Anda di halaman 1dari 5

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


Sementer : VII
LABORATORIUM KUALITAS DAYA Waktu : 4 Jam

PERCOBAAN 6
PENGUKURAN KUALITAS DAYA PADA
BEBAN KONVERTER 1 FASA

6.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui karakteristik dari converter 1 fasa.
2. Mengetahui nilai THD, PF, DPF, KF dan spectrum harmonisa yang terkandung dalam
beban converter 1 fasa.

6.2 Dasar Teori Penunjang


Sebuah penyearah merupakan yangkaian yang mengkonversi sinyal ac menjadi dc.
Diode banyak digunakan sebagai komponen penyearah. Biasanya disusun secara
jembatan.

Gambar 6.1. Sebuah Penyearah Jembatan

Pada Gambar 6.2 menggambarkan bentuk gelombang dari penyearah gelombang


penuh 1 fasa.

Gambar 6.2. Bentuk Gelombang dari Penyearah Gelombang Penuh 1 Fasa


1
Gambar 6.3. Output Gelombang Arus dar Penyearah Penuh 1 Fasa

Karena umumnya beban adalah bersifat HIL (High Inductive Load) seperti
misalnya motor dan coil, maka menyebabkan arus pada sisi dc berbentuk lurus tanpa
ripple karena ripple difilter oleh beban HIL, sehingga bentuk arus input menjadi seperti
pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.4. Bentuk Arus Input

2
Spectrum arus untuk bentuk Nonsinusoidal adalah seperti tampak pada gambar di
bawah :

Gambar 6.5. Spektrum Arus untuk Bentuk Nonsinusoidal

6.3 Rangkaian Percobaan

Gambar 6.6. Rangkaian Percobaan Konverter 3 Fasa 6 Pulsa

6.4 Peralatan dan Bahan


1. Variac (VR) 3 phasa (1 buah)
2. Voltmeter AC (0-300 V) (1 buah)
3. Amperemeter AC (0-10 A) (1 buah)
4. Lampu Pijar (100 W) (1 buah)
5. Power Meter (Fluke Meter) (1 buah)
6. Beban Induktif (1 buah)

3
L = 927,5 mH
C = 2,7 uF
R = 51,5 Ohm
Q = 11,4
W= 40 W

6.5 Langkah Kerja


1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Hubungkan rangkaian seperti pada Gambar 6.6
3. Atur tegangan input sampai outputnya maximum 220 Vdc
4. Atur beban HIL berupa penambahan Ballast sehingga bentuk gelombang input menjadi :

5. Ukur kualitas daya pada sisi input menggunaka Fluke 41B, namun sebelumnya
pastikan urutan fasanya dengan RST meter. Besaran-besaran VL, IL, P, PF, DPF, KF
bentuk gelombang dan spectrum seperti table pengukuran.
6. Buat kesimpulan.
7. Kerjakan tugas dan soal.

6.6 Tabel Hasil Pengukuran


V I DP THD THD
No. Beban PF Kf h1 h3 h5 h7 h9 h11 h13
(Volt) (A) F i v
100%
0,4
1 Lampu 220 1 1 1,4 % 1,4 % 1 0,43 - - - - - -
4
A
Lampu 100%
0,8
2 parallel 220 1 1 1,6 % 1,6 % 1 0,86 - - - - - -
8
Lampu A
82,4 52,5 1,8 8,9 5,6 1,8
2%
Motor 0,9 0,7 0,9 56,6 % % 6% % % %
3 220 1,6 % 4,9 0,0
DC 5 9 6 % 0,769 0,49 0,1 0,0 0,0 0,0
2A
A A 7A 8A 5A 2A

6.7 Analisa
Pada percobaan 6 kali ini adalah “Pengukuran Kualitas Daya pada Beban
Konverter Satu Fasa”. Pada percobaan 6 ini beban yang digunakan adalah Beban Lampu,
Beban lampu Parallel, dan beban Motor DC. Percobaan ini berfungsi agar pengukuran
mampu melihat karakteristik dari beban terutama beban converter satu fasa.
Pada percobaan pertama, beban yang digunakan adalah lampu dengan input AC
yang digunakan sebesar 220 V dan nilai-nilai yang didapatkan adalah nilai arus kecil, PF
4
dan DPF unity dan THDi maupun THDv di bawah 1,5 %. Dan pada beban pertama ini
tidak terdapat harmonisa 3, 5, 7 dan sebagainya, karena yang terlihat pada Fluke Meter
hanya harmonisa fundamental.
Pada percobaan kedua yang diganti hanya bebannya, dimana beban yang
digunakan adalah lampu yang diparallel. Pada beban kedua ini tegangan inputnya sama,
dan parameter nilai yang diambil juga sama, nilai arus yang didapat pada beban kedua ini
lebih besar daripada beban pertama yaitu 0,88 A. pada beban pertama arusnya sebesar
0,44 A. hal ini sesuai rumus hokum Ohm yaitu, V = I x R. Dimana beban yang diparallel
nilainya lebih kecil, sehingga arus yang masuk menjadi besar. Untuk nilai PF dan DPF
unity yaitu 1. Hal ini karena beban yang digunakan bersifat resistif murni sehingga cos phi
bernilai sama dengan satu (unity). Karena PF unity maka tidak terdapat harmonisa, pada
fluke meter harmonisa yang terlihat hanya harmonisa fundamental.
Pada beban ketiga menggunakan beban motor DC. Beban ini nilainya berbeda jauh
dengan dua beban sebelumnya. Hal ini karena motor DC memiliki lilitan medan, lilitan
jangkar dan torque. Starting motor pun ada sendiri, namun kali ini motor langsung di start
dari variac. Namun startingnya harus perlahan karena motor memiliki arus starting yang
besar, ketika arusnya sudah berada pada nilai nominal artinya kecepatan motor DC sudah
konstan. Dengan tegangan input sama seperti dua beban sebelumnya yaitu 220 V, maka
didapatkan nilai arus 0,98 A, PF bernilai 0,79 atau tidak unity karena pengaruh dari torque
motor, DPF = 0,96 jika pada pengukuran terdapat DPF tidak sama dengan PF maka beban
tersebut memiliki DF atau Displacement Faktor yang mengakibatkan nilai PF tidak unity.
THD arus sangat besar yaitu 56,6 & namun THD tegangan sangat kecil yaitu 1,6 %.
Dikarenakan beban motor DC memiliki Kf besar yaitu 4,9 maka pada gambar gelombang
harmonisa menunjukkan banyaknya harmonisa, tidak hanya harmonisa fundamental, tapi
juga terlihat harmonisa ke 3, 5, 7, 9, 11 dan 13. Begitu pula nilai arusnya juga terlihat.
Dari gambar gelombang tegangan input dan output terlihat bahwa beban lampu
terlihat pada tegangan outputnya memiliki peak to peak lebih kecil dibandingkan
gelombang inputnya. Sedangkan beban parallel lampu memiliki gelombang tegangan
output hamper sama dengan input. Sedangkan pada beban motor DC tegangan outputnya
menjadi hilang fasa negatifnya (terlihat pada laporan sementara gambar 3). Dan pada
gambar harmonisa terlihat tidak hanya ada harmonisa fundamental saja.

6.8 Kesimpulan
- Pada pengukuran Kualitas Daya Beban Satu Fasa, dengan beban resistif murni seperti
lampu memiliki nilai PF unity.
- Selain pada beban resistif murni memiliki nilai PF = 1, beban resistif murni juga tidak
memiliki harmonisa selain harmonisa fundamental.
- Pada beban converter satu fasa seperti motor DC yang memiliki torque, maka nilai PF
tidak sama dengan satu.
- Selain itu, beban motor DC juga memiliki nilai harmonisa fundamental dan harmonisa
ganjil.

Anda mungkin juga menyukai