Anda di halaman 1dari 10

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

IVCN
Konferensi Virtual Internasional ke-4 tentang Keperawatan
Volume 2021

Kertas konferensi

Dukungan Keluarga dalam Mengontrol Tekanan


Darah Pasien Lansia di Fasilitas Kesehatan
Selama Pandemi Covid-19 di Banjarmasin
Gertrudis Tutpai, Ermeisi Er Unja, and Florentina Nura
Program Sarjana Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan, Banjarmasin, Indonesia
ORCID:
Gertrudis Tutpai: https://orcid.org/0000-0001-7249-8264

Abstrak
Pada saat penulisan, kasus Covid19 terus meningkat di Banjarmasin. Lansia takut pergi ke
fasilitas kesehatan untuk mengontrol tekanan darahnya karena takut tertular penyakit ini.
Namun, pemeriksaan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sangat penting, dan
tanpa adanya staf medis yang berkualitas, keluarga mereka perlu mengambil peran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan
pengendalian tekanan darah pasien lanjut usia di fasilitas kesehatan. Penelitian ini
Penulis yang sesuai: merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dengan menggunakan
Gertrudis Tutpai lembar dokumentasi dan angket tentang dukungan keluarga. Dipilih melalui purposive
srgertrudis@gmail.com
sampling, 50 orang dari keluarga dengan hipertensi dilibatkan dalam penelitian ini. Periode
penelitian Mei sampai Juli 2020. Analisis data menggunakan uji Chi Square pada= 0,05. Hasil
Diterbitkan: 15 Maret 2021
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga
Layanan penerbitan disediakan oleh yang baik (56%). Untuk kontrol kepatuhan fasilitas kesehatan, sebagian besar responden
Pengetahuan E
memilih 'Tidak Patuh' (40%). Analisis Chi Square menunjukkan p value = 0,024 dengan
signifikansi 0,05 < 0,05 ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap pengendalian
Gertrudis Tutpai dkk. Ini

artikel didistribusikan di bawah


tekanan darah di fasilitas kesehatan. Perawat diharapkan dapat berpartisipasi dalam upaya
syarat dari Creative Commons pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
Lisensi Atribusi, yang lansia penderita hipertensi.
mengizinkan penggunaan yang tidak terbatas dan

redistribusi dengan ketentuan bahwa Kata kunci: Lansia, Kontrol Tekanan Darah, Dukungan Keluarga, Hipertensi
penulis dan sumber asli adalah

dikreditkan.

Seleksi dan Peer-review di bawah

tanggung jawab IVCN

Panitia Konferensi.

1. Perkenalan

Pandemi Covid-19 (COVID-19) dinyatakan sebagai pandemi global setelah jumlah infeksi
di seluruh dunia mencapai lebih dari 121.000 kasus [1]. Seiring berjalannya waktu,
semakin banyak orang yang panik dan ketakutan karena jumlah yang terinfeksi
terus meningkat termasuk di Indonesia. Peningkatan jumlah penderita ini menimbulkan

kekhawatiran secara umum, dimana pengaruhnya bagi masyarakat adalah mempermudah

timbulnya kecemasan dan stres [2]. Peningkatan jumlah kasus Covid-19 juga

si Er Unja, dan Florentina Nura, (2021), “Dukungan Keluarga untuk Mengontrol Tekanan Darah Lansia
andemik di Banjarmasin” di Konferensi Virtual Internasional ke-4 tentang Keperawatan, Ilmu Hayati KnE, halaman 268
IVCN

terjadi di Banjarmasin, sehingga masyarakat di Banjarmasin juga mengalami kecemasan


terhadap penularan penyakit tersebut [3].

Kelompok yang rentan mengalami stres psikologis selama pandemi Covid-19 adalah anak-
anak, lansia, dan tenaga kesehatan. Data statistik penduduk lanjut usia oleh Badan Pusat
Statistik bahwa penduduk lanjut usia termasuk dalam kelompok yang rentan terhadap
infeksi virus corona. Lansia dengan penyakit kardiovaskular dan hipertensi memiliki risiko
lebih tinggi untuk terinfeksi dan menderita Covid-19 [5].

Ketakutan yang dirasakan oleh lansia penderita hipertensi akan tertular penyakit tersebut

menyebabkan mereka menjadi takut untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan atau sekedar

melakukan pengobatan hipertensi setiap minggunya. Padahal pemeriksaan tekanan darah pada

lansia yang menderita hipertensi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Kontrol

rutin ke fasilitas kesehatan seperti pemeriksaan tekanan darah dan mengikuti senam hipertensi

akan membantu penurunan tekanan darah pasien usia lanjut. Pemeriksaan tekanan darah secara

teratur akan membantu lansia terhindar dari risiko komplikasi hipertensi seperti penyakit jantung,

stroke, dan penyakit pembuluh darah lainnya yang dapat dicegah.

Kecemasan atau stres yang dirasakan berdampak pada lansia penderita


hipertensi. Stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tekanan darah
pasien lanjut usia menjadi tidak stabil [6, 8]. Pengakuan petugas puskesmas yang
bertugas mendata pasien hipertensi di masa pandemi Covid 19 ini, jadwal
kunjungan pasien lansia dengan hipertensi berkurang. Pasien lansia dengan
hipertensi biasanya dijadwalkan setiap 2 minggu untuk memeriksakan tekanan
darahnya dan minum obat hipertensi. Kenyataannya saat ini masih banyak lansia
penderita hipertensi yang datang hanya 1 kali dalam sebulan karena alasan takut ke
Puskesmas.

Kepatuhan pasien lansia dalam kontrol rutin membutuhkan dukungan dari


keluarga. Lansia yang pernah mengalami penurunan fungsi dan memiliki penyakit
kronis seperti hipertensi sangat membutuhkan dukungan dan bantuan dari orang
lain. Sebuah penelitian menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan
lansia, sikap lansia, keterjangkauan pelayanan kesehatan dan dukungan keluarga
dengan praktik kunjungan lansia ke posyandu lansia. Keluarga merupakan support
system utama bagi lansia dalam menjaga kesehatannya. Peran keluarga dalam
perawatan lansia adalah menjaga atau merawat lansia, memelihara dan
meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi dan
memberikan motivasi serta memfasilitasi kebutuhan spiritual lansia.

DOI 10.18502/kls.v6i1.8614 halaman 269


IVCN

Sebuah keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan, yaitu dukungan informasi, dukungan

penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional [12]. Ini adalah strategi pencegahan

terbaik untuk meningkatkan dukungan keluarga yang kuat dalam membantu anggota keluarga

menjaga kesehatan. Keluarga yang baik akan berdampak positif bagi perkembangan lansia, begitu juga

sebaliknya. Hasil penelitian Herlinah tentang hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia

dalam pengendalian hipertensi menunjukkan ada hubungan antara dukungan emosional, dukungan

reward, dukungan informasi dan dukungan instrumental keluarga dengan perilaku lansia dalam

pengendalian hipertensi, dan didapatkan bahwa dukungan informasi merupakan faktor dominan

dalam perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi [14].

Berdasarkan semua penjelasan di atas tentang pentingnya dukungan keluarga, peneliti tertarik

untuk mengetahui tentang Dukungan Keluarga terhadap Pengendalian Tekanan Darah Pasien

Lansia Di Fasilitas Kesehatan Selama Pandemi Covid 19

2. Metode dan Peralatan

2.1. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian observasional dengan
desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien lansia
(>60 tahun) yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam selama bulan
Januari – Mei 2019 sebanyak 150 keluarga yang menderita hipertensi. Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 50 orang yang merupakan perwakilan dari keluarga lansia
penderita hipertensi. Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling dimana kriteria sampel telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2020 sampai dengan Juli 2020. Lokasi penelitian

berada di kawasan Teluk Dalam Kota Banjarmasin. Analisis data dilakukan dalam 2 tahap, yaitu

analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel hasil

penelitian: data demografi: usia responden, pekerjaan, jenis kelamin dan pendidikan masing-

masing partisipan, dukungan keluarga dan kepatuhan skrining pasien hipertensi lansia. Analisis

bivariat dilakukan dengan uji Chi Square untuk melihat apakah ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan kepatuhan pasien lanjut usia dalam pemeriksaan kesehatan.

DOI 10.18502/kls.v6i1.8614 halaman 270


IVCN

2.2. Peralatan

Peneliti menggunakan kuesioner family support yang telah divalidasi sebelumnya. Kuesioner
dukungan keluarga disusun menurut teori dukungan keluarga meliputi dukungan emosional
dan penghargaan untuk 4 item, dukungan materi untuk 3 item, dukungan informasi atau
pengetahuan dan dukungan penilaian untuk 3 item. Untuk hasil dukungan keluarga
digunakan 3 kategori yaitu baik, sedang, dan rendah [15]. Data kepatuhan akan dilihat dari
lembar dokumentasi daftar kunjungan pasien lansia hipertensi yang melakukan kontrol.

3. Hasil

3.1. Karakteristik responden

TABEL 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga Lansia Penderita Hipertensi.

Usia F %
20-Des 12 24%
21-40 23 46%
41-65 10 20%
> 65 5 10%
Total 50 100%
Jenis kelamin F %
Manusia 26 52%
Wanita 24 48%
Total 50 100%
Pendidikan F %
Sekolah Dasar (SD) 10 20%
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 19 38%
Sekolah Menengah Atas (SMA) 20 40%
Cendekiawan 11 22%
Total 50 100%

Berdasarkan karakteristik responden pada tabel 1 mayoritas responden berusia


21-40 (46%), mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 responden
(52%). Mayoritas responden jika dilihat dari karakteristik pendidikan berpendidikan
SLTA terbanyak adalah 20 responden (40%).

DOI 10.18502/kls.v6i1.8614 halaman 271


IVCN

TABEL 2: Distribusi Dukungan Keluarga untuk Lansia dengan Hipertensi.

Dukungan keluarga F %
Bagus 28 56%
Sedang 15 30%
Rendah 7 14%
Total 50 100

3.2. Distribusi Dukungan keluarga

Hasil pada tabel 2 tampak bahwa dukungan keluarga pada lansia dengan hipertensi berada pada

kategori dukungan baik (56%), sedangkan pada kategori sedang (30%), dan dukungan rendah

(14%).

3.3. Distribusi Data Kontrol untuk Lansia Penderita Hipertensi

TABEL 3: Distribusi kepatuhan kontrol lansia hipertensi ke fasilitas kesehatan

Kontrol Kepatuhan n %
Sepenuhnya Sesuai 14 28%
Sesuai sebagian 16 32%
Tidak Sesuai 20 40%
Total 50 100

Berdasarkan hasil tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia penderita hipertensi
tidak patuh untuk mengontrol tekanan darahnya di fasilitas kesehatan yaitu 20 orang (40%).

3.4. Hubungan Dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol pasien


lanjut usia

TABEL 4 Hubungan tabel silang antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan kontrol pasien lansia
hipertensi ke fasilitas kesehatan

Dukungan keluarga Kepatuhan kontrol Total


Sepenuhnya Sesuai Sesuai sebagian Tidak Sesuai
Bagus 12 (24%) 9 (18%) 7 (14%) 28
Sedang 2 (4%) 25 (10%) 8 (16%) 15
Rendah 0 2 (4%) 5 (10%) 7
50
Total 14 (28%) 16(32%) 20(40%)
100

Chi-kuadrat: 0,024; Tanda tangan 0,05 (α = 0,05)

DOI 10.18502/kls.v6i1.8614 halaman 272


IVCN

Hasil dari tabel pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang baik membuat

pasien selalu kontrol ke fasilitas kesehatan sebesar 24%, dukungan keluarga baik tetapi kurang patuh

dalam kontrol kesehatan sebanyak 18%, dan dukungan keluarga baik tetapi kepatuhan kontrol tidak

sesuai sebanyak 14%. Dukungan keluarga cukup tetapi kepatuhan kontrol dalam kategori patuh adalah

4%, sedangkan dengan dukungan keluarga cukup tetapi kontrol tidak patuh adalah 16%. Tampaknya

juga bahwa dukungan keluarga yang buruk hanya mengarah pada kategori kurang patuh 4% dan 10%

tidak patuh.

4. Diskusi

Berdasarkan hasil tabel 1 untuk Karakteristik responden diperoleh hasil bahwa mayoritas

responden berusia dewasa muda (21-40 tahun) sebanyak 23 orang (40%). Keluarga dalam rentang

usia tersebut harus memiliki pengetahuan dan mampu memberikan perhatian, motivasi, dan

informasi kepada klien tentang hal-hal yang dapat mengarah pada keadaan yang lebih buruk.

Salah satu penelitian menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka tingkat kematangan

seseorang akan semakin matang dalam berpikir dan bekerja. Dalam hal kepercayaan publik,

orang yang matang akan lebih dipercaya daripada orang yang tidak cukup tinggi kedewasaannya.

Mayoritas responden berdasarkan jenis kelamin memberikan hasil pada tabel 1 adalah laki-laki 26

(52%). Pada saat penelitian, jumlah responden laki-laki yang keluarganya memiliki lansia dengan

hipertensi lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan, hal ini dikarenakan ada

beberapa responden perempuan yang tidak bersedia menjadi responden pada saat penelitian

dilakukan, dan biasanya dari keluarga yang mewakili salah satunya. orang kepada responden dalam

mengisi kuesioner.

Hasil pada tabel 1 juga menunjukkan pendidikan terbanyak adalah SMA yaitu 20 orang (40%)

dan SMP 19 (38%). Data tersebut menunjukkan bahwa meskipun lebih banyak di SLTA, namun

tidak dapat diremehkan bahwa mayoritas responden juga masih berpendidikan rendah seperti

SLTP. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula seseorang

memperoleh informasi. Penelitian sebelumnya juga mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan

yang ada [17].

Sebelumnya pada Tabel 2 diperoleh hasil bahwa dukungan keluarga mayoritas lansia penderita

hipertensi berada pada kategori dukungan baik yaitu sebanyak 28 orang (56%). Keluarga memiliki

peran penting karena setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawab masing-

masing dan mereka semua memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Tanggung jawab dan

kebutuhan satu sama lain dalam keluarga menyebabkan saling membutuhkan antara

DOI 10.18502/kls.v6i1.8614 halaman 273


IVCN

satu sama lain. Anggota keluarga juga memberikan dukungan emosional yang membantu pasien

mengatasi stres penyakit mereka. Ketika keluarga memberikan dukungan kepada pasien, kondisi

pasien akan membaik. Peningkatan dukungan keluarga akan berhubungan dengan kontrol

tekanan darah yang lebih baik pada pasien hipertensi [18]. Dukungan yang diberikan oleh

anggota keluarga menunjukkan kepedulian dan perhatian keluarga sehingga pasien hipertensi

akan termotivasi untuk menjalani pengobatan dengan baik dan benar.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar lansia dengan hipertensi tidak


patuh mengontrol fasilitas kesehatan sebanyak 20 orang (40%). Angka
ketidakpatuhan ini didasarkan pada ketakutan pasien terhadap pandemi covid-19
yang saat ini sedang terjadi. Beberapa pasien menjelaskan bahwa mereka takut
pergi ke puskesmas atau rumah sakit karena risiko penularan penyakit. Salah satu
penyebab kematian tertinggi akibat Covid-19 adalah faktor usia. Secara biologis
penduduk lanjut usia akan mengalami proses penuaan yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik [2]. Hal ini dapat membuat tubuh lebih rentan
terhadap penyakit tertentu. Yang menambahkan, faktor penyakit bawaan seperti
asma, diabetes mellitus, atau penyakit kardiovaskular juga menjadi penyebab
kecenderungan tertular Covid-19 dengan prognosis yang buruk.

Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji chi-square pada dukungan keluarga


terhadap kepatuhan kontrol pasien lansia menunjukkan nilai p value sebesar 0,024 dengan
taraf signifikansi 0,05. Karena nilai p lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Hasil tersebut berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol
lansia penderita hipertensi.

Dukungan keluarga cukup berpengaruh bagi pasien dalam mengontrol penyakitnya. Keluarga

merupakan salah satu pendukung utama penderita hipertensi lansia dalam menjaga kesehatannya.

Keluarga berperan penting dalam perawatan dan pencegahan kesehatan pada anggota keluarga

lainnya. Dukungan keluarga memiliki hubungan yang erat dengan kepatuhan minum obat sehingga

dukungan keluarga diharapkan dapat ditingkatkan untuk mendukung keberhasilan terapi hipertensi.

Dukungan emosional yang baik dengan memberikan asuhan, motivasi dan perhatian kepada

keluarga lansia dengan hipertensi diharapkan dapat membantu pasien lansia untuk

menghilangkan stress dan ketakutan yang berlebihan sehingga pengendalian pasien ke fasilitas

kesehatan akan berjalan dengan baik. Penyampaian informasi, pengetahuan, dan petunjuk yang

benar tentang hipertensi diharapkan dapat mendukung program pengobatan pasien. Salah satu

penyebab pasien mengalami kegagalan dalam mengontrol hipertensi adalah

DOI 10.18502/kls.v6i1.8614 halaman 274


IVCN

karena kurangnya tingkat kepatuhan. Pengendalian pasien terhadap penyakitnya akan memberikan hasil

yang efektif jika dididik tentang pengetahuan, ide, pikiran dan perasaan terhadap hipertensi, sehingga terjadi

pengendalian tekanan darah yang efisien [22,23]. Tugas tersebut diharapkan dapat dilakukan oleh keluarga di

rumah sebagai pihak yang memiliki lebih banyak waktu dengan pasien.

Adanya dukungan material atau finansial yang baik dalam sebuah keluarga juga akan berdampak pada

kepatuhan pasien untuk melakukan kontrol kesehatan di fasilitas kesehatan. Kesulitan keuangan dapat

menyebabkan ketidakstabilan dan ketakutan dalam sebuah keluarga [23]. Keseimbangan keuangan diperlukan untuk

program pengobatan hipertensi yang berkelanjutan dan keseimbangan keuangan diperlukan untuk

mempertahankan terapi yang sedang dilakukan. Dalam pengendalian kesehatan sangat diperlukan dukungan

keluarga, karena keluarga berperan sebagai kelompok primer yang berperan sebagai pengingat.

Dukungan pengkajian yang diperlukan disini adalah diharapkan keluarga dapat berperan serta secara

langsung dalam mendorong pasien untuk mematuhi kontrol hipertensi ke fasilitas kesehatan. Keluarga juga

memberikan bantuan untuk memutuskan makanan apa yang baik untuk dikonsumsi, aktivitas fisik yang tepat

dan bagaimana kesehatan menjadi prioritas dalam keluarga [18]. Keluarga berperan penting dalam

mendorong dan memperkuat perilaku pasien dalam kepatuhan pasien lanjut usia untuk melakukan

pengendalian kesehatan.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan kontrol kesehatan pasien lansia dalam melakukan kontrol kesehatan ke fasilitas

kesehatan. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan pasien lansia untuk selalu rutin melakukan

kontrol tekanan darah di fasilitas kesehatan di masa pandemi seperti sekarang ini. Tenaga

kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat berperan serta dalam upaya pemberdayaan

keluarga untuk meningkatkan upaya pelayanan kesehatan khususnya pasien lanjut usia dengan

hipertensi.

Pengakuan

Terima kasih kepada STIKES Suaka Insan Banjarmasin yang telah berkontribusi dan mendukung penelitian ini

sehingga dapat berjalan dengan baik.

Konflik kepentingan

Para penulis tidak memiliki konflik kepentingan untuk diumumkan.

DOI 10.18502/kls.v6i1.8614 halaman 275


IVCN

Referensi

[1] Utomo, AP (2020). WHO Umumkan Covid-19 sebagai Pandemi Global. Diakses pada 22
Agustus. www.kompas.com.

[2] Ilpaj, SM dan Nurwati, N. (2020). Analisis Pengaruh Kematian Covid-19 Terhadap Kesehatan

Jiwa Masyarakat di Indonesia.Jurnal Pekerjaan Sosial, vol. 3, hlm. 15-28.

[3] Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2020).Tanggapan Covid-2019. Diperoleh


dari https://corona.kalselprov.go.id/.

[4] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9. (2020). Pedoman


Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Penyakit Covid-19 2019 (COVID-19).
[5] Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). (2019).Statistik Penduduk Lansia 2019.
Jakarta: Badan Pusat Statistik
[6] Ibrahim, HS dan Zakirullah, S. (2013). Perbedaan Nilai Tekanan Darah Lansia
dengan Hipertensi Sebelum dan Setelah Senam Lansia.Jurnal Ilmu Keperawatan,
vol. 1, hlm. 35-43.
[7] Bangun, AP (2012). Terapi Jus Buah & Ramuan Tradisional untuk Hipertensi.
Jakarta: Agro Media Pustaka.
[8] Ayu, PS, Yusuf, A. dan Ena, DW (2014). Perubahan Tekanan Darah pada Lansia
dengan Hipertensi melalui Terapi Berkebun.Jurnal Keperawatan Kritis, Medis,
dan Bedah, vol. 3, hal 1-10.
[9] Palmer, A. dan Williams, B. (2007). Hipertensi. Jakarta: Erlangga.
[10] Rahmawati, S. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Kunjungan
Lansia ke Posyandu Lansia Desa Sukahaji Kecamatan Sukahaji Kabupaten
Majalengka. (Skripsi, Universitas Diponegoro, 2011).
[11] Maryam, S., dkk. (2008).Mengenal Usia Tua dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
[12] Friedman, M. (2010). Penelitian, Teori, dan Praktik Keperawatan Keluarga (5th ed.). Jakarta:

EGC.

[13] Handayani, D. dan Wahyuni. (2012).Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kepatuhan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Posyandu Lansia Jetis Desa
Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan Gaster, vol. 9, hlm.
49-58.
[14] Lili, H., Wiwin. W. dan Etty, R. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku
Lansia dalam Pengendalian Hipertensi.Jurnal Keperawatan Komunitas, vol. 1, hal 108-
115.

DOI 10.18502/kls.v6i1.8614 halaman 276


IVCN

[15] Friedman, M. (2011). Buku Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktik. Jakarta: EGC.

[16] Nursalam. (2011).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

[17] Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Kesehatan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

[18] Rosland, AM (2009). Berbagi Perawatan: Peran Keluarga dalam Penyakit Kronis.
Diperoleh dari www.chcf.org.

[19] Lubis M. (2013). Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Garis


Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara.
Sumatera Utara: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

[20] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 854/MENKES/SK/IX/2009.

[21] Susanto, Y. (2015). Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien
Hipertensi Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Cuka Kabupaten Tanah Laut.
Jurnal Ilmiah Manuntung, edisi 1, hlm. 62-67
[22] Costa, RS dan Nogueira, LT (2008). Dukungan Keluarga dalam Pengendalian Hipertensi.
Revista latino-americana de enfermagem, 16(5), 871–876. https://doi.org/10.1590/
s0104-11692008000500012

[23] Kitayama, S., dkk. (2010). Kemandirian dan Saling Ketergantungan Memprediksi Kesehatan dan

Kesejahteraan: Pola Berbeda di Amerika Serikat dan Jepang.Perbatasan dalam Jurnal Psiko,

edisi 163, hlm. 1-10.

[24] Osamor, PE (2015). Dukungan Sosial dan Manajemen Hipertensi di Southwest


Nigeria.Jurnal kardiovaskular Afrika, 26(1), 29–33. https://doi.org/10.5830/
CVJA-2014-066 hlm. 29-33.

DOI 10.18502/kls.v6i1.8614 halaman 277

Anda mungkin juga menyukai