RIFANSYAH (12-2019-105)
AL HAKIM (12-2019-055)
ASISTEN :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Jurnal Akhir
Praktikum Pengukuran Geometri Modul 3 ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari jurnal ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengukuran Geometri pada Laboratorium Metrologi Industri. Selain itu,
jurnal ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
jurnal ini.
Kami menyadari, jurnal yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
jurnal ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Pratikum
Setelah melakukan pratikum ini diharapkan praktikan mengerti dan
memahami cara pengamatan pengguaan alat ukur dimensi dalam.
Melakukan pengukuran diameter lubang dengan berbagai alat ukur
dimensi dalam.
6
BAB II
TEORI DASAR
7
2.2 Jenis – Jenis Pengukuran
Pengukuran Langsung
Pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang mana hasil
pengukuran dapat langsung dibaca pada skala alat ukur yang telah
dikalibrasi yang terdapat pada alat ukur tersebut. Contohnya mengukur
panjang menggunakan mikrometer.
Cara pengukuran langsung adalah cara yang sangat praktis sehingga
sangat populer, tetapi pengukuran ini mempunyai kecermatan yang
rendah dan pemakaiannya terbatas. Jika ingin mendapatkan hasil
pengukuran yang tingkat kecermatannya sampai tiga angka dibelakang
koma maka pilihannya metode pengukuran tak langsung.
Pengukuran tak langsung
Pengukuran yang dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur dari
jenis pembanding, standar dan alat ukur bantu. Perbedaan harga yang
ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewaktu mengukur objek
ukur dan ukuran standar (pada alat ukur standar) dapat digunakan untuk
menentukan dimensi dari objek ukur. Dimensi benda ukur adalah jumlah
harga yang ditunjukkan oleh alat ukur pembanding dengan dimensi alat
ukur standarnya.
Metode pengukuran ini dapat mempunyai tingkat kecermatan yang
tinggi, namun kekurangannya adalah tidak praktis sehingga membutuhkan
waktu yang cukup lama dan memerlukan keterampilan yang cukup tinggi
dalam melakukan pengukuran dengan cara lain.
Jika benda ukur yang akan diukur jumlahnya banyak maka waktu
yang dibutuhkan akan menjadi sangat banyak juga, oleh karena itu untuk
khusus seperti ini dianjurkan menggunakan cara pengukuran dengan
kaliber batas.
8
dianggap baik, sedangkan dimensi yang terletak diluar daerah toleransi
adalah jelek. Benda ukur yang diukur menggunakan metode ini adalah
benda ukur yang ukurannya mempunyai toleransi.
Cara pengukuran dengan kaliber batas sangat praktis dan tidak
diperlukan keterampilan yang tinggi untuk dapat melakukan pengukuran
dengan metode ini. Hanya saja pengukuran dengan cara ini kita tidak
dapat mengetahui harga pengukuran secara pasti. Alat ukur kaliber batas
ini harganya sangat mahal, hampir setingkat dengan alat ukur standar oleh
karena itu untuk memperkecil biaya pengukuran maka pengukuran
dilakukan dengan menggunakan alat ukur kaliber batas ini selalu
digunakan untuk pengukuran yang bersifat produksi massal. Dengan
demikian biaya pengukuran per produk dapat menjadi kecil atau menjadi
murah.
9
besarnya dapat dibaca langsung dari penunjukan skala yang ada pada mistar.
Dengan mistar ini kita dapat menentukan ukuran panjang sesuatu yang
besarnya dapat dibaca langsung dari penunjukan skala yang ada pada mistar.
Dengan demikian mistar yang digunakan untuk mengukur panjang tersebut
dapat dinamakan sebagai alat ukur. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa
mistar merupakan alat ukur yang paling sederhana bila ditinjau adanya satuan
dasar. Dalam metrologi industri, benda-benda yang diukur tidaklah
sesederhana kalau dibandingkan dengan pengukuran sebuah balok kayu yang
panjang, lebar dan tingginya sudah begitu terakhir. Geometri benda ukur
biasanya begitu komplek sehingga dalam pengukuran diperlukan kombinasi
cara dan bentuk pengukuran yang bermacam-macam. Dengan demikian
diperlukan juga bermacam-macam alat ukur yang memiliki karakteristik
sendiri-sendiri. Karakteristik dari alat-alat ukur inilah yang menyebabkan
adanya perbedaan antara alat ukur yang satu dengan alat ukur lainnya.
Karakteristik ini biasanya menyangkut pada konstruksi dan cara kerjanya.
Secara garis besar, sebuah alat ukur mempunyai ;
1. Sensor
Sensor adalah “peraba” dari alat ukur, yaitu yang menghubungkan alat
ukur dengan benda ukur. Ujung-ujung kontak dari mikrometer, kedua
lengan dari mistar ingsut (vernier caliper), jarum dari alat ukur
kekasaran permukaan adalah merupakan contoh dari sensor mekanis.
Sistem lensa (obyektif) adalah merupakan sensor dari alat ukur optis.
Suatu poros dengan lubang-lubang kecil melalui mana udara tekan
mengalir keluar adalah suatu contoh dari sensor pneumatis.
2. Pengubah
Pengubah adalah bagian yang terpenting dari alat ukur, melalui mana
isyarat dari sensor diteruskan, diubah atau diolah terlebih dahulu
sebelum diteruskan ke bagian lain dari alat ukur (bagian penunjuk).
Pada bagian inilah diterapkan bermacam-macam prinsip kerja, mulai
dari prinsip kinematis, optis, elektris, pneumatis sampai pada system
gabungan, yang kesemuanya ini pada dasarnya adalah bertujuan untuk
10
memperbesar dan memperjelas perbedaan yang kecil dari geomatri
suatu obyek ukur.
3. Penujuk
Penunjuk adalah bagian dari alat ukur yang melalui harga dari hasil dua
pengukuran ditunjukkan atau dicatat
11
(true value). Beberapa sebab dapat mengakibatkan timbulnya kesalahan
sistematis, seperti kelemahan metode pengujian kondisi akomodasi dan
lingkungan pengujian, kurang kopetennya personil laboratorium,
ketidakstabilan peralatan atau instrumentasi, atau bahan standar yang tidak
mampu telusur ke standar pengukuran nasional atau internasional.
Kesalahan Histerisis
Kesalahan Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul
ketika dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah yang
berlawanan (mulai dari skala nol hingga skala maksimum kemudian
diulangi dari skala maksimum sampai skala nol).
Kesalahan Sinus-Cosinus
Kesalahan Kosinus adalah hasil pengukuran yang menunjukkan nilai yang
lebih besar dari dimensi yang sebenarnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mereduksi kesalahan kosinus pada kalibrasi UMM dengan menggunakan
DLI. Reduksi kesalahan kosinus dilakukan dengan penyempurnaan
alignment optik pada DLI.
12
Ketepatan (precision) adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan
hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan
cara yang sama.
Kecermatan adalah kedekatan hasil uji antara hasil yang diperoleh dengan
nilai yang sebenarnya (true value) atau dengan nilai referensinya.
2.6 Macam-macam alat ukur diameter dalam selain yang ada pada modul
(jelaskan dan gambarkan minimal 5)
Taper Gauge berfungsi sebagai alat ukur diameter lubang sebuah bidang.
Bisa juga digunakan sebagai alat pengukur persisi. Jenis bahannya
bervariasi. Biasanya yang paling umum digunakan yaitu bahan stainless
steel.
13
Gambar 2.6.2 Ring Gauge
(niagamas.com
14
Gambar 2.6.4 Jangka Sorong
(niagamas.com)
(niagamas.com)
15
16
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Prosedur Pratikum
1. Siapkan alat ukur dan benda kerja yang ada pada modul 3 ini.
2. Bersihkan alat ukur dan benda kerja yang digunakan menggunakan wash
bensin, kemudian keringkan kembali dengan menggunakan tisu yang
telah disediakan.
3. Ukur benda kerja menggunakan Mikrometer dalam jenis rahang. Pada
posisi 1 oleh pengamat A dan posisi 2 oleh pengamat B dan lakukan
pengukuran pada posisi L dan R.
4. Lakukan pelaksanaan ke 3 dengan menggunakan alat ukur kedua pada
alat ukur langsung.
5. Siapkan alat ukur pembanding.
6. Sebelum melakukan pengukuran alat ukur ICG (Internal Cylinder
Gauge), kalibrasi terlebih dahulu menggunakan ring standar (tanya
asisten).
7. Lakukan pengukuran sama seperti pada pelaksanaan nomor 3.
8. Kemudian lakukan pengukuran dengan menggunakan Interapid, kalibrasi
terlebih dahulu sebelum digunakan menggunakan ring standar.
17
BAB IV
ANALISA
18
BAB V
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21