Anda di halaman 1dari 34

Kode/Bidang Ilmu : 169/Ilmu Pangan

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN MUDA

PEMANFAATAN UBI JALAR KUNING (Ipomoea batatas L.) KUKUS


SEBAGAI PENSUBSTITUSI TERIGU TERHADAP KARAKTERISTIK
BOLU KUKUS

TIM PENGUSUL:

PUTU ARI SANDHI WIPRADNYADEWI, S.TP.MP/NIDN. 0016047402


Ir. A.A.G.N. ANOM JAMBE, M.Si/ NIDN. 0025045403
GUSTI AYU KADEK DIAH PUSPAWATI, S.TP,M.Si/ NIDN. 0005127308
Ir. PUTU TIMUR INA, MS/NIDN. 0027065702
Ir. NI MADE YUSA, M.Si/ NIDN. 0031125749
NI LUH ARI YUSASRINI, S.TP.MP/NIDN. 0004037802

Dibiayai Dari Dana PNBP DIPA Universitas Udayana TA- 2014


Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan (Kontrak)
Nomor :822B/UN.14.1.26/HK.00.04.03/2014, tanggal 13 Mei 2014

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
AGUSTUS 2014
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN DOSEN MUDA

Judul Penelitian :Pemanfaatan Ubi Jalar Kuning (Ipomoea batatas L) Kukus


Sebagai Pensubstitusi Terigu Terhadap Karakteristik Bolu
Kukus
Bidang Ilmu : Ilmu Pangan
Ketua Peneliti :
a. Nama lengkap dengan gelar : Putu Ari Sandhi Wipradnyadewi, S.TP. MP
b. NIP/NIDN : 19740416 200012 2 001/0016047402
c. Pangkat/Gol : Penata/ III c
d. Jabatan Fungsional/Stuktural:Lektor
e. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV)
f. Program Studi/Jurusan : Ilmu dan Teknologi Pangan
g. Fakultas : Teknologi Pertanian Universitas Udayana
h. Alamat Rumah / HP : Perum Taman Dukuh Sari B 19 Sesetan Dps /081328065382
i. E-mail : ptarisandhiw@yahoo.com
Jumlah Tim Peneliti : 6 (enam) orang
Pembimbing
a. Nama lengkap dengan gelar :Ir I Gusti Ayu Ekawati, MS
b. NIP/NIDN : 19571216 198503 2 001/0016125702
c. Pangkat/Gol : Pembina/IV a
d. Jabatan Fungsional/Stuktural: Lektor Kepala
e. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV)
f. Program Studi/Jurusan : Ilmu dan Teknologi Pangan
g. Fakultas : Teknologi Pertanian Universitas Udayana
Lokasi Penelitian : Lab. Analisis Pangan FTP Unud
Lab. Pengolahan Pangan FTP Unud
Lab. Rekayasa Proses dan Pengendalian Mutu FTP Unud
Kerjasama (jika ada)
a. Nama Instansi :-
b. Alamat :-
Jangka waktu penelitian : 95 hari
Biaya Penelitian : Rp. 7.500.000,00 (Tujuh juta lima ratus ribu rupiah)

Denpasar, 15 Agustus 2014


Mengetahui, Ketua Peneliti,
Ketua Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Unud

(Prof. Dr. Ir. I Made Sugitha, M.Sc) (Putu Ari Sandhi Wipradnyadewi, S.TP.MP)
NIP : 19550512 198103 1 008 NIP: 19740416 200012 2 001

Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana

(Dr. Ir. I D G Mayun Permana, MS)


NIP: 19591107 198603 1 004
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Sampul i
Halaman Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
Daftar Lampiran vii
RINGKASAN viii
PRAKATA ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………………. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bolu Kukus ……………………………………………………………... 4
2.2. Terigu ………………………………………………………………… 4
2.3. Ubi Jalar Kuning ……………………………………………………… 5
2.4. Gula …………………………………………………………………….. 5
2.5. Air Soda ………………………………………………………………... 6
2.6. Telur ……………………………………………………………………. 6
2.7. Karoten ………………………………………………………………… 6
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 7
3.2. Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 7
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………….. 8
4.2. Bahan dan Alat …………………………………………………………. 8
4.3. Rancangan Percobaan ………………………………………………….. 8
4.4. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………………. 9
4.4.1. Proses Pembuatan Bolu Kukus ……………………………….. 9
4.4.2. Parameter Yang Diamati ……………………………………… 10
4.4.2.1. Kadar air …………………………………………… 10
4.4.2.2. Penentuan Total Beta Karoten …………………….. 11
4.4.2.3. Daya Kembang …………………………………….. 12
4.4.2.4. Uji Sensoris ……………………………………….. 12
4.4.2.4.1. Uji Warna ……………………………. 12
4.4.2.4.2. Uji Tekstur ……………………………. 12
4.4.2.4.3 Uji Aroma …………………………….. 13
4.4.2.4.4. Uji Rasa ………………………………. 13
4.4.2.4.5. Penerimaan Keseluruhan .…………….. 13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil …………………………………………………………………… 15
5.2. Pembahasan ……………………………………………………………. 15
5.2.1. Kadar Air ………………………………………………………… 15
5.2.2. Daya Kembang ………………………………………………….. 16
5.2.3. Hasil Analisis Uji Sensoris ……………………………………… 16
5.2.3.1. Uji Warna ……………………………………………… 16
5.2.3.2. Uji Tekstur …………………………………………….. 16
5.2.3.3. Uji Aroma ………………………………………………. 17
5.2.3.4. Uji Rasa ………………………………………………… 17
5.2.3.5. Penerimaan Keseluruhan ………………………………. 17
5.2.4. Kadar Beta Karoten ……………………………………………… 18
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan … …………………………………………………………. 19
6.2. Saran …………………………………………………………………..... 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN - LAMPIRAN 21
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Formulasi bahan baku dalam pembuatan bolu kukus ............................ 9

2. Skala skor warna bolu kukus waluh ..................................................... 12

3. Skala skor tekstur bolu kukus waluh ..................................................... 13

4. Skala hedonik aroma, rasa dan penerimaan keseluruhan ....................... 14

5. Nilai rata-rata hasil analisis bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar 15
kuning .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1 Diagram alir Proses Pembuatan Bolu Kukus ..................... 10


DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Gambar Bolu Kukus dari campuran terigu dan ubi jalar kuning 19
RINGKASAN

Ubi Jalar Kuning merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak
mengandung vitamin terutama karoten dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Ubi
Jalar Kuning memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. Selain itu, beta
karoten juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi serta
mencegah resiko penyakit jantung dan kanker.
Penambahan ubi jalar kuning yang merupakan komoditas lokal pada
pembuatan bolu kukus diharapkan dapat menambah nilai gizi bolu kukus yang
dihasilkan karena kandungan gizi ubi jalar kuning yang cukup lengkap. Selain itu
dengan penambahan ubi jalar kuning dapat menyebabkan warna dari bolu kukus
yang dihasilkan lebih menarik karena di dalam ubi jalar kuning terdapat warna
alami karotenoid yang berwarna kuning atau orange sehingga penggunaan zat
pewarna buatan pada bolu kukus tidak diperlukan, mengurangi penggunaan
terigu yang merupakan bahan baku non lokal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi ubi
jalar kuning kukus dengan terigu terhadap karakteristik bolu kukus dan
mengetahui persentase subsitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu yang tepat
sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik. Penelitian ini
bermanfaat dalam memanfaatkan ubi jalar kuning yang telah banyak
dibudidayakan di Indonesia pada pembuatan bolu kukus, peanekaragaman
produk pangan khususnya jajanan dengan penambahan ubi jalar kuning pada
proses pembuatannya, memberikan informasi khususnya kepada masyarakat dan
produsen bolu kukus tentang adanya penambahan ubi jalar kuning yang tepat
sehingga dapat menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik,
menambah nilai gizi dari bolu kukus, dan menghindari penggunaan pewarna
buatan karena ubi jalar kuning mengandung pewarna alami. Parameter yang
dianalisis dalam penelitian ini antara lain kadar air, kadar total beta karoten, daya
kembang, dan uji sensoris.
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
substitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu terhadap karakteristik bolu kukus
yang dihasilkan dan berapakah persentase substitusi ubi jalar kuning kukus yang
tepat sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan komposisi bolu kukus yang terbaik dari kandungan gizi
dan uji sensoris maka perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan ubi jalar
kuning kukus sebagai pensubstitusi terigu terhadap karakteristik bolu kukus
sebagai usaha peanekaragaman pangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan T2 (80% terigu dan 20%
ubi jalar kuning kukus) menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik
dengan kriteria kadar air 35,77 %, daya kembang 85,71 %, kadar beta karoten
49,64 µg/100g, warna putih kekuningan, tekstur biasa, aroma (agak suka), rasa
(agak suka), dan penerimaan keseluruhan (agak suka)
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida


Sanghyang Widhi Wasa, karena penulis telah dapat menyelesaikan laporan akhir
penelitian dosen muda ini dengan judul ” Pemanfaatan Ubi Jalar Kuning
(Ipomoea batatas L) Kukus Sebagai Pensubstitusi Terigu Terhadap Karakteristik
Bolu Kukus”.
Laporan akhir penelitian dosen muda ini tentu masih banyak
kekurangannya, penulis sangat mengharapkan masukan yang bersifat membangun
demi perbaikan laporan ini dan kelanjutan penelitian yang lebih baik.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan kolega yang tertarik
sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.

Bukit Jimbaran, Agustus 2014


Penulis
,
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bolu adalah kue berbahan dasar tepung umumnya terigu dan tanpa melalui
proses fermentasi. Kue bolu dan cake umumnya dimatangkan dengan cara
dipanggang di dalam oven, namun ada pula bolu yang dimatangkan dengan
dikukus, misalnya bolu kukus dan brownies kukus (Anon., 2007).
Bolu kukus terbuat dari bahan dasar terigu dengan penambahan telur,
mentega, susu dan mengembang saat dikukus. Jajanan ini merupakan jenis
makanan yang biasanya dipergunakan sebagai pelengkap dalam upacara
keagamaan. Bolu kukus banyak disukai masyarakat, dan mempunyai prospek
pemasaran cukup cerah, karena hampir semua lapisan umur (terutama anak-anak)
menyukainya.
Sampai saat ini terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan bolu
kukus disamping bahan tambahan lainnya. Terigu merupakan salah satu jenis
bahan baku non lokal yang terbuat dari gandum. Terigu mengandung protein
gluten, yang mampu membentuk adonan yang kuat kenyal dan memiliki daya
kembang yang baik (Anon., 1983).
Ubi jalar kuning merupakan salah satu bahan pangan lokal yang kaya
akan karbohidrat dan β–karoten. Kandungan β–karoten dalam 100 g ubi jalar
kuning sebesar 2900 µg/100 g. Beta karoten adalah pigmen warna kuning-orange
yang jika dicerna di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A. Fungsi vitamin
A dan beta karoten antara lain berguna bagi kesehatan mata, kulit, kekebalan
tubuh, serta reproduksi. Selain itu, beta karoten juga berfungsi sebagai
antioksidan yang dapat mengurangi serta mencegah resiko penyakit jantung dan
kanker (Widipedia, 2009).
Penambahan ubi jalar kuning yang merupakan komoditas lokal pada
pembuatan bolu kukus diharapkan dapat menambah nilai gizi bolu kukus yang
dihasilkan karena kandungan gizi ubi jalar kuning yang cukup lengkap terutama
kandungan karotennya tinggi yang dapat berfungsi sebagai antioksidan yang
dapat mengurangi serta mencegah beberapa penyakit seperti penyakit jantung
dan kanker yang kandungan ini tidak dimiliki oleh terigu. Selain itu dengan
penambahan ubi jalar kuning dapat menyebabkan warna dari bolu kukus yang
dihasilkan lebih menarik karena di dalam ubi jalar kuning terdapat warna alami
karotenoid yang berwarna kuning atau orange sehingga penggunaan zat pewarna
buatan pada bolu kukus tidak diperlukan.
Bolu kukus dengan penambahan ubi jalar kuning kukus merupakan salah
satu cara pemanfaatan ubi jalar kuning serta peanekaragaman pangan khususnya
jajanan dan dapat juga mengurangi penggunaan terigu yang merupakan bahan
baku non lokal. Ubi jalar kuning dapat juga digunakan sebagai bahan baku
tambahan pada pembuatan roti dan jajanan seperti bolu, pancake, dodol, roti
manis dan lain-lain. Penggunaan ubi jalar kuning ini disamping dapat
meningkatkan nilai gizi dari makanan jajanan yang dibuat juga dapat mengurangi
penggunaan terigu pada bahan baku pembuatan jajanan.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan komposisi bolu kukus yang terbaik
dari kandungan gizi dan uji sensoris maka perlu dilakukan penelitian tentang
pemanfaatan ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L) kukus sebagai pensubstitusi
terigu terhadap karakteristik bolu kukus sebagai usaha peanekaragaman pangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi ubi jalar
kuning kukus dengan terigu terhadap karakteristik bolu kukus serta untuk
mengetahui persentase subsitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu yang tepat
sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik. Manfaat yang
didapat dari penelitian ini adalah memanfaatkan ubi jalar kuning yang telah
banyak dibudidayakan di Indonesia pada pembuatan bolu kukus, juga dapat
digunakan sebagai bahan baku pelengkap pada pembuatan roti atau jajanan
lainnya, peanekaragaman produk pangan khususnya jajanan dengan penambahan
ubi jalar kuning pada proses pembuatannya, memberikan informasi khususnya
kepada masyarakat dan produsen bolu kukus tentang adanya penambahan ubi
jalar kuning sehingga dapat menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik
terbaik, menambah nilai gizi dari bolu kukus karena adanya kandungan karoten
dari ubi jalar kuning yang dapat mencegah dan mengurangi beberapa penyakit,
dan menghindari penggunaan pewarna buatan karena ubi jalar kuning
mengandung pewarna alami.
1.2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh substitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu
terhadap karakteristik bolu kukus yang dihasilkan ?
2. Berapakah persentase substitusi ubi jalar kukus dengan terigu yang
tepat sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik ?
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bolu kukus


Bolu adalah kue berbahan dasar tepung umumnya terigu dan tanpa
melalui proses fermentasi. Kue bolu dan cake umumnya dimatangkan dengan
cara dipanggang didalam oven, namun ada pula bolu yang dimatangkan dengan
dikukus, misalnya bolu kukus dan brownies kukus. Bolu kukus mempunyai
karakteristik umum yaitu relatif lembut dan empuk (Anon., 2007).
Bolu kukus terbuat dari bahan dasar terigu dengan penambahan telur,
mentega, susu dan mengembang saat dikukus. Jajanan ini merupakan jenis
makanan yang biasanya dipergunakan sebagai pelengkap dalam upacara
keagamaan. Bolu kukus banyak disukai masyarakat, dan mempunyai prospek
pemasaran cukup cerah, karena hampir semua lapisan umur (terutama anak-anak)
menyukainya. Bolu kukus mempunyai karakteristik umum yaitu relatif lembut
dan empuk (Anon., 2007).

2.2. Terigu
Terigu merupakan bahan baku untuk pembuatan bolu. Terigu berfungsi
untuk membentuk struktur bolu, sumber karbohidrat, dan protein. Kandungan
protein utama dari terigu yaitu gluten (protein gandum) yang dibentuk dari
gliadin dan glutenin. Perbandingan glutenin dan gliadin mempengaruhi sifat
pengembangan adonan. Gliadin berperan dalam elastisitas adonan, glutenin
berperan pada pembentukan volume bolu. Terigu mempunyai sifat yang unik
karena apabila dicampur dengan air, dengan perbandingan tertentu maka akan
membentuk suatu massa atau adonan koloidal (gluten) yang dapat menahan gas
dan akan membentuk suatu struktur spon bila dipanggang (Desrosier, 1988).
Terigu adalah hasil penggilingan biji gandum. Biji gandum terdiri dari
14,5% sekam, 2,5% lembaga, 83% endosperm. Bagian endosperm ini merupakan
bagian yang menghasilkan tepung terigu (Anon., 2010 b). Gandum (Trcutum
aestivum L) termasuk dalam famili Graminase. Trcutum aestivum L juga
digunakan sebagai nama umum gandum roti, dengan nama umum lainnya
Triculum vulgare. Berdasarkan kualitasnya, terigu dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
terigu protein tinggi, terigu protein sedang, dan terigu protein rendah (Anon.,
2010b).
Pembuatan bolu kukus menggunakan jenis terigu protein sedang yaitu
mengandung protein sebesar 10-11% (Desrosier, 1988). Terigu protein sedang
merupakan campuran dari terigu protein rendah dan terigu protein tinggi. Terigu
tersebut mempunyai kandungan gluten sebesar 30-33% dalam 100 g terigu
(Astawan, 2006). Biasanya terigu protein sedang digunakan untuk membuat mie
maupun roti. Contohnya yang dijual di pasaran adalah merek Segitiga Biru.

2. 3. Ubi Jalar Kuning


Ubi Jalar Kuning adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Ubi Jalar Kuning mengandung energi sebesar 114
kilokalori, protein 0,8 gram, karbohidrat 26,7 gram, lemak 0,5 gram, kalsium 51
miligram, fosfor 47 miligram, dan zat besi 0,9 miligram. Ubi jalar kuning
merupakan salah satu bahan pangan lokal yang kaya akan karbohidrat dan β–
karoten. Kandungan β–karoten dalam 100 g ubi jalar kuning sebesar 2900
µg/100 g. Β-karoten adalah pigmen warna kuning-orange yang jika dicerna di
dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A. Fungsi vitamin A dan beta karoten
antara lain berguna bagi kesehatan mata, kulit, kekebalan tubuh, serta
reproduksi. Selain itu, β-karoten juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat
mengurangi serta mencegah resiko penyakit jantung dan kanker (Wikipedia,
2009).

2. 4. Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam
bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi
manis dan keadaan makanan atau minuman. Sukrosa yaitu oligosakarida yang
diperoleh dari bit, siwalan, tebu, dan kopyor termasuk madu, gula putih, gula
halus, gula mentah, sirup jagung, dan lain-lain (Buckle et al., 1987)
2. 5. Air soda
Air soda atau asam karbonat (H2CO3) merupakan sejenis air yang
dikarbonasikan dan dibuat bersifat berbuih dengan penambahan gas
karbondioksida. Air soda dihasilkan dari air hasil destilasi dicampurkan dengan
CO2. Karbonasi terjadi ketika gas CO2 terlarut secara sempurna dalam air.
Proses ini biasanya ditulis dalam bentuk reaksi berikut, H2O + CO2 H2CO3
dimana air dan gas karbondioksida bereaksi untuk membentuk asam karbonat.
Hal tersebut diikuti dengan keluarnya buih pada minuman soda yang tidak lain
adalah proses pelepasan kandungan CO2 terlarut didalam air (Anon., 2010a).

2. 6. Telur
Telur ayam mempunyai struktur yang sangat khusus yang mengandung zat
gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah dibuahi menjadi seekor
anak ayam. Ketiga komponen pokok telur adalah kulit telur, putih telur atau
albumen dan kuning telur (Buckle et al., 1987).

2. 7. Karoten
Karotenoid adalah senyawa hidrokarbon yang dibentuk dari 8 unit
isoprene (C5H8). Beberapa molekul karotenoid merupakan rantai hidrokarbon
tidak jenuh yang mempunyai satu atau dua buah struktur cincin pada satu atau
kedua ujung rantai (Belitz dan Grosch, 1987). Satuan vitamin A yang umum
dipakai adalah IU (International Unit) atau RE (Retinol Equivalent), satu RE
sama dengan 3,33 IU (Anon., 2008).
Andarwulan dan Koswara (1992) menyatakan bahwa karotenoid yang
merupakan prekusor vitamin A disebut provitamin A. Provitamin A potensial
adalah beta karoten yang ekuivalen dengan dua vitamin A. Beta karoten
berfungsi sebagai zat anti oksidan yang terdapat pada buah dan sayuran seperti
waluh, wortel, kentang dan buah peach.
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan waluh terhadap karakteristik
bolu kukus.
2. Untuk mengetahui persentase penambahan waluh yang tepat sehingga
dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik

3.2. Manfaat Penelitian


1. Memanfaatkan waluh yang telah banyak dibudidayakan di Indonesia
pada pembuatan bolu kukus.
2. Peanekaragaman produk pangan khususnya jajanan dengan
penambahan waluh pada proses pembuatannya.
3. Memberikan informasi khususnya kepada masyarakat dan produsen
bolu kukus tentang adanya penambahan waluh yang tepat sehingga
dapat menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik.
4. Menambah nilai gizi dari bolu kukus karena adanya kandungan
karoten dari waluh yang dapat mencegah dan mengurangi beberapa
penyakit.
5. Menghindari penggunaan pewarna buatan karena waluh mengandung
pewarna alami.
BAB IV. METODE PENELITIAN

4. 1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Pangan,
Laboratorium Pengolahan dan Laboratorium Rekayasa Proses dan
Pengendalian Mutu Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
Penelitian ini berlangsung selama 95 hari terhitung dari tanggal 13 Mei 2014
sampai dengan 15 Agustus 2014.

4. 2. Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar kuning,
terigu cap Segitiga biru, telur, pengembang sp, air soda (sprite), dan gula pasir.
Bahan kimia yang digunakan untuk analisis adalah n-Hexan, aseton, Na2SO4
dan aquadest.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, mixer,
cetakan bolu kukus, sendok, panci, pisau, timbangan analitik, lumpang,
erlenmeyer, labu ukur, labu pemisah, oven, spektrometri, batang pengaduk,
cawan poselin, aluminium foil, tabung reaksi, centrifuse, ayakan dan
eksikator.

4. 3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan sebagai berikut:
T0 = 0 % ubi jalar kuning kukus dengan 100 % terigu
T1 = 10 % ubi jalar kuning kukus dengan 90 % terigu
T2 = 20 % ubi jalar kuning kukus dengan 80 % terigu
T3 = 30 % ubi jalar kuning kukus dengan 70 % terigu
T4 = 40 % ubi jalar kuning kukus dengan 60 % terigu
Persentase berdasarkan jumlah berat terigu dan ubi jalar kuning kukus
Seluruh perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 15 unit
percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila terdapat
pengaruh pada perlakuan maka akan dilanjutkan analisis dengan Uji Duncan’s
(Sastrosupadi, 2000).

4. 4. Pelaksanaan Penelitian
4. 4. 1. Proses Pembuatan Bolu Kukus
Formulasi bahan baku dalam pembuatan bolu kukus dengan penambahan
ubi jalar kuning kukus dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Formulasi bahan baku dalam pembuatan bolu kukus
Perlakuan T0 T1 T2 T3 T4
Ubi jalar kuning 0 10 20 30 40
Kukus (%)
Terigu (%) 100 90 80 70 60
Gula pasir (%) 100 100 100 100 100
Telur (butir) 1 1 1 1 1
Air soda (%) 60 60 60 60 60
Pengembang sp 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
(%)

Proses Pembuatan Bolu Kukus :


1. Masukkan gula pasir, telur dan pengembang kue merek SP kedalam
wadah kemudian dikocok menggunakan mixer sampai mengembang
selama 15 menit
2. Kemudian ditambahkan terigu dan ubi jalar kuning kukus (dikukus
selama 5 menit) yang telah dibuat sesuai perlakuan kedalam adonan
diatas selanjutnya dikocok sampai rata dan mengembang selama 15
menit.
3. Ditambahkan air soda dan kemudian diaduk sampai tercampur.
4. Adonan kemudian didiamkan selama 10 menit.
5. Adonan yang sudah jadi kemudian dimasukkan ke dalam cetakan kue
bolu kukus yang telah dialasi kertas kue.
6. Selanjutnya adonan dikukus dengan suhu 100 oC selama 20 menit
dengan kondisi yang benar-benar rapat hingga matang dan mekar.
Proses pembuatan bolu kukus dapat dilihat pada Gambar 1.
Ubi Jalar Kuning Kukus Terigu (100, 90,80,70,60)g
sesuai perlakuan
(0,10,20,30,40)g Gula pasir 100g, telur (1 btr), sp (0,4g)

Dimixer selama 15 menit

Dimixer kembali selama 15 menit

Ditambah air soda 60 ml

Adonan diaduk dan didiamkan selama 10 menit

Dicetak

Dikukus pada suhu 100 oC selama 20 menit

Bolu kukus
Gambar 1. Diagram alir Proses Pembuatan Bolu Kukus

4. 4. 2. Parameter yang diamati


Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar air (Sudarmadji
et al., 1997), kadar total beta-karoten (Lestariana etal., 1988), daya kembang
(Haryadi, 1992) serta uji sensoris (Soekarto, 1985) meliputi warna (uji skor),
tekstur (uji skor), rasa (uji hedonik), aroma (uji hedonik) dan penerimaan
keseluruhan (uji hedonik)
4. 4. 2. 1. Kadar Air
Penetapan kadar air menggunakan metode oven menurut Sudarmadji, et
al., (1997). Sebanyak 2 gram sampel yang telah dihaluskan ditimbang lalu
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya, kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 4 jam dan didinginkan dalam
eksikator yang telah dilengkapi penyerap air berupa silika gel selama 15 menit,
kemudian ditimbang. Cawan yang berisi sampel tersebut dipanaskan lagi selama 1
jam kemudian didinginkan lagi dalam eksikator dan ditimbang sampai tercapai
berat konstan (selisih berat penimbangan berurutan kurang dari 0,02 mg). Kadar
air dapat dhitung dengan rumus :

Kadar air (%) = berat awal - berat akhir x 100%


berat awal

4. 4. 2. 2. Penentuan Kadar Total Beta-Karoten


Penetapan kadar total beta-karoten menurut Lestariana et al., (1988).
Pertama ditimbang sampel sebanyak 1,0 gram kemudian dimasukkan kedalam
tabung centrifuse. Selanjutnya ditambahkan pelarut aseton sebanyak 5 ml dan n-
Hexan sebanyak 5 ml kemudian diaduk hingga sampel terekstrak. Dilanjutkan
dengan dicentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan
(bagian yang kuning) yang dihasilkan ditampung pada tabung pemisah. Kemudian
dibilas dengan aquadest 15 ml sebanyak 3 kali, sehingga total aquadest yang
dipergunakan sejumlah 45 ml. Bagian atas (pigmen) ditampung dalam tabung
reaksi dan buang air pembilasnya. Selanjutnya ditambahkan Na2SO4 sebanyak 1
gram. Kemudian larutan yang telah ditambahkan Na2SO4 divortex selama
beberapa menit hingga tercampur. Setelah itu bagian beningnya diambil dan
endapannya dibuang. Kemudian tambahkan n-hexan samapi volume sama dengan
10. Selanjutnya dilakukan pengukuran kepekatan warna (abs) pada λ = 450 nm.
Dibaca konsentrasi beta-karoten dalam µg per ml larutan dari kurva standar.
Perhitungan :
Kadar total β-karoten (µg/100g) = total volume x abs x 100
0,2 x berat sampel
4. 4. 2. 3. Daya kembang
Menurut Haryadi (1992), pengujian tingkat pengembangan volume bolu
kukus dilakukan dengan cara: mula-mula adonan yang dibentuk diukur tingginya
sehingga didapatkan tinggi bolu kukus awal. Setelah adonan dikukus, diukur
kembali tingginya sehingga diperoleh tinggi bolu kukus akhir. Pengukuran
dilakukan di tiga titik kemudian data yang diperoleh dirata-ratakan.
Daya kembang bolu kukus dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Daya kembang = B – A x 100%
A
Dimana :
A = Tinggi bolu kukus sebelum dikukus (cm)
B = Tinggi bolu kukus setelah dikukus (cm)

4. 4. 2. 4. Uji Sensoris
Pengujian sensoris dilakukan terhadap warna, tekstur (uji skor), aroma,
rasa dan penerimaan keseluruhan (uji hedonik) (Soekarto, 1985). Uji ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap penerimaan bolu kukus.
4. 4. 2. 4. 1. Uji Warna
Pengujian terhadap warna dilakukan dengan uji skor (Soekarto, 1985).
Ruang pengujian diberi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup. Kesan
yang diperoleh dinyatakan dengan skala numerik. Adapun kriteria dan skala
numerik untuk menyatakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Skala skor warna bolu kukus ubi jalar kuning
Kriteria Skala Numerik
Kuning tua 5
Kuning 4
Kuning muda 3
Putih kekuningan 2
Putih 1

4. 4. 2. 4. 2.Uji Tekstur
Pengujian terhadap tekstur dilakukan dengan uji skor (Soekarto, 1985).
Panelis diminta menyatakan kesan terhadap tekstur bolu kukus ubi jalar kuning
yang disajikan sesuai dengan penelisnya. Setiap panelis diberikan sampel dengan
nomor sampel yang berbeda, sehingga semua sampel mendapatkan kesempatan
yang sama untuk diuji. Kesan yang diperoleh dinyatakan dengan skala numerik.
Adapun kriteria skala numerik untuk menyatakan tekstur dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Skala skor tekstur bolu kukus ubi jalar kuning
Kriteria Skala Numerik
Empuk 5
Agak empuk 4
Biasa 3
Agak keras 2
Keras 1

4. 4. 2. 4. 3. Uji Aroma
Pengamatan terhadap aroma dilakukan dengan uji hedonik (Soekarto,
1985). Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap
aroma dan rasa bolu kukus ubi jalar kuning yang disajikan sesuai dengan
panelisnya. Pengujian aroma dilakukan dengan membaui bolu kukus ubi jalar
kuning. Diharapkan sebelum melakukan pengujian, panelis berada di lingkungan
berudara segar, atau tidak boleh ada bau yang mengganggu disekitar tempat
pengujian. Kriteria dan skala numerik untuk menyatakan aroma dapat dilihat pada
Tabel 4.
4. 4. 2. 4. 4. Rasa
Uji terhadap rasa bolu kukus ubi jalar kuning menggunakan uji hedonik
(Soekarto,1985). Sistem dan cara pengujian sama dengan uji aroma. Untuk
menentukan rasa bolu kukus ubi jalar kuning yaitu dengan mencicipi yang
disajikan dan diharapkan +30 menit sebelum melakukan pengujian panelis tidak
atau sedang makan. Kriteria dan skala numerik untuk menyatakan rasa dapat
dilihat pada Tabel 4.

4. 4. 2. 4. 5. Penerimaan Keseluruhan
Uji terhadap penerimaan keseluruhan bolu kukus ubi jalar kuning
menggunakan uji hedonik (Soekarto, 1985). Uji ini dilakukan terhadap
penerimaan secara keseluruhan bolu kukus ubi jalar kuning dengan memakai
skala numerik yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Skala hedonik aroma, rasa dan penerimaan keseluruhan
Kriteria Skala Numerik
Suka 5
Agak Suka 4
Biasa 3
Agak Tidak Suka 2
Tidak Suka 1
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. HASIL
Hasil analisis keragaman bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar
kuning kukus dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai rata-rata hasil analisis bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar
kuning kukus
Kode Kadar Daya Warna Tekstur Aroma Rasa Penerimaan
Sampel air kembang Keseluruhan
T0 31,26 e 98,41 a 1,73 d 3,87 a 4,07 a 3,60 a 4,07 a
T1 33,07 d 92,06 b 2,0 cd 3,53 a 4,13 a 4,13 a 4,07 a
T2 35,77 c 85,71 c 2,40 c 3,47 a 3,60 a 4,07 a 3,67 a
T3 36,89 b 80,42 d 3,27 b 2,53 b 3,07 ab 3,40 ab 3,53 a
T4 37,80 a 76,19 e 4,27 a 1,53 c 2,53 b 2,80 b 2,47 b
Keterangan : huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata pada kolom yang sama,
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05)

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1. Kadar air


Berdasarkan analisis keragaman kadar air bolu kukus menunjukkan bahwa
perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh sangat nyata
(P<0,01). Nilai rata-rata dapat dilhat pada Tabel 5. Nilai rata-rata kadar air bolu
kukus berkisar antara 31,26 % sampai 37,80 %. Nilai rata-rata kadar air tertinggi
pada bolu kukus terdapat pada perlakuan T4 (perbandingan 60% terigu dan 40%
ubi jalar kuning kukus) yaitu 37,80 % sedangkan terendah perlakuan T0
(perbandingan 100% terigu dan 0% ubi jalar kuning kukus) yaitu 31,26 %.
Semakin meningkat jumlah konsentrasi ubi jalar kuning kukus maka
semakin meningkat kadar air bolu kukus. Terjadinya peningkatan kadar air bolu
kukus kemungkinan disebabkan karena adanya kandungan air yang tinggi pada
ubi jalar kuning dan penambahan ubi jalar kuning kukus yang semakin
meningkat.
5.2.2. Daya kembang
Berdasarkan analisis keragaman daya kembang bolu kukus menunjukkan
bahwa perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap daya kembang bolu kukus. Nilai rata-rata dapat dilihat pada
Tabel 5. Nilai rata-rata daya kembang bolu kukus berkisar antara 76,19 % sampai
98,41 %. Nilai rata-rata daya kembang tertinggi pada bolu kukus terdapat pada
perlakuan T0 (perbandingan 100% terigu dan 0% ubi jalar kuning kukus) yaitu
98,41 %. Sedamgkan nilai rata-rata terendah didapatkan pada perlakuan T4
(perbandingan 60% terigu dan 40% ubi jalar kuning kukus) yaitu 76,19 %.
Proses pengembangan dalam bolu kukus terjadi dengan menambahkan
bahan pembentuk CO2 yaitu air soda. Gluten yang terdapat pada adonan akan
menahan CO2 sehingga adonan mengalami pengembangan. Akan tetapi dengan
penambahan ubi jalar kuning kukus terjadi penurunan daya kembang yang
disebabkan karena penurunan jumlah gluten, dimana jumlah gluten pada terigu
protein sedang sebesar 30-33% (Astawan., 2006).

5.2.3. Hasil Analisis Uji sensoris

5.2.3.1. Uji Warna


Berdasarkan analisis keragaman kadar air bolu kukus menunjukkan bahwa
perlakuan penambahan ubi jalar kuning berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
terhadap warna bolu kukus. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata yang diberikan
panelis terhadap warna bolu kukus berkisar antara 1,73-4,27 dengan kriteria putih
kekuningan sampai kuning. Penilaian tertinggi dihasilkan pada perlakuan T4
(60% terigu dan 40% ubi jalar kuning kukus) yaitu 4,27 (kuning), sedangkan
penilaian terendah dihasilkan pada perlakuan T0 (100% terigu dan 0% ubi jalar
kuning kukus) yaitu 1,73 (putih kekuningan). Semakin banyak penggunaan ubi
jalar kuning kukus, bolu kukus yang dihasilkan akan semakin berwarna kuning.
Hal ini disebabkan ubi jalar kuning mengandung pigmen karoten.

5.2.3.2. Uji Tekstur


Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tekstur
bolu kukus. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata yang diberikan panelis terhadap
tekstur bolu kukus berkisar antara 1,53-3,87 (agak keras sampai agak empuk).
Tekstur bolu kukus dipengaruhi oleh porositas atau banyaknya pori dari
produk yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah pori yang dihasilkan dan
semakin seragam penampakan porinya maka tekstur bolu kukus yang dihasilkan
semakin empuk. Pori menunjukkan banyaknya rongga udara yang terdapat pada
adonan. Rongga udara ini berisi gas CO2 yang tertangkap dan ditahan oleh gluten
yang visko-elastis. Dengan adanya penambahan ubi jalar kuning kukus maka
tekstur bolu kukus menjadi keras, hal ini disebabkan karena jumlah gluten
semakin berkurang sehingga pori yang dihasilkan pun berkurang.

5.2.3.3. Uji Aroma


Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap aroma
bolu kukus. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata yang diberikan panelis terhadap
aroma bolu kukus berkisar antara 2,53-4,13 (biasa sampai agak suka).
Penambahan ubi jalar kuning kukus menyebabkan tingkat kesukaan terhadap bolu
kukus bertambah.

5.2.3.4. Uji Rasa


Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasa
bolu kukus. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata yang diberikan panelis terhadap
rasa bolu kukus berkisar antara 2,80-4,13 (biasa sampai agak suka). Semakin
meningkat penambahan ubi jalar kuning kukus maka semakin disukai,
kemungkinan disebabkan oleh rasa manis dari ubi jalar kuning kukus.

5.2.3.5. Penerimaan Keseluruhan

Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan


penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
penerimaan keseluruhan bolu kukus. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata yang
diberikan panelis terhadap penerimaan keseluruhan bolu kukus berkisar antara
2,47-4,07 (agak tidak suka sampai agak suka).
Secara keseluruhan panelis dalam memberikan penilaian terhadap warna,
tekstur, aroma dan rasa saling terkait sehingga diperoleh bolu kukus dengan
perlakuan 80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus (T2) memberikan hasil
yang masih dapat diterima panelis. Hal ini dapat dibuktikan dari uji sensoris oleh
panelis terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa mendapat yang tanggapan yang
baik dari panelis.

5.2.4. Kadar Beta Karoten


Pengukuran kadar beta karoten dilakukan untuk hasil terbaik dari
perlakuan penelitian dan dibandingkan dengan kontrol. Hasil terbaik dari
perlakuan penambahan waluh kukus pada bolu kukus dari uji obyektif dan
sensoris menunjukkan perlakuan T2 (80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus)
masih dapat diterima oleh panelis.
Nilai rata-rata kadar beta karoten untuk perlakuan terbaik T2 (80% terigu
dan 20% ubi jalar kuning kukus) adalah 49,64 µg/100g sedangkan kontrol T0
(100% terigu dan 0% ubi jalar kuning kukus) adalah 14,52 µg/100g.
Data beta karoten tersebut diatas menunjukkan bahwa penambahan ubi
jalar kuning kukus menyebabkan peningkatan kadar beta karoten, hal ini
disebabkan karena ubi jalar kuning merupakan salah satu sumber beta karoten,
dimana ubi jalar kuning mengandung beta karoten sebanyak 2900 µg/100g.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh sangat
nyata (P>0,01) terhadap kadar air, daya kembang dan warna dan
berpenaruh nyata (P<0,05) terhadap tekstur, aroma, rasa dan
penerimaan keseluruhan bolu kukus. Semakin meningkat penambahan
ubi jalar kuning kukus maka kadar air dan kadar beta karoten
meningkat, daya kembang menurun, warna semakin kuning, tekstur
agak keras, aroma biasa, rasa biasa dan penerimaan keseluruhan agak
tidak suka.
2. Penggunaan 80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus menghasilkan
bolu kukus dengan karakteristik terbaik dengan kriteria : kadar air
35,77 %, daya kembang 85,71 %, kadar beta karoten 49,64 µg/100g,
warna putih kekuningan, tekstur biasa, aroma (agak suka), rasa (agak
suka), dan penerimaan keseluruhan (agak suka)
3. Penambahan ubi jalar kuning kukus pada bolu kukus dapat
meningkatan kadar beta karoten dari bolu kukus.

5.3.Saran
Untuk menghasilkan bolu kukus yang terbaik dan dapat diterima oleh
konsumen dapat digunakan 80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1983. Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Penerbit Djambatan, Jakarta

Anonimus. 2007. Bolu kukus


http://www.kompas.com/Widipedia/news/0207/08/011205.htm

Anonimus. 2008. Vitamin A. http://klipingut.wordpress.com/2008/01/05/

Anonimus. 2010a. Available at : http://id.wikipedia.org/wiki/Air Soda. Opened on


: 20/12/2010

Anonimus. 2010b. Available ar : http://id.wikipedia.org/wiki/Gandum. Opened on


20/12/2010

Andarwulan, N. dan Koswara, S. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali, Jakarta.

Astawan, M. 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penerbar Swadaya, Bogor

Belitz, H. D. dan Grosch, W. 1987. Food Chemistry. Sringer-Verlag, Berlin

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiano. UI Press, Jakarta

Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M.


Miljohardjo. UI-Press, Jakarta

Haryadi, 1992. Fisiko Kimiawi dan Teknologi Bahan Berpati. PAU Pangan dan
Gizi UGM, Yogyakarta

Lestariana, W., M.Madiyah. 1988. Analisa Vitamin dan Elektrolit Organik. PAU
Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit


Kanisius, Yogyakarta

Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Edisi Ke 4. Liberty, Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar kuning

Perlakuan T0 ulangan 1,2,3 Perlakuan T1 ulangan 1,2,3

Perlakuan T2 ulangan 1,2,3 Perlakuan T3 ulangan 1,2,3


Perlakuan T4 ulangan 1,2,3
BIAYA YANG DIKELUARKAN

1. Pajak 15 % dari Rp 7.500.000 Rp. 1.125.000

SUB TOTAL 1 (Rp) 1.125.000


2. Honor
Honor Honor/jam Waktu Minggu Honor (Rp)
(Rp) (jam/minggu)
Ketua 275.000
Anggota ( 5 org) 1.000.000
SUB TOTAL 2 (Rp) 1.275.000
3. Peralatan
Material Justifikasi Kuantitas Harga Harga (Rp)
Pemakaian Satuan
(Rp)
Waskom stainless Untuk pembuatan 2 buah 20. 000 40.000
Panci stainless bolu kukus 1 buah 20. 000 20.000
Gas 12 kg 1buah 110.000 110.000
Cetakan kue 2 lusin 22.500 45.000
Mixer 1 buah 400.000 400.000
Nampan stainless 1 buah 25.000 25.000
Pisau stainless 2 buah 7.000 14.000
Gelas takar volume 2 l 1 buah 15.000 15.000
Timbangan roti 1 buah 90.000 90.000
Pengaduk stainless steal 1 buah 20.000 20.000
SUB TOTAL 3 (Rp) 779.000
4. Bahan
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Harga
Satuan (Rp)
(Rp)
Aquadest Bahan analisis 25 liter 5.000 125.000
Aseton 1 liter 500.000 500.000
Hexan 1liter 750.000 750.000
Na2 SO4. 1 gram 500.000 500.000
β-karoten murni 0,5 gram 500.000 500.000
kloroform 0,5 liter 300.000 300.000
Tissue Bahan uji organoleptik 1 pack 7.000 7.000
Aqua 1 dus 24.000 24.000
Terigu Bahan pembuatan adonan 3 kg 10.000 30.000
Ubi Jalar Kuning 2 kg 10.000 20.000
Gula Pasir 3 kg 15.000 45.000
Telur 10 butir 1.500 15.000
Pengembang SP 1 buah 10.000 10.000
Air soda 2 liter 10.000 20.000
SUB TOTAL 4 (Rp) 2.846.000
5. Perjalanan
Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Biaya (Rp)
Perjalanan (Rp)

Perjalanan Pembelian alat dan 350.000


bahan penelitian
SUB TOTAL 5 (Rp) 350.000
6. Lain-Lain
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Biaya (Rp)
Satuan
(Rp)
Analisis Data Persiapan dan 300.000
Pembuatan Laporan Pelaporan enelitian 200.000
Penggandaan laporan 125.000
Seminar/Publikasi 500.000
SUB TOTAL 6 (Rp) 1.125.000
TOTAL (1+2+3+4+5+6) (Rp) 7.500.000

Anda mungkin juga menyukai