Anda di halaman 1dari 9

Resume Materi 12 dan 13

(psikologi belajar pai)

Nama : Idri Febri Aji 2011029

Kelas : PAI 3A

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN AS-SIDDIK


BANGKA BELITUNG

TAHUN 2021/2022
Tinjauan Pustaka

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk mengungkapkan kembali informasi yang telah kita
terima atau yang sudah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan
lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.

Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat.
(Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana informasi yang
telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk digunakan. (Irwanto, 1991: 150).

Menurut Hakim,T (2010:62) kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami
rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa enggan, lesu, tidak
bersemangat, atau tidak bergairah untuk melakukan aktfitas belajar.

Menurut Abu Abdirrahman Al-Qawiy (2004: 1), bahwa kejenuhan adalah tekanan sangat mendalam
yang sudah sampai titik tertentu. Siapa pun yang merasa jenuh, ia akan berusaha sekuat tenaga
melepaskan diri dari tekanan itu.

Menurut Abu Ahmadi dalam buku Psikologi belajar, (1999: 74) mengatakan bahwa “dalam keadaan
dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar”.
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 201), kesulitan belajar adalah “suatu kondisi dimana
anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan
dalam belajar”. Selanjutnya Gozali dalam Psikologi Belajar, (1999: 38), mengatakan bahwa “kesulitan
belajar adalah kesukaran mendapat perubahan tingkah laku yang di inginkan meskipun latihan telah
dilakukan.

Menurut Sasmita (1989: 64) mengatakan bahwa kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi
dalam proses belajar yang di tandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk memperoleh hasil
belajar. Hambatan-hambatan yang timbul itu mungkin disadari dan mungkin tidak disadari oleh orang
yang mengalaminya dan itu dapat bersifat psikologis, sosiologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan
proses belajarnya. Murid yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses
mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapainya berada dibawah yang seharusnya atau
kemampuannya.
Pendahuluan

Materi 12.

“Teori dan Aplikasi Teori Tentang Lupa dan Kejenuhan dalam Belajar”

A.Lupa

1. Pengertian Lupa Dalam Belajar

Daya ingatan kita tidaklah sempurna.Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat diingat
kembali, atau dilupakan. Lupa (Forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan
atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Menurut Gulo (1982)
dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat
sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Lupa adalah suatu fenomena umum, ia merupakan
suatu pengendalian biologis yang membantu kita memertahankan keseimbangan dalam dunia
yang dipenuhi oleh rangsangan sensor (Mahmud,H.2005:139) Dengan demikian lupa bukanlah
peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa. Keempatnya tidak saling
bertentangan, melainkan saling mengisi :

a.) Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak. Kalau materi yang harus
diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak
materi itu akan terhapus dari otak dan kita tak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak
digunakan, materi itu lenyap sendiri.

b.) Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-
perubahan secara sistematis, mengikuti prinsi-prisip sebagai berikut :

1) Penghalusan : Materi berubah bentunya kearah bentuk yang lebih simetris, lebih halus dan
kurang tajam, sehingga bentuknya asli tidak diingat lagi.

2) Penegasan : Bagian-bagian yang paling menyolok dari suatu hal adalah yang paling
mengesankan, dan karena itu dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat
hanya bagian-bagian yang menyolok ini dan bentuk keseluruan tidak begitu diingat. Misalnya,
kita melihat seseorang dengan hidung mancung. Karena terkesan oleh hidungnya, maka dalam
mengingat orabg itu kita hanya ingat akan hidungnya, sedangkan bagaimana wajah orang itu
sebenarnya tidak kita ingat lagi.

3) Asimilasi : Bentuk yang mirip botol, misalnya, akan kiata ingat sebagai botol, sekalipun bentuk
itu bukan botol sama sekali. Dengan demikian kita hanya ingat akansebuah botol, tetapi tidak
ingat bentuk yang asli. Perubahan materi disini disebabkan karena kita cenderunguntuk mencari
bentuk yang ideal dan lebih sempurna.

c.) Kalau kita mempelajari hal yang baru, mungkin hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita
ingat lagi. Misalnya, seorang anak menghafal nama kota-kota dijawa barat. Setelah itu ia
mengahafal nama kota-kota dijawa tengah. Pada waktu ia sudah menghafal materi kedua, materi
pertama sudah lupa lagi. Dengan perkataan lain, materi kedua menghambat dapat diingatnya
materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula
materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya
materi lain yang sudah terlebih dahulu dipelajari. Hambatan seperti ini disebut hambatan
proaktif.

d.) Ada kalanya kita melupakan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa yang
mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, pendek kata semua hal yang
tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa
yang sengaja ini kadang-kadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada
bentuknya yang ekstrim represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa akan namanya sendiri,
akan alamatnya sendiri, akan orang tua, akan anak-istri dan akan semua hal yang bersangkutpaut
dengan dirinya sendiri. Amnesia ini dapat ditolong atau disembuhkan melalui suatu peristiwa
yang begitu dramatisnya sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita.

2. Faktor-faktor Penyebab Lupa

Pertama, lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai
gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1) practice interference; 2)
retroactive interference (Reber 1988; Best 1989; Anderson 1990). Seorang siswa akan mengalami
gangguan proactive apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal
permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila
siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran
yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja
dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Sebaliknya, seorang siswa akan
mengalami ganguan retroactive apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan
terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam
subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajarn lama akan sangat sulit
diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan materi peajaran lama
itu.

Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya tekanan terhadap item yang
telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
a. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang
diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam
ketidaksadaran.

b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada,
jadi sama dengan fenomena retroactive.

c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam
bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.

Ketiga, lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikapdan minat siswa terhadap proses dan
situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar
dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi
sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka materi pelajaran itu akan mudah
terlupakan.

Keempat, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena sebab materi
pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi
sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin
juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.

Kelima, lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa
yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alcohol, dan geger otak akan
kehilangan ingatan ata item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.

B. Kejenuhan

1. Pengertian kejenuhan dalam belajar

Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun.
Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa sering
mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh
belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou)
saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar
(kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya.
Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak
mendatangkan hasil (Reber, 1988). Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa
seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak
adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam
rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami
rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.

Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat bekerja
sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru,
sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”. Apabila kemajuan belajar yang
jalan ditempat ini kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang akan tampak adalah garis mendatar
yang lazim disebut plateau. Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan
motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat
keterampilan berikutnya.

2. Faktor penyebab kejenuhan dalam belajar

Kejenuhan dalam bidang apa saja pada umumnya disebabkan oleh aktifitas rutin yang dilakukan
dengan cara yang monoton atau tidak berubah-ubah, dalam waktu lama. Dengan demikian
kejenuhan belajar biasanya lebih sering menghinggapi pelajar atau mahasiswa yang sejak SD
sudah menjadi pelajar yang rajin. Berbagai penyebab kejenuhan belajar yang perlu diketahui di
antaranya adalah sebagai berikut:

⚫ Belajar dilakukan dengan metode yang tidak bervariasi.


⚫ Belajar hanya dilakukan ditempat tertentu saja. Misalnya di kamar tidur
⚫ Kondisi ruang belajar yang tidak berubah-ubah, terutama di rumah
⚫ Kurang melakukan aktifitas rekreasi atau hiburan untuk menetralisir kelelahan berpikir
setelah beajar
⚫ Adanya ketegangan mental yang kuat dan berlarut-larut di saat belajar. Ketegangan
mental tersebut bisa timbul dari beban pelajaran yang terlalu berat, target untuk
mencapai prestasi puncak, guru / dosen yang terlalu galak / killer, dan hal-hal lain yang
menimbulkan ketegangan mental.

3. Cara Mengatasi Kejenuhan dalam Belajar

⚫ Belajar dengan metode yang bervariasi. Misalnya dengan membuat ringkasan bahan
pelajaran sejak awal semester.
⚫ Belajar di beberapa tempat yang cukup nyaman seperti ruang tidur, ruang khusus belajar
(kalau ada), ruang tamu, di rumah teman untuk belajar bersama, dll.
⚫ Mengadakan perubahan fisik di ruang belajar
⚫ Menciptakan suasana yang menyenangkan di ruang belajar. Misalnya belajar sambil
mendengar music instrumental yang tenang
⚫ Melakukan aktifitas rekreasi secara berkala
⚫ Menghindari adanya ketegangan mental di saat belajar
⚫ Melakukan aktifitas meditasi untuk menetralisir kejenuhan belajar dan menetralisir
berbagai kondisi mental yang negative lainnya seperti stress, rasa cemas, tidak PD, dan
menanamkan kondisi ketenangan sampai ke alam bawah sadar.

Perlu juga diketahui bahwa meditasi bukan hanya bisa menetralisir berbagai kondisi mental yang
negative dan menanamkan kondisi ketenangan jiwa, tapi juga bisa mengkondisikan rasa segar
dan nyaman pada badan, sehingga semangat beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari juga bisa
ditingkatkan.
Pendahuluan

Materi 13

“Teori dan Aplikasi Teori Tentang Kesulitan Belajar”

1. Pengertian

Kesulitan sendiri merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam
kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga diperlukan usaha yang lebih giat untuk
mengatasi hambatan-hambatan.

Menurut Ambo Enre Abdullah (1983), kesulitan belajar terdiri dari dua istilah yaitu “Kesulitan
dan belajar”. Kesulitan sendiri merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri
hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga diperlukan usaha yang lebih
giat untuk mengatasi hambatan-hambatan. Sedangkan belajar itu sendiri terdapat beberapa
pandangan yang berbeda-beda dalam perumusannya, tetapi pada dasarnya makna yang
terkandung adalah sama.

a) Faktor-faktor penyebab Kesulitan dalam Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam
yaitu factor internal dan factor eksternal.

Faktor internal siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam siswa
sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kurangnya kemampuan psiko fisik siswa
yaitu:

⚫ Yang bersifat kognitif antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau
intelegensi siswa.
⚫ Bersifat afektif antara lain labilnya emosi dan sikap.
⚫ Bersifat psikomotor antara lain seperti keterganggunya alat- alat indra penglihat dan
pendengar.

Faktor eksternal siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
Faktor eksternal siswa meliputi segala situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa, faktor lingkungan ini meliputi:

⚫ Lingkungan keluarga contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan


ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
⚫ Lingkungan perkampungan atau masyarakat contohnya: wilayah perkampungan
kumuh atau teman sepermainan yang nakal.
⚫ Lingkungan sekolah contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti
dekat pasar, kondisi guru dan alat belajar yang berkualitas rendah.

Anda mungkin juga menyukai