Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putri Handayani

Nim : 90500118015
Jurusan : Perbankan Syariah (A)

A. Bentuk-bentuk Modal Bank


Sesuai dengan SE bank Indonesia No. 26 BPPP tanggal 29 Mei 1993
susunan permodalan dalam perbankan yaitu:
1. Modal Inti
Modal inti terdiri dari atas modal disetor, modal sumbangan, dan
cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba yang diperoleh setelah perhitungan
pajak. Secara lebih terperinci, modal inti dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
b) Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang telah diterima oleh bank
sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c) Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan
saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila
saham tersebut terjual. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang
diterima oleh bank yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk dalam
pengertian modal sumbangan.
d) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang
ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat
persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan
ketentuan pendirian atau anggaran masing-masing bank.
e) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum
pemegang saham atau rapat anggota.
f) Laba yang ditahan (retained earnings) yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi
pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggoa diputuskan
untuk tidak dibagikan.
g) Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah
diperhitungkan pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota.
h) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan
setelah dikurangi taksiran utang pajak, jumlah laba tahun buku berjalan
tersebut yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Ketikan
pada tahun berjalan terjadi kerugian maka seluruh kerugian tersebut menjadi
factor pengurang dari modal inti.
Total modal inti adalah jumlah sebagaimana tersebut pada huruf a sampai,
selanjutnya dikurangi dengan goodwill goodwill yang ada dalam pembukuan
bank dan kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktifa produktif dari
jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai ketentuan.

2. Modal pelengkap
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak
berasal dari laba dan modal pinjaman serta pinjaman subordinasi. Secara lebih
terperinci modal pelengkap terdiri dari:
a) Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat
Jenderal Pajak.
b) Penyisihan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk
dengan cara membenani laba rugi tahun berjalan. Dengan maksud untuk
menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak
diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.
c) Modal pinjaman (sebelumnya disebut modal kuasi) yaitu utang yang
didukung oleh instrumen atau atau warkat yang memiliki sifat seperti
modal.
d) Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memebuhi syarat-syarat
sebagai berikut: ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi
pinjaman, mendapat persetujuan terlebih dahulu dari bank Indonesia,
tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh,
pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari bank
Indonesia , dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat,
hak tagihannya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segalan
pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).

B. Kebijakan pengendalian modal


Di dalam anggaran permodalan bank, manajemen setiap bank mempunyai
sasaran ataupun bahkan misi untuk memperbesar modalnya dari waktu ke waktu
agar bank yang bersangkutan dapat melakukan ekspansi usahanya, serta tidak
melanggar ketentuan kecukupan modal di bawah 8%. Dengan demikian langkah
pertama yang harus ditempuh oleh manajemen bank di dalam upaya peningkatan
modal di sini harus dapat memenuhi telebih dahulu ketentuan legalitas tentang
kebutuhan modal minimum ini. langkah kedua yaitu bagaimana komposisi
permodalan dan jumlah permodalan yang ada dapat ditingkatkan lagi secara
terus-menerus agar dapat melakukan ekspansi usahanya. Adaupun ketentuan-
ketentuan yang menyangkut tatacara perhitungan kebutuhan seperti yang diatur
dalam SE bank industry No. 26/2/BPPP tanggal 29 maret 1993 sebagai berikut
1) Tata Cara Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum
a. Dasar Perhitungan Kebutuhan Modal
b. Bobot risiko aktiva administrasi
 pertama Aktiva administrative terlebih dahulu ditetapkan factor
konversinya, yaitu faktor tertentu yang digunakan untuk
mengkonversikan aktiva administrative kedalam aktiva neraca yang
menjadi pandangannya Besarnya faktor konversi untuk masing-
masing aktiva administratif didasarkan pada kemungkinannya untuk
menjadi aktiva yang efektif.
 Setelah diketahui factor maka masing-masing aktiva administrative
tersebut dikonversikan kedalam aktiva-aktiva neraca padanannya.
Selanjutnya, untuk menghitung bobot risiko aktiva administrative
dilakukan dengan mengalikan factor konvers  dengan bobot risiko
aktiva neraca padanannya.

2) Cara perhitungan kebutuhan modal

a. Kebutuhan modal baerdasarkan ATMR. Perhitungan penyediaan modal


minimum didasarkan pada perbandingan antara jumlah aktiva
tertimbang menurut resiko (ATMR) yang dimiliki bank.

b. Sesuai dengan ketentuan tersebut kewajiban penyediaan modal rant


adalah sebesar 8% dari ATMR.

c. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan modal


tersebut dengan ATNR.

d. Dengan menbandingkan rasio modal tersebut dengan kewajiban


penyediaan modal minimum tersebut dapat diketahui apakah bank
yang bersangkutan memenuhi ketentuan atau tidak.

3) Upaya Peningkatan Modal. Untuk mempertahankan dan memelihara populasi


jumlah modal yang memadai menurut ketentuan bank sentral yang ada dapat
di tempuh dari berbagai cara antara lain Pengendalian ATMR dan Menambah
stroran modal

4) Perumusan Kebijakan Permodalan. Yaitu proses pemikiran sebagai alternative


pengandaan/penambahan modal yang perlu diputuskan antara direksi, Dewan
komisaris, bahkan rapat umum pada pemegam saham apabila diperlukan.

5) Penyeraham leter of intern kepada Bepepam. Yaitu suatu surat yang


ditunjukkan kepada bepebam yang berisikan suatu keinginan pernyataan
penerbitan saham (emis efek) melalui pasar modal.

6) Penunjukan lembaga penunjang untuk emisi saham, lembaga pemunjang yang


terlibat dalam emisi sahham, antara lain Kantor akuntan public, Kantor akunta
hukum, Kantor notaries, Perusahaan appraisal, Underwrita/ penjamin emisi
dan investmen eavaiser

7) Persiapan perlengkapan syarat-syarat administrative. Bank yang akan go


public perlu mempersiapkan jumlah modal minimal yang telah di setor,
laporan yang telah di ambil oleh public accounten, tingkat kesehatan bank
selama tiga tahun terakhir, dan izin dari bank indonesia.
8) Pendaftaran ke Bepepam, pendaftaran ini adalah pembuatan dan
penganpaian surat pernyataan pendaftaran emisi saham kepada mentri
keuangan.

9) Pembahasan kepada pihak bepepam, pembahasan yang dimaksud adalah


pembahan berkait aspek yang terkait dengan bank yang bersangkutan.

10) Dengar pendapat terbatas, terdirindari dengar pendapat antar pihak emiten,
berbagai lembaga penunjang, dan bepepam tentang perfom usaha bank
beberapa tahun terakhir.

11) Penawaran saham melalui peaimery beberapa tahap yang di perlukan dalam
proses pencatatan di pasar perdaha terdiri dari pendistribusian prosepektus
ringkas kepada masyarakat.

12) Menpertinggi agoi saham , setelah saham dipasarkan dipasar sekunder, maka
harga saham akan naik atau turun sesauai dengan performance bank yang
bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai