Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

Dosen Pengampu:
Ghazaly Ama La Nora, Dr. M.Si

Disusun oleh:
1. Reza
2. Aldy Zaenal Arifin ( 44217010090 )

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2019
2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia – Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah ETIKA DAN FILSAFAT
KOMUNIKASI”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI di Universitas Mercu Buana Jakarta.

Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini juga, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada pihak – pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Jakarta, 10 Oktober 2019

Tim Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berkomunikasi merupakan aktivitas yang sangat mendasar pada setiap manusia. Sejak
lahir manusia telah memiliki tabiat untuk selalu berkomunikasi dengan orang
disekitarnya. Setiap individu memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan teknik
berkomunikasinya, maka dalam hal ini setiap orang diberikan kebebasan berekspresi.
Namun kebebasan tidaklah selalu menjanjkan keselarasan dan kesesuaian, terkadang
kebebasan yang dipercayakan disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab yang memiliki kepentingan-kepentingan pribadi tanpa mengindahkan
kepentingan orang lain. Untuk menghindari hal tersebut maka harus ada sebuah kontrol
yang tidak hanya memantau aspek kebebasan, tetapi juga menekankan pada aspek
tanggung jawab sebagai implikasi dari kebebasan tersebut. Maka dalam hal ini diperlukan
sebuah konsep etika sebagai kontrol tersebut. Hal inilah yang akan penulis bahas dalam
makalah yang berjudul “PENTINGNYA ETIKA KOMUNIKASI”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada amakalah ini adalah:
Mengapa etika menjadi penting dalam berkomunikasi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca dapat mengetahui apa
pentingnya etika dalam komunikasi

4
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Etika

Dalam istilah filsafat, etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan
kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika juga sering disebut filsafat moral. Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara
mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan utama hidupnya. Etika juga
membahas baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus
menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Dalam kata lain, etika mempersoalkan bagaimana
manusia seharusnya berbuat atau bertindak.

Unsur-unsur pokok etika meliputi kebebasan, tanggung jawab, hati nurani, dan prinsip-prinsip
kesadaran moral. Penjelasannya adalah sebagai berikut,

Kebebasan: Merupakan unsur pokok dan utama dalam etika. Etika menjadi bersifat rasional
karena etika selalu mengandaikan kebebasan. Kebebasan eksistensial adalah kemampuan
manusia untuk menentukan dirinya sendiri.

Tanggung Jawab: Kemampuan individu untuk menjawab segala pertanyaan yang mungkin
timbul dari tindakan-tindakan. Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh mengelak, bila
diminta penjelasan tentang perbuatannya.

Hati Nurani: Penghayatan tentang nilai baik atau buruk berhubungan dengan situasi konkret.
Hati nurani yang memerintahkan atau melarang suatu tindakan menurut situasi, waktu, dan
kondisi tertentu. Dengan demikian, hati nurani berhubungan dengan kesadaran. Kesadaran
adalah kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan karena itu berefleksi tentang
dirinya.

Prinsip Kesadaran Moral: Beberapa tataran yang perlu diketahui untuk memosisikan tindakan
individu dalam kerangka nilai moral tertentu. Prinsip tindakan moral mengandaikan pemahaman
menyeluruh individu atas seluruh tindakan yang dilakukan sebagai seorang manusia.

II. Hubungan Filsafat dan Etika

Filsafat adalah seperangkat keyakinan dan sikap, cita-cita, aspirasi-aspirasi, dan tujuan-tujuan,
nilai dan norma, aturan dan prinsip etis. Filsafat juga pencari kebenaran mengenai suatu
persoalan dan memberi pertimbangan nilai untuk melaksanakan hubungan-hubungan
kemanusiaan secara benar dan juga berbagai pengetahuan tentang apa yang buruk dan baik untuk
memutuskan bagaimana seseorang harus memilih atau bertindak dalam kehidupannya.

5
Sama dengan definisi etika sebelumnya, filsafat pun memiliki unsur-unsur yang sama dalam
etika. Orientasi nilai dalam pengertian filsafat sebelumnya mencakup keahlian manusia menilai
sifat atau hakikat manusia sebagai baik, atau campuran antara baik dan buruk.

Dalam filsafat, prinsip etik membantu manusia mengatur dan memberi makna dan kesatuan yang
bulat terhadap kepribadian kita, memotivasi kita dalam memilih perilaku, tujuan, dan gaya hidup
kita, serta memungkinkan kita memperoleh landasan pembenaran dan pengambilan keputusan
terhadap tindakan yang kita lakukan.

III. Etika Komunikasi

Etika komunikasi mencoba untuk mengelaborasi standar etis yang digunakan oleh komunikator
dan komunikan.

Terdapat tujuh perspektif etika komunikasi yang bisa dilihat yaitu,

Perspektif Politik: Etika digunakan untuk mengembangkan kebiasaan ilmiah dalam praktek
berkomunikasi, menumbuhkan sikap adil dengan memilih atas dasar kebebasan, motivasi, dan
penghargaan atas perbedaan.

Perspekitf Sifat Manusia: Tindakan manusia yang berasal dari rasionalitas-sadar atas apa yang
dilakukan dan dengan bebas untuk memilih melakukannya.

Perspektif Dialogis: Sikap setiap partisipan yang ditandai oleh kualitas keutamaan, seperti
keterbukaan, kejujuran, kerukunan, dan lain-lain.

Perspektif Situasional: Etika memerhatikan peran dan fungsi komunikator, standar khalayak,
derajat kesadaran, tingkat urgensi pelaksanaan komunikator, tujuan dan nilai khalayak, standar
khalayak untuk komunikasi etis.

Perspektif Religius: Pendekatan alkitabiah dalam agama membantu manusia untuk menemukan
pedoman yang kurang lebih pasti dalam setiap tindakan manusia.

Perspektif Utilitarian: Untuk mengevaluasi cara dan tujuan komunikasi dapat dilihat dari adanya
kegunaan, kesenangan, dan kegembiraan.

Perspektif Legal: Disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan dianggap sebagai perilaku
yang etis.

6
BEBERAPA ISME DALAM ETIKA KOMUNIKASI

1.Egoisme

Egoisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa tindakan atau perbuatan yang palin baik
adalah memberi manfaat bagi diri sendiri dalam jangka waktu yang diperlukan atau waktu
tertentu. Dalam praktek sehari-hari egoisme itis mempunyai bentuk dalam pemikiran hedonisme
dan eudaemonisme. Tema pokok dalam hedonisme adalah perolehan kesenangan. Epicurus
pernah menyatakan bahwa hal yang baik adalah hal yang memusnahkan keinginan manusia,
teristimewa keinginan akan kesenangan. Hal ini lebih nyata bahwa manusia menggunakan waktu
dan kesempatan untuk bersenang-senag. Tesis utama eudaenisme adalah kebahagiaan.
Timbulnya rasa bahagia adalah akibat adanya suatu yang bersifat rohaniah, seimbang dengan
dirinya, sosial, dan alam lingkungannya. Pada dasarnya, kebahagiaan adalah tujuan yang dicari
oleh kodrat manusia untuk merealisasikan bakat dan kesenangan diri.

2.Deontologisme

Deontologisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa baik buruknya tindakan tidak
diukur dari akibat yang ditimbulkan, tetapi berdasarkan sifattertentu dan hasil yang dicapainya.
In berarti ada kewajiban moral atau keharusan etis yang harus dipatuhi. Ada dua jenis pemikiran
deontologis yaitu deontologidme tindakan dan deontologisme aturan. Deontologisme tindakan
menyatakan bahwa baik buruknya tindakan dapat dirumuskan atau diputuskan dalam dan situasi
tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum. Perinsip deotologisme tindakan sama dengan
prinsip etika situasional. Setiap situasi sangat bersifat unik dan menuntut tindakan yang subjektif.
Deontologisme aturan adalah bahwa kaidah moral dan tindakan baik buruknya diukur dari
aturan yang berlaku secara universal,bersifat mutlak, dantidak dilihat dari baik buruknya akibat
perbuatan itu.

3.Utilitarianisme

Utilitarianisme adalah pemikiran etis yang melihat bahwa kaidah moral dan baik buruknya
tindakan diukur dari akibat yang ditimbulkanya. Yang menjadi tujuan tindakan adalah hasil
kosekwensi yang timbul akibat perbuatan yang dikerjakan.

4.Pragmatisme

Pragmatisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa perbuatan etis berhubungan dengan
soalpengetahuan praktis yang dilakukan demi kemajuan masyarakat dan dunia. Pragmatisme
lebih mengutamakan tindakan dari pada ajaran. Prinsip menilai akhinya ditentukan dari dapat-
tidaknya dibuktikan, dilaksanakan dan mendatangkan hasil. Pragmatisme menyatakan bahwa
perbuatan baik adalah perbuatan yang bisa dilaksanakan, dan dipraktekan, mendatangkan hal
positif bagi masyarakat. Prakmatisme berkontri busi untuk menyeimbanan antara kata dengan
perbuatan,teori dengan praktek.

Anda mungkin juga menyukai