Anda di halaman 1dari 7

3.

BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Tegalgondo, Kecamatan Karangploso,


Kabupaten Malang, Jawa Timur selama 3 bulan yaitu dari bulan Juli sampai
dengan September 2016. Lokasi penelitian terletak di ketinggian ±600 mdpl dan
rata-rata suhu harian sekitar 22,9oC (Zulfarosda et al., 2012).

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan adalah cangkul, penggaris atau meteran, ember, plastik,
tugal, kertas label, timbangan analitik, oven, LAM (Leaf Area Meter), Lux-meter,
thermometer, dan Soil Moisture Tester. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah
benih kedelai varietas Detam-3, pupuk N (Urea : 46% N), P (SP 36 : 36% P2O5),
K (KCl : 50% K2O), mulsa jerami segar, dan batang kacang tanah segar.

3.3 Metode penelitian

Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok


(RAK), terdiri dari 13 perlakuan yaitu :

1. M0 : Kontrol
2. M1 : Mulsa jerami tanpa dicacah ketebalan 7,5 cm
3. M2 : Mulsa jerami tanpa dicacah ketebalan 6 cm
4. M3 : Mulsa jerami tanpa dicacah ketebalan 4,5 cm
5. M4 : Mulsa jerami dicacah (panjang 20 cm) ketebalan 7,5 cm
6. M5 : Mulsa jerami dicacah (panjang 20 cm) ketebalan 6 cm
7. M6 : Mulsa jerami dicacah (panjang 20 cm) ketebalan 4,5 cm
8. M7 : Mulsa batang kacang tanah tanpa dicacah ketebalan 7,5 cm
9. M8 : Mulsa batang kacang tanah tanpa dicacah ketebalan 6 cm
10. M9 : Mulsa batang kacang tanah tanpa dicacah ketebalan 4,5 cm
11. M10 : Mulsa batang kacang tanah dicacah (panjang 20 cm) ketebalan
7,5 cm
12. M11 : Mulsa batang kacang tanah dicacah (panjang 20 cm) ketebalan 6
cm
13. M12 : Mulsa batang kacang tanah dicacah (panjang 20 cm) ketebalan
4,5 cm
14

Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 39 satuan


perlakuan dan setiap petaknya terdapat 70 tanaman. Denah percobaan disajikan
pada Lampiran 1, Gambar 2, sedangkan denah pengambilan tanaman contoh
disajikan pada Lampiran 2, Gambar 3.

3.4 Pelaksanaan Penelitian


3.4.1 Pemilihan Benih
Benih yang digunakan sebagai bahan tanam dipilih berdasarkan biji yang
bebas dari infeksi hama penyakit, bernas, tidak tercampur dengan benih dari
varietas lainnya, mempunyai daya kecambah tinggi (90%), dan bersertifikat.
Benih diperoleh dari BALITKABI (Balai Penelitian Kacang dan Umbi-Umbian),
Malang.
3.4.2 Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan dalam penelitian seluas ±380,352 m2. Lahan
kemudian dibersihkan dari seresah, sisa hasil tanaman sebelumnya, dan gulma
yang tumbuh di sekitar lahan. Tanah diolah dengan cara dicangkul dengan
kedalaman 30 cm sebanyak dua kali. Pengolahan tanah pertama bertujuan untuk
membalik tanah dan memutus siklus gulma, sedangkan pengolahan tanah kedua
bertujuan untuk memecah bongkahan tanah sehingga dapat menciptakan tanah
yang remah. Setelah pengolahan tanah dilanjutkan dengan plotting yang dilakukan
dengan membuat 3 plot ulangan. Setiap petak ulangan berukuran panjang 28,3 m
dan lebar 2,8 m. Setiap plot ulangan terdapat 10 petak perlakuan dengan ukuran
panjang 2,75 m dan lebar 2,8 m. Jarak tanam yang digunakan perlakuan adalah 40
cm x 30 cm, sehingga terdapat 70 lubang tanam per petak perlakuan.
3.4.3 Penanaman
Penanaman benih kedelai dilakukan pada pagi hari dengan cara ditugal
dengan kedalaman ± 4 cm, dengan menempatkan 3 benih per lubang tanam.
Setelah benih ditanam kemudian ditutup menggunakan tanah, jarak tanam yang
digunakan adalah 40 cm x 25 cm.
3.4.4 Pemasangan Mulsa
Mulsa jerami dan batang kacang tanah diletakkan di atas permukaan tanah,
dengan ketebalan sesuai perlakuan, dilakukan 15 hari setelah penanaman.
Konversi perhitungan kebutuhan mulsa disajikan pada Lampiran 3.
15

3.4.5 Pemeliharaan Tanaman


Pemeliharaan tanaman kedelai meliputi kegiatan penyulaman,
penjarangan, penyiraman, pemupukan, pembumbunan, penyiangan, pengendalian
hama dan penyakit, serta panen.
3.4.5.1 Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur 7 HST, pada
tanaman yang pertumbuhannya tidak normal atau mati. Penyulaman dilakukan
dengan cara mencabut tanaman yang mati dan menggantikannya dengan tanaman
baru dengan umur yang sama.
3.4.5.2 Penjarangan
Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 14 HST, dengan cara
menyisakan 1 tanaman yang paling baik pertumbuhannya. Penjarangan dilakukan
dengan memotong bagian pangkal batang tanaman kedelai dengan menggunakan
pisau tajam.
3.4.5.3 Penyiraman
Pengairan pertama dilakukan pada saat awal tanam yang bertujuan untuk
memudahkan penanaman serta membantu dalam proses perkecambahan benih
kedelai. Pengairan kedua dilakukan setelah pemberian pupuk yakni pada umur 7
HST dan pengairan selanjutnya dilakukan saat tanaman memasuki fase
pembentukan dan pengisian polong yakni pada umur 42 HST. Penyiraman
dilakukan dengan cara irigasi permukaan.
3.4.5.4 Pemupukan
Pupuk yang diberikan berupa pupuk N (Urea : 46% N), P (SP-36 : 36%
P2O5), K (KCl: 60% K2O). Pupuk P diberikan sebagai pupuk dasar yakni pada
saat olah tanah kedua, sedangkan N dan K diberikan secara bertahap. Tahap
pertama pupuk N dan K diberikan 1/3 dosis kebutuhan tanaman pada saat
tanaman berumur 7 HST dan tahap kedua pupuk diberikan 2/3 bagian dosis
kebutuhan tanaman pada saat tanaman memasuki fase generatif. Pupuk diberikan
dengan cara ditugal pada jarak 5 cm dari tanaman kemudian ditutup kembali
dengan tanah halus.
16

3.4.5.5 Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dengan cara mencangkul ringan tanah di sekitar
tanaman atau sela antar tanaman kemudian digundukkan pada bagian pangkal
batang tanaman. Pembumbunan pada tanaman dapat menjadikan tanah yang
semula keras dan padat menjadi gembur sehingga dapat memaksimalkan
pertumbuhan akar tanaman dalam tanah, serta mempertahankan tanaman tetap
tegak (Yudianto et al., 2015). Pembumbunan umumnya dilakukan bersamaan
dengan kegiatan penyiangan.
3.4.5.6 Penyiangan
Penyiangan pada tanaman kedelai bertujuan untuk mengendalikan
populasi gulma di sekitar tanaman. Fase kritis tanaman kedelai terhadap gulma
adalah pada saat benih mulai berkecambah hingga umur 30 hst. Penyiangan
dilakukan dengan cara manual (hand weeding).
3.4.5.7 Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit tanaman yang ditemukan pada saat penelitian ialah
hama kepik hijau dan penyakit layu yang menyebabkan daun menguning dan layu
hingga lama-kelamaan menjadi mati. Pengendalian hama pada tanaman kedelai
dilakukan dengan menggunakan Insektisida dengan bahan aktif Deltametrin (1
cc/liter air) yang disemprotkan pada pagi hari. Sedangkan untuk pengendalian
penyakit dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang terinfeksi kemudian
dibuang.
3.4.5.8 Panen
Pemanenan dilakukan pada saat daun dan batang mengering, serta polong
telah berwarna kuning hingga kecokelatan secara merata. Kedelai hitam dipanen
pada umur 84 HST. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tanaman pada
pangkal batang tanaman. Panen dilakukan saat pagi hari untuk menghindari
pecahnya polong.
3.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara destruktif yang dilakukan dengan interval waktu
14 hari sekali, yaitu pada umur 14 HST, 28 HST, 42 HST, dan 56 HST, serta
panen yang meliputi komponen pertumbuhan, komponen hasil, panen, dan
17

lingkungan mikro tanaman. Sedangkan pengukuran lingkungan mikro dilakukan 2


hari sebelum pengamatan destruktrif.
3.5.1 Komponen Pertumbuhan
1. Panjang akar tanaman, diukur dari pangkal batang hingga ujung akar
menggunakan penggaris.
2. Bobot segar akar, diukur dengan cara memotong akar dari pangkal batang,
kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
3. Bobot kering akar, diukur dengan cara memotong akar dari pangkal batang
kemudian dioven pada suhu 81oC hingga diperoleh bobot konstan. Bagian
akar yang telah dioven kemudian ditimbang menggunakan timbangan
analitik.
4. Jumlah daun, dihitung seluruh daun trifoliage yang telah membuka
sempurna dan berwana hijau.
5. Luas daun, diukur dengan menggunakan alat LAM (Leaf Area Meter) pada
daun yang telah membuka sempurna.
6. Jumlah cabang, dihitung pada cabang yang telah memiliki 2 daun
membuka sempurna.
7. Bobot segar total tanaman, didapatkan dengan cara menimbang seluruh
bagian tanaman yang telah terbentuk menggunakan timbangan analitik.
8. Bobot kering total tanaman, didapatkan dengan cara mengoven seluruh
bagian tanaman pada suhu 81oC hingga didapatkan bobot yang konstan,
kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.
9. LPR (Laju pertumbuhan relatif) yang bertujuan untuk mengetahui
besarnya produksi biomassa per bobot awal tanam per satuan waktu yang
dihitung dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995) :

LPR : (g g-1 hari-1)

Keterangan :
W1 : Bobot pada saat pengamatan t1
W2 : Bobot pada saat pengamatan t2
T2 : Waktu pengamatan ke-2
T1 : Waktu pengamatan ke-1
18

3.5.2 Komponen Hasil


1. Jumlah polong per tanaman, dihitung seluruh polong yang terbentuk per
tanaman
2. Bobot polong per tanaman, diperoleh dengan cara menimbang seluruh
polong yang terbentuk per tanaman menggunakan timbangan analitik.
3.5.3 Komponen Panen
1. Bobot kering total tanaman, diperoleh dengan cara menimbang seluruh
bagian tanaman yang telah dioven dengan suhu 81oC hingga diperoleh
bobot konstan.
2. Bobot polong per tanaman, diperoleh dengan cara menimbang seluruh
polong yang terbentuk per tanaman menggunakan timbangan analitik.
3. Bobot polong isi per tanaman, diperoleh dengan cara menimbang seluruh
polong isi yang terbentuk per tanaman menggunakan timbangan analitik.
4. Jumlah polong per tanaman, diperoleh dengan menghitung seluruh polong
yang terbentuk per tanaman.
5. Jumlah polong isi per tanaman, diperoleh dengan menghitung jumlah
polong isi yang terbentuk per tanaman.
6. Bobot biji per tanaman, diperoleh dengan cara menimbang seluruh biji
yang terbentuk per tanaman menggunakan timbangan analitik.
7. Bobot 1000 biji, diperoleh dengan cara menghitung 1000 butir biji
kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.
8. Hasil panen per hektar, diperoleh dengan mengkonversi hasil dari luasan
petak panen ke satuan luas hektar dengan rumus (Suminarti, 2011) :

9. IP (Indeks panen) diukur setelah panen, untuk mengetahui banyaknya


asimilat total yang disalurkan ke bagian ekonomis tanaman, dihitung
dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995):
IP =

IP = Indeks panen
BE = Bobot kering bagian ekonomis tanaman, yaitu biji (g)
BKTT = Bobot kering total tanaman (g)
19

3.5.4 Pengukuran Lingkungan Mikro


Pengamatan terhadap lingkungan mikro tanaman meliputi penerimaan
energi radiasi matahari di atas permukaan tanah, suhu tanah, kelembaban
tanah yang dilakukan pada saat tanaman berumur 12 HST, 26 HST, 40 HST,
dan 54 HST.
1. Pengukuran energi radiasi matahari di permukaan tanah dilakukan
pada pukul 11.00 menggunakan alat lux-meter
2. Suhu tanah, diamati pada pukul 05.00 untuk mengetahui suhu
minimum dan pukul 12.00 - 13.00 untuk mengetahui suhu maksimum,
menggunakan termometer. Pengukuran suhu tanah dilakukan pada dua
kedalaman yaitu pada permukaan tanah kedalaman 0 cm dan 30 cm.
3. Kelembaban tanah, diukur menggunakan alat Soil Moisture Tester
yang dilakukan pada pukul 05.00 untuk mengetahui kelembaban tanah
maksimum dan pukul 12.00 – 13.00 untuk mengetahui kelembaban
tanah minimum.
3.6 Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis ragam menggunakan Uji F dengan taraf 5%.
Apabila terdapat pengaruh yang nyata, dilakukan uji lanjut menggunakan Uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Anda mungkin juga menyukai