صالِحً ا مِّن َذ َك ٍر أَ ْو أُن َثى َوه َُو م ُْؤ ِمنٌ َف َل ُنحْ ِي َي َّن ُه َح َيا ًة َط ِّي َب ًة َ َمنْ َع ِم َل
َ َُو َل َنجْ ِز َي َّن ُه ْم أَجْ َر ُه ْم ِبأَحْ َس ِن َما َكا ُنوا َيعْ َمل
ون
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-
Nahl: 97)
Seorang mukmin sejati itu selalu merasakan ketenangan hati dan kenyamanan
jiwa. Dia menyadari bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengatur segala
sesuatu dengan kehendak-Nya.
Tanda Kebahagiaan
Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa tanda kebahagiaan itu ada 3 hal. 3 hal
tersebut adalah bersyukur ketika mendapatkan nikmat, bersabar ketika
mendapatkan cobaan dan bertaubat ketika melakukan kesalahan. Beliau
mengatakan: sesungguhnya 3 hal ini merupakan tanda kebahagiaan seorang
hamba dan tanda keberuntungannya di dunia dan di akhirat. Seorang hamba
sama sekali tidak pernah bisa terlepas dari 3 hal tersebut:
Siapa saja yang menjalankan lima prinsip di atas akan merasakan kebahagiaan
di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika lima prinsip di atas tidak dilaksanakan
dengan sempurna maka akan menyebabkan kesengsaraan selamanya.
Dalam hidup ini di samping ada nikmat yang harus disyukuri, juga ada berbagai
ujian dari Allah dan kita wajib bersabar ketika menghadapinya. Ada tiga rukun
sabar yang harus dipenuhi supaya kita bisa disebut orang yang benar-benar
bersabar.
1. Menahan hati untuk tidak merasa marah terhadap ketentuan Allah.
2. Menahan lisan untuk tidak mengadu kepada makhluk.
3. Menahan anggota tubuh untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak di
benarkan ketika terjadi musibah, seperti menampar pipi, merobek baju dan
sebagainya.
Inilah tiga rukun kesabaran, jika kita mampu melaksanakannya dengan benar
maka cobaan akan berubah menjadi sebuah kenikmatan.
Ada ulama salaf yang mengatakan, “Pada malam hari orang-orang gemar sholat
malam itu merasakan kelezatan yang lebih daripada kelezatan yang dirasakan
oleh orang yang bergelimang dalam hal yang sia-sia. Seandainya bukan karena
adanya waktu malam tentu aku tidak ingin hidup lebih lama di dunia ini.”
Ulama’ salaf yang lain mengatakan, “Aku berusaha memaksa diriku untuk bisa
sholat malam selama setahun lamanya dan aku bisa melihat usahaku ini yaitu
mudah bangun malam selama 20 tahun lamanya.”
***
Sumber: https://muslim.or.id/457-resep-hidup-bahagia.html