Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di era informasi seperti saat ini, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
seolah-olah telah menjadi sebuah kebutuhan primer setiap keluarga. Hampir di setiap
rumah baik di kota bahkan sampai ke desa-desa selalu menghadirkan berbagai bentuk
hasil karya teknologi tersebut sebagai bagian kelengkapan bagi penghuni rumahnya.
Hasil karya teknologi komunikasi dan informasi menjadi “orang asing” yang akibat
globalisasi telah menjadi begitu leluasa hadir di tengah-tengah keluarga, mengajari
penggunanya apa saja setiap saat, mengubah pola hidup, mendatangkan kebiasaan-
kebiasaan baru, bahkan dikatakan bahwa kebutuhan akan teknologi tersebut sebagai
bentuk orang hipnotis canggih yang mampu mengubah perilaku dan cara mereka
berkomunikasi dengan orang lain.

Peradaban hidup manusia secara berkesinambungan mengalami perubahan dan terus


berkembang dari waktu ke waktu hingga mencapai titik puncaknya melalui peneman-
penemuan baru. Terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang digunakan tentu saja disesuaiakan dengan tingkat
peradaban kehidupan manusia, baik tradisional maupun modern. Teknologi merupakan
salah satu faktor dalam mempengaruhi perubahan sosial. Teknologi hampir selalu
menjadi ciri modernitas, seorang individu seolah belum layak dikatakan sebagai manusia
modern jika belum bersentuhan dengan teknologi. Salah satu ciri masyarakat tradisional
adalah masih menerapkan dan menggunakan teknologi terbatas, menggunakan tenaga
manusia untuk ukuran masyarakat modern. Sedangkan masyarakat modern adalah
masyarakat yang dalam semua aspek kehidupannya ditandai dengan menggunakan
berbagai alat, media maupun prasarana yang memberikan efektivitas dan efesiensi waktu,
tenaga, pikiran, dan modal. Seiring perkembangan teknologi informasi yang berkembang

1
pesat di era globalisasi, smartphone sebagai alat komunikasi yang sangat diminati dan
paling banyak digunakan oleh masyarakat, mulai dari masyarakat kota sampai ke pelosok
desa. Baik dari kalangan dewasa, anak kecil, pada kalangan pebisnis, para mahasiswa,
serta para pelajar. Dengan berbagai macam alasan dan kepentingan atas kepemilikian
smartphone. Munculnya istilah cybercomunity (masyarakat maya) dimana orang mampu
berkomunikasi tanpa di batasi oleh ruang dan waktu melalui dunia maya, dan
mendapatkan segala informasi dalam hitungan detik. Populernya smartphone karena
menjadi sebuah kehidupan yang trendsentter saat ini, para konsumen terbawa oleh arus
mode, termasuk menginginkan teknologi canggih seiring berkembangnya zaman. Industri
budaya secara perlahan membuat masyarakat semakin menggemari produk-produk
budaya kontemporer. Berbagai spesifikasi yang memadai dengan harga yang setara
dengan kualitasnya, ditambah lagi imagenya sebagai ponsel kelas atas, maka masyarakat
semakin berambisi untuk dapat memiliki smartphone.

Teknologi menjadi salah satu faktor perubahan dalam masyarakat, baik dari sisi
perubahan kebutuhan serta perilaku manusia dalam penggunan teknologi khsususnya
smartphone. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin
mudahnya berkomunikasi. Kemudahan berkomuikasi ini dirasakan oleh seluruh umat
manusia,menjadikan hubungan antar bangsa terasa dekat,dan menghilangkan sekat dalam
komunikasi antarbudaya. Perubahan sikat dapat dibentuk oleh komunikasi yang efektif.
Kegiatan komunikasi bukan hanya membuat orang lain mengerti dan mengetahui pesan
yang disampaikan,melainkan juga agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau
keyakinan,ajakan,perbuatan atau kegiatan. Pada umumnya tidak ada model yang paling
sempurna yang diterima secara luas,kecuali elalui komunikasi kultural yang berkenaan
dengan cara manusia mempertahankan kehidupan.

Smartphone adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi,


kadang-kadang dengan fungsi yang menyerupai komputer. Belum ada standar pabrik
yang menentukan arti Smartphone. Bagi beberapa orang, smartphone merupakan telepon
yang bekerja menggunakan seluruh perangkat lunak sistem operasi yang menyediakan
hubungan standar dan mendasar bagi pengembang aplikasi. Bagi yang lainnya,

2
Smartphone hanyalah merupakan sebuah telepon yang menyajikan fitur canggih
seperti surel (surat elektronik), internet dan kemampuan membaca buku elektronik 
(e-book) atau terdapat penyambung VGA. Dengan kata lain, Smartphone merupakan
komputer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon.
Smartphone atau telepon pintar kini menjadi barang yang wajib dimiliki oleh setiap
orang, masyarakat saat ini memang sangat antusias untuk menggunakan telepon pintar
sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama. Para pengguna smartphone atau
telepon pintar hadir dari latar belakang yang beragam seperti, para pegawai kantoran,ibu-
ibu rumah tangga, pelajar dan tidak terkecuali mahasiswa, bahkan anak-anak usia dini
pun sudah menggunakan smartphone.
Perlu kita ketahui juga anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun.
Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak yang
berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini (Augusta, 2012) adalah
individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam
aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus
yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai
definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun
yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.
Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau masa emas. Pada
masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan
berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap
individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang
serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak
akan mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik. 8 Masa kanak-kanak
merupakan masa saat anak belum mampu mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Mereka cenderung senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang
sendiri dan sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan
demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek
perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Potensi anak

3
yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif,
bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Bedasarkan latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah yaitu :

Bagaimana dampak penggunaan smartphone terhadap perkembangan anak usia dini?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1.3.1 Tujuan dari penulisan reading course ini untuk mengetahui dampak penggunaan
smartphone terhadap perkembangan anak usua dini.

1.3.2 Manfaat Penulisan

a. Manfaat Teoritis
1. Sebagai bahan masukan bagi orang tua agar selalu memperhatikan permainan
apa yang layak dan harusnya diberikan oleh orang tua pada anak usia dini.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan ilmiah dan diharapkan akanmenjadi
bahan sajian dan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait, tambahan referensi
dan kontribusi dalam bidang ilmu psikologis.
b. Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan masukan bagi kita semua dalam upaya meningkatkan
komunikasi yang lebih baik dan efektif untuk sekarang dan masa akan
datang.
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lebih lanjut dimasa yang akan datang.

4
BAB II

TEORI DAN STUDI PUSTAKA

2.1 TEORI
2.1.1 Teori Interaksionalisme simbolik
Dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, peneliti menggunakan teorinya
George Herber Mead yaitu Intraksionisme simbolik. Bahwa kenyataan sosial George
Herber Mead atau apa yang bisa di amati melalui adanya simbol atau lambing. Adapun
pemikiran dari Mead dapat dipahami melalui konsep diri dan organisasi (Doyle Paul
Jhonson, 1986: 17) yaitu:
a. Konsep diri, dapat dipahami sebagai sebuah pertanyaan tentang siapa aku
menjelaskan tentang adanya sadar diri, konsep sadar diri menggambarkan bahwa
keberadaannya dengan orang lain dalam hal berinteraksi. Menjelaskan bahwa dirinya
bagian dari orang lain dimana dirinya terlibat dengan orang lain.
b. Organisasi, dapat dipahami sebagai kesadaran individu mengenai keterlibatannya
dengan orang lain secara khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang
berlangsung atau dalam suatu komunitas yang sedang berlangsung (organisasi).

Kesadaran ini merupakan hasil dari proses refleksi yang tidak kelihatan dimana
individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau bersifat potensial dari titik pandangan
orang lain dengan siapa individu itu berhubungan. Dari adanya kedua konsep yang
dibangun dan dikembangkan oleh George Herber Mead. Bahwa hal yang terpenting
untuk dipahami dalam interaksi simbolik yaitu bagaimana simbol itu dapat dipahami
melalui konsep diri atau sadar diri dengan organisasi atau hubungan diri tersebut dengan
sekelompok orang atau komunitas di dalam masyarakat. Contoh orang melakukan sebuah
aktivitas hubungan dengan orang lain atau organisasi karena adanya tujuan atau
kepentingan tertentu (Margaret Archer, 38 2011: 3). Dari gambaran di atas dalam teori
Interaksi Simbolik menjelaskan perilaku seseorang terbentuk oleh adanya sebuah simbol.
Mereka berinteraksi melalu simbol signifikan seperti selain dari smartphone itu sendiri
melalui media atau aplikasiaplikasi yang ada pada smartphone, seseorang mampu
berkomunikasi melalu dunia maya, dan berinteraksi, mampu membuka dan
mendonwload aplikasi games dengan gratis, sehingga mengakibatkan ketergantungan dan

5
berdampak pada perilaku sosial mereka. Simbol-simbol yang terdapat pada Smartphone
merupakan sebuah fenomena sosial yang muncul akibat berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi dan bentuk jaringan sosial yang luas tanpa batas ruang dan
waktu. Dalam hidup masyarakat, akan mengadakan hubungan dengan orang lain.
Hubungan dalam sosiologi disebut interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hal yang
pokok dari kehidupan sosial, hal mendasari interaksi sosial adalah tidakan sosial. Setiap
hari manusia melakukan tindakan dengan maksud dan tujuan tertentu. Tindakan itu
umumnya berkaitan dengan orang lain, mengingat kodratnya sebagai makhluk sosial.

Interaksionalisme simbolik (Sandstrom dan Kleinma, 2005) memberikan sederetan


luas minat dan ide-ide yang penting, dan sejumlah pemikir besar yang telah dihubungkan
dengan pendekatan itu, George Herbert Mead, Csharles Horton Cooley, W. I. Thomas,
Herbert Blumer dan Erving Goffman.
Kita memulai dengan interaksionisme simbolik dengan Mead (Shalin, 2000). Dua
akar intelektual yang paling segnifikan dari karya Mead khususnya, dan interaksionisme
simbolik umumnya, adalah filsafat pragmatisme (D. Elliot, 2007) dan behaviorisme
psikologis (Joas, 1985; Rock, 1979).
Pragmatisme, pragmatisme adalah suatu pendirian filosofis yang berjangkauan luas,
yang dirinya kita dapat mengenali beberapa aspek yang memengaruhi orientasi sosiologis
Mead yang sedang berkembang(Charon, 2000; Joas, 1993).
Pertama, bagi pragmatis kebenaran sejati tidak ada “di luar sana” di duniayang nyata; ia
“diciptakan secara aktif sewaktu kita bertindak di dalam dan ke arah dunia” (Hewitt,
1984:8;lihat juga Shalin, 1986).
Kedua, orang mengingat dan mendasarkan pengetahuan mereka akan dunia pada apa
yang terbukti bermanfaat bagi mereka. Mereka mungkin mengubah apa yang tidak lagi
“berfungsi”.
Ketiga, orang mendefinisikan “objek-objek” sosial dan fisik yang mereka jumpai di
dalam dunia menurut kegunaannya bagi mereka. Akhirnya, jika kita ingin memahami
para aktor, kita harus mendasarkan pengertian pada apa yang benar-benar dilakukan
orang di dalam dunia.

6
Tiga poin sangat penting bagi interaksionisme simbolik:
1. Suatu fokus pada interaksi di antara aktor dan dunia
2. Suatu pandangan mengenai aktor maupun dunia sebagai suatu proses dinamis dan
bukan struktur-stuktur stastis.
3. Diberi arti yang besar kepada kemampuan aktor untuk menafsirkan dunia sosial.
Behaviorisme, hal yang menyokong penafsiran Lewis dan Smith atas Mead adalah
fakta bahwa Mead dipengaruhi oleh behaviorisme psikologis (J. C. Baldwin, 1986,
1988a, 1988b, Mandes, 2007), suatu perspektif yang juga membawahnya ke arah realis
dan empiris. Dalam faktanya, Mead menyebut perhatian dasarnya behaviorisme sosial
untuk membedakannya dari behaviorisme radikal dari John B. Watson (yang merupakan
salah seorang mahasiswa Mead).
Mead mengakui pentingnya perilaku yang dapat diamati, tetapi dia juga merasa
bahwa ada aspek-aspek tersembunyi perilaku yang telah diabaikan para behavioris
radikal. Akan tetapi, karena dia menerima empirisme yang merupakan dasar bagi
behaviorisme, Mead tidak sekedar ingin berfilsafat tentang fenomena tersembunyi itu.
Lebih tepatnya, dia berusaha memperluas ilmu empiris behaviorisme pada mereka yakni,
pada apa yang terjadi di antara stimulus dan respons. Bernard Meltzer merangkum
pendirian Mead. Bagi Mead, unit studi adalah “tindakan”, yang terdiri baik dari aspek-
aspek tindakan manusia yang jelas maupun yang tersembunyi. Di dalam tindakan itu,
semua kategori yang terpisah dari psikologi ortodoks tradisional mendapat suatu tempat.
Perhatian, persepsi, imajinasi, penalaran, emosi, dan seterusnya, dilihat sebagai bagian
dari tindakan-tindakan, lalu, meliputi proses total yang terlibat di dalam aktivitas
manusia.
Mead adalah pemikir yang paling penting dalam sejarah interaksionisme simbolik
(Chriss, 2005b; Joas, 2001), dan bukunya Mind Self and Socety adalah karya tunggal
yang paling penting di dalam tradisi itu.
Di dalam tinjauannya atas Mind, Self and Socety, Ellsworth Faris beragumen bahwa
“bukan pikiran dan kemudian masyarakat; tetapi masyarakat dulu dan kemudian pikiran-
pikiran yang muncul di dalam masyarakat itu, mungkin akan merupakan preferensi [nya-
Mead]” (dikutip di dalam D. Miller, 1982a: 2).

7
Di dalam pandangan Mead, psikologi sosial tradisional mulai dengan psikologi mengenai
individu dalam usaha untuk menjelaskan pengalaman sosial; kontrasnya, Mead selalu
memberi prioritas pada dunia sosial dalam memahami pengalaman itu.
Di dalam psikologi sosial, kita tidak membangun perilaku kelompok sosial di dalam
istilah-istilah perilaku para individu terpisah yang menyusunnya; lebih tepatnya, kita
sedang memulai dengan suatu keseluruan sosial tertentu kegiatan kelompok yang
kompleks, ke dalamnyalah kita menganalisis (sebagai unsur-unsur) perilaku tiap individu
terpisah yang menyusunnya. Yakni, kita berusaha menjelaskan perilaku kelompok sosial,
ketimbang menerangkan perilaku teratur kelompok sosial dari segi kelakuan individu-
individu terpisah yang termasuk ke dalamnya. Untuk psikologi sosial keseluruan
(masyarakat) ada lebih dulu di banding bagian (individu), bukan bagian mendahului
keseluruan; dan bagian yang dijelaskan dari segi keseluruhan, bukan keseluruhan dari
segi bagian atau bagian-bagian (Mead, 1934/1962: 7, pemiringan ditambahkan).
Beberapa interaksionis simbolik (Blumer, 1969: Manis dan Meltzer, 1978: A. Rose,
1962: Snow, 2001) telah mencoba menyebutkan satu demi satu prinsip-prinsip dasar teori
iru. Prinsip-prinsip itu mencakup hal-hal berikut ini:
1. Manusia, tidak seperti hewan-hewan yang lebih rendah, diberkahi dengan
kemampuan untuk berpikir.
2. Kemampuan untuk berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.
3. Dalam interaksi sosial orang mempelajari makna simbol-simbol yang memukingkan,
mereka melaksanakan kemampuan manusia yang khas untuk berpikir.
4. Makna-makna dan simbol-simbol memungkinkan orang melaksanakan tindakan dan
interaksi manusia yang khas.
5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna-makna dan simbol-simbol yang
mereka gunakan di dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka atas
situasi.
6. Orang mampu membuat modifikasi-modifikasi dan perubahan-perubahan itu,
sebagian karena kemampuan mereka berinteraksi dengan dirinya sendiri, yang
memungkinkan mereka memeriksa rangkaian tindakan yang mungkin, menaksir
keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian relatifnya, dan kemudian memilih
salah satu di antaranya.

8
7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang terangkai membentuk kelompok-kelompok
dan masyarakat-masyarakat.
Orang hanya memiliki kemampuan umum untuk berpikir. Kemampuan itu harus
dibentuk dan diperbaiki di dalam proses interaksi sosial. Pandangan demikian membawa
sang interaksionis simbolik berfokus bentuk spesifik interaksi sosial-sosialisasi.
Kemampuan manusia untuk berpikir dikembangkan sejak dini dalam sosialisasi masa
kanak-kanak dan di perbaiki selama sosialisasi masa dewasa. Penganut interaksionis
simbolik mempunyai pandangan yang berbeda mengenai proses sosialisasi dari
pandangan para sosiolog lainnya. Berbagai para interaksionis simbolik, para sosiolog
konvesional kemungkinan besar melihat sosialisasi hanya sebagai proses memulai mana
orang mempelajari hal-hal yang mereka buthkan agar dapat bertahan hidup di masyarakat
(atau misalnya, kebudayaan, pengharapan-pengharapan peran). Bagi para interaksionis
simbolik, sosialisasi adalah proses yang lebih dinamis yang memungkinkan orang
mengembangkan kemampuan untuk berpikir, untuk berkembang di dalam cara-cara yang
khas manusia. Selanjutnya, sosialisasi bukan sekedar proses satu-cara tempar sang aktor
menerima informasi, tetapi adalah suatu proses dinamis ketika sang actor membetnuk dan
menyesuaikan informasi bagi kebutuhan-kebutuhannya sendiri (Manis dan Meltzer,
1078: 6).
Para interaksionis simbolik, mengikuti Mead, cenderung menyetujui signifikasi
kausal bagi interaksi sosial. Oleh karena itu, makna berasal bukan dari proses mental
yang soliter tetapi dari interaksi. Fokus itu berasal dari pragmatisme Mead: dia berfokus
pada tindakan manusia dan interaksi, bukan pada proses-proses mental yang terisolasi.
Para interaksionis simbolik secara umum meneruskannya di dalam arahan ini. Antara
lain, perhatian sentral bukan tentang bagaimana manusia menciptakan secara mental
makna-makna dan symbol-simbol, tetapi bagaimana mereka mempelajarinya selama
interaksi secara umum dan sosialisasi secara khusus. Perhatian para interaksionis
simbolik yang terutama tertunjuk pada dampak makna dan simbol pada tindakan dan
interaksi manusia. Di sini bermanfaatlah menggunakan pembedaan yang dilakukan Mead
di antara perilaku terang-terangan dan perilaku tersembunyi. Perilaku tersembunyi adalah
proses berfikir, yang melibatkan symbol-simbol dan makna-makna. Perilaku terang-
terangan adalah perilaku aktual yang dilakukan oleh seorang aktor. Suatu perilaku terang-

9
terangan tidak meliputi perilaku tersembunyi (perilaku kebiasaan atau respons tanpa
pertimbangan terhadap stimuli eksternal). Akan tetapi, sebagian besar tindakan manusai
meliputih kedua jenis itu. Perilaku tersembunyi mendapat perhatian terbesar bagi para
interaksionis simbolik, sementara perilaku terang-terangan mendapat perhatian terbesar
oleh para teoritis pertukaran atau behavioris tradisinal pada umumnya.
2.1.2 Perilaku Sosial Atau Tindakan Sosial Max Webber
Tentang perilaku sosial Max Weber atau disebut juga tindakan sosial, sebelumnya
menurut Max Weber tentang sosiologi mendefenisikan sebagai ilmu tentang institusi-
intitusi sosial, sosiologi Weber adalah ilmu tentang perilaku sosial. Menurutnya terjadi
suatu pergeseran tekanan kearah keyakinan, motivasi dan tujuan pada diri anggota
masyarakat yang semuanya memberi dan membentuk kepada kelakuannya. Tindakan
sosial Max Weber adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna
atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Ritzer, 2010:
45). Teori tindakan mempunyai asumsi bahwa manusia pada umumnya rasional, bahwa
mereka bertindak dengan mempertimbangkan bahwa hal tersebut adalah baik bagi
mereka. Namun rasionalitas dalam jenis tindakan Weber ini tidak terbatas pada
pengertian yang sempit untuk memaksimalkan keuntungan sebagaimana ketika
digunakan dunia ekonomi. Seseorang yang melakukan sesuatu karena mengikuti
kebiasaan mungkin merupakan suatu yang sangat rasional ketika mengacu pada
rasionalitas tindakan dalam pandangan Weber. Kelakuan sosial menurut Weber juga
berakar dalam kesadaran individual dan bertolak dari situ tingkah laku individu
merupakan kesatuan analisis sosiologi. Weber berpendapat bahwa studi kehidupan sosial
yang mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja, seolah-olah tidak ada inside-
stiry dan karena itu mengesampingkan pengarahan diri oleh individu, tidak menjangkau
unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial itu. Sosiologi harus berusaha menjelaskan
kelakukan manusia dengan menyelami dan memahami seluruh sistem subjektif.
Perilaku sosial atau tindakan sosial Max Weber adalah tindakan individu
sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan
kepada tindakan orang lain (Ritzer, 2010: 45). Sebagai makhluk sosial, manusia
senantiasa akan hidup dengan melakukan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Tindakan mereka merupakan perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh

10
manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuannya. Max Weber sebagai pengemuka
eksemplar dari paradigma definisi sosial, secara defenitif merumuskan Sosiologi sebagai
ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding)
tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal. Bagi
Max Weber, studi tentang tindakan sosial berarti mencari pengertian subyektif atau
motivasi yang terkait pada tindakan-tindakan sosial. Weber menganggap subject matter
dari Sosiologi adalah tindakan sosial yang penuh arti. Dengan mempelajari
perkembangan suatu pranata secara khusus dari luar tanpa memperhatikan tindakan
manusianya sendiri, menurut Weber, berarti mengabaikan segi-segi yang prinsipil dari
kehidupan sosial. Perkembangan dari hubungan sosial dapat pula diterangkan melalui
tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu, dimana ketika ia
mengambil manfaat dari tindakan itu sendiri dalam tindakannya; memberikan perbedaan
makna kepada tindakan itu sendiri dalam perjalanan waktu. Ringkasnya paradigma ini
memiliki tiga premis yaitu:
1. Manusia adalah aktor kreatif
2. Fakta sosial memiliki arti subyektif (motivasi & tujuan)
3. Cara aktor mendefiniskan fakta sosial adalah cara mereka mendefinisikan situasi.
Paradigma ini dilandasi analisa Weber tentang tindakan sosial (sosial action).
Analisa Weber dengan Durkheim sangat terlihat jelas, jika Durkheim memisahkan
struktur dan institusi sosial, sebaliknya Weber melihat ini menjadi satu kesatuan
yangmembentuk tindakan manusia yang penuh arti atau makna.
Tindakan sosial yang dimaksud Max Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata
diarahkan kepada orang lain, dapat juga tindakan yang bersifat membatin atau bersifat
subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Atau
merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang
serupa. Atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Bertolak dari konsep
dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial itu, Max Weber mengemukakan
lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian Sosiologi, yaitu :
1. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini
meliputi berbagai tindakan nyata.
2. Tindakan nyata danyang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.

11
3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja
diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan diam-diam.
4. Tindakan itu diarahkan pada seseorang atau pada beberapa individu.
5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.
Tindakan sosial merupakan tindakan individu yang mempunyai makna atau arti
subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Sebaliknya, tindakan
individu yang diarahkan kepada benda mati atau obyek fisik semata tanpa dihubungkan
dengan tindakan orang lain bukan suatu tindakan sosial. Menurut Weber, mempelajari
perkembangan pranata haruslah juga melihat tindakan manusia. Sebab tindakan manusia
merupakan bagian utama dari kehidupan sosial.
(Prastowo, Rokhmad. 2008. Karakteristik Sosial Ekonomi Dan Perilaku Kerja Perempuan
Pedagang Asongan. Surakarta. Universitas Sebelas Maret).

2.2 STUDI PUSTAKA


2.2.1 Teknologi
Secara harfiah, teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “technologia” yang
berarti pembahasan sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Istilah tersebut
memiliki akar kata “ techne” dan “logos”, yang berarti perkataan atau pembicaraan,
sedangkan kata “techne” dalam bahasa Yunani kuno berarti seni (art), atau kerajinan
(craft). Dari makna harfiah tersebut, teknologi dalam bahasa Yunani Kuno dapat
didefenisikan sebagai seni memproduksi alat-alat produksi dan menggunakannya.
Defenisi tersebut kemudian berkembang melalui ilmu pengetahuan yang menyesuaikan
dengan kebutuhan manusia. Teknologi dapat pula dimaknai sebagai pengetahuan
mengenai bagaimana membuat sesuatu (know-how of making things) atau “bagaimana
membuat sesuatu” (know-how of doing things) atau bagaimana melakukan sesuatu”
(know-how of doing things), dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan
hasil nilai yang tiggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya Raharjo, (2002). Menurut
Alisyahbana (Nanang Martono, 2014: 204) teknologi merupakan cara melakukan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga
seakan-akan teknologi dapat memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh
anggota tubuh, pancaindra, dan otak manusia. Teknologi bukan hanya merujuk pada

12
prosedur yang diperlukan akan tetapi meliputi prosedur untuk memproduksi. Konsep
teknologi baru yang menunjuk pada timbulnya suatu teknologi yang membawa dampak
penting pada kehidupan sosial. Bagi orang yang hidup 500 tahun yang lalu, teknologi
menunjuk pada proses percetakan, sedangkan pada masa sekarang, teknologi menunjuk
pada komputer, satelit, pesawat, atau teknologi komunikasi.
Pada dasarnya teknologi adalah perangkat yang berharga karena dapat
memberikan berbagai manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengetahuan tentang teknologi ini sangat penting, hal ini disebabkan karena :
1. Teknologi berada dimana mana.
2. Teknologi dapat membantu manusia menjadi lebih produktif.
3. Teknologi itu menggairahkan dan dapat memberikan perubahan.
4. Teknologi mempertinggi karir.
Menurut Jead Baudrillard (Nanang Martono, 2014: 216), teknologi adalah simbol
kemajuan, siapa saja yang memanfaatkan teknologi, maka dalam dirinya akan tercermin
sebuah kemajuan, Baudrillard menjelaskan makna teknologi bagi status individu dalam
masyaratakat modern, selain sebagai simbol kemajuan, teknologi juga menjadi simbol
status bagi pemakainya, hal ini lebih disebabkan pada makna simbol yang melekat pada
teknologi tersebut. Teknologi akan menyiratkan semua symbol-simbol atau tanda status
yang dapat dipertontonkan kepada khalayak. Melalui iklan bagi Baudrillard adalah
kepanjangan tangan kapitalis yang mudah dikendalikan dan mudah mengendalikan pasar.
Melalui iklan setiap produk dapat ditawarkan dengan berbagai cara yang cukup meggoda
selera konsumen dan konsumen. Seolah-olah diombang-ambing dengan berbagai
penawaran dalam iklan, menwarkan kelebihan produk namun iklan tidak pernah
bertanggung jawab atas segala resiko yang timbul dari iklan tersebut. Iklan pula
menawarkan mitos, misalkan mitos kenikmatan, sehingga konsumen akan digiring untuk
mengonsumsi produk agar tampil beda.
Menurut Aguste Comte (Nanang Martono 2014: 207), pendapatnya mengenai
positivisme, akan atau rasio manusia yang mengalami perkembangan. Secara evolusioner
merupakan modal awal bagi manusia untuk menghadapi berbagai persoalan hidup yang
dihadapinya. Teknologi sebagai hasil perkembangan rasio manusia dan menjadi sebuah
simbol peradaban. Akan tetapi ketika manusia mulai mendewakan akal, teknologi pada

13
akhirnya justru diposisikan sebagai “tuhan” bagi manusia modern, manusia menjadi
hamba bagi teknologi, manusia menjadi sangat bergantung pada teknologi. Dengan
menguasai teknologi seolah-olah manusia telah mampu menguasai dunia. Teknologi
dapat diposisikan sebagai faktor yang turut melemahkan hubungan antar individu dalam
kelompok sosial. Selain itu teknologi pula melahirkan gaya hidup yang berubah, dan
teknologi telah mempengaruhi pola pikir manusia itu sendiri. Akibatnya secara tidak
langsung teknologi juga sangat mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia. Tekologi
menjanjikan :
a. Perubahan,
b. Kemajuan,
c. Kemudahan,
d. Peningkatan produktivitas,
e. Ketepatan dan kecepatan dan
f. Popularitas.
Teknologi menjadi salah satu faktor perubahan dalam masyarakat, baik dari sisi
perubahan kebutuhan serta perilaku manusia dalam penggunan teknologi khsususnya
smartphone. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin
mudahnya berkomunikasi. Kemudahan berkomuikasi ini dirasakan oleh seluruh umat
manusia,menjadikan hubungan antar bangsa terasa dekat,dan menghilangkan sekat dalam
komunikasi antarbudaya. Perubahan sikat dapat dibentuk oleh komunikasi yang efektif.
Kegiatan komunikasi bukan hanya membuat orang lain mengerti dan mengetahui pesan
yang disampaikan,melainkan juga agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau
keyakinan,ajakan,perbuatan atau kegiatan. Pada umumnya tidak ada model yang paling
sempurna yang diterima secara luas,kecuali elalui komunikasi kultural yang berkenaan
dengan cara manusia mempertahankan kehidupan.
Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu
sebagai intitusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigm utama media massa. Dalam
menjalankan paradigmanya media massa berperan:
1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannnya sebagai media edukasi.
Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya
cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.

14
2. Selain itu, media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap
saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang
terbuka dan jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka
masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat
yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi
masyarakat informative, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi
dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki
oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat
berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.
3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media
massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi
corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Sebagai agen of change
yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu
bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan demikian
media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang heterogen dalam berbagai
aspek, agama, bahasa, adat istiadat, dan sebagainya. Perbedaan tersebut dapat dipahami
jika setiap kelompok masyarakat saling berkomunikasi. Untuk berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaannya, diperlukan
pemahaman budaya.
Komunikasi antarbudaya merupakan istilah yang mencakup arti umum dan
menunjukkan pada komunikasi antara orang-orang yang mempunyai latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi tingkat
ketidakpastian tentang orang lain. Pertemuan antar dua orang dapat menimbulkan
permasalahan mengenai relasi keduanya, dan muncullah beberapa pertanyaan tentang
perasaan, sikap seseorang, dan hal-hal yang akan diperoleh jika berkomunikasi
dengannya, dan pertanyaan lain.
2.2.2 Penggunaan Smartphone Terhadap Anak Usia Dini Dan Peran Orang Tua
Didalamnya.
Kehidupan seseorang saat ini telah masuk pada dunia yang serba pilihan,
seseorang dapat memilih ia hidup dalam kelompok atau ia hidup dalam sebuah

15
masyarakat, bahkan ia boleh hidup dunia yang serba global. Seseorang juga dapat
memilih hidup dalam masyarakat lokal atau memilih hidup dalam masyarakat global,
bahkan boleh hidup didalam kedua kehidupan itu yaitu glokal (global-lokal), maka
kontak-kontak sosial menjadi sangat majemuk dan rumit. Kerumitan ini pula dipacu
dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga di mana pun ia berada , ia dapat
melakukan kontak sosial dengan siapa saja dan dimana saja yang ia inginkan. Kontak
sosial bukan saja menjadi kebutuhan, namun juga menjadi pilihan dengan siapa ia
melakukannya.
Salah satu produksi dari teknologi komunikasi dan informasi yakni smartphone.
Alat yang dapat membantu untuk memproses dan mengirim data dari satu perangkat
ke perangkat yang lainnya. Serta merupakan alat yang juga menambah kemampuan
seseorang dalam berkomunikasi antar sesama. Komunikasi sangat berkaitan dengan
perkembangan teknologi yang berperan sebagai teknis digunakan untuk memproses
dan menyampaikan informasi. Teknologi informasi sendiri adalah hasil dari
pemanfaatan teknologi yang membantu manusia dalam membuat, menyimpan dan
menyebarkan suatu informasi (Abdul Kadir & Terra CH. Triwahyuni 2003: 5).
Teknologi smartphone berasal dari bahasa Inggris yaitu ponsel cerdas adalah
telepon genggam yang mempunyai kemampuan dengan penggunaan dan fungsi yang
menyerupai komputer, perangkat telekomunikasi serbaguna. Telpon yang bekerja
menggunakan seluruh perangkat lunak sistem operasi yang menyediakan hubungan
standar yang mendasar bagi pengembang aplikasi. Ponsel cerdas merupakan sebuah
telepon yang menyajikan fitur-fitur canggih yang dapat dikatakan sebagai komputer
kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon. Suatu alat komunikasi atau
telepon selular yang dilengkapi dengan organizer digital. Smartphone merupakan
pengembangan dari telepon selular yang kemudian ditambahkan fitur dan fasilitas
lainnya sehingga menjadi telepon yang cerdas dan disebut Smartphone Menurut Gary,
Thomas J dan Misty E (2007: 139), samrtphone adalah telepon yang bisa dipakai
internetan yang biasanya menyediakan fungsi Personal Digital Assistant (PDA).
Penggunaan smartphone terhadap anak usia dini mempunyai nilai kemanfaatan
jika dikaitkan dengan media pembelajaran edukasi untuk mengembangkan
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung anak. Selain untuk mengasah

16
kemampuan kemampuan anak, smartphone juga mempunyai manfaat yang luas.
Smartphone bernilai manfaat yang besar apabila para pengguna memahami tanggung
jawab mereka terhadap penggunaan smartphone dalam hal meningkatkan bisnis,
pendidikan, kesehatan dan kehidupan sosial (AlBarashdi et al., 2016). Dengan begitu,
smartphone akan memberikan dampak positif yang luar biasa bagi para penggunanya,
tanpa memperdulikan dampak negatifnya yang begitu kecil.
Dampak negatif dalam menggunakan smartphone dengan perkembangan dan
kemajuan teknologi yang pesat dan meluas saat ini. Rata-rata penduduk di Indonesia
ini sudah memiliki gadget berupa smartphone mulai dari golongan anak anak sampai
orang dewasa. Tidak ada salahnya jika orang tua memberikan fasilitas smartphone
pada anaknya. Karena tidak semua orang tua dapat mengawasi anaknya secara
sempurna dirumah, apalagi yang kedua orang tuanya memiliki pekerjaan diluar rumah.
Tujuan orang tua meberikan fasilitas smartphone kepada anak yaitu untuk menjaga
komunikasi, memantau kegiatan anak jarak jauh serta anak tersebut tidak ketinggalan
zaman. Tapi ketika orang tua lengah sedikit mengawasi dan memantau kegiatannya.
Maka anak akan salah langkah dalam menggunkan smartphone misalnya
menggunakan nya untuk hal yang tidak bermanfaat yang berakibat menurunkan
kinerja otak anak serta membuat anak menjadi malas untuk belajar. Dampak negatif
yang terjadi pada penggunaan smartphone terhadap anak, yaitu:
1. Terbuangnya waktu saat anak sedang asik bermain smartphone atau telepon
genggam terkadang banyak anak yang lupa akan tugasnya misalnya waktu
sholat tertunda bahkan dilupakan,banyak juga anak yang lupa makan karna
sudah asik dengan smartphone yang mereka miliki.
2. Lemahnya perkembangan otak dengan asiknya anak bermain smartphone
sampai seharian maka akan menghambat daya pikir anak untuk berkreasi.
3. Mangganggu kesehatan Karena dengan menggunakan smartphne atau telepon
genggam terlalu lama maka akan mengganggu kesehatan terutama pada
kesehatan mata serta menurunnya minat baca karena anak lebih tertarik pada
game.
4. Timbulnya rasa malas Dengan adanya gadget anak menjadi banyak yang suka
bermalas malasan, lupa belajar dan terkadang ada anak yang acuh tak acuh tidak

17
membantu pekerjaan orang tuanya dirumah misalnya beres beres rumah karena
mereka lebih asik bermain smartphone yang mereka miliki.
Dampak Positif dalam menggunakan smartphone atau telepon genggam
dizaman milenial ini tidak hanya orang yang berumur diatas 17 tahun saja yang
sudah menggunakan nya, bahkan anak-anak TK dan bahkan Balita ada yang sudah
memakai smartphone seperti orang dewasa. Kebanyakan orang orang berfikir kalau
anak memakai smartphone pasti lebih banyak negatifnya. Tapi itu tidak salah karna
pasti disetiap kegiatan pasti ada dampak negatif dan positifnya. Penggunaan
smartphone pun tidak luput dari pengawasan orang tua, agar anak tidak salah
langkah dalam menggunakan nya dan anak juga tidak ketinggalan zaman. Mari kita
berfikir positifnya dulu kalau dizaman milenial ini anak tidak dikenalkan teknologi
maka akan sangat tertinggal oleh kemajuan teknologi yang semakin pesat dan luas
ini. Jadi tugas orang tua dan pendidik bukanlah menjauhkan anak dengan teknologi,
tetapi tugas pendidik dan orang tua adalah mengawasi, membatasi pemakaian serta
mengarahkan anak menjadi lebih berprestasi dengan kemajuan tekhnologi yang ada
untuk membangun anak indonesia lebih maju, berwawasan luas serta dapat
meningkatkan media pembelajaran. Dampak positif pengunaan smartphone pada
anak yaitu sebagai berikut :
1. Alat komunikasi dapat menjadi alat komunikasi untuk mempermudah dalam
berhubungan komunikasi dengan orang tua, keluarga,guru dan teman.
2. Alat informasi pembantu pembelajaran sekolah Sebagai alat pembantu
pembelajaran misalnya bisa juga dengan membuka aplikasi yang banyak juga
manfaatnya seperti dapat mengakses google book jadi anak bisa belajar
dengan menggunakan smartphone atau telepon genggam tanpa harus membeli
buku yang harganya mahal.
3. Alat untuk memutar musik atau hiburan Dengan adanya alat pemutar musik
maka anak bisa belajar mengaji dan mendengarkan tilawah serta solawat,
karena dengan pembiasaan mendengarkan bisa juga menjadi alat untuk
mempermudah anak untuk cepat menghapal Al Qur’an.

Pencegahan agar anak tidak kecanduan bermain smartphone


penggunaannya pada anak terdapat sisi positif dan negatif nya, namun apabila dari
18
orang tua sendiri membiarkan anak terus terusan bermain ponselnya tentu akan
tidak baik bagi anak itu sendiri, hal ini akan akan mempengaruhi aspek sosial dan
budaya dimana mereka akan merasa asik dan melupakan perkembangan budaya
yang ada di sekitarnya, anak akan terus berfokus pada smartphone nya selama
berjam-jam berfokus dengan dunia maya sehingga tak heran banyak anak-anak
yang meniru budaya kebarat-baratan karena pengaruh smartphone yang
dimainkan dan penyajian yang ada didalam ponsel tersebut, sehingga apabila
dibiarkan terus menerus moral bangsa akan menjadi rusak, rasa peduli terhadap
bangsanya sendiri menjadi berkurang bahkan kebudayaan-kebudayaan daerah di
bangsa ini bisa saja lenyap sebab masyarakatnya sejak dini sudah tidak
meperdulikan atau tidak mengembangkan budaya yang ada.

Agar anak- anak tidak kecanduan bermain smartphone ada beberapa


pencegahan yang bisa dilakukan yaitu:

1. Pertama, tentu dari orang tua anak itu sendiri perlu tegas dalam membatasi
anak untuk menggunakan ponselnya seperti dengan mengawasi anak saat
sedang bermain ponsel, misalnya jika waktu makan , sholat, tidur,
sebaiknya ponsel anak di sita atau diambil sementara, sekalipun dia
menangis, tetap harus bersikap tegas karna apabila dibiarkan dan dituruti
akan terus manja bahkan menjadi anak yang tidak patuh dan tidak
menghormati orang tua.
2. Kemudian yang kedua, orang tua harus sering mengajak seorang anak
berkomunikasi agar anak lebih dekat dengan orang tua, merasa lebih
nyaman mengobrol dengan menjadi teman dan pendengar yang baik bagi
anak sehingga anak tersebut tidak akan merasa kesepian dan orang tua pun
menjadi banyak tau tentang keinginan atau kemauan anaknya, meskipun
orang tua sibuk bekerja namun tetap harus meluangkan waktu sebentar
untuk berkomunikasi dengan anak, dengan begitu orang tua juga dapat
membantu anak mengembangkan komunikasinya dengan orang lain.
3. Lalu ketiga, ajak anak liburan atau berrekreasi ke tempat alam saat waktu
senggang seperti seperti mengajak anak ke kebun binatang, pantai dan

19
lain-lain agar anak lebih peka terhadap lingkungan dan alam sekitarnya,
sekaligus menghilangkan penat karena kegiatan-kegiatan dirumah yang
sama setiap harinya, dengan begitu anak pun akan lupa dengan gadgetnya
dan menikmati liburannya serta menghiangkan penat dan rasa bosan yang
dijalani setiap harinya dirumah.
4. Dan yang terakhir, ajak anak untuk mengenal teman sebayanya, jika orang
tua mempunyai anak laki-laki, orang tua harus membiarkan atau bahkan
meminta anak untuk bermain dengan teman-temannya, seperti bermain
dengan anak-anak di lingkungan sekitar rumah, misalnya bermain sepak
bola, kelereng, dan lain-lain, jika mempunyai anak perempuan biarkan dia
bermain masak-masakan, boneka-bonekan, dan lain-lain dengan begitu
anak-anak akan lupa akan ponselnya, namun orang tua juga tetap harus
memastikan bahwa anak mereka bermain pada lingkungan yang tepat,
karena teman sebaya juga dapat berpengaruh pada pembentukan karakter
anak.

Adapun tips dari dokter anak kepada para orang tua agar mereka
tidak kecanduan bermain ponsel seperti:

1. Menjadi contoh bagi anak, misalnya orang tua jangan bermain gadget
atau ponsel saat sedang berkumpul dengan anak.
2. Mengajarkan anak untuk meminta izin terlebih dahulu jika ingin
bermain ponsel
3. Menetapkan wilayah bebas handphone, seperti di meja makan, kamar
tidur, di mobil (kendaraan)
4. Ajarkan anak untuk menahan diri bermain gadget seperti dengan
memberikan pujian atau hadiah kepada anak apabila anak tersebut
mampu seharian tidak memainkan gadgetnya.
5. Memberikan aktivitas menarik kepada mereka seperti memberikan les
misalnya les bermain musik, renang, tari, dan lainlain sesuai dengan
minat serta bakat anak sendiri.

20
Smartphone pada anak usia TK 4-6 tahun yang ditujukan kepada orangtua
dilihat dari beberapa aspek yaitu:
a. Alasan orangtua memberikan smartphone kepada anak mereka yaitu:
1. Smartphone sebagai sarana pengenalan teknologi informasi dan komunikasi.
2. Smartphone sebagai media edukasi dan hiburan seperti pengenalan warna
membaca, video, lagu anak-anak melalui pengawasan orangtua.
3. Agar anak tidak cerewet dan rewel.
b. Alasan orangtua tidak memberikan smartphone kepada anak mereka yaitu :
1. Smartphone membuat anak ketergantungan dalam bermain game.
2. Smartphone membuat anak malas belajar.
3. Belum waktunya smartphone untuk anak usia dini.
4. Untuk menjaga kesehatan.
5. Anak usia dini lebih baik bermain di luar.
6. Orangtua tidak bisa mengawasi anak secara full time ketika mereka
memainkan smartphone.
Dengan penggunaan smartphone di dalam lingkungan anak-anak memberikan
dampak positif yakni memudahkan mendapatkan sumber belajar, memudahkan
berkomunikasi, mampu meningkatkan popularitas. Memberikan sebuah kenikmatan
tersendiri terhadap dunia hiburan yang menjanjikan.Negatifnya berpengaruh
kesehatan atau radiasi cahaya, kesenjangan berinteraksi, hubungan palsu, serta
terkhusus mengalami kecanduan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Aang Ridwan, M.Ag. 2016. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Pustaka Setia.

Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

George Ritzer, University of Maryland, Teori Sosiologi dari sosiologi klasik sampai
perkembangan terakhir postmoderen; Edisi kedelapan 2012, pustaka pelajar Yogyakarta.

Ali zaki, Memanfaatkan Beragam Teknologi Digital, (Jakarta Salemba Infotek, 2008, h. 102)

Endang dan Elisabeth. Perilaku dan Softskills Kesehatan. (Yogyakarta: PT. Pustaka baru, 2015),
h. 112

Yusuf, S, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Rizqi Press, 2009), h. 55

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,3 (1),2019,h.260-261

22

Anda mungkin juga menyukai