibandingkan dengan berat awal sampel benih yang diuji.
Berat total dari semua komponen seharusnya sama dengan berat awal sampel benih yang diuji, tetapi
bisa juga kurang/lebih. Terakhir dari pelaksanaan uji kemurnian benih adalah menghitung persentase
dari setiap komponen benih yang diuji. Benih lain dan kotoran nilainya rendah (Coppeland 2005).

Penentuan berat untuk 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu
ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi varietas. Benih dapat dihitung secara
manual dengan menggunakan sebuah spatula dan diletakkan pada sebuah tempat dengan warna
permukaan kontras terhadap berwarna benih, kemudian jumlah benih tersebut ditimbang. Pekerjaan
menghitung jumlah benih akan lebih mudah dengan alat penghitung automatik. Bila alat tersebut
digunakan secara benar maka tingkat ketepannya adalah sekitar ± 5 % (Sutopo, 2002).

Penentuan bobot 1000 biji suatu tanaman untuk mengetahui produktivitas suatu tanaman
pada suatu luas tertentu yang diharapkan dapat menentukan hasil dari suatu varietas yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan. Untuk penentuan berat 1000 butir benih, prinsip pelaksanaannya
adalah 1000 butir benih hasil uji kemurnian benih ditimbang dengan tingkat kepekaan penimbangan
pada uji kemurnian benih, dapat juga dilakukan dengan penimbangan per 100 butir. (Kuswanto,
1997).
Pengujian benih ini dilakukan untuk mengetahui kualitas benih. Penentuan kualitas ini dapat
ditentukan berdasarkan bobot seribu benih dan pengujian kemurnian benih. Pengujian kemurnian
benih adalah pengujian atas dasar keselarasan dengan faktor kualitas benih. Faktor kualitas benih
yaitu prosentase benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya dan
kecepatan kecambah, daya tumbuh benih, terbebasnya benih dari penyakit, kadar air serta hasil
pengujian berat benih perseribu benih (Ferdian 2010
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 23 november 2020. Bertempat di Desa
Karumbu Kec.Langgudu, Kab. Bima Nusa Tenggara Barat

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Timbangan analitik, Cawan Petridish, dan
Handcounter dan Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu Benih padi (Oryza sativa), Benih
jagung (Zea mays), Benih kedelai (Glycine max).

3.3 Pelaksanaan Pengamatan


Cara I
- Diambil benih murni sebanyak 1000 butir dan timbang beratnya dengan timbangan analitik.
- Kerjakan dengan 4 x ulangan
Cara II
- Diambil benih murni sebanyak 100 butir dan timbang beratnya.
- Kerjakan dengan 8 x ulangan. Berat butir dapat dihitung berat rata-rata 1000 butir benih.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan

Cara 1 (benih padi / Oryza sativa)


Nomor Berat 1000 X (ai – a) X2 (ai – a)2 Bobot 1000
butir (ai) butir
sebenarnya
1. 10,7 0,575 0,3306 a± x2 / n (n –
2. 9,6 -0,525 0,2756 1) =10,125 ±
3. 9,9 -0,225 0,0506 0,6874 / 4 (4 –
4. 10,3 0,175 0,0306 1) = 10,125 /
0,0573g
∑ 𝑎 = 40,5 ∑ 𝑋2
a = 10,125 % = 0, 6874

Cara 2 (Benih kedelai/ Glicine max)


Berat 1000 butir Berat 1000 yang X= (yi – X2= ( YI - Y)2 Berat 1000butir
diharapkan (y1) y) sebenarnya
1. 9,3 1000/100 -11,37 129,2769 y± x2 / n(n – 1)
2. 12,2 x9,3=93,0 17,63 310,8169 104,37 ±
3. 10,5 122,0 0,63 0,3969 569,8752 /8 (8-
4. 10,1 105,0 -3,37 11,3569 1)
5. 10,4 101,0 -0,37 0,1369 104,37±10,1763
6. 11,2 104,0 7,63 58,2169 g
7. 9,8 112,0 -6,37 40,5769
8. 10,0 98,0 -4,37 19,0969
100,0
∑ 𝑦= 835,0 g (yi) ∑ 𝑋=569,8752
Y = 04,37 g

4.2 Analisis Data

(Terlampir)

4.3 . Pembahsan

Bobot 1000 atau 100 butir benih sering digunakan untuk menilai mutu benih. Benih yang
bernas tentu akan memiliki bobot lebih tinggi daripada benih kurang bernas. Begitupula benih yang
telah mengalami kemunduran akan memiliki bobot lebih rendah dibanding benih yang masih
bervigor tinggi. Turunnya bobot benih dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan, serangan hama
gudang, pengeringan yang berlebihan pada saat prosesing benih dan pertumbuhan tanaman induk
yang kurang baik. Pengujian bobot 1000 benih adalah kegiatan menelaah benih dengan
membandingkan bobot benih dengan deskripsi yang telah ada sehingga dapat diketahui kualitas
benih. Benih dengan bobot besar dapat dianggap baik karena dimungkinkan benih tersebut benar-
benar masak pada saat pemanenanya. Dengan menghitung secara langsung 1000 benih, setelah benih
dihitung sebanyak 1000 benih lalu benih ditimbang dan diketahui beratnya. Data yang dihasilkan
dalam penghitungan ini sangat akurat, tetapi dalam pelaksanaan penghitungan tentu sangat memakan
waktu dengan menghitung 1000 benih apa lagi benih berukuran yang kecil.

Pengujian benih di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang multi suatu
benih digunakan untuk keperluan penanaman. Dalam rangka sertifikasi benih, pengujian itu
diperlukan guna pengisian label. Tujuan dari kemurnian adalah untuk mengetahui komposisi dari
contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut
diambil dengan cara yang sudah ditetapkan, dan juga menganalisa macam – macam jenis/ kultivar/
varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identitas yang telah ditetapkan. Berdasarkan
praktikum pengmatan 1000 benih, menggunakan benih padi dan kedelai. Berdasarkan praktikum
yang telah dilaksanakan diperoleh berat 1000 butir sebenarnya pada benih padi yaitu 10,125 ±
0,0567 g . adapun berat 1000 butir sebenarnya pada benih kedele yaitu 104,375 ± 10,1762 g.

Analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 4 komponen sebagai berikut :
Benih murni adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis atau spesies yang sedang diuji.
Yang termasuk benih murni diantara adalah, benih yang masak utuh, benih yang berukuran kecil,
mengkerut, tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji, pecahan atau potongan benih
yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa
pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud, biji yang terserang penyakit dan
bentuknya masih dapat dikenali.Benih tanaman lain, adalah jenis atau spesies lain yang ikut
tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Biji Herba yaitu benih atau biji tanaman
yang tidak dikehendaki dan dinyatakan sebagai biji gulma yang dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas tanaman. Kotoran atau benda mati. Kotoran-kotoran ini bisa berasal dari bagian benih yang
terlepas, sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan berat 1000 butir
sebenarnya pada benih padi yaitu 10,125 ± 0,0567 g . adapun berat 1000 butir sebenarnya pada
benih kedele yaitu 104,375 ± 10,1762 g.

5.2 Saran
Praktikan diharapkan saat melakukan analisi data usahakan dilakukan dengan teliti dan untuk
menghitung angkat yang rumit sebaiknya menggunakan kalkulator agar nilainya tepat

DAFTAR PUSTAKA

Copeland L O dan M B Mc Donald 2005. Principles of Seed Science and Technology. New York:
Burgess Publishing Company.

Ferdian 2010. Ilmu Pertanian. Jurnal Kultura. Vol. 11 (No.1). halaman : 22-31.

Imran, S., Syamsuddin, dan Efendi. 2002. Analisis vigor benih padi (Oryza sativa L.) pada lahan
alang-alang. Agrista 6(1):81-86.

Kuswanto H 2007. Analisis Benih. Kanisius. Yogyakarta

Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta

Nasir. 2005. Peranan benih dalam usaha pengembangan palawija. Jurnal Agronomi XII (1): 12-15.
DAFTAR PUSTAKA

Copeland L O dan M B Mc Donald 2005. Principles of Seed Science and Technology. New York:
Burgess Publishing Company.

Ferdian 2010. Ilmu Pertanian. Jurnal Kultura. Vol. 11 (No.1). halaman : 22-31.

Imran, S., Syamsuddin, dan Efendi. 2002. Analisis vigor benih padi (Oryza sativa L.) pada lahan
alang-alang. Agrista 6(1):81-86.

Kuswanto H 2007. Analisis Benih. Kanisius. Yogyakarta

Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta

Nasir. 2005. Peranan benih dalam usaha pengembangan palawija. Jurnal Agronomi XII (1): 12-15.
Lampiran

Analisis data :

Benih padi
Dik: (a1) = (10,7) (9,6) (9,9) ( 10,3)
∑ 𝑎 = 40,5

1. Mencari a?
a = ∑𝑎 / 4
= 40,5 / 5
= 10,125
2. Mencari X (al – a)
o Al = 10,7
X (al – a) = 10.7 – 10, 125
= 0,575
o Al = 9,6
X (al – a) = 9,6 – 10, 125
= 0,525
o Al = 9,9
X (al – a) = 9,9 – 10, 125
= 0,225
o Al = 10,3
X (al – a) = 10,3 – 10, 125
= 0,175

3. Mencari X2 (al – a)2


o (al –a) = 0,575
X2 (al – a2) = 0,5752
= 0,3306
o (al –a) = 0,525
X2 (al – a2) = 0,5252
= 0,2756
o (al –a) = 0,225
X2 (al – a2) = 0,2252
= 0,0306
o (al –a) = 0,175
X2 (al – a2) = 0,1752
= 0,6874

4. Berat 1000 butir sebelumnya


a ± X2 / n (n – 1)
= 10,125 ± 0,6874 / 4 (4 -1)
= 10,125 / 0,0573 g
Benih kedelai
Dik : Berat 100 benih = (9,3) (12,2) (10,5) (10,1) (10,4) (11,2) (9,8) (10,0)
1. Mencari Y1 ?
Rumus : 1000 / 100 Y1
o X = 9,3
Y1 = 1000 / 100 x
= 1000 / 100 (9,3)
= 93,0
o X = 12,2
Y1 = 1000 / 100 x
= 1000 / 100 (12,2)
= 122,0
o X = 10,5
Y1 = 1000 / 100 x
= 1000 / 100 (10,5)
= 105,0
o X = 10,1
Y1 = 1000 / 100 x
= 1000 / 100 (10,1)
= 101,0
o X = 10,4
Y1 = 1000 / 100 x
= 1000 / 100 (10,4)
= 104,0
o X = 11,2
Y1 = 1000 / 100 x
= 1000 / 100 (11,2)
= 112,0
o X = 9,8
Y1 = 1000 / 100 x
= 1000 / 100 (9,8)
= 98,0
o X = 10,0
Y1 = 1000 / 100 x
= 1000 / 100 (10,0)
= 100,0
o ∑ 𝑦 = 835,0
o y = ∑𝑦 / 8
= 835,0 / 8
= 104,37 g

2. Mencari X = ( y1 – y)
▪ Y1 =93,0
(y1 – y) = 93,0 – 104,37
= - 11,37
▪ Y1 =122,0
(y1 – y) = 122,0 – 104,37
= 17,63
▪ Y1 =105,0
(y1 – y) = 105,0 – 104,37
= 0,63
▪ Y1 =101,0
(y1 – y) = 101,0 – 104,37
= -3,37
▪ Y1 =10,4
(y1 – y) = 10,4 – 104,37
= -0,37
▪ Y1 =112,0
(y1 – y) = 112,0 – 104,37
= 7,63
▪ Y1 = 98,0
(y1 – y) = 98,0 – 104,37
= -6,37
▪ Y1 = 100,0
(y1 – y) = 100,0 – 104,37
= -4,37

3. Mencari X2 ( y1 – y)2
▪ (y1 – y)2 = (- 11,37)
X2 (y1 – y )2 = (- 11,37)2
= 129,2769
▪ (y1 – y)2 = ( 17,63)
X2 (y1 – y )2 = ( 17,63)2
= 310,8169
▪ (y1 – y)2 = (0,63)
X2 (y1 – y )2 = (0,63)2
= 0,3969
▪ (y1 – y)2 = (-3,37)
X2 (y1 – y )2 = (-3,37)2
= 11,3569
▪ (y1 – y)2 = (-0,37)
X2 (y1 – y )2 = (-0,37)2
=0,1369
▪ (y1 – y)2 = (-7,63)
X2 (y1 – y )2 = (-7,63)2
=58,2169
▪ (y1 – y)2 = (-6,37)
X2 (y1 – y )2 = (-6,37)2
=40,5769
▪ (y1 – y)2 = (-4,37)
X2 (y1 – y )2 = (-4,37)2
=19,0969
▪ ∑ 𝑥 2 = 569,8752
4. Bert 1000 butir sebenarnya
Y± X2 / n (n – 1)
= 104,37± 569,8752 / 8 (8 – 1)
= 104,37±10,1763
ACARA V
STRUKTUR DAN TIPE KECAMBAH
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih merupakan biji yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses pertaaman.dan
memiliki fungsi agronomis. Sebagai bahan tanam, benih yang ditanam pada waktu tertentu
harus mampu berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman normal. Syarat tumbuh benih
meliputi syarat internal berupa kesiapan dan kemasakan embrio dan bagian-bagian penunjang
lnternal. Syarat eksternal meliputi keadaaan lingkungan yang mendukung seperti pH, media,
air, suhu dan lain sebagainya. Perkecambahan dan syarat tumbuh suatau benih dipengaruhi oleh
faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan
penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan
cahaya.
Perkecambahan merupakan tahap dimulainya perkembangan suatu tumbuhan, khususnya
tumbuhan berbiji. Berdasarkan letak dari posisi kotiledon dalam proses perkecambahan Ada
dua tipe perkecambahan mengacu pada ada tidaknya kotiledon yang tumbuh di atas tanah atau
tetap di dalam tanah. Pada kotiledon, jika pada bagian aksis batang atau internodus, hanya
hipokotil (kotiledon bawah) yang memanjang, kemudian kotiledon diangkat keatas tanah,
perkecambahan seperti ini disebut perkecambahan epigeal. Jika internodus di bagian atas
kotiledon (epikotil yang memanjang) kemudian kotiledon tetap tinggal didalam tanah.
Perkecambahan seperti ini disebut perkecambahan hipogeal. Pada perkecambahan epigeal,
hanya bagian kait pada hipokotil yang tumbuh menembus tanah, sehingga bagian plumula yang
halus tidak terkena tanah dan dilindungi oleh kotiledon yang tertutup. Pada perkecambahan
hipogeal, epikotil membentuk kait, kembali melindungi ujung plumule
Benih yang tidak menunjukan potensi sama sekali untuk berkecambah disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya adalah faktor dalam yang meliputi: ada tidaknya atau rusaknya
embrio, tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan,
sedangkan faktor luar meliputi: air, temperatur, oksigen, cahaya dan kerusakan akibat jasad
pengganggu. Tanaman di dalam kelas Angiospermae diklasifikasikan oleh banyaknya jumlah
kotiledon. Tanaman monokotiledon mempunyai satu kotiledon misalnya : rerumputan dan
bawang. Tanaman dikotiledon mempunyai dua kotiledon misalnya kacang-kacangan.
Sedangakan pada kelas Gymnospermae pada umumnya mempunyai lebih dari 2 kotiledon
misalnya pinus, yang mempunyai sampai sebanyak 15 kotiledon.

1.2 Tujuan Praktikum


Mahasiswa dapat mengetahui struktur kecambah dan dapat membedakan tipe-tipe
perkecambahan beberapa jenis tanaman serta dapat mengamati perubahan dalam fase-face
perkembangan benih
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan merupakan peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru.
Biji akan berkecambah jika kondisi lingkungannya sesuai. Proses perkecambahan ini memerlukan
suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan
cahaya. Struktur biji yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan
struktur kecambah yang berbeda pula. Pada tumbuhan monokotil, struktur kecambah meliputi
radikula, akar primer, plumula, koleoptil, dan daun pertama. Sedangkan, pada kecambah tumbuhan
dikotil terdiri atas akar primer, hipokotil, kotiledon, epikotil, dan daun pertama (Purnobasuki, 2011).

Ada dua tipe perkecambahan mengacu pada ada tidaknya kotiledon yang tumbuh di atas
tanah atau tetap di dalam tanah. Pada kotiledon, jika pada bagian aksis batang atau internodus, hanya
hipokotil (kotiledon bawah) yang memanjang, kemudian kotiledon diangkat keatas tanah,
perkecambahan seperti ini disebut perkecambahan epigeal. Jika internodus di bagian atas kotiledon
(epikotil yang memanjang) kemudian kotiledon tetap tinggal didalam tanah. Perkecambahan seperti
ini disebut perkecambahan hipogeal. Pada perkecambahan epigeal, hanya bagian kait pada hipokotil
yang tumbuh menembus tanah, sehingga bagian plumula yang halus tidak terkena tanah dan
dilindungi oleh kotiledon yang tertutup. Pada perkecambahan hipogeal, epikotil membentuk kait,
kembali melindungi ujung plumule (Kristiati, 2011).

Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung potensi yang
dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu baru, misalnya embrio, cadangan makanan, dan calon
daun/calon akar. Sebutir biji mengandung satu embrio. Embrio terdiri atas radikula (yang akan
tumbuh menjadi akar) dan plumula (yang akan tumbuh menjadi kecambah). Cadangan makanan bagi
embrio tersimpan dalam kotiledon yang didalamnya terkandung pati, protein dan beberapa jenis
enzim. Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang kuat, disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung
kotiledon untuk mencegah kerusakan embrio dan masuknya bakteri atau jamur ke dalam biji. Testa
memiliki sebuah lubang kecil, disebut mikropil. Di dekat mikropil terdapat hilum yang
menggabungkan kulit kotiledon (Sudjadi, 2006).

Kecambah normal merupakan kecambah yang menunjukan potensi untuk berkembang lebih
lanjut hingga menjadi tanaman normal. Sedangkan kecambah tidak normal atau abnormal tidak
menunjukan adanya potensi untuk berkembang lebih lanjut. Daya kecambah benih memberikan
informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang
berproduksi wajar dalam lingkungan yang optimum. Kriteria kecambah normal diantaranya yaitu
pertama, benih yang berkecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama
akar primer dan akar seminal paling sedikit dua. Kedua, perkembangan hipokotil baik dan sempurna
tanpa ada kerusakan pada jaringan. Ketiga, pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau
tumbuh baik. Epikotil tumbuh sempurna dengan kuncup normal. Keempat, memiliki satu kotiledon
untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil. Sedangkan kecambah abnormal memiliki
criteria pertama, kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer pendek. Kedua,
bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah dan kurang seimbang. Plumula
terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah kerdil. Ketiga,
kecambah tidak membentuk klorofil. Yang terakhir kecambah lunak. (Mader, 2004).

Benih Tidak berkecambah adalah benih dari berbagai macam tanaman baik dari kelas dikotil
maupun monokotil yang hingga akhir periode pengujian tidak berkecambah. Benih benih tersebut
diantaranya adalag benih segar, benih hampa, benih rusak, benih tidek berembrio, benih keras, dan
benih mati. Benih yang tidak menunjukan potensi sama sekali untuk berkecambah disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya adalah faktor dalam yang meliputi: ada tidaknya atau rusaknya embrio,
tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, sedangkan
faktor luar meliputi: air, temperatur, oksigen, cahaya dan kerusakan akibat jasad pengganggu.
Tanaman di dalam kelas Angiospermae diklasifikasikan oleh banyaknya jumlah kotiledon. Tanaman
monokotiledon mempunyai satu kotiledon misalnya : rerumputan dan bawang. Tanaman dikotiledon
mempunyai dua kotiledon misalnya kacang-kacangan. Sedangakan pada kelas Gymnospermae pada
umumnya mempunyai lebih dari 2 kotiledon misalnya pinus, yang mempunyai sampai sebanyak 15
kotiledon. Pada rerumputan (grasses) kotiledon yang seperti ini disebut scutellum, kuncup
embrioniknya disebut plumulle yang ditutupi oleh upih pelindung yang disebut koleoptil, sedangkan
pada bagian bawah terdapat akar embrionik yang disebut ridicule yang ditutupi oleh upih pelindung
yang disebut coleorhiza (Kamil, 2008).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 25 november 2020. Bertempat di Desa
Karumbu Kec.Langgudu, Kab. Bima Nusa Tenggara Barat

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Cetok, Bak plastic dan Ember sedangkan
Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu Pasir, Benih tanaman pangan dan Air

3.3 Pelaksanaan Praktikum


a. Bak pesemaian diisi pasir sampai ¾ tinggi bak, kemudian disiram air sampai lembab
(tidak tergenang)
b. Benih tanaman ditanam pada bak-bak yang sudah di sediakan.
c. Benih tanaman ditanam tersebut ditutup dengan pasir, kedalaman tanaman jangan
terlalu dalam atau terlalu dangkal.
d. Perawatan dilakukan setiap hari.
Pengamatan :
- Pengatan dilakukan setiap hari, selama sepuluh hari dimulai 1 hari (1x 24 jam)
setelah penanaman
- Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan mencabut benih yang sudah
berkecambah dengan hati-hati dan jaga jangan sampai rusak.
- Parameter pengamatan pada tiap perkecambahan benih adalah (1) panjang akar dan
panjang tunas (b) jumlah benih berkecambah (c) gambar fase-fase perkecambahan
benih mulai saat tanam sampai hari ke 10 (sepuluh).
e. Benih tanaman ditanam tersebut ditutup dengan pasir, kedalaman tanaman jangan
terlalu dalam atau terlalu dangkal.
f. Perawatan dilakukan setiap hari.
Pengamatan :
- Pengatan dilakukan setiap hari, selama sepuluh hari dimulai 1 hari (1x 24 jam)
setelah penanaman
- Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan mencabut benih yang sudah
berkecambah dengan hati-hati dan jaga jangan sampai rusak.
- Parameter pengamatan pada tiap perkecambahan benih adalah (1) panjang akar dan
panjang tunas (b) jumlah benih berkecambah (c) gambar fase-fase perkecambahan
benih mulai saat tanam sampai hari ke 10 (sepuluh).
g. Benih tanaman ditanam tersebut ditutup dengan pasir, kedalaman tanaman jangan
terlalu dalam atau terlalu dangkal.
h. Perawatan dilakukan setiap hari.
Pengamatan :
- Pengatan dilakukan setiap hari, selama sepuluh hari dimulai 1 hari (1x 24 jam)
setelah penanaman
- Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan mencabut benih yang sudah
berkecambah dengan hati-hati dan jaga jangan sampai rusak.
- Parameter pengamatan pada tiap perkecambahan benih adalah (1) panjang akar dan
panjang tunas (b) jumlah benih berkecambah (c) gambar fase-fase perkecambahan
benih mulai saat tanam sampai hari ke 10 (sepuluh).
i. Benih tanaman ditanam tersebut ditutup dengan pasir, kedalaman tanaman jangan
terlalu dalam atau terlalu dangkal.
j. Perawatan dilakukan setiap hari.
Pengamatan :
- Pengatan dilakukan setiap hari, selama sepuluh hari dimulai 1 hari (1x 24 jam)
setelah penanaman
- Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan mencabut benih yang sudah
berkecambah dengan hati-hati dan jaga jangan sampai rusak.
- Parameter pengamatan pada tiap perkecambahan benih adalah (1) panjang akar dan
panjang tunas (b) jumlah benih berkecambah (c) gambar fase-fase perkecambahan
benih mulai saat tanam sampai hari ke 10 (sepuluh).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel hasil pengamatan
Pengamata Gambar Keterangan
n ke-
1 HST Ke tiga benih
(Benih jagung,
kedele dan padi)
masih belum
menunjukkan
tanda-tanda
perkecambahan.

2. HST Ke tiga benih


(Benih jagung,
kedele dan padi)
sudah
menunjukkan ada
tanda-tanda
perkecambahan.
3 HST Panjang tunas
dan atau akar
tanaman
Kedele: 2 cm
Jagung: 0,5 cm
Padi: 0,1 cm

4 HST Panjang tunas


dan atau akar
tanaman
Kedele: 3 cm
Jagung: 1 cm
Padi: 0,5 cm

HST Panjang tunas


5 HST dan atau akar
tanaman
Kedele: 5 cm
Jagung: 3 cm
Padi: 1 cm
6. HST Panjang tunas
dan atau akar
tanaman
Kedele: 8 cm
Jagung: 5 cm
Padi: 1,5 cm
Jumlah daun
Jagung: 1 helai
Kedele: 1 helai
Padi 0 helai

7 HST Panjang tunas dan


atau akar tanaman
Kedele: 10 cm
Jagung: 7,5 cm
Padi: 3ncm
Jumlah daun
Jagung: 1 helai
Kedele: 2 helai
Padi : 1 helai

8 HST
Panjang tunas dan
atau akar tanaman
Kedele: 11 cm
Jagung: 9 cm
Padi: 5 cm
Jumlah daun
Jagung: 2 helai
Kedele: 4helai
Padi : 1 helai
9 HST Panjang tunas dan
atau akar tanaman
Kedele: 11,5 cm
Jagung: 9 cm
Padi: 5 cm
Jumlah daun
Jagung: 3 helai
Kedele: 4 helai
Padi : 1 helai

10, HST Panjang tunas dan


atau akar tanaman
Kedele: 15 cm
Jagung: 16,5 cm
Padi: 7 cm
Jumlah daun
Jagung: 3 helai
Kedele: 4 helai
Padi : 2 helai

4.2 Pembahasan

Faktor perkecambahan benih terdiri dari faktor dalam dan luar. Faktor dalam yang mempengaruhi
benih dapat berkecambah normal adalah kualitas benih yang ditentukan oleh tingkat kemasakan benih,
ukuran benih, dormansi, dan zat penghambat perkecambahan. Faktor luar yang mempengaruhi benih
dapat berkecambah normal adalah air, suhu, oksigen, cahaya, dan media tanam. Menurut Mudiana (2017)
Faktor lingkungan tempat penyemaian dapat berpengaruh terhadap proses perkecambahan. Dari
pengamatan yang dilakukan terhadap biji-biji yang tidak berkecambah, umumnya mereka rusak karena
biji-biji tersebut hancur berbentuk bubuk menyerupai tepung. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi
perkecambahan benih., yaitu : i. kondisi benih yang meliputi : kemasakan biji/benih, kerusakan mekanik
dan fisik, serta kadar air biji. ii. faktor luar benih, yang meliputi : suhu, cahaya, oksigen, kelembaban
nisbi serta komposisi udara di sekitar biji. Kehadiran jamur patogen yang mengkontaminasi biji/benih
pun dapat menurunkan viabilitas biji serta menurunkan daya kecambah benih tersebut.
Menurut Mewangi et al (2019) kriteria kecambah normal merupakan indikator penting untuk
penentuan periode (hari) pengamatan. Ciri kecambah normal pada benih turi adalah apabila benih telah
memiliki kotiledon utuh, hipokotil dan akar panjangnya minimal dua kali dari ukuran kotiledon.
Kecambah dikategorikan abnormal apabila struktur kecambah tidak lengkap, panjang akar dan hipokotil
kurang dari dua kali panjang kotiledon. Kecambah ada juga yang berpenyakit. Ciri kecambah berpenyakit
di antaranya kecambah terlihat rusak pada bagian tertentu seperti kotiledon, hipokotil, atau bagian yang
lain. Selain itu, terdapat bercak-bercak bahkan warnanya dapat berubah seperti kecoklatan. Ciri-ciri benih
kacang tanah yang tumbuh dengan normal yaitu kecambah utuh, bagian akar sekunder terlihat jelas,
batang berkembang dengan baik, dan daunya utuh. Sedangkan yang abnormal yaitu daun rusak/tidak
utuh, batang busuk/rebah.
engujian daya berkecambah benih menggunakan metode dalam pasir dengan menjumlah persentase
kecambah normal pada hari ke-5 (first count) dan hari ke-10 (final count). Menurut Mohammadi (2012).
Perlakuan PK (Pada Kertas), AK (Antar Kertas), PKDP (Pada Kertas Dalam Pasir), PP (Pada Pasir), DP
(Dalam Pasir) akan menghasilkan perkecambahan yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut diketahui
bahwa perlakuan PK dan AK pada benih kacang tanah memiliki nilai DK sebesar 0%. Perlakuan PKDP
pada benih kacang tanah memiliki nilai DK sebesar 60%. Perlakuan DP pada benih kacang tanah
memiliki nilai DK sebesar 60%. Perlakuan PP pada benih kacang tanah memiliki nilai DK sebesar 0%.
Uji PKDP dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat kertas substrat agar tidak tembus oleh akar yang
dapat mengakibatkan kertas substrat menjadi rusak sehingga pengamatan menjadi sulit dilakukan
menurut Kamil (2013). Perlakuan PKDP menghasilkan daya kecambah baik dengan rata-rata 60%.
Menurut Ridha (2017) Benih bermutu tinggi dapat dicirikan dari viabilitas dan vigoritas yang tinggi.
Sebagian besar ahli teknologi benih mengartikan viabilitas sebagai kemampuan benih untuk
berkecambah dan menghasilkan kecambah secara norma. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang
dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme dengan gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada umumnya viabilitas benih diartikan
sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Perkecambahan benih mempunyai
hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih
merupakan indeks dari viabilitas benih. Viabilitas potensial menunjukkan kemampuan benih
menumbuhkan tanaman normal dan berproduksi normal pada kondisi alam yang optimum. Daya
berkecambah merupakan tolok ukur viabilitas potensial. Daya Berkecambah (DB) merupakan tolok ukur
viabilitas potensial yang merupakan simulasi dari kemampuan benih untuk tumbuh dan berproduksi
normal dalam kondisi optimum.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Jagung dan
padi termasuk kedalam tipe perkecambahan epigeal, sedangkan kacang tanah termasuk kedalam
tipe perkecambahan hypogeal. Perbedaan antara perkecambahan tipe epigeal dan hipogeal ialah
pada posisi akhir jaringan penyimpan makanan setelah benih berkecambah. Pada pengamatan
jagungdan padi, radikula mulai terlihat setelah hari kedua, sedangkan plumulanya mulai terlihat
pada hari ketiga dan pertumbuhannya semakin hari semakin meningkat. Pada pengamatan
kedele, radikula mulai terlihat pada hari kedua, sedangkan plumulanya mulai terlihat pada hari
ketiga dan pertumbuhannya semakin hari semakin meningkat.

5.2 Saran
Praktikan diharapkan saat melakukan pencabutan untuk pengatatan sebaiknya dilakukan
dengan hati-hati dan dan jangan lupa untuk menjaga kelembapan media tanaman agar tanman
tetap tumbuh maksimal.

.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin H. 2016. Optimalisasi media perkecambahan dalam uji viabilitas benih selada dan bawang
merah. J Agrin 20(2): 100 – 112.

Bajang, Marsel E, Rumambi, Kaunang et al. 2015. Pengaruh media tumbuh dan lama perendaman
terhadap perkecambahan sorgum varietas numbu. J Zootek 35(2): 302 – 311.

Bewley B. 2015. Potensi perkecambahan di lapang. Sumatera(ID): Universitas Sumatera Utara.

Mudiana, Deden. 2017. Perkecambahan Sygium cumini L Skeeels. J Biodiversitas. Vol 8 (1). 39-42

Mulyana. 2012. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung(ID): PT. Remaja.

Putra Y, Rusbana TB, Anggraeni W. 2016. Pengaruh kuat medan magnet dan lama perendaman
terhadap perkecambahan padi (Oryza sativa L.) kadaluarsa varietas ciherang. J Agroekotek 6(2):
157 – 168.

Sunarto H. 2012. Analisis korelasi dan koefisien lintasan hasil padi sawah pada lahan keracunan
FE. J Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 18(2): 87 - 90.

Sutopo L. 2012. Teknologi benih. Jakarta(ID): PT Raja Grafindo Persada.


Lampiran

Tananam padi, kedelai dan jagung umur 3 HST


ACARA VI.
UJI DAYA KECAMBAH
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman, artinya benih
memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi
agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal. Biji agar dapat tumbuh
dan berkcambah memerlukan persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun dalam persyaratan
lingkungan. Persyaratan untuk berkecambah berbeda-beda dari macam-macam biji adalah
penting untuk diketahui untuk pedoman penanaman biji, penentuan treatmen tertnetu, dan
pengontrolan pertumbuhan.
Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya berkecambah atau daya
tumbuh dan pengujian vigor benih. Perbedaan antara daya berkecambah dengan vigor benih
adalah bila informasi daya berkecambah ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada
lingkungan yang optimum, sedangkan vigor ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal
pada lingkungan yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapang. Untuk pengujian viabilitas
benih, setiap peubah diharapkan mempunyai tolak ukur tersendiri. Daya berkecambah atau daya
tumbuh merupakan tolak ukur viabilitas potensial benih. Peubah vigor benih atas vigor kekuatan
tumbuh dan daya simpan. Vigor kekuatan tumbuh benih dapat diindikasikan misalnya dengan
tolak ukur laju perkecambahan (speed of germination), keserempakan tumbuh, laju pertumbuhan
kecambah (seedling growth rate).
Untuk pengujian viabilitas benih, setiap peubah diharapkan mempunyai tolak ukur tersendiri.
Daya berkecambah atau daya tumbuh merupakan tolak ukur viabilitas potensial benih. Peubah
vigor benih atas vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan. Vigor kekuatan tumbuh benih dapat
diindikasikan misalnya dengan tolak ukur laju perkecambahan (speed of germination),
keserempakan tumbuh, laju pertumbuhan kecambah (seedling growth rate). Vigor daya simpan
dapat diindikasikan dengan tolak ukur daya hantar listrik, vigor benih terhadap deraan
etanol/fisik, dan sebagainya
Tujuan pengujian yaitu untuk mendeteksi viabilitas benih dalam kondisi optimum, kondisi
pengujian daya berkecambah benih dibuat serba optimum dan standar. Media untuk
menumbuhkan benih digunakan: kertas, merang, dan pasir, kertas koran atau kertas saringbila
kertas dikecambahkan dalam alat pengecambah benih. Media pasir, serbuk gergaji, atau arang
sekam digunakan apabila benih ditumbuhkan di ruang persemaian (leathouse). Ukuran media
kertas atau boks plastik standar untuk menanam sejumlah benih tertentu, pelembaban media
harus optimum karena media terlalu kering/basah menyebabkan kondisi tidak optimum

1.2 Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat mengetahui dan mempraktekkan cara evaluasi daya kecambah sebagai
jenis benih tanaman
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak


benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh tergantung pada variabilitas benih, kondisi
lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi.
Daya berkecambah benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal. Uji daya
kecambah dilakukan untuk mengetahui potensi benih yang dapat berkecambah dari suatu kelompok
atau satuan berat benih. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih adalah kemasakan
benih, kadar air, dormansi, oksigen, temperatur, cahaya, dan zat penghambat perkecambahan
(Mulyana 2012).
berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian
penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara
normal pada lingkungan yang sesuai. Pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan
sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah
pada jangka waktu yang telah ditentukan. Perbedaan daya kecambah antar varietas dapat disebabkan
karena masing-masing benih mempunyai ukuran yang berbeda-beda, kandungan zat makanan serta
umur panen yang berlainan. Perbedaan sifat terebut disebabkan oleh faktor genetik masing-masing
benih. Faktor genetik yang dimaksud adalah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good
genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi
pertumbuhan yang lebih baik (Sunarto 2012).
Kecepatan tumbuh benih merupakan proses reaktivasi benih cepat apabila kondisi sekeliling untuk
tumbuh optimum dan proses metabolisme tidak terhambat. Kecepatan tumbuh dapat diungkapkan
sebagai tolok ukur waktu yang diperlukan untuk mencapai perkecambahan satu ethmal 50 persen.
Sedangkan keserempakan tumbuh mengindikasikan vigor daya simpan, karena keserampakan
tumbuh menunjukkan korelasi dengan daya simpan (Lesilolo et al. 2012).
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang
menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal
adalah kecambah rusak (kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau
radikula patah atau tidak tumbuh). Kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah dengan
pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula
atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah,
sedangkan radikula tumbuh sebaliknya. Kecambah lambat adalah kecambah yang pada akhir
pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih
normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil (Rejesus 2012).
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya kecambah dengan pertumbuhan sempurna,
ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang
baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik. Kecambah dangan cacat ringan
pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil. Kecambah dengan infeksi
sekunder tetapi bentuknya masih sempurna (Bewley 2015).
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang
menjadi kecambah normal. Kecambah yang termasuk ke dalam kecambah abnormal kecambah
rusak, yaitu kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah
atau tidak tumbuh. Kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah dengan pertumbuhan
lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula
tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan
radikula tumbuh sebaliknya. Pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal
ukurannya lebih kecil (Harrington 2012).
Masa kadaluarsa benih yan semakin lama, akan menghasilkan nilai viabilitas dan vigor yang
kecil. Hal ini disebabkan oleh ketidaknormalan fisiologis dan perubahan struktur benih, yang
meliputi perubahan-perubahan pada protoplasma, inti sel, mikondria, plastid ribosom dan lisosom
yang menyebabkan terjadinya kemunduran benih. Benih yang tua atau telah mengalami kemunduran
benih (deteriorasi) maka laju perkecambahan dan pertumbuhan menjadi lambat dan umumnya tidak
merata (Putra et al. 2016).
Benih yang baik akan menghasilkan kecambah normal, sebaliknya benih yang rusak, rendah
kualitasnya menghasilkan kecambah atau bibit yang tidak normal atau abnormal. Kerusakan benih
dapat terlihat nyata dimana benih retak, kulit mengelupas atau biji pecah. Benih abnormal memiliki
kerusakan pada bagian dalam benih. Kerusakan benih dapat diketahui setelah benih berkecambah
abnormal. Kecambah bibit abnormal adalah bibit yang tidak mempunyai syarat sebagai bibit normal.
Abnormalitas dapat terjadi pada planula terbelah, kerdil, akar tumbuh lemah atau tidak tumbuh sama
sekali, koleoptil kosong atau tidak keluar seluruhnya. Pada legume abnormalittas berupa tidak ada
epikotil, hypocotil pendek, menjadi tebal atau belah, dan akar terlambat perkembangannya (Agustin
2016).
Kecambah normal yaitu kecambah yang menunjukkan potensi untuk berkembang lebih lanjut
menjadi tanaman normal. Ciri-ciri kecambah normal meliputi kecambah memiliki perkembangan
sistem perakaran yang baik, terutama akarprimer dan akar seminal paling sedikit dua, perkembangan
hipokotil baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan, pertumbuhan plumula semprna
dengan danhijau tumbuh baik. Epikotil tumbuh sempurna dengan kuncup normal dan memiliki satu
kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil. Kecambah abnormal yaitu kecambah
yang tidak menunjukkan adanya ponsi untuk berkembang menjadi tanaman normal jika
ditambahkan pada tanah berkualitas baik dan di bawah kondisi yang sesuai bagi pertumbuhannya.
Ciri-ciri kecambah abnormal meliputi kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar
primer pendek, bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah dan kurang
seimbang. Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah
kerdil, kecambah tidak membentuk klorofil dan kecambah lunak (Bajang et al 2015).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 25 november 2020. Bertempat di Desa
Karumbu Kec.Langgudu, Kab. Bima Nusa Tenggara Barat

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Bak kecambah,Piset,Sprayer dan Alat
pengecambah benih sedangkan Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu Pasir, Benih
tanaman pangan dan Air

3.3 Pelaksanaan Praktikum


a. Metode uji Di atas Kertas (UDK)
1) Siapkan contoh uji sebanyak 400 butir benih untuk empat kali ulangan
2) Siapkan cawan petri yang bersih (diameter petri tergantung jenis benih)
3) Gunting kertas merang sebanyak tiga lapis dengan ukuran sesuai dengan cawan
petri.
4) Letakkan substrat merang di atas cawan petri, kemudian basahi dengan menggunakan
pinset.
5) Benih-benih tadi ditanam di atas substrat kertas merang dengan menggunakan pinset.
6) Jumlah benih dalam setiap cawan petri disesuaikan dengan ukuran benih dan ukuran
cawan petri. Ketentuan untuk menguji 400 butir benih setiap perlakuan dengan
ulangan 4, 8 atau 16 kali ( 4 x 100 butir, 8 x 50 butir atau 16 x 25 butir).

Pengamatan dan penilaian


1) Pengamatan dan penilaian uji daya kecambah untuk mengetahui persentase
perkecambahan dilakukan 2 kali.
- Pengamatan pertama pada 3 x 24 jam dilakukan untuk benih jagung, padi,
kacang hijau, dan kedelai.
- Pengamatan pertama 5 x 24 jam dilakukan untuk benih kacang tanah, tomat, pepaya,
bayam, tembakau dan kopi.
- Pengamatan kedua dilakukan 2 x 24 jam setelah pengamatan pertama.
2) Penilaian atas kecambah normal, abnormal dan mati dilakukan pada saat pengamatan
terakhir, dengan membandingkan antara kecambah satu dengan yang lain dalam
satu substrat.
3) Laju perkecambahan dan nilai perkecambahan pengamatan terhadap munculnya radicle
dan plumula dilakukan setiap hari sampai semua contoh uji berkecambah atau sampai
hari yang telah ditentukan untuk tiap-tiap jenis benih (10-14) hari untuk benih tanaman
pangan, perkebunan dan hortikultura, kecuali pepaya, tembakau dan kopi sampai 20
hari.
4) Pada pengamatan terakhir pengukuran terhadap parameter penunjang, antara lain
panjang tunas batang dan akar kecambah, jumlah akar sekunder, beratkering dan segar
kecambah.
Metode uji antar kertas (UAK)

1). Siapkan substrat kertas merang berukuran 20 x 30 cm, sebanyak 3-4 lembar 1 mm.
2). Rendam dalam air beberapa saat, sampai substrat tersebut basah, air yang berlebihan
dibuang dengan cara substrat merang pres di antara 2 benda rata yang memiliki
lapisan kedap air atau cukup ditekan dengan tangan secara hati-hati.
3). Letakkan substrat di atas meja praktikum dan lipat bagian tengah
4). Tanam benih dengan menggunakan pinset pada 1/2 bagian dari lipatan tadi, atur jarak
antar benihnya. Jumlah benih dalam setiap substrat disesuaikan dengan ukuran subtrat
dan ketentuan dalam pengujian benih.
5). Tutup subtrat yang telah ditanami benih dengan ½ bagian substrat yang tepat pada
lipatan. Lipat lagi pinggiran substrat sekitar 1,5 cm ke dalam (kecuali yang telah ada
lipatannya).
6). etakkan di dalam alat kecambah

Pengamatan dan penilaian:


a. Pengamatan dilakukan satu kali yaitu pada 4 x 24 jam untuk benih padi dan 6 x 24
jam untuk benih tomat dan bayam.
b. Penilaian terhadap kecambah dilakukan dengan menggolongkan berdasarkan kriteria:
tumbuh kuat, tumbuh kurang kuat, abnormal, dan mati dengan membandingkan antara
kecambah satu dengan yang lain dalam satu substrat.
c. Parameter penunjang : pengukuran terhadap panjang tunas batang dan akar kecambah,
jumlah daun, jumlah akar sekunder, berat segar dan berat kering kecambah.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Table 1. hasil pengamatan

Benih masing-masing 200 biji

HST 3 5 7 9 11 3 5 7 9 11 3 5 7 9 11 3 5 7 9 11

padi Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

normal 11 24 33 37 40 14 21 29 37 39 17 25 30 35 42 15 19 26 36 39

abnormal 32 19 12 8 5 31 25 17 9 7 30 21 26 11 4 29 24 17 7 4

Mati 7 7 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 6 7 7 7 7

jagung Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 2 Ulangan 2

normal 23 29 34 37 40 21 27 30 36 42 21 28 32 37 40 25 32 38 41 43

abnormal 21 16 11 9 6 26 19 17 11 5 22 15 12 7 4 20 15 10 7 5

Mati 6 5 5 4 4 3 3 3 3 3 7 7 6 6 6 5 3 2 2 2

kedelai Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 2 Ulangan 2

normal 26 31 38 43 46 25 29 36 41 44 27 35 39 43 44 30 34 37 40 44

abnormal 22 17 10 5 2 21 18 11 6 4 18 10 8 4 3 24 12 9 6 2

Mati 2 2 2 2 2 4 3 3 3 2 5 5 3 3 3 6 4 4 4 4

Padi Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 2 Ulangan 2


ditutup

normal 19 26 35 39 40 21 27 32 38 42 16 21 26 38 39 18 26 32 39 42

abnormal 25 18 10 7 6 22 17 13 7 3 27 22 17 5 4 26 20 14 7 4

Mati 6 6 5 4 4 7 6 5 5 5 7 7 7 7 7 6 4 4 4 4

4.2 Pembahasan

Faktor perkecambahan benih terdiri dari faktor dalam dan luar. Faktor dalam yang
mempengaruhi benih dapat berkecambah normal adalah kualitas benih yang ditentukan oleh tingkat
kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan zat penghambat perkecambahan. Faktor luar yang
mempengaruhi benih dapat berkecambah normal adalah air, suhu, oksigen, cahaya, dan media tanam.
Menurut Mudiana (2017) Faktor lingkungan tempat penyemaian dapat berpengaruh terhadap proses
perkecambahan. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap biji-biji yang tidak berkecambah,
umumnya mereka rusak karena biji-biji tersebut hancur berbentuk bubuk menyerupai tepung.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih., yaitu : i. kondisi benih yang
meliputi : kemasakan biji/benih, kerusakan mekanik dan fisik, serta kadar air biji. ii. faktor luar
benih, yang meliputi : suhu, cahaya, oksigen, kelembaban nisbi serta komposisi udara di sekitar biji.
Kehadiran jamur patogen yang mengkontaminasi biji/benih pun dapat menurunkan viabilitas biji
serta menurunkan daya kecambah benih tersebut.

Menurut Mewangi et al (2019) kriteria kecambah normal merupakan indikator penting untuk
penentuan periode (hari) pengamatan. Ciri kecambah normal pada benih turi adalah apabila benih
telah memiliki kotiledon utuh, hipokotil dan akar panjangnya minimal dua kali dari ukuran
kotiledon. Kecambah dikategorikan abnormal apabila struktur kecambah tidak lengkap, panjang akar
dan hipokotil kurang dari dua kali panjang kotiledon. Kecambah ada juga yang berpenyakit. Ciri
kecambah berpenyakit di antaranya kecambah terlihat rusak pada bagian tertentu seperti kotiledon,
hipokotil, atau bagian yang lain. Selain itu, terdapat bercak-bercak bahkan warnanya dapat berubah
seperti kecoklatan. Ciri-ciri benih kacang tanah yang tumbuh dengan normal yaitu kecambah utuh,
bagian akar sekunder terlihat jelas, batang berkembang dengan baik, dan daunya utuh. Sedangkan
yang abnormal yaitu daun rusak/tidak utuh, batang busuk/rebah.. Pengujian viabilitas benih dapat
dilakukan secara langsung, yaitu dengan cara menilai struktur-struktur penting kecambah dan secara
tidak langsung, yaitu dengan melihat gejala metabolismenya. Pada pengujian secara langsung,
beberapa substrat pengujian yang dapat digunakan seperti kertas, kapas, pasir, tanah, dan lainlain.

Menurut Marom et al (2017) menyatakan bahwa pengujian daya berkecambah benih


menggunakan metode dalam pasir dengan menjumlah persentase kecambah normal pada hari ke-5
(first count) dan hari ke-10 (final count). Menurut Mohammadi (2012). Perlakuan PK (Pada Kertas),
AK (Antar Kertas), PKDP (Pada Kertas Dalam Pasir), PP (Pada Pasir), DP (Dalam Pasir) akan
menghasilkan perkecambahan yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa
perlakuan PK dan AK pada benih kacang tanah memiliki nilai DK sebesar 0%. Perlakuan PKDP
pada benih kacang tanah memiliki nilai DK sebesar 60%. Perlakuan DP pada benih kacang tanah
memiliki nilai DK sebesar 60%. Perlakuan PP pada benih kacang tanah memiliki nilai DK sebesar
0%. Uji PKDP dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat kertas substrat agar tidak tembus oleh
akar yang dapat mengakibatkan kertas substrat menjadi rusak sehingga pengamatan menjadi sulit
dilakukan menurut Kamil (2013). Perlakuan PKDP menghasilkan daya kecambah baik dengan rata-
rata 60%.

Dari percobaan di atas dapat dilihat bahwa jumlah kecambah jagung kecil dan kedelai kecil lebih
tinggi sedangkan padi kecil memiliki jumlah kecambah lebih sedikit Walapun dengan kurang yang
lebih kecil ternyata pada benih jagung dan kedelai mampu berkecambah dengan baik. Walapun pada
sebaian benih ditemukan munculnya benih yang tidak normal seperti pada bentuk jagung kecil
dengan bentuk plumule dan radikel tumbuh secara bersamaan, selai itu tumbunya radikel tidak lurus.
Sedangkan yang seharusnya benih jagung yang normal harus memiliki radikel yang lurus. Begitupun
pada benih kedelai, keabnormalan benih ini ditandai dengan tumbuhnya radicle yang bengkok atau
tidak lurus. Sedangkan pada padi ditemukan dengan keadaan terdapat kehitam- hitaman atau terdapat
jamurnya sehingga tidak mampu berkecambah.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Benih normal ditandai dengan munculnya plumule terlebih dahulu jika benih yang
seharusnya memunculkan plumul dahulu, munculnya radikel terlebih dahulu apabila seharusnya
memunculkan radikel terlebih dahulu, tumbuhnya radikel lrus dan tidak terserang oleh pathogen
Benih abnormal ditandai dengan munculnya plumul secara bersamaa dengan radikel yang
benngkok, maupun terserang oleh pathogen penyebab penyakit. dan dari hasil daya hasil
kecambah tanman diatas pada hari ke-11 dapat disimpulkan presentase dari ke 4 tanaman yang
tumbuh normal adalah 90% dan sisanya tumbuh abnormal dan mati

5.2 Saran
Praktikan diharapkan saat melakukan pengatatan harus memahami mana benih yang
normal,abnormal dan mati dan juga untuk media tanamnya duisahakan dijaga kelembapannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin H. 2016. Optimalisasi media perkecambahan dalam uji viabilitas benih selada dan bawang
merah. J Agrin 202: 100 – 112.
Bajang, Marsel E, Rumambi, Kaunang et al. 2015. Pengaruh media tumbuh dan lama perendaman
terhadap perkecambahan sorgum varietas numbu. J Zootek 352: 302 – 311.
Bewley B. 2015. Potensi perkecambahan di lapang. Sumatera ID: Universitas Sumatera Utara.
Destriani, Anisa. 2016. Penggunaan abu sekam padi dan macam-macam kemasan simpan untuk
memperpanjang masa simpan benih kacang tanah Arachis hypogaea. Yogyakarta : Skripsi
Gifelem C, Kaunang R, Ruauw E. 2016. Perbandingan pendapatan usahatani jagung manis dan
jagung biasa di Desa Tontalete Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara. J Agri sosioekonomi
122: 41 – 54.
Harrington JF. 2012. Seed storage and longevity, in : seed biology vo. iii. ed.by tt. kozlowski. New
York AS: Academic Press.
Iriany, RNGM, Yasin H, dan M Andi Takdir. 2012. Asal, Sejarah, dan Taksonomi Tanaman Jagung.
Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Kartahadimaja J, Syuriani E, Hakim NA. 2013. Pengaruh penyimpanan jangka panjang longterm
terhadap viabilitas dan vigor empat galur benih inbred jagung. J Penelitian Pertanian Terapan 133:
168 – 173.
Latada, KY, Bahua ML, dan Jamin FS. 2013. Respon pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
tanah Arachis hypogaea melalui pemberian pupuk phonska. J Agroteknologi. Vol 41 : 1-20
Lesilolo MK, Patty J, Tetty N. 2012. Penggunaan desikan abu dan lama simpan terhadap kualitas
benih jagung ZeamaysL. pada penyimpanan ruang terbuka. J Agrologia 11: 51 – 59.
Marom N, Rizal, Bintoro M. 2017. Uji efektivitas waktu pemberian dan konsentrasi pgpr
plantgrowthpromotingrhizobacteria terhadap produksi dan mutu benih kacang tanah
ArachishypogaeaL. J of Applied Agricultural Sciences 12: 174 – 184.
Mewangi, Jawa Arum, Tatiek Kartika Suharsi. Dan Memen Surahman. 2019. Uji daya kecambah
pada benih turi putih. J Bul. Agrohorti. Vol 72: 130-137
Mohammadi SS. 2012. Effects of seed aging on subsequent seed reserve utilization and seedling
growth in soybean. International journal of plant production 51: 65 – 70.
Lampiran
ACARA VII
UJI VIGOR BENIH
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam jiwa benih terdapat suatu istilah yang dinamakan vigor benih.Vigor benih adalah
kemampuan benih untuk bertahan hidup maupun daya kecambahnya pada kondisi lingkungan
suboptimum. Kondisi suboptimum bisa berupa tanah salin, tanah asam maupun kekeringan.
Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi. Benih yang
vigor akan dapat tumbuh cepat dan serempak.
Uji vigor dapat dilakukan pada media tumbuh yang optimum dengan menilai kecepatan
tumbuh benih dan keserempakan tumbuhnya. Uji vigor dapat dilakukan dengan menanam benih
pada media suboptimum. Tolak ukur kecepatan tumbuh (KCT) mengindikasikan Vigor
Kekuatan Tumbuh (VKT) karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi
lapang yang suboptimum. KCT diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari atau
etmal pada kurun waktu perkecambahan dalam kondisi optimum. Secara teoritis, KCT maksimal
ialah 50% per etmal apabila benih tumbuh normal 100% sesudah dua etmal.
Tolak ukur VKT yang lain misalnya Keserempakan Tumbuh (KST). Analisis vigor benih
didasarkan persentase kecambah normal yang tumbuh kuat dihitung pada satu Momen Periode
Viabilitas (MPV). Baik untuk analisis vigor benih dengan tolak ukur KCT maupun KST benih
ditanam pada media yang optimum. Analisis vigor juga dapat dilakukan pada media yang tidak
optimum. Misalnya, kita membuat analisis vigor benih terhadap kekeringan. Pada kondisi
kekeringan dapat dijabarkan oleh media yang memilki tekanan 83nergy83 tinggi. Pada kondisi
demikian benih memerlukan 83nergy yang lebih tinggi untuk menyerap air. Hanya benih yang
vigor saja yang lebih menyerap air dan tumbuh normal.
Analisis vigor benih ternyata dapat kita kembangkan terus. Betapa besarnya variasi kondisi
lapang, dan betapa besarnya jumlah spesies yang benihnya harus dianalisis, vigor benih itu
dibagaikan gatra yang tidak bakal habis untuk dikaji. Analisis vigor benih memerlukan banyak
inovasi orang-orang benih karena viabilitas absolut diperlukan untuk selalu diinformasikan
kepada konsumen benih.
Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya berkecambah atau daya
tumbuh dan pengujian vigor benih. Perbedaan antara daya berkecambah dengan vigor benih
adalah bila informasi daya berkecambah ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada
lingkungan yang optimum, sedangkan vigor ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal
pada lingkungan yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapang.

1.2 Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui kriteria benih yang normal kuat, normal
tidak kuat, abnormal, dan mati.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih yang baik untuk ditanam ialah benih yang memiliki daya kecambah tinggi. Daya
berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian–bagian
penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara
normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah
pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau
mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti 2005).
Ciri utama benih ialah kalau benih itu dapat dibedakan dari biji karena mempunyai daya
hidup yang disebut viabilitas. Namun, semua insane benih, apapun fungsi yang disandangnya,
senantiasa mendambakan benih vigor, tidak sekedar benih yang hidup (viable). Sekedar benih
yang mempunyai potensi hidup normal pun tidak cukup. Mengenai benih yang hidup, kalau
dibatasi secara negatif menjadi gampang. Indikasi bahwa benih itu mati. Kalaupun benih itu
menunjukkan gejala hidup saja, misalnya yang ditunjukkan oleh tingkat pernapasannya, bahkan
oleh sel-sel embrio yang tidak mati. Benih dapat dikategorikan mempunyai daya hidup sekalipun
benih itu tidak menunjukkan pertumbuhan. Kalau benih itu menumbuhkan akar embrionalnya,
benih itu hidup (Sjamsoe’oed Sadjad, 1999).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya,
hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut.
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap
untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat
mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi
digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk
mengatasi dormansi embrio (Suwandi et al, 1995)
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa
pengujian, yang digolongkan menjadi benih segar tidak tumbuh, benih keras, yang gagal
berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi
kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak
mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan
jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal. Benih keras adalah benih yang
tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari
besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh
ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeable terhadap
gas dan air. Benih mati adalah benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak
segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah
membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit
primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilapangan tanaman
yang menjadi induk telah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi
membawa penyakit dari induknya (Ryoo and Cho, 2002).
Benih yang telah berkecambah harus dievaluasi agar dapat dinilai dengan benar apakah
kecambah tersebut termasuk kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati, benih segar,
atau benih keras. Penilaian terhadap kecambah benih yang diamati memerlukan ketelitian dan
keahlian. Struktur kecambah yang dinilai adalah poros embrio dan kotiledonnya untuk tanaman
dikotil, sedangkan penilaian kecambah pada tanaman monokotil adalah poros embrio dan
pertumbuhan akar seminal. Kecambah juga dapat dibedakan antara tipe epigeal dan hypogeal.
Epigeal adalah tipe kecambah yang kotiledonnya akan terangkat keatas permukaan tanah jika
ditanam dilapang, dan hipogeal adalah tipe kecambah yang kotiledonnya tidak terangkat
kepermukaan tanah
Daya berkecambah (viabilitas) dan kekuatan tumbuh (vigor) merupakan salah satu komponen
dari mutu benih (selain kemurnian dan kadar air). Viabilitas benih harus diikuti dengan vigor
yang tinggi, karena hanya dengan vigor tinggi benih mampu untuk berkembangbiak atau
menyebarkan spesiesnya pada kondisi lingkungan yang optimum atau sub-optimum maupun
dapat disimpan lama. Benih yang mempunyai viabilitas dan vigor yang baik akan berdampak
pada produktivitas nantinya. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama,
tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan
tumbuh yang sub optimal
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila
ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta
berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang
viabilitas, masing-masing ‘kekuatan tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisiologi ini
menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal
meskipun keadaan di lapangan sub-optimum atau sesudah benih melampui suatu periode simpan
yang lama. (Mugnisjah, 1990)
Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performance fenotipe
kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok
untuk ketahananya terhadap berbagai kondisi yang menimpanya .Vigor benih adalah
kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau
sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang
yang optimum Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu
sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu
digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai
parameter vigor, karena di ketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi
rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984)
Bahwa keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan
tumbuh benih adalah sangat nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata
dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan.Di samping itu kecepatan tumbuh benih
dapat pula menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh. Kemunduran suatu benih dapat
diterangkan sebagai turunnya kualitas atau viabilitas benih yang mengakibatkan rendahnya vigor
dan jeleknya pertumbuhan tanaman serta produksinya. Di mana kejadian tersebut merupakan
suatu proses yang tak dapat balik dari kualitas suatubenih. Benih yang memiliki vigor rendah
akan berakibat terjadinyakemunduran yang cepat selama penyimpanan benih, makin sempitnya
keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih menurun,
kepekaan akan serangan hama dan penyakit meningkat, meningkatnya jumlah kecambah
abnormal dan rendahnya produksi tanaman. Panen, pengeringan, pengolahan dan penyimpanan
yang baik merupakan usaha-usaha yang dapat membantu menghambat proses kemunduran
benih. Dengan penyimpanan yang baik dapat memperlambat terjadinya kemunduran fisiologis
dari benih yang sudah mencapai vigor maksimum pada saat masak fisiologis. Sadjad (1994).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 25 november 2020. Bertempat di Desa
Karumbu Kec.Langgudu, Kab. Bima Nusa Tenggara Barat

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Bak kecambah,Piset,Sprayer dan Alat
pengecambah benih sedangkan Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu Pasir, Benih
tanaman pangan dan kertas merang.

3.3 Pelaksanaan Praktikum


a. Metode Uji Kedalaman Dengan Medium Pasir
Siapkan baki atau kotak plastik dengan ukuran disesuaikan dengan ukuran benih yang dipakai.
Isilah kotak tersebut dengan pasir yang telah disaring. Basahi pasir dengan air secukupnya
Tanam benih pada kedalaman tertentu, kemudian tutup dengan pasir halus.

d. Siapkan baki atau kotak plastik dengan ukuran disesuaikan dengan ukuran benih yang
dipakai.
e. Isilah kotak tersebut dengan pasir yang telah disaring. Basahi pasir dengan air
secukupnya
f. Tanam benih pada kedalaman tertentu, kemudian tutup dengan pasir halus.
Kedalaman tanam untuk masing-masing jenis benih:
- padi, tomat 2,5 cm
- jagung kasang tanah 5 cm
- kacang hijau 3,5 cm
- kedelai 4 cm
g. Bagian atas kotak plastik ditutupi dengan lembaran plastik mika.

Pengamatan:
a. Kekuatan tumbuh: hitung jumlah kecambah normal kuat, normal kurang kuat,
abnormal dan mati (%)
b. Gambar kecambah lengkap disertai keterangannya untuk masing-masing kriteria
(kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati, kecambah tumbuh normal
kuat (vigor) dan kecambah tumbuh normal kurang kuat (less vigor)

b. Metode Uji Kertas Digulung Didirikan (UKDd)


a. Siapkan substrat kertas merang berukuran 20 cm x 30 cm sebanyak 3-4 lembar
setebal ± lmm, kemudian rendam dalam air sampai lembab: Tekan dengan tangan
sehingga kelebihan air terbuang.
b. Lipatbagian tengah dari lebar kertas, tanam benih dalam satu deretan pada 1/3 dari
separuh lebar kertas dengan arah pertumbuhan akar primer ke bagian 2/3 separuh
lebar kertas ke arah bawah
c. Tutup bagian substrat yang telah ditanami dengan separuh substrat yang , lain, kemudian
digulung dengan arah gulungan dari kiri ke kanan.
d. Gulungan substrat diletakkan dengan cara didirikan pada baki dalam alat pengecamba
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Uji kedalaman dengan medium pasir


Nama tanaman U Kriteria
Tumbuh kuat Kurang kuat AB Mati
Padi U1 13 3 2 2
U2 14 2 4 0
U3 15 3 1 1
U4 14 2 2 2
Jagung U1 16 1 3 0
U2 16 3 1
U3 13 4 1 2
U4 14 5 0 1
Kedelai U1 15 3 2 0
U2 15 3 1 1
U3 15 4 0
U4 16 2 0 2

Tabel 2. Metode uji kertas digulung didirikan (UKDd)

Nama U Criteria Parameter


tanaman Tumbuh Kurang AB Mati sampel Panjang Panjang Jumlah
kuat kuat tunas akar daun
Padi U1 13 4 2 1 1 3,2 5,9 0

U2 14 0 3 3 1 3,4 5.7 0

U3 16 0 1 3 1 3,0 5,5 0

U4 16 0 1 3 1 3,3 76,0 0

Kedelai U1 13 4 3 0 1 3,2 6,1 0

U2 19 0 0 1 1 3,4 9,0 0

U3 15 2 2 1 1 1,3 8,5 0

U4 13 0 4 3 1 1,5 9,5 0

Jagung U1 17 0 3 0 1 6,4 10,5 0

U2 17 0 2 1 1 5,8 8,0 0

U3 16 3 1 0 1 4,2 6,6 0

U4 18 0 0 0 1 3,0 9,5 0
4.2 Pembahasan
Pengujian vigor benih merupakan parameter viabilitas absolut yang tolak ukurnya
bermacam-macam. Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih
mampumenghadapi kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah
persentasekecambah normal. Uji vigor benih bertujuan untuk menentukan kemurnian dalam
suatu benih. Pengujian vigor benih dilakukan guna mengetahui kemampuan benih dalam
berkecambah secara normal, dan identitasnya yang akan mencerminkan kualitas dan
keungulan benih.
Vigor merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa benih yang berkecamabah,
kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal, pada berbagailingkungan yang
memadai. Selain itu juga harus diperhatikan semua atribut perkecambahan secara morfologi
dan fisiologis yang mempengaruhikecepatan. Keseragaman pertumbuhan benih pada
berbagai lingkungan, merupakantolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau kesehatannya.
Pada praktikum uji vigo benih yang telah dilaksanakan menggunakan sampel benih jagung
2018 dan benih kacang tanah yang ditanam masing-masing sebanyak 25 biji pada media
handuk yang ditaburkan tanag dan kemudian di freezer, menghasilkantanaman yang tumbuh
secara normal kuat, normal lemah, abnormal dan bahkan mati.Adapun kriteria yang dimiliki
benih normal kuat, normal lemah, abnormal dan mati.Benih normal kuat yaitu benih yang
berkecambah dengan bagian-bagiannya yanglengkap, mempunyai penampilan yang lebih
kuat perkecambahannya melebihi rata-ratakecambah normal lainnya. Misalnya hipokotilnya
lebih panjang dan kekar, akarnyalebih panjang atau lebih banyak, plumulanya lebih besar
atau lebar. Benih normal lemahyaitu benih berpenampilan lemah dan juga bagiannya belum
lengkap seperti akarnyalebih kecil dan melengkung dan plumulanya lebih kecil. Benih
abnormal yaitukecambah yang tidak menunjukkan adanya potensi untuk berkembang
menjadi tanamannormal jika ditambahkan pada tanah berkualitas baik dan di bawah kondisi
yang sesuai bagi pertumbuhannya. Ciri-cirinya adalah kecambah rusak tanpa kotiledon,
embrio pecah, dan akar primer pendek, bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-
bagian penting lemah dan kurang seimbang. Plumula terputar, hipokotil, epikotil,
kotiledonmembengkok, akar pendek, kecambah kerdil, kecambah tidak membentuk klorofil
dankecambah lunak. Sedangkan benih mati adalah benih yang menujukana benih-benihyang
busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujianyang
ditentukan, tetapi bukan dalam keadan dorman.
Berdasarkan data pengamatan pada perlakuan pertama benih padi ulangan pertama benih
yang pertumbuhannya kuat yaitu pada ulangan 2 dan 3 dimana ada 17 benih yang tumbuh.
Benih tumbuh kurang kuat yang paling banyak terdapat pada ulangan satu dan tiga yangni
sebnyak 3 benih. Benih padi abnormah yang paling banyak tumbuh pada ulangan ke dua,
dan benih mati paling banyak pada ulangan satu dan 4. Pada benih jagung tumbuhan kuat
yang paling banyak tumbuh pada ulangan satu dan tiga sebanyak 19 benih yang tumbuh.
Tumbuh tidak kuat yang paling banyak terdapat pada ulangan ke 4 yakni 4 buah. Benih
abnormal yang hanya terdapat pada ulangan 1 yakni satu benih, dan benih mati hanya pada
ulangan ke 3 sebanyak 3 benih. Selanjutnya benih kedele tumbuh kuat yang paling banyak
pada ulangan 4 yakni sebanyak 18 benih. Tumuh tidak kuat yang paling banyak pada
ulangan k eke 3 yakni 4 benih. Benih abnormal hanya terdapat pada ulangan ke 2 yakni 1
benih, dan benih mati paling banyak di ulangan ke 4 yakni 2 benih.
Pada perlakuan b, benih padi tumbuh kuat terbanyak pada ulangan 1,3,dan 4 yakni sebanyak
16 benih. Tumbuh kurang kuat tidak ada, abnormal terdapat pada ulangan ke 2, yakni 3
benih, an benih mati paling banyak pada ulangan pertama. Dengan panjang tunas yang
paling panjang yaitu 3,3 terdapat pada ulangan ke 2, dan ke empat, panjang akar yang paling
panjang terdapat pada ulangan pertama yakni 5,9 dengan jumlah daun disemua ulangan
tidak ada. Pada tanaman jagung benih tumbuh kuat pada ulangan ke 3 yakni semuanya
tumbuh. Benih tumbuh kurang kuat tidak ada, benih abnormal pada ulangan ke 1 yakni 3
benih, dan benih mati pada ulangan ke 2 yakni 1 benih. Dengan panjang tunas tertinggi pada
ulangan pertama yaitu 6,4, panjang akar pada ulangan ke 2 yakni 11,0 , dan tidak ada jumlah
daun disemua ulangan. Pada tanaman kedele tumbuhan kuat pada ulangan ke 2 yakni 19
benih tumbuh, pada tanaman tumbuh kurang kuat hanya pada ulangan ke 3 yakni 2 benih,
abnormal paling banyak terdapat pada ulangan ke 4 yskni 4 benih, dan benih mati terbanyak
terdapat pada ulangan ke empat yakni 3 benih. Dengan panjang tunas terpanjang yaitu pada
ulangan ke 2 yakni 3,8. Panjang akar terpanjang yaitu pada ulangan ke 3 yakni 10,0, dan
tidak ada jumlah daun yang ditemukan.
Benih dikatakan tumbuh dengan normal kuat apabila akar dan batangnya berkembang
dengan baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarnahijau, serta
mempunyai tunas pucuk yang baik. Benih dikatakan normal lemah apabilamenampilan
kecambah lebih lemah di antara semua kecambah yang normal danmempunyai panjang di
bawah rata-rata tinggi kecambah normal. Benih dikatakanabnormal memiliki ciri-ciri
plumula atau radikula yang tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkak
atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuhsebaliknya. Sedangkan benih Mati atau
tidak Berkecambah benih yang tidakmenunjukkan adanya perkecambahan sampai akhir
pengamatan
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, dapat disimpulkanbahwa penugjian vigor
benih merupakan parameter viabilitas absolut yang tolak ukurnya bermacam-macam.
Pengujian vigor benih dilakukan guna mengetahui kemampuan benih dalam berkecambah
secara normal, dan identitasnya yang akanmencerminkan kualitas dan keungulan benih
Benih normal kuat ditandi denang benih yang berkecambah dengan bagian- bagiannya yang
lengkap. Benih normal lemah apabila bagian-bagiannya belumlengkap seperti akarnya lebih
kecil dan melengkung dan plumulanya lebih kecil.Benih abnormal ditandai dengan plumula
tumbuh membengkak atau tumbuhkebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
Sedangkan benih Mati atau tidakBerkecambah benih yang tidak menunjukkan adanya
perkecambahan sampai akhir pengamatan

5.2 Saran
Praktikan diharapkan saat melakukan pengatatan harusteliti saat mengukur panjang
tanman agar tidak ada kesalhan data, dan juga untuk media tanamnya duisahakan dijaga
kelembapannya.
DAFTAR PUSTAKA

Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A Guide to Upland
Production in Cambodia). Canberra

Bewley and Black. 1985. Physiology and Biochemistry of Seed in Relation to Germination. Vol.
II. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg, New York. 37 p.

Danuarti 2005. Uji Cekaman Kekeringan Pada Tanaman. Jurnal Ilmu Pertanian. 11 (1) : 22-31

Harringto. 1972. Seed Storage and Longevity, Seed Biology, Vol. III, In Ed

Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara.
Jakarta

Kozlowsky, T.T., Academic Press New York.

Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandar lampung. Universitas
Lampung.

Rukmana, H.R. 1997. Budidaya Baby Corn. Kanisus. Jakarta

Ryoo, M.I. and H.Q. Cho. 2002. Feeding and oviposition preference and demography of rice
weevil. Entomol 21:549-555

Sadjad, Sjamsoe’oed.1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia:


Jakarta

Sadjad, Sjamsoe’oed. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih. Grasindo. Jakarta.

Semsilomba.2008. Vigor Benih. Semsilomba.blogspot.com . [21-12-2009]

Siregar, H. dan N.W. Utami. 2004. Perkecambahan biji Kenari Babi (Canarium decumanum
Gaertn). Jurnal Kebun Raya Indonesia (8)1 : 25-29,

Sutopo, L. 1984. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta.


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai