Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
MARISASANTI PUTRI
PO71242210024
Dosen Pembimbing:
ROSMARIA, M.Keb
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Laporan ini. Laporan in dibuat dalam memenuhi tugas
Praktik Asuhan Kebidanan Persalinan, dimana penulis mengambil laporan kasus
yaitu asuhan persalinan Normal Pada Ny. S G2P1A0 h 39-40 minggu di Rumah
Sakit Haji Abdul Majid Batoe Muara Bulian”. Asuhan Kebidanan Kompherensif
persalinan ini dibuat untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman tentang
mata kuliah pada Progam Studi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi Tahun
Akademik 2021/2022.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian laporan kasus ini yaitu
kepada:
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan dan memerlukan penyempurnaan lebih lanjut untuk itulah
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi
kesempurnaan tugas ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
D. Manfaat......................................................................................................4
A. Format Pendokumentasian.............................................................................32
B. Asuhan Kebidanan Persalinan........................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................55
BAB V PENUTUP................................................................................................59
A. KESIMPULAN...........................................................................................59
B. SARAN.......................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting
dalam kehidupan wanita. Proses persalinan memiliki arti yang
berbeda disetiap wanita, dengan belum adanya pengalaman akan
memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama
proses persalinan. Keadaan ini sering terjadi pada wanita yang
pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2014). Persalinan
merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyowati & Nugraheny,
2013).
Persalinan adalah proses dimana bayi, Plasenta, dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu bersalin. Persalinan yang normal
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan/ setelah usia kehamilan
37 minggu atau lebih tanpa penyulit. Pada akhir kehamilan ibu
dan janin mempersiapkan diri untuk menghadapi proses
persalinan. Janin bertumbuh dan berkembang dalam proses
persiapan menghadapi kehidupan di luar Rahim. Ibu menjalani
berbagai perubahan fisiologis selama masa hamil sebagai
persiapan menghadapi proses persalinan dan untuk berperan
sebagai ibu. Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan
titik di mulai nya kehidupan di luar Rahim bagi bayi baru lahir.
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks yang membuka dan menipis dan berakhir
dengan lahirnya bayi beserta plasenta secara lengkap. Pengalaman
persalinan bisa dialami oleh ibu pertama kali (primi), maupun
kedua atau lebih (multi). (Fauziah, 2015)
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI
kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) tahun 2015. Untuk Angka Kematian Neonatus
(AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup dan
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan
AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,
2016). Hasil laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan terdapat
jumlah kematian ibu di Provinsi Jambi tahun 2014 adalah 53
kasus dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 70.223 kelahiran
hidup. Jika diproyeksikan angka kematian ibu di Provinsi Jambi
tahun 2014 adalah 75 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jambi,
2015).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat
dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah
kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2015 masih
sama yaitu perdarahan, sedangkan partus lama merupakan
penyumbang kematian ibu terendah. Penyebab lain-lain juga
berperan cukup besar dalam menyebabkan kematian ibu secara
tidak langsung, seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung,
tuberculosis atau penyakit lain yang diderita ibu (Kemenkes RI,
2013 ; 2016).
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan
menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan
ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan
bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi,
kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan
pelayanan keluarga berencana.
Peran seorang suami dalam proses persalinan sering
dihiraukan, salah satunya dikarenakan factor adat istiadat dan
kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung (Gebrehiwotet al,
2012). Proses persalinan merupakan suatu keadaan yang
menegangkan, seorang ibu membutuhkan dukungan yang kuat,
salah satunya adalah dukungan dari seorang suami. Hal ini
diperlihatkan dalam jurnal penelitian tentang pengalaman ibu yang
di dampingi suami saat proses persalinan. Manfaat kehadiran
suami selama proses persalinan menurut persepsi ibu yaitu suami
dapat memberikan perasaan tenang serta menguatkan psikis ibu
karena suami dianggap dapat memberikan dukungan dan
semangat, menambah kedekatan emosi suami-istri karena suami
menyaksikan perjuangan ibu dalam melahirkan buah hati mereka,
suami selalu ada saat dibutuhkan, ibu merasa nyaman dan ada
energy lebih ketika suami mendampingi. Ibu merasa tidak sendiri
ketika melahirkan dikarenakan ada yang mendampingi,
memberikan dukungan serta memberikan semangat (Astutidkk,
2012).
Untuk itu peran bidan sangat penting khususnya dalam
menurunkan AKI. Bidan diharapkan mampu mendukung usaha
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yakni melalui
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, terutama dalam
perannya mendukung pemeliharaan kesehatan ibu saat hamil
sampai proses bersalin (Hidayat & Sulistiyanti, 2010).
Dilatasi serviks adalah pelebaran muara dan saluran serviks,
yang terjadi pada kala I persalinan. Diameter meningkat dari 1 cm
sampai dilatasi lengkap (sekitar 10 cm) agar janin aterm dapat
dilahirkan. Apabila dilatasi serviks sudah lengkap menandai akhir
kala I persalinan dan masuk kepada kala II persalinan. Dilatasi
serviks terjadi karena komponen muskulofibrosa tertarik dari
serviks kea rah atas, akibat kontraksi uterus yang kuat. Tekanan
yang ditimbulkan cairan amnion selama ketuban utuh atau
kekuatan yang timbul akibat tekanan bagian presentasi juga
membantu serviks berdilatasi (Fauziah, 2015).
Laporan kasus ini akan dibahas mengenai Asuhan Kebidanan
Persalinan Normal pada Ny. S umur 33 tahun G2P1A0H1 Umur
Kehamilan 39-40 minggu di VK Zaal Kebidanan RSUD HAMBA.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Fisiologis Persalinan pada Ny.
S umur 33 tahun G2P1A0H1 Umur Kehamilan 39-40 minggu di
VK Zaal Kebidanan RSUD HAMBA.
C. Tujuan
1. Umum
Mampu menerapkan teori, konsep dan prinsip kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada persalinan fisiologis dengan
pendekatan SOAP.
2. Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada ibu bersalin
b. Melaksanakan pengkajian data objektif pada ibu bersalin
c. Merumuskan diagnosa berdasarkan data subjektif dan objektif
d. Melakukakan penatalaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan ibu
bersalin dengan pendekatan holistik berdasarkan evidence based
practice.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis
dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin normal.
2. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
referensi khususnya tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin
normal.
3. Bagi Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi
banding dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
normal.
4. Bagi Profesi Bidan
Sebagai bahan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan
dalam asuhan komprehensif pada ibu bersalin normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Faktor-faktor persalinan
Menurut Indrayani (2013) ada 5 faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu 3 faktor
utama dan 2 faktor lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan tersebut adalah:
a. Jalan lahir (Passage way)
Passage way merupakan jalan lahir dalam persalinan berkaitan keadaan segmen atas
dan segmen bawah rahim pada persalinan.
1) Jalan lahir lunak
Jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, servik
uteri dan vagina, otot–otot, jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat-alat
urogenital juga sangat berperan pada persalinan.
Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah
menjadi 2 bagian, yakni bagian atas yang tebal dan berotot dan bagian bawah yang
berotot pasif dan berdinding tipis. Segmen bawah secara bertahap membesar karena
mengakomodasi isi dalam uterus, sedangkan bagian atas menebal dan kapasitas
akomodasi menurun. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan kebawah,
terdorong kearah serviks. Serviks kemudian menipis dan berdilatasi (terbuka) sehingga
memungkinkan bagian terbawah janin memasuki vagina.
2) Jalan lahir keras
Jalan lahir keras terdiri dari tulang-tulang panggul.Tulang pangggul terdiri dari 4
buah tulang yaitu 3 tulang pangkal paha (os coxae), 1 tulang kelangkang (os sacrum)
dan 1 tulang tungging (os coccygeus).
3) Bidang Hodge
a) Hodge I, membentang dari pinggir atas simfisis hingga ke promontorium (sama
dengan pintu atas panggul)
b) Hodge II, sejajar Hodge I, melalui pinggir bawah simfisis.
c) Hodge III, sejajar Hodge I dan II setinggi dari spina ischiadika kiri dan kanan.
d) Hodge IV, sejajar Hodge I, II dan III terletak setinggi ujung os coccygis.
b. Janin (Passenger)
Janin atau passanger bergerak sepanjang jalan lahir akibat interaksi beberapa faktor,
diantaranya: ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin karena plasenta
dan air ketuban juga harus melewati jalan lahir, maka dianggap sebagai baian dari
passanger yang menyertai janin. Namun plasenta dan air ketuban jarang menghambat
proses persalinan pada kehamilan normal.Istilah- istilah yang dipakai untuk kedudukan
janin dalam rahim adalah :
1) Sikap (Habitus)
Sikap menunjukkan hubungan bagian–bagian janin dengan sumbu janin, biasanya
terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang
punggung dan kaki dalam keadaan fleksi serta lengan bersilang di dada
2) Letak janin (Situs)
Yaitu bagaimana suatu janin terhadap sumbu ibu, misalnya letak lintang dimana
sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu, letak membujur dimana sumbu janin sejajar
dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang (bokong).
3) Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah
rahim yang di jumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi
kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lain – lain.
4) Posisi
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah
sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu. Misalnya pada letak
kepala ubun- ubun kecil kiri depan.
c. Kekuatan mendorong janin (Power)
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
1) His (kontraksi otot uterus)
His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan pada persalinan yang terdiri
dari kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
dan kontraksi ligamentum rotundom.Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus di
perhatikan adalah lamanya kontraksi, kekuatan kontraksi, interval kontraksi, frekuensi
kontraksi.Pembagian his dan sifat-sifatnya sebagai berikut :
a) His pendahuluan, his tidak kuat, tidak teratur dan menyebabkan “show” (cairan
lendir bercampur darah).
b) His pembukaan, his pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm,
mulai kuat, teratur dan sakit.
c) His pengeluaran/his mengedan (kala dua), sangat kuat, teratur, simetris,
terkoordinasi dan lama, his untuk mengeluarkan janin, koordinasi bersama antara:
his kontraski otot perut, kontraksi diafragma dan ligamen.
d) His pelepasan uri (kala III)
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
e) His pengiring (kala IV)
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim dalam beberapa rahim
dalam beberapa hari.
f) His palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung
kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri dan timbul beberapa hari
sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan.
4. Tahapan
Menurut JNP-KR (2012;38) proses persalinan teridi dari 4 kala, yaitu:
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan
kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm). Lama kala I untuk primigravida
adalah 12 jam, pada multi gravida adalah 8 jam. Proses membukanya serviks disebabkan
oleh his pesalinan/kontraksi. Tanda dan gejala kala I:
1) His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit
2) Penipisan dan pembukaan serviks
3) Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
Kala I persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu:
1) Fase laten
Dimulai sejak adanya kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secra bertahap, berlangsung hingga pembukaan serviks kurang dari 4 cm,
umumnya fase laten berlangsung antara 6-8 jam.Prosedur dan diagnostik :
Untuk menentukan apakah persalinan sudah pada waktunya, menurut Saifuddin (2010)
maka:
a) Tanyakan riwayat persalinan :
Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan
atau cairan ketuban; riwayat kehamilan; riwayat medik; riwayat sosial; terakhir kali
makan dan minum; masalah yang pernah ada.
b) Pemeriksaan Umum :
Tanda vital, BB, TB, oedema; kondisi puting susu; kandung kemih.
c) Pemeriksaan Abdomen :
Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi; penurunan kepala; letak janin;
besar janin; denyut jantung janin.
d) Pemeriksaan vagina :
Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban penurunan dan molase; anggota
tubuh janin yang sudah teraba.
e) Pemeriksaan Penunjang :
Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain; darah: Hb, BT/CT, dan
lain-lain.
f) Perubahan psikososial
Perubahan prilaku; tingkat energi; kebutuhan dan dukungan.
2) Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi akan meningkat secara bertahap (kontraksi dikatakan
adekuat jika terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih). Pembukaan serviks dari 4 cm hingga 10 cm, his lebih kuat dan serviks
membuka lebih cepat dengan kecepatan rata-rata 1 cm/jam (primigravida) atau lebih 1
cm hingga 2 cm pada multipara serta terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Menurut Indrayani (2013) fase aktif dibedakan menjadi:
a) Fase akselerasi
Dari pembukaan serviks 3cm menjadi 4 cm, umumnya berlangsung selama 2
jam. Fase ini merupakan fase persiapan menuju fase berikutnya.
b) Fase dilatasi maksimal
Fase ini merupakan waktu ketika dilatasi serviks meningkat dengan cepat dari
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam. Normalnya pembukaan servik pada
fase ini konstan yaitu 3 cm/jam untuk multipara dan 1-2 cm untuk primipara.
c) Fase deselerasi
Fase ini merupakan akhir fase dimana dilatasi serviks dari 9 cm menuju
pembukaan lengkap (10 cm).dilatasi serviks pada fase ini terjadi lambat, rata-rata 1
cm/jam namun pada multipara lebih cepat.
Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan :
Penggunaan Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama
dari penggunaan partograf adalah untuk :
a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian,
juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus
lama.
Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau:
A. Kesejahteraan janin
Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan dalam),
penyusupan sutura (setiap pemeriksaan dalam).
B. Kemajuan persalinan
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4
jam), penurunan kepala (setiap 4 jam).
C. Kesejahteraan ibu
Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi
urin, aseton dan protein (setiap 2 sampai 4 jam), makan dan minum.
b. Kala II (Kala pengeluaran)
Batasnya dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II juga disebut kala pengeluaran janin, dimulai dengan pembukaan
lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin.Wanita merasa hendak buang air
besar karena tekanan pada rektum. Perineum menonjol dan menjadi besar karena anus
membuka. Labia menjadi membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada
vulva pada waktu his.
Pada primigravida kala II berlangsung 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1 jam(JNPK – KR,
2008).Tanda dan gejala kala II :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2) Perineum terlihat menonjol.
3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
4) Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
c. Kala III
Setelah bayi lahir, tempat perlekatan plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian terlepas dari
dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kedalam
vagina.
Dalam waktu 5-15 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan
lahir spontan atau dengan sedikit terdorong dari atas simfisi atau fundus uteri seluruh
proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
1) Tanda-tanda lepasnya plasenta
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah uterus bekontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga dan fundus berada diatas pusat.
b) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur kaluar melalui vulva.
c) Semburan darah tiba-tiba dan singkat.
2) Manajemen aktif kala III
a) Memberikan oksitosin
Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan
plasenta. Pemberian oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar
dilakukan dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
b) Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah terlepas.
c) Massase uterus
Segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, massase fundus uteri agar
menimbulkan kontraksi.Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah
perdarahan postpartum.
5. Mekanisme Persalinan
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu bagian dari bagian depan
janin terhadap jalan lahir. Hipomoklion adalah titik putar atau pusat pemutaran.
No. Mekanisme Persalinan Keterangan
1. Engagement (fiksasi) = masuk Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar
(diameter biparietal) melalui PAP
Gambar Engagement
2. Descensus = penurunan Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul.
Faktor-faktor yang mempengaruhi descensus antara
lain tekanan air ketuban, dorongan langsung fundus
uteri pada bokong janin, kontraksi otot-otot abdomen,
ekstensi badan janin.
Gambar Fleksi
4. Putaran Paksi Dalam (internal rotation) Ialah berputarnya oksiput ke arah depan sehingga
ubun -ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII).
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain
perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk jalan
lahir yang melengkung, kepala yang bulat dan
lonjong.
6. Putaran paksi luar (external rotation) Ialah berputarnya kepala menyesuaikan kembali
dengan sumbu badan (arahnya sesuai dengan
punggung bayi).
Gambar Putaran paksi Luar
Gambar Ekspulsi
Gambar Mekanisme Persalinan Letak Belakang Kepala(Sarwono, 2008)
2) Intensitas Nyeri
Minta individu untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal, misal :
tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, hebat atau sangat nyeri, atau
dengan membuat skala nyeri yang sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat
kuantitatif dengan menggunakan skala 0–10 yang bermakna 0 = tidak nyeri, dan
10
= nyeri sangat hebat. (Price, 2006: 1065)
3) Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri, durasi
nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus, hilang
timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas) kualitas (nyeri seperti
ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial, atau bahkan seperti
digencet). (Tamsuri, 2007: 73).
a) Skala Atau Pengukuran Nyeri
b) Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana
Keterangan :
1 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
d) Massase
Masasse adalah melakukan tekanan tangan padajaringan lunak, biasanya otot,
atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan / atau memperbaiki sirkulasi. Masase
adalah terapi nyeri yang paling primitive dan menggunakan refleks lembut manusia
untuk menahan, menggosok, atau meremas bagian tubuh yang nyeri (Smeltzer &
Bare, 2002).
f) Relaksasi pernafasan
Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentukasuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajakan pada klien bagaimana cara melakukan
pernafasan, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut kegunaanya
teknik relaksasi pernafasan dianggap mampu meredakan nyeri, prosesnya menarik
nafas lambat melalui hidung (menahan inspirasi secara maksimal) dan
menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan.
7. Perubahan psikologis
a. ibu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri yaitu takut jika terjadi bahaya atas
dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.
b. ketakutan yang dihubungkan dengan pengalaman yang lalu, misal: mengalami kesulitan
pada persalinan yang lalu.
c. ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang
membahayakan.
d. disamping adanya perasaan takut, terjadi pula perasaan gembira akan segera melihat wajah
anaknya yang dinantikan.
8. Penatalaksanaan
Menurut JNPK-KR (2012, hal. 180) untuk melakukan asuhan persalinan normal
dirumuskan 60 langkah asuhan yaitu sebagai berikut:
I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
1. Mendengarkan dan melihat tanda Kala Dua persalinan
Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan
vagina
Perineum tampak menonjol
Vulva dan sfingter ani membuka
II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan
bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan:
Tempat datar, rata, bersih, kering, dan hangat.
Tiga handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi).
Alat penghisap lender.
Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Untuk ibu:
Menggelar kain di perut bawah ibu
Menyiapkan oksitosin 10 unit
Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada
alat suntik)
III. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dengan hati-hati dari
anterior(depan) ke posterior(belakang) menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% −> langkah #13.
Pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melaksanakan langkah
lanjutan
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit).
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-
160x/menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf
IV. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Persalinan
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase-aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang
ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau
timbul kontraksi yang kuat:
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥ 120 menit (2 jam) pada
primigravida atau ≥ 60 menit (1 jam) pada multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang
waktu 60 menit
V. Persiapan Untuk Melahirkan Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahn
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
VI. Pertolongan Untuk Melahirkan Bayi
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara
efektif atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Perhatikan!
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian
atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara
spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan
ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu
dengan jari telunjuk)
VII Asuhan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas):
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi pada bayi
baru lahir dengan asfiksia
Bila semua jawaban “YA”, lanjut ke-30
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi
aman diperut bagian bawah ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil
tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan
satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan
jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal
dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini
pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk
mendorong isi tali pusat kearah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada
sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simppul
kunci pada sisi lainnya
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulitibu-bayi. Luruskan
bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala
bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
susu atau areola mamae ibu
Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala
bayi
Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
VII Manajemen Aktif Kala Tiga Persalinan (MAKIII)
I
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas simfisis),
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi , minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu
Mengeluarkan Plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka lanjutkan
dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik
secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu
jalan lahir (kearah bawah-sejajar lantai-atas)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Ulangi pemberian oksitosin10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic) jika kandung kemih
penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual
37. Saat palsenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem ovum DTT atau steril untuk mengeluarkan selaput yang
tertinggal
Rangsangan Taktil (Massase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
a. Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal,
Kompresi Aorta Abdominis, Tampon Kondom-Kateter) jika uterus
tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/massase
IX. Menilai Perdarahan
39. Periksa kedua sisi palsenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau
tempat khusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan apabila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
X. Asuhan Pasca Persalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh kemudian celupkan ke
dalam air bersih, keringkan tangan dengan handuk pribadi yang bersih dan
kering
Evaluasi
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-
60x/menit)
a. Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit
b. Jika bayi bernafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke RS
rujukan
c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut
Kebersihan dan Keamanan
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan
air. Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah di ranjang atau disekitar ibu
berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selam 10 menit
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
55. Pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan pemeriksaan fisik
bayi
56. Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi, vitamin
K1 1mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
pernafasan bayi (normal 40-60x/menit) dan temperature tubuh (normal
36,5-37,5℃) setiap 15 menit
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan
ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan Kala IV Persalinan
Sumber: JNPK-KR (2012;180).
B. Metode Pendokumentasian
Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan kebidanan adalah metode
SOAP, yang merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. SOAP
merupakan singkatan dari :
1. S= Subyektif yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien yang
digali melalui anamnesa terhadap klien dan keluarga. Pendokumentasian ini termasuk langkah
satu dari tujuh langkah Varney. (Varney, 2007)
2. O= Obyektif menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
dan pemeriksaan penunjang dalam data focus untuk mendukung analisis sebagai langkah satu
dari tujuh langkah Varney. (Varney, 2007)
3. A=Analisis menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi masalah dan masalah utamanya maka bidan
merumuskan dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab dan prediksi.
Prediksi meliputi masalah potensial dan prognosis.
4. P= Penatalaksanaan menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan evaluasi
berdasarkan analisis. enatalaksanaan sebagai tindak lanjut untuk mengatasi masalah utama dan
masalah potensial yang telah dirumuskan dalam analisis. Penatalaksanaan merupakan langkah
lima, enam dan tujuh Varney. (Varney, 2007)
Asuhan kebidanan dengan metode SOAP merupakan metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, sehingga langkah-langkah dalam manajemen
kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan masalah dan mengambil keputusan klinis.
C. Teori EBM
Wanita mengalami stres, rasa takut dan cemas saat melahirkan. Tingkat kecemasan wanita
hamil meningkat selama persalinan dan membuatnya sulit untuk rileks. Kecemasan dapat
menyebabkan ketegangan pada otot-otot dasar panggul, yang merupakan peran kunci dalam
persalinan, dan ketegangan otot ini meningkatkan rasa sakit. Selama persalinan, rasa sakit yang
berlebihan menyebabkan meningkatnya rasa takut, membuat wanita lebih sensitif terhadap rasa
sakit. Konsep siklus rasa takut-tegang-sakit muncul. Memutus siklus ini sangat penting untuk
memiliki pengalaman persalinan yang positif. Selain itu, kecemasan menyebabkanpelepasan
hormon stres, yang menyebabkan pelepasankortisol pada sirkulasi umum. Tingkat kortisol yang
tinggi menyebabkan penurunanaliran darah arteri uterus, yang membuat kontraksi berhenti atau
lambat. Penurunan efisiensi kontraksi uterus akan terjadi sehingga memperpanjang durasi
persalinan.
Pada penelitian Cicek dan Basar (2017) dilakukan penelitian efek latihan pernapasan pada
tingkat kecemasan ibu hamil dengan menggunakan skala penilaian kecemasan STAI. Penelitian
tersebut menggunakan teknik RCT yang dilakukan pada grup eksperimen dan kontrol dengan
jumlah masing-masing 35 orang. Pada grup eksperimen diberikan latihan pernapasan dari kala I
masa laten. Tingkat kecemasan ibu hamil dievaluasi sebanyak 3 kali. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa latihan pernapasan dapat mengurangi rasa cemas ibu hamil pada masa
persalinan. Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan untuk mengajarkan latihan pernapasan
agar kecemasan ibu hamil dapat berkurang.
KONTROL HIS
Nama Ibu: Ny. S
Umur: 33 Tahun
Alamat: RT. 17 Teratai
Tgl/Ja DJ Ketuba Pembuka Penurun His T/D N S RR Urin
m J n an an e
Kepala
19-11- 138 Utuh 6 cm H III 3x10’/ 110/70 80 36,0 20 100
2021/ 40’’
14.00
Wib
Evaluasi: Pada saat kontraksi pukul 14.00 wib dilakukan asuhan sayang ibu pada kala
I untuk mengurangi rasa nyeri dilakukan 3x massage counter pressure selama
his berlangsung dan dalam waktu 10 menit dan ibu merasa rasa nyeri
berkurang setelah dilakukan counterpressur dengan skalanyeri awal 9 (Nyeri
berat) berubah menjadi 6 (Nyeri sedang) .
Evaluasi: Pada saat kontraksi pukul 14.30 wib dilakukan asuhan sayang ibu pada kala
I untuk mengurangi rasa nyeri dilakukan 4x massage counter pressure selama
his berlangsung dan dalam waktu 10 menit dan ibu merasa rasa nyeri
berkurang setelah dilakukan counterpressur dengan skalanyeri awal 6 (Nyeri
berat) berubah menjadi 5 (Nyeri sedang) .
Evaluasi: Pada saat kontraksi pukul 14.45 wib dilakukan asuhan sayang ibu pada kala
I untuk mengurangi rasa nyeri dilakukan 5x massage counter pressure selama
his berlangsung dan dalam waktu 10 menit dan ibu merasa rasa nyeri
berkurang setelah dilakukan counterpressur dengan skalanyeri awal 5 (Nyeri
sedang) berubah menjadi 3 (Nyeri ringan
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN :
Tanggal :19 November 2021 Jam : 13.30 WIB
IDENTITAS PASIEN:
b. Obat-obatan/jamu yang dikonsumsi selama hamil : ibu mengatakan minum obat mual dari dokter
pada hamil muda.
c. Imunisasi TT : lengkap
10. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Ham Persalinan Nifas
il Tgl UK Jenis Penol Komplikasi J BB Perdara Lakt Komplik
ke- Lahir Persalin ong Ibu Bayi K Lahi han asi asi
an r
1 2018 ater spontan Bidan Tidak Tidak L 3300 normal Ya Tidak
m ada ada gra ada
m
2 Hamil
ini
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
C. ANALISA
Diagnosa kebidanan :
Ny.S usia 33 tahun G2P1A0 UK 39-40 minggu, inpartu kala I fase aktif Janin Tunggal Intra Uterin
Preskep
Masalah : tidak ada
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu sudah
dalam proses persa keadaan umum ibu dan janin baik , Tekanan Darah: 120/60 mmHg, Suhu: 36,5˚C
Respirasi: 21 x/menit, Nadi: 89 x/menit. Pada pemeriksaan perut ibu didapatkan hasil pada fundus
teraba lunak dan tidak melenting, punggung kanan, presentasi kepala dan sudah masuk panggul 3/5,
DJJ (+) 138 x/menit. Pada pemeriksaan dalam yang dilakukan didapatkan hasil pembukaan 6 cm,
portio lunak, ketuban (+), UUK, lendir darah.
Rasionalisasi: dengan memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan agar ibu mengetahui
keadaan ibu dan janin yang ada dalam kandungannya serta mengetahui apakah ibu sudah masuk
persalinan atau belum saat ini sehingga kekhawatirannya akan berkurang.
Evaluasi : ibu dan keluarga merasa lega atas kemajuan persalinan.
2. Memberitahu suami dan keluarga yang mendampingi untuk selalu mendukung dan memenuhi
kebutuhan ibu dalam melewati fase-fase persalinan.
Rasionalisasi: dukungan yang baik akan membantu ibu menurunkan rasa nyeri yang diderita. Dalam
kondisi relaks, tubuh akan memproduksi hormon bahagia yang disebut endorphin yang akan
menekan hormon stressor, sehingga rasa nyeri yang dirasakan akan berkurang. Dukungan diberikan
oleh suami akan membuat ibu lebih nyaman dan lebih menikmati setiap perjalanan persalinan,
semakin ibu menikmati proses persalinan maka ibu akan merasa lebih relaks akibatnya ibu tidak
lagi terfokus pada rasa nyeri persalinan, sehingga nyeri persalinan tidak lagi terasa (Hilmansyah,
2011).
Evaluasi : Suami dan keluarga selalu mendampingi ibu dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan
oleh ibu seperti menemani ke kamar mandi, memenuhi asupan nutrisi ibu dan lain sebagainya.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi (pernapasan dalam) saat ada kontraksi untuk mengurangi rasa
nyeri dengan menarik nafas panjang dari hidung dan mengeluarkan dari mulut.
Rasionalisasi : Dengan menarik nafas dalam-dalam pada saat ada kontraksi dengan menggunakan
pernapasan dada melalui hidung akan mengalirkan oksigen ke darah yang kemudian dialirkan
keseluruh tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin yang merupakan penghilang rasa sakit yang
alami didalam tubuh (Winny, 2015).
Evaluasi : ibu dapat melakukan teknik relaksasi (pernapasan dalam) rasa nyeri berkurang
sehingga rasa cemas dapat diminimalkan.
5. Mengajarkan kepada pendamping persalinan yaitu suami dan keluarga untuk melakukan pijatan pada
bagian punggung bawah dan sacrum.
Rasionalisasi : Teknik ini dapat membantu mengurangi nyeri pinggang persalinan akibat kontraksi
uterus dan memberikan kenyamanan pada ibu selama persalinan.
Evaluasi : suami melakukan pijatan pada bagian punggung bawah ibu saat ibu merasakan
nyeri dan ibu tampak lebih nyaman.
7. Menganjurkan ibu untuk makan nasi dan minum teh manis jika tidak ada kontraksi.
Rasionalisasi : pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu untuk memberi makanan ringan dan cairan yang
cukup selama persalinan memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Apabila
dehidrasi terjadi dapat memperlambat atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang
efektif.
Evaluasi : ibu tidak ingin makan apapun, dan bersedia minum teh hangat.
9. Observasi keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan berupa observasi DJJ dan kontraksi
(HIS) tiap 30 menit, pemeriksaan dalam tiap 4 jam, nadi dan pernafasan tiap 30 menit, tekanan darah
dan suhu tiap 4 jam.
Rasionalisasi : pemantauan dilakukan secara berkala agar dapat mengetahui kemajuan persalinan
dan kesejahteraan ibu dan janin
Evaluasi : hasil observasi DJJ 134 x/ menit, his 5 x 10 menit, 40 detik.
KONTROL HIS
Nama Ibu : Ny. S
Umur: 33 Tahun
Alamat: RT. 17 Teratai
Tgl/Ja DJ Ketuba Pembuka Penurun His T/D N S RR Urin
m J n an an e
Kepala
19-11- 138 Utuh 6 cm H III 3x10’/ 110/70 80 36,0 20 100
2021/ 40’’
14.00
Wib
Evaluasi nyeri
Evaluasi: Pada saat kontraksi pukul 14.00 wib dilakukan asuhan sayang ibu pada kala I
untuk mengurangi rasa nyeri dilakukan 3x massage counter pressure selama his
berlangsung dan dalam waktu 10 menit dan ibu merasa rasa nyeri berkurang
setelah dilakukan counterpressur dengan skalanyeri awal 9 (Nyeri berat) berubah
menjadi 6 (Nyeri sedang) .
Evaluasi: Pada saat kontraksi pukul 14.30 wib dilakukan asuhan sayang ibu pada kala I
untuk mengurangi rasa nyeri dilakukan 4x massage counter pressure selama his
berlangsung dan dalam waktu 10 menit dan ibu merasa rasa nyeri berkurang
setelah dilakukan counterpressur dengan skalanyeri awal 6 (Nyeri berat) berubah
menjadi 5 (Nyeri sedang) .
Evaluasi: Pada saat kontraksi pukul 14.45 wib dilakukan asuhan sayang ibu pada kala I
untuk mengurangi rasa nyeri dilakukan 5x massage counter pressure selama his
berlangsung dan dalam waktu 10 menit dan ibu merasa rasa nyeri berkurang
setelah dilakukan counterpressur dengan skalanyeri awal 5 (Nyeri sedang)
berubah menjadi 3 (Nyeri ringan) .
CATATAN PERKEMBANGAN I
A. DATA SUBJEKTIF :
Ibu mengatakan kencang kencang semakin sering, perut bagian bawah semakin
nyeri, keluar air-air seperti pipis dan rasa ingin buang air besar.
B. DATA OBJEKTIF :
1. Pemeriksaan umum :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compose mentis
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernafasan : 23 kali/menit
Nadi : 86 kali/menit
Suhu : 36,4 0 C
3. Pemeriksaan fisik
Abdomen :
His 4 kali / 10 menit, durasi 45 detik. Intensitas kuat. DJJ 146 kali/ menit,
irama teratur.
Kandung kemih kosong.
Genetalia :
Perineum menonjol, vulva dan anus membuka serta ada pengeluaran
darah.
4. Pemeriksaan dalam jam 14.45 WIB
Dilakukan pemeriksaan VT :Pemeriksaan dalam pembukaan 10 cm,
dinding vagina licin, porsio tidak teraba, KK (-), moulase (0), presentasi
belakang kepala, UUK pada jam 14.40 wib.
54
C. ANALISA DATA
Parturien kala II
D. PENATALAKSANAAN
1. Melihat adanya tanda persalinan kala II.
Rasionalisasi : untuk memastikan memang ibu memang sudah siap untuk
dipimpin meneran atau mengedan.
Evaluasi : sudah tampak dorongan meneran, perineum menonjol, dan
vulva membuka.
2. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu Tekanan Darah :
110/70 mmHg, Suhu : 36,4˚C Respirasi : 23 x/menit, Nadi : 86 x/menit.
Pemeriksaan dalam : portio tipis dan pembukaan 10 cm.
Rasionalisasi : agar ibu mengetahui kondisinya dan bayi dalam
kandungannya serta ibu mengetahui bahwa sudah memasuki proses
pengeluaran bayi.
Evaluasi : ibu mengetahui kondisinya dan bahagia bahwa sebentar lagi
akan bertemu dengan bayinya.
3. Memeriksa lagi alat partus steril, dan menyiapkan diri dengan
memakai APD.
Rasionalisasi : alat partus harus siap agar proses persalinan lancar dan
menyiapkan diri dengan memakai APD untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuh dari paparan darah, semua jenis cairan tubuh dan lainnya.
Evaluasi : alat partus sudah lengkap
4. Mengatur posisi ibu yang membuat ibu merasa nyaman.
Rasionalisasi : posisi yang dirasakan paling nyaman membuat ibu lebih
rileks dan memudahkan proses persalinan.
Hasil : ibu mengambil posisi dorsal recumbent
5. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar.
a. Menutup mulut, jangan mengeluarkan suara agar tidak kelelahan
b. Meletakkan kedua tangan ibu di paha dan tarik paha ibu jika terasa
sakit
c. Mengangkat kepala, tempelkan dagu ke dada sambil melihat perut
ibu.
d. Mengedan seperti BAB keras.
55
e. Melarang ibu mengangkat bokong saat mengedan.
Rasionalisasi : mengedan akan membantu otot rahim mendorong bayi
menuju jalan lahir. Kemampuan seorang ibu untuk mengedan dengan
benar akan menentukan keadaan bayi yang dilahirkan.
Evaluasi : Ibu siap untuk meneran jika ada kontraksi dengan baik.
6. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi dan
memberikan air minum untuk ibu.
Rasionalisasi : ibu dianjurkan istirahat jika sednag relaksasi untuk
mengurangi kelelahan dan minum untuk mencegah dehidrasi
Evaluasi : ibu istirahat dan minum air putih pada saat tidak kontraksi.
7. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat dan spontan untuk meneran serta tampak kepala 3-4 cm di
depan vulva.
Rasionalisasi : meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit
bernapas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan
risiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan oksigen
melalui plasenta.
Evaluasi : ibu dapat mengikuti dan kooperatif.
8. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Rasionalisasi : Untuk menghindari langsung kontak darah dan
perlindungan diri, menggunakan sarung tangan DTT untuk mencegah
terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh kuman
Evaluasi : sarung tangan DTT sudah dipakai pada kedua tangan.
9. Melakukan stenan pada saat kepala janin sudah terlihat pada vulva
dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan tangan kanan
dilapisi kain dan satu tangan menahan defleksi kepala. Anjurkan ibu
meneran hingga lahirlah berturut-turut kepala, dahi, hidung, mulut, dagu.
Rasionalisasi : Pada saat melakukan manajemen aktif kala II tujuan
tangan kanan diletakkan diperinium adalah untuk menahan agar tidak
terjadi rupture yang spontan pada perineum, dan tangan kiri menahan
defleksi kepala terlalu cepat
Evaluasi : sudah dilakukan prasat stenan APN 60 langkah.
10. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin dan tunggu
kepala melakukan putaran paksi luar.
56
Rasionalisasi : Mencek lilitan tali pusat sangat penting dilakukan karena
pada bayi yang terdapat lilitan tali pusat sulit untuk dilahirkan, sebab
dapat mempengaruhi penurunan janin dan kemungkinan terjadi asfiksia
karena lilitan tali pusat yang erat pada leher bayi dapat mempengaruhi
pernafasan bayi.
Evaluasi : tidak terdapat lilitan tali pusat pada leher janin dan kepala
janin selesai melakukan putaran paksi luar..
11. Memegang kepala bayi secara biparietal untuk melahirkan bahu,
menarik lembut kearah bawah dan luar untuk melahirkan bahu lalu
setelah bahu lahir, melakukan sangga susur melahirkan badan dan
tungkai.
Rasionalisasi : Melahirkan bahu bayi secara berhati-hati secara
biparental untuk dapat memudahkan penolong untuk melahirkan bahu
bayi dan Melahirkan badan dan tungkai dengan cara sanggah susur
bertujuan untuk mengendalikan kelahiran siku, tangan, badan dan
tungkai bayi saat melewati perineum agar tidak terjadi rupture yang
berlebihan
Evaluasi : Bahu depan, bahu belakang lahir dan tidak ada distosia bahu,
badan lahir dengan terkendali, bayi lahir spontan pukul 15.00 WIB.
12. Melakukan penilaian selintas seperti apakah bayi segera
menangis, bergerak aktif dan warna kulit kemerahan(Afgar score).
Rasionalisasi : Bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi kelainan dan
dapat mengetahui tindakan segera yang harus dilakukan untuk
menyelamatkan bayi
Evaluasi : bayi langsung menangis, kulit kemerahan dan gerak aktif
13. Mengevaluasi lama persalinan dan jumlah perdarahan.
Rasionalisasi : untuk mengetahui apakah ada komplikasi yang terjadi
selama persalinan
Evaluasi : jumlah pengeluaran darah ±50cc.
57
CATATAN PERKEMBANGAN II
59
CATATAN PERKEMBANGAN III
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan lelah, tetapi senang karena bayi dan ari-arinya telah lahir
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compose mentis
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/80mmHg
Pernafasan : 20 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,5oC
3. Pemeriksaan fisik
Abdomen :
Berkontraksi, TFU 2 jari dibawah pusat, dan kandung kemih kosong
Genetalia : Rupture perineum Grade II
(Ada luka laserasi pada mukosa vagina hingga otot perineum).
C. ANALISA DATA
Parturien kala IV dengan laserasi perineum derajat II
D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan
kepada ibu bahwa ada robekan di jalan lahir sehingga perlu dilakukan
penjahitan.
Rasionalisasi : agar ibu mengetahui kondisi kesehatannya
Hasil : Ibu mengerti.
60
2. Menganjurkan ibu BAK bila ingin dan melakukan penjahitan laserasi
perineum derajat 2 pada luka bekas rupture dengan benang vikril, dengan
heating jelujur subkutikuler
Rasionalisasi : untuk menjaga kandung kemih agar tetap kosong sehingga
kontraksi uterus berjalan dengan baik. Penjahitan dilakukan Agar dapat
mempersatukan jaringan yang luka sehingga proses penyembuhan luka
cepat dan menhindari terjadinya infeksi.
Evaluasi : kandung kemih masih kosong dan heacting sudah dilakukan
pada mukosa vagina hingga otot perineum dengan jahitan jelujur.
3. Membersihkan ibu dari sisa-sisa air ketuban, lendir, dan darah serta
memasang popok serta mengganti pakaian ibu dengan pakaian yang bersih
dan kering.
Rasionalisasi : agar ibu merasa nyaman jika dalam keadaan bersih dan
lingkungan yang bersih.
Evaluasi : ibu sudah dibersihkan dan diganti pakaiannya.
4. Melakukan dekontaminasi pada alat persalinan menggunakan larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit lalu cuci dengan air sabun dan bilas dengan
air bersih, kemudian alat disterilkan dengan sterilisator.
Rasionalisasi : untuk menurunkan transmisi penyakit dan pencegahan
infeksi pada alat-alat instrument persalinan.
Evaluasi : alat-alat persalinan sudah didekontaminasi.
5. Membuang semua bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
Rasionalisasi : agar mencegah infeksi nosokomial baik kepada klien
maupun petugas kesehatan.
Evaluasi : bahan-bahan telah dibuang sesuai jenis sampah.
6. Menganjurkan ibu cara masase yaitu dengan telapak tangan pada perut ibu
dengan gerakan melingkar hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi
keras)
Rasionalisasi : Masase uterus untuk memastikan uterus tetap berkontraksi
sehingga tidak terjadi perdarahan
Evaluasi : Ibu mengerti cara masase uterus dan fundus teraba keras
7. Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan.
61
Rasionalisasi : pemenuhan makan dan minum perlu karena setelah
melahirkan energi banyak yang terpakai.
Evaluasi : ibu bersedia untuk makan makanan yang telah disediakan dan
minum segelas teh hangat.
8. Mengobservasi tanda-tanda vital, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih
dan perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit
pada 1 jam kedua.
Rasionalisasi : Pemantauan 2 jam pasca persalinan sangat penting sebab
sebagian besar kesakitan dan kematian disebabkan oleh perdarahan dan
eklamsia serta infeksi sehingga perlu dipantau ketat
Evaluasi : terlampir dipartograf
9. Melengkapi partograf.
Rasionalisasi : bukti pendokumentasian yang digunakan sebagai aspek
legal seorang bidan.
Evaluasi : partograf telah dilengkapi dimulai dari pukul 13.30 WIB.
62
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Ny.S (33 Th) G2P101 hamil 39-40 minggu dengan inpartu kala I
fase aktif di VK RSUD HAMBA, ibu datang ingin melahirkan di Rumah sakit.
Dilakukan pemeriksaan mulai dari anamnesa, tanda-tanda vital, inspeksi, palpasi,
auslkultasi, perkusi, dalam keadaan normal, pengukuran TFU sesuai dengan usia
kehamilan, DJJ dalam keadaan normal.
Pada kasus Ny.S didapat diagnose bahwa ibu dalam keadaan inpartu dan
sudah mengalami pembukaan dan kontraksi yang adekuat. Menurut teori
Persalinan adalah suatu proses alamiah yang dialami ibu dan mengakibatkan
terjadinya beberapa perubahan kondisi fisiologis pada ibu. Meskipun demikian,
ada beberapa perubahan yang tidak dapat diadaptasi oleh ibu sehingga
menimbulkan suatu masalah. Masalah tersebut bisa terjadi sejak awal kehamilan
hingga akhir proses persalinan. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah
masalah yang berkaitan dengan ketidaknyamanan dan kecemasan.
Secara fisiologis seluruh wanita yang melahirkan akan mengalami nyeri
selama proses persalinan dan secara statistik rasa nyeri persalinan tidak dapat
ditoleransi oleh dua dari tiga ibu bersalin. Kondisi nyeri yang tidak terkelola
dengan baik akan menimbulkan berbagai efek bagi ibu maupun janin. Ada banyak
penyebab dari timbulnya nyeri persalinan yaitu adanya pembukaan serviks,
penurunan kepala janin, kontraksi pada rahim dan perubahan lainnya akan
menimbulkan stimulus bagi syaraf nyeri dan akhirnya terjadilah rasa nyeri.
Namun saat ibu mengalami nyeri, banyak faktor yang dapat mempengaruhi nyeri
yang dirasakan dan cara mereka bereaksi terhadapnya. Faktor-faktor ini dapat
meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, toleransi terhadap nyeri
dan mempengaruhi reaksi terhadap nyeri. Setelah dilakukan pengkajian pada Ny.
S usia 33 tahun G2P1A0 UK 39-40 minggu didapatkan data bahwa Ny. S
mengalami masalah nyeri persalinan yang telah dikeluhkan sejak merasakan
kencang-kencang teratur dan kecemasan menyambut persalinan.
Pemberi asuhan pelayanan harus memperhatikan kenyamanan ibu yang
akan melahirkan, salah satunya adalah penanganan nyeri persalinan. Penolong
persalinan seringkali melupakan untuk menerapkan teknik pengontrolan nyeri, hal
ini akan menyebabkan ibu bersalin memiliki pengalaman persalinan yang buruk,
63
mengalami trauma persalinan yang dapat menyebabkan postpartum blues, maka
sangat penting untuk penolong persalinan memenuhi kebutuhan ibu akan rasa
aman dan nyaman. Upaya untuk menurunkan nyeri pada persalinan dapat
dilakukan baik secara farmakologi maupun non farmakologi.
Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibanding dengan metode
non farmakologi, namun metode farmakologi lebih mahal, dan berpotensi
mempunyai efek samping yang kurang baik. Sedangkan metode non farmakologi
lebih murah, simpel, efektif dan tanpa efek yang merugikan dan dapat
meningkatkan kepuasan selama persalinan, karena ibu dapat mengontrol
perasaannya dan kekuatannya.
Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Danuatmaja & Meiliasari
(2008) bahwa Metode non-farmakologi sangat beragam yang dapat digunakan
untuk membantu mengurangi rasa nyeri, diantaranya massage/pijatan. Pada
umumnya,ada dua teknik pemijatan yang dapat dilakukan dalam persalinan, yaitu
teknik Back-Effleurage dan Counter-Pressure, yang relatif cukup efektif dalam
mengurangi nyeri daerah pinggang saat persalinan dan relatif aman dikarenakan
tidak menimbulkan efek samping.
Beberapa contoh metode non farmakologi yang dapat digunakan untuk
menurunkan nyeri antara lain teknik relaksasi, imajinasi, pergerakan dan
perubahan posisi, umpan balik biologis, abdominal lifting, effleurage, hidroterapi,
hipnoterapi, homeopati, terapi counter pressure, terapi musik, akupresur,
akupunktur, dan aromaterapi. Massage counter pressure adalah pijatan yang
dilakukan dengan memberikan tekanan yang terus-menerus pada tulang sakrum
pasien dengan pangkal atau kepalan salah satu telapak tangan. Pijatan counter
pressure dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini
efektif menghilangkan sakit punggung pada persalinan.
Hal ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Lowdemilk, dkk
(2013) Counter-Pressure merupakan tekanan yang menetap yang diberikan oleh
seseorang dengan menekankan kepalan atau bagian bawah telapak tangan ke
daerah sakral. Teknik ini terutama membantu ketika nyeri punggung disebabkan
oleh tekanan oksipital terhadap saraf tulang belakang ketika kepala bayi berada di
posisi posterior. Teknik Counter Pressure merupakan salah satu metode yang
dapat mengurangi nyeri tajam dan memberikan sensasi menyenangkan dan
melawan rasa tidak nyaman pada saat kontraksi atau diantara kontraksi.
64
Penelitian yang dilakukan oleh nadia dkk di Wilayah Kerja Puskesmas
Cirimekar mengenagi pengaruh massage counter pressure terhadap nyeri
persalinan kala I dan kecepatan pembukaan didapat hasil yang menunjukkan
massage counter-pressure secara bermakna dapat mengurangi nyeri persalinan
dengan nilai rata-rata pada kelompok intervensi (2,15) dan kelompok kontrol
(0,25) dengan nilai p value= 0,000 (p<0,05) dapat disimpulkan ada pengaruh
pemberian massage counter-pressure terhadap adaptasi nyeri persalinan kala
I. Nilai rata-rata kecepatan pembukaan pada kelompok intervensi (505,50
menit) dan kelompok kontrol (817,25 menit) dengan nilai p value= 0,000
(p<0,05) sehingga dapat diartikan ada pengaruh pemberian massage counter-
pressure terhadap kecepatan pembukaan persalinan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Raudatul, dkk pada efektifitas
tehnik counter pressure dan eondorphin massage terhadap nyeri persalinan
kala I pada ibu bersalin di RSUD Ajibarang didapat hasil teknik counter
pressure adalah 2,364 lebih besar dibandingkanrata-rata penurunan
nyeripadateknik endorphin massage yaitu2,273 . Dari hasil uji t didapatkan
pula teknik counter pressure hasilnya lebih besar yaitu 8,480 dibandingkan
pada teknik endorphin massage yaitu 8,333 sehingga dapat disimpulkan
bahwa teknik counter pressure lebih efektif dibandingkan teknik endorphin
massage.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
endah, dkk dengan judul “Teknik massage counter pressure terhadap
penurunan intensitas nyeri pada kala I fase aktif pada ibu bersalin di
RSUD.Dr.M,M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo ”Berdasarkan
penelitian didapatkan hasil p value 0,000 < 0,05 yaitu ada pengaruh tehnik
masase counter pressure terhadap penurunan intensitas nyeri Kala I Fase Aktif
pada ibu bersalin. Sehingga didapatkan kesimpulan: Ada pengaruh signifikan
Tehnik massase counter pressure terhadap penurunana intensitas Nyeri Kala I
Fase Aktif pada ibu bersalin di RSUD DrM.M Dunda Limboto Kabupaten
Gorontalo.
Pada kasus ini Ny. S, ibu mau mengikuti tindakan yang dilakukan oleh
bidan, dimana bidan memberikan asuhan sayang ibu untuk mengurangi nyeri
persalinan dengan teknik massage counter pressure. Pengurangan nyeri
persalinan dengan cara non farmakologi adalah Masase Conterpresure dengan
65
melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau
ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi dan atau memperbaiki
situasi(Rosalina 2017).
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dilakukan kesimpulan bahwa
teknik massage conter pressuere yang dilakukan pada Ny. S pada
persalinanan kala I, dapat berjalan dengan baik, dimana nyeri persalinan yang
ibu rasakan jauh berkurang dibandingkan dengan tidak dilakukan massage
tersebut. Hal ini berarti sejalan dengan beberapa teori dan evedenbest
kebidanan mengenai teknik mengatasi nyeri persalianan dengan metode
Masase Conterpresure .
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari asuhan kebidanan pada ibu
bersalin yaitu:
a. Mahasiswi sudah melakukan pengumpulan data dasar pada Ny. S
usia 33 tahun G2P1A0 UK 39-40 di VK RSUD HAMBA Muara
Bulian .
b. Mahasiswi sudah mampu melakukan interpretasi data pada Ny. S
usia 33 tahun G2P1A0 UK 39-40 di VK RSUD HAMBA Muara
Bulian .
c. MahasiswisudahmampumelakukandiagnosapadaNy. S usia 33 tahun
G2P1A0 UK 39-40 di VK RSUD HAMBA Muara Bulian .
d. Mahasiswi sudah mampu mengidentifikasi kebutuhan segera
pada Ny. S usia 33 tahun G2P1A0 UK 39-40 di VK RSUD HAMBA
Muara Bulian .
e. Mahasiswi sudah mampu memberikan asuhan perencanaan pada
Ny.S usia 33 tahun G2P1A0 UK 39-40 di VK RSUD HAMBA Muara
Bulian .
f. Mahasiswi sudah mampu memberikan asuhan pelaksanaan pada
Ny.S usia 33 tahun G2P1A0 UK 39-40 di VK RSUD HAMBA Muara
Bulian .
g. Mahasiswi sudah mampu memberikan asuhan evaluasi pada Ny.S
usia 33 tahun G2P1A0 UK 39-40 di VK RSUD HAMBA Muara
Bulian
B. Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis
dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin normal.
2. Bagi Institusi
67
Diharapkan Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai
sumber referensi khususnya tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin
normal.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi
banding dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal.
4. Bagi Profesi Bidan
Diharapkan dapat menjadi bahan teoritis maupun aplikatif bagi
profesi bidan dalam asuhan komprehensif pada ibu bersalin normal.
68
69
DAFTAR PUSTAKA
Asri, Dewi. H. dan Cristine Clervo P. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Depkes. RI. 2012. Buku Acuan Persalinan Normal. JNP-KR (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
Kesehatan Reproduksi). Jakarta.
Hanum, N.S., 2011. Karakteristik dan Faktor-Faktor Penyebab Kematian Maternal dan
Perinatal. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Indrayani, dkk.(2013). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Trans Info Media. Jakarta.
Johariyah & Ema Wahyu Ningrum. (2012). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Trans Info Media. Jakarta.
Manuaba, I.B.G dr. Prof.; Pengantar Kuliah Obstetri : “Ketuban Pecah Dini”; Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta 2009; hal 456-460.
Mochtar R. ;Sinopsis Obstetri Edisi XIV : “Ketuban Pecah Dini”, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2012 : hal 285 – 287.
Rohani, dkk.(2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Salemba Medika. Jakarta.
Winknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Atun R.M., Surtiningsih. 2016. Efektifitas Tehnik Counter Pressure dan Endorphin Massage
Terhadap Nyeri Persalinan Kala 1 Pada Ibu Bersalin di RSUD Ajibarang. Jurnal Ilmiah
Kesehatan.
Endah Y., Hasnawatty S. P., Suwarni L., 2019. Teknik Massage Counterpressure Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Kala 1 Fase Aktif Pada Ibu Bersalin di RSUD. Dr. MM. Dunda
Limboto Kabupaten Gorontalo. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 17(2): 2549-7006.
Rilyani, Arianti L, Wiagi. 2017. Pengaruh Counter Pressure Terhadap Skala Nyeri Persalinan di
Rumah Sakit Daerah May Jend. HM . Ryacudu Kotabumi Lampung Utara. Jurnal
Kesehatan Holistik 2 (4): 257-264
71