Penunjang Dasar
0 komentar
SHARE URL telah disalin
Bila melihat lebih dalam isi Perpu 1/2020, terlihat jelas bahwa pemerintah
memprediksi dampak lanjutan krisis Covid-19 akan berlangsung hingga
beberapa tahun mendatang. Hal tersebut terlihat dari toleransi batas defisit
anggaran yang dapat melampaui 3% dari PDB hingga tahun anggaran
2022. Efek domino jangka menengah ini tentu tidak hanya berdampak
pada APBN di tingkat pusat, melainkan juga akan "menghantam" APBD
pada tingkat daerah. Seluruh pemda yang sebelumnya optimis
membangun berbagai infrastruktur sarana dan prasarana pendongkrak
ekonomi tiba-tiba dipaksa untuk menata ulang sumber dayanya akibat
pandemi ini.
Kesenjangan Infrastruktur
Atas dasar tersebut, saya akan memaparkan beberapa potensi yang bisa
dioptimalkan oleh pemda. Potensi-potensi ini dapat digunakan dalam
rangka menyukseskan perencanaan dan penyiapan proyek infrastruktur
hingga bisa memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan untuk skema KPBU.
Optimalisasi kesempatan ini juga diharapkan dapat menjadi solusi
keterbatasan pemangkasan atau realokasi anggaran perencanaan dan
penyiapan proyek infrastruktur akibat Covid-19 maupun krisis
pascapandemi untuk beberapa tahun mendatang.
Pemetaan Kebutuhan
Pemda dan Badan Pusat Statistik (BPS) memiliki banyak data yang selama
ini belum dipakai dengan optimal. Saya mengambil contoh penyusunan
analisis kebutuhan dan daya beli masyarakat dalam rangka pendirian
rumah sakit daerah. Beberapa Pemda melakukannya dengan melelang
jasa konsultan untuk melakukan survei ke masyarakat terkait penyakit
serta pengeluaran biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh rumah tangga di
wilayahnya. Padahal, BPS dan pemda secara rutin melaksanakan Survei
Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas), termasuk di dalamnya Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Susenas setiap periode tertentu dengan cukup rinci mengambil data level
mikro hingga individu pada rumah tangga terkait keluhan kesehatan,
pilihan pengobatan yang dilakukan, penggunaan fasilitas layanan
kesehatan seperti rawat jalan/inap, hingga kemampuan pembiayaan
kesehatan rumah tangga. Melalui Susenas, data terkait kebutuhan
kesehatan masyarakat termasuk daya belinya sudah terkumpul dengan
cukup komprehensif.
Ini sesuai dengan saran dari jurnal ilmiah tahun 2019 karya Meliyanni
Johar dan kawan-kawan (TNP2K dan Universitas Indonesia) terkait
bagaimana mengoptimalkan fitur data Susenas termasuk teknis inferensi
datanya. Selain level rumah tangga, pada level yang lebih tinggi yakni desa
atau kelurahan juga dimiliki oleh BPS melalui data yang disebut data
potensi desa (Podes). Dalam Podes, statistik lingkungan masyarakat
terkait perumahan, sanitasi, bencana, kesehatan, potensi ekonomi, hingga
sosial dan budaya, tersaji dengan baik untuk seluruh desa dan kelurahan di
seluruh wilayah Indonesia.
Kolaborasi
Lembaga pendidikan tinggi, baik sekolah tinggi, institut, maupun universitas
yang berstatus negeri maupun swasta tersebar sangat banyak di seluruh
penjuru Tanah Air. Di dalam lembaga tersebut tentu terdapat dosen dan
peneliti, dengan berbagai jenjang akademik dari mulai yang terbawah
hingga profesor atau guru besar. Beberapa peraturan perundang-
undangan menuntut para akademisi ini untuk melaksanakan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, termasuk kewajiban publikasi ilmiah.
Tuntutan ini bahkan menjadi momok tersendiri karena terkait
keberlangsungan tunjangan profesi hingga kenaikan jabatan mereka.
Pelecut Akselerasi