Bolu Ubi Jalar 2014
Bolu Ubi Jalar 2014
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN MUDA
TIM PENGUSUL:
(Prof. Dr. Ir. I Made Sugitha, M.Sc) (Putu Ari Sandhi Wipradnyadewi, S.TP.MP)
NIP : 19550512 198103 1 008 NIP: 19740416 200012 2 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana
Halaman Sampul i
Halaman Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
Daftar Lampiran vii
RINGKASAN viii
PRAKATA ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………………. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bolu Kukus ……………………………………………………………... 4
2.2. Terigu ………………………………………………………………… 4
2.3. Ubi Jalar Kuning ……………………………………………………… 5
2.4. Gula …………………………………………………………………….. 5
2.5. Air Soda ………………………………………………………………... 6
2.6. Telur ……………………………………………………………………. 6
2.7. Karoten ………………………………………………………………… 6
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 7
3.2. Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 7
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………….. 8
4.2. Bahan dan Alat …………………………………………………………. 8
4.3. Rancangan Percobaan ………………………………………………….. 8
4.4. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………………. 9
4.4.1. Proses Pembuatan Bolu Kukus ……………………………….. 9
4.4.2. Parameter Yang Diamati ……………………………………… 10
4.4.2.1. Kadar air …………………………………………… 10
4.4.2.2. Penentuan Total Beta Karoten …………………….. 11
4.4.2.3. Daya Kembang …………………………………….. 12
4.4.2.4. Uji Sensoris ……………………………………….. 12
4.4.2.4.1. Uji Warna ……………………………. 12
4.4.2.4.2. Uji Tekstur ……………………………. 12
4.4.2.4.3 Uji Aroma …………………………….. 13
4.4.2.4.4. Uji Rasa ………………………………. 13
4.4.2.4.5. Penerimaan Keseluruhan .…………….. 13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil …………………………………………………………………… 15
5.2. Pembahasan ……………………………………………………………. 15
5.2.1. Kadar Air ………………………………………………………… 15
5.2.2. Daya Kembang ………………………………………………….. 16
5.2.3. Hasil Analisis Uji Sensoris ……………………………………… 16
5.2.3.1. Uji Warna ……………………………………………… 16
5.2.3.2. Uji Tekstur …………………………………………….. 16
5.2.3.3. Uji Aroma ………………………………………………. 17
5.2.3.4. Uji Rasa ………………………………………………… 17
5.2.3.5. Penerimaan Keseluruhan ………………………………. 17
5.2.4. Kadar Beta Karoten ……………………………………………… 18
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan … …………………………………………………………. 19
6.2. Saran …………………………………………………………………..... 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN - LAMPIRAN 21
DAFTAR TABEL
5. Nilai rata-rata hasil analisis bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar 15
kuning .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Bolu Kukus dari campuran terigu dan ubi jalar kuning 19
RINGKASAN
Ubi Jalar Kuning merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak
mengandung vitamin terutama karoten dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Ubi
Jalar Kuning memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. Selain itu, beta
karoten juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi serta
mencegah resiko penyakit jantung dan kanker.
Penambahan ubi jalar kuning yang merupakan komoditas lokal pada
pembuatan bolu kukus diharapkan dapat menambah nilai gizi bolu kukus yang
dihasilkan karena kandungan gizi ubi jalar kuning yang cukup lengkap. Selain itu
dengan penambahan ubi jalar kuning dapat menyebabkan warna dari bolu kukus
yang dihasilkan lebih menarik karena di dalam ubi jalar kuning terdapat warna
alami karotenoid yang berwarna kuning atau orange sehingga penggunaan zat
pewarna buatan pada bolu kukus tidak diperlukan, mengurangi penggunaan
terigu yang merupakan bahan baku non lokal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi ubi
jalar kuning kukus dengan terigu terhadap karakteristik bolu kukus dan
mengetahui persentase subsitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu yang tepat
sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik. Penelitian ini
bermanfaat dalam memanfaatkan ubi jalar kuning yang telah banyak
dibudidayakan di Indonesia pada pembuatan bolu kukus, peanekaragaman
produk pangan khususnya jajanan dengan penambahan ubi jalar kuning pada
proses pembuatannya, memberikan informasi khususnya kepada masyarakat dan
produsen bolu kukus tentang adanya penambahan ubi jalar kuning yang tepat
sehingga dapat menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik,
menambah nilai gizi dari bolu kukus, dan menghindari penggunaan pewarna
buatan karena ubi jalar kuning mengandung pewarna alami. Parameter yang
dianalisis dalam penelitian ini antara lain kadar air, kadar total beta karoten, daya
kembang, dan uji sensoris.
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
substitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu terhadap karakteristik bolu kukus
yang dihasilkan dan berapakah persentase substitusi ubi jalar kuning kukus yang
tepat sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan komposisi bolu kukus yang terbaik dari kandungan gizi
dan uji sensoris maka perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan ubi jalar
kuning kukus sebagai pensubstitusi terigu terhadap karakteristik bolu kukus
sebagai usaha peanekaragaman pangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan T2 (80% terigu dan 20%
ubi jalar kuning kukus) menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik
dengan kriteria kadar air 35,77 %, daya kembang 85,71 %, kadar beta karoten
49,64 µg/100g, warna putih kekuningan, tekstur biasa, aroma (agak suka), rasa
(agak suka), dan penerimaan keseluruhan (agak suka)
PRAKATA
2.2. Terigu
Terigu merupakan bahan baku untuk pembuatan bolu. Terigu berfungsi
untuk membentuk struktur bolu, sumber karbohidrat, dan protein. Kandungan
protein utama dari terigu yaitu gluten (protein gandum) yang dibentuk dari
gliadin dan glutenin. Perbandingan glutenin dan gliadin mempengaruhi sifat
pengembangan adonan. Gliadin berperan dalam elastisitas adonan, glutenin
berperan pada pembentukan volume bolu. Terigu mempunyai sifat yang unik
karena apabila dicampur dengan air, dengan perbandingan tertentu maka akan
membentuk suatu massa atau adonan koloidal (gluten) yang dapat menahan gas
dan akan membentuk suatu struktur spon bila dipanggang (Desrosier, 1988).
Terigu adalah hasil penggilingan biji gandum. Biji gandum terdiri dari
14,5% sekam, 2,5% lembaga, 83% endosperm. Bagian endosperm ini merupakan
bagian yang menghasilkan tepung terigu (Anon., 2010 b). Gandum (Trcutum
aestivum L) termasuk dalam famili Graminase. Trcutum aestivum L juga
digunakan sebagai nama umum gandum roti, dengan nama umum lainnya
Triculum vulgare. Berdasarkan kualitasnya, terigu dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
terigu protein tinggi, terigu protein sedang, dan terigu protein rendah (Anon.,
2010b).
Pembuatan bolu kukus menggunakan jenis terigu protein sedang yaitu
mengandung protein sebesar 10-11% (Desrosier, 1988). Terigu protein sedang
merupakan campuran dari terigu protein rendah dan terigu protein tinggi. Terigu
tersebut mempunyai kandungan gluten sebesar 30-33% dalam 100 g terigu
(Astawan, 2006). Biasanya terigu protein sedang digunakan untuk membuat mie
maupun roti. Contohnya yang dijual di pasaran adalah merek Segitiga Biru.
2. 4. Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam
bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi
manis dan keadaan makanan atau minuman. Sukrosa yaitu oligosakarida yang
diperoleh dari bit, siwalan, tebu, dan kopyor termasuk madu, gula putih, gula
halus, gula mentah, sirup jagung, dan lain-lain (Buckle et al., 1987)
2. 5. Air soda
Air soda atau asam karbonat (H2CO3) merupakan sejenis air yang
dikarbonasikan dan dibuat bersifat berbuih dengan penambahan gas
karbondioksida. Air soda dihasilkan dari air hasil destilasi dicampurkan dengan
CO2. Karbonasi terjadi ketika gas CO2 terlarut secara sempurna dalam air.
Proses ini biasanya ditulis dalam bentuk reaksi berikut, H2O + CO2 H2CO3
dimana air dan gas karbondioksida bereaksi untuk membentuk asam karbonat.
Hal tersebut diikuti dengan keluarnya buih pada minuman soda yang tidak lain
adalah proses pelepasan kandungan CO2 terlarut didalam air (Anon., 2010a).
2. 6. Telur
Telur ayam mempunyai struktur yang sangat khusus yang mengandung zat
gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah dibuahi menjadi seekor
anak ayam. Ketiga komponen pokok telur adalah kulit telur, putih telur atau
albumen dan kuning telur (Buckle et al., 1987).
2. 7. Karoten
Karotenoid adalah senyawa hidrokarbon yang dibentuk dari 8 unit
isoprene (C5H8). Beberapa molekul karotenoid merupakan rantai hidrokarbon
tidak jenuh yang mempunyai satu atau dua buah struktur cincin pada satu atau
kedua ujung rantai (Belitz dan Grosch, 1987). Satuan vitamin A yang umum
dipakai adalah IU (International Unit) atau RE (Retinol Equivalent), satu RE
sama dengan 3,33 IU (Anon., 2008).
Andarwulan dan Koswara (1992) menyatakan bahwa karotenoid yang
merupakan prekusor vitamin A disebut provitamin A. Provitamin A potensial
adalah beta karoten yang ekuivalen dengan dua vitamin A. Beta karoten
berfungsi sebagai zat anti oksidan yang terdapat pada buah dan sayuran seperti
waluh, wortel, kentang dan buah peach.
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
4. 3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan sebagai berikut:
T0 = 0 % ubi jalar kuning kukus dengan 100 % terigu
T1 = 10 % ubi jalar kuning kukus dengan 90 % terigu
T2 = 20 % ubi jalar kuning kukus dengan 80 % terigu
T3 = 30 % ubi jalar kuning kukus dengan 70 % terigu
T4 = 40 % ubi jalar kuning kukus dengan 60 % terigu
Persentase berdasarkan jumlah berat terigu dan ubi jalar kuning kukus
Seluruh perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 15 unit
percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila terdapat
pengaruh pada perlakuan maka akan dilanjutkan analisis dengan Uji Duncan’s
(Sastrosupadi, 2000).
4. 4. Pelaksanaan Penelitian
4. 4. 1. Proses Pembuatan Bolu Kukus
Formulasi bahan baku dalam pembuatan bolu kukus dengan penambahan
ubi jalar kuning kukus dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Formulasi bahan baku dalam pembuatan bolu kukus
Perlakuan T0 T1 T2 T3 T4
Ubi jalar kuning 0 10 20 30 40
Kukus (%)
Terigu (%) 100 90 80 70 60
Gula pasir (%) 100 100 100 100 100
Telur (butir) 1 1 1 1 1
Air soda (%) 60 60 60 60 60
Pengembang sp 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
(%)
Dicetak
Bolu kukus
Gambar 1. Diagram alir Proses Pembuatan Bolu Kukus
4. 4. 2. 4. Uji Sensoris
Pengujian sensoris dilakukan terhadap warna, tekstur (uji skor), aroma,
rasa dan penerimaan keseluruhan (uji hedonik) (Soekarto, 1985). Uji ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap penerimaan bolu kukus.
4. 4. 2. 4. 1. Uji Warna
Pengujian terhadap warna dilakukan dengan uji skor (Soekarto, 1985).
Ruang pengujian diberi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup. Kesan
yang diperoleh dinyatakan dengan skala numerik. Adapun kriteria dan skala
numerik untuk menyatakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Skala skor warna bolu kukus ubi jalar kuning
Kriteria Skala Numerik
Kuning tua 5
Kuning 4
Kuning muda 3
Putih kekuningan 2
Putih 1
4. 4. 2. 4. 2.Uji Tekstur
Pengujian terhadap tekstur dilakukan dengan uji skor (Soekarto, 1985).
Panelis diminta menyatakan kesan terhadap tekstur bolu kukus ubi jalar kuning
yang disajikan sesuai dengan penelisnya. Setiap panelis diberikan sampel dengan
nomor sampel yang berbeda, sehingga semua sampel mendapatkan kesempatan
yang sama untuk diuji. Kesan yang diperoleh dinyatakan dengan skala numerik.
Adapun kriteria skala numerik untuk menyatakan tekstur dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Skala skor tekstur bolu kukus ubi jalar kuning
Kriteria Skala Numerik
Empuk 5
Agak empuk 4
Biasa 3
Agak keras 2
Keras 1
4. 4. 2. 4. 3. Uji Aroma
Pengamatan terhadap aroma dilakukan dengan uji hedonik (Soekarto,
1985). Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap
aroma dan rasa bolu kukus ubi jalar kuning yang disajikan sesuai dengan
panelisnya. Pengujian aroma dilakukan dengan membaui bolu kukus ubi jalar
kuning. Diharapkan sebelum melakukan pengujian, panelis berada di lingkungan
berudara segar, atau tidak boleh ada bau yang mengganggu disekitar tempat
pengujian. Kriteria dan skala numerik untuk menyatakan aroma dapat dilihat pada
Tabel 4.
4. 4. 2. 4. 4. Rasa
Uji terhadap rasa bolu kukus ubi jalar kuning menggunakan uji hedonik
(Soekarto,1985). Sistem dan cara pengujian sama dengan uji aroma. Untuk
menentukan rasa bolu kukus ubi jalar kuning yaitu dengan mencicipi yang
disajikan dan diharapkan +30 menit sebelum melakukan pengujian panelis tidak
atau sedang makan. Kriteria dan skala numerik untuk menyatakan rasa dapat
dilihat pada Tabel 4.
4. 4. 2. 4. 5. Penerimaan Keseluruhan
Uji terhadap penerimaan keseluruhan bolu kukus ubi jalar kuning
menggunakan uji hedonik (Soekarto, 1985). Uji ini dilakukan terhadap
penerimaan secara keseluruhan bolu kukus ubi jalar kuning dengan memakai
skala numerik yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Skala hedonik aroma, rasa dan penerimaan keseluruhan
Kriteria Skala Numerik
Suka 5
Agak Suka 4
Biasa 3
Agak Tidak Suka 2
Tidak Suka 1
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. HASIL
Hasil analisis keragaman bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar
kuning kukus dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai rata-rata hasil analisis bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar
kuning kukus
Kode Kadar Daya Warna Tekstur Aroma Rasa Penerimaan
Sampel air kembang Keseluruhan
T0 31,26 e 98,41 a 1,73 d 3,87 a 4,07 a 3,60 a 4,07 a
T1 33,07 d 92,06 b 2,0 cd 3,53 a 4,13 a 4,13 a 4,07 a
T2 35,77 c 85,71 c 2,40 c 3,47 a 3,60 a 4,07 a 3,67 a
T3 36,89 b 80,42 d 3,27 b 2,53 b 3,07 ab 3,40 ab 3,53 a
T4 37,80 a 76,19 e 4,27 a 1,53 c 2,53 b 2,80 b 2,47 b
Keterangan : huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata pada kolom yang sama,
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05)
5.2. PEMBAHASAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh sangat
nyata (P>0,01) terhadap kadar air, daya kembang dan warna dan
berpenaruh nyata (P<0,05) terhadap tekstur, aroma, rasa dan
penerimaan keseluruhan bolu kukus. Semakin meningkat penambahan
ubi jalar kuning kukus maka kadar air dan kadar beta karoten
meningkat, daya kembang menurun, warna semakin kuning, tekstur
agak keras, aroma biasa, rasa biasa dan penerimaan keseluruhan agak
tidak suka.
2. Penggunaan 80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus menghasilkan
bolu kukus dengan karakteristik terbaik dengan kriteria : kadar air
35,77 %, daya kembang 85,71 %, kadar beta karoten 49,64 µg/100g,
warna putih kekuningan, tekstur biasa, aroma (agak suka), rasa (agak
suka), dan penerimaan keseluruhan (agak suka)
3. Penambahan ubi jalar kuning kukus pada bolu kukus dapat
meningkatan kadar beta karoten dari bolu kukus.
5.3.Saran
Untuk menghasilkan bolu kukus yang terbaik dan dapat diterima oleh
konsumen dapat digunakan 80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1983. Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Penerbit Djambatan, Jakarta
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiano. UI Press, Jakarta
Haryadi, 1992. Fisiko Kimiawi dan Teknologi Bahan Berpati. PAU Pangan dan
Gizi UGM, Yogyakarta
Lestariana, W., M.Madiyah. 1988. Analisa Vitamin dan Elektrolit Organik. PAU
Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Edisi Ke 4. Liberty, Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar kuning