Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PEMBAHASAN

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan


adanya gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan gula darah yang
disebut dengan kondisi hiperglikemia karena pankreas tidak mampu mensekresi
insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan jangka
panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung, serta
pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis (American Diabetes
Association, 2020). Gejala yang sering muncul pada penderita diabetes mellitus
seperti lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi), sering merasa haus
(polidipsi), jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri), kesemutan, kulit terasa
panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa tebal dikulit, kram, mudah mengantuk
dan mata kabur.
Berikut diagnosa yang didapatkan dari kasus yang kami bahas ialah yang
pertama nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis , dimana intervensi yang
diberikan Nursing Interventions Classification (NIC) : manajemen nyeri, intervensi
yang dilakukan dengan cara lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, berikan
informasi mengenai nyeri, penyebab nyeri, dan lamanya nyeri yang dirasakan, bantu
keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan, ajarkan metode farmakologi
dan relaksasi untuk menurunkan nyeri, gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum
nyeri bertambah berat, dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu
menurunkan nyeri, libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri jika
memungkinkan, berikan terapi analgesik seperti cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi, monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali, dan berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
Dimana dengan dilakukannya asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
pada luka ganggren pasien dapat diatasi dengan indikator yang di ambil dari Nursing
Intervention Clafication (NOC) Tingkat nyeri, indikatornya berupa nyeri yang
dilaporkan, panjangnya episode nyeri, mengerang dan menangis, dan ekspresi nyeri
pada wajah.
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa pertama nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
memberikan informasi mengenai nyeri, penyebab nyeri, dan lamanya nyeri yang
dirasakan, membantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan,
mengajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri, menggunakan tindakan
pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat, mendukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu menurunkan nyeri, melibatkan keluarga dalam modalitas
penurun nyeri jika memungkinkan, berikan terapi analgesik seperti mengecek
instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi, memonitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali, dan memberikan analgesik
tepat waktu terutama saat nyeri hebat. Untuk evaluasinya masalah keperawatan
belum teratasi sehingga planning masih dilanjutkan dengan melakukan implementasi,
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, membantu keluarga dalam mencari
dan menyediakan dukungan, serta mendukung istirahat yang adekuat untuk
membantu menurunkan nyeri.
Diagnosa kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan dimana intervensi yang diberikan
Nursing Interventions Classification (NIC) : Manajemen nutrisi, intervensi yang
dilakukan dengan cara identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
dimiliki pasien, anjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan (misalnya,
cairan bening, dan makanan lembut), anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet
untuk kondisi sakit (Diabetes Mellitus), pastikan diet mencakup makanan tinggi
kandungan serat untuk mencegah konstipasi, monitor kalori dan asupan makanan.
Dimana dengan dilakukannya asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi dapat diatasi dengan indikator yang di ambil dari Nursing
Intervention Clafication (NOC) : Status nutrisi atau asupan nutrisi indikatornya
berupa asupan kalori, asupan proterin, Asupan lemak, asupan karbohidrat, asupan
vitamin dan asupan mineral.
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, dengan
mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien,
menganjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan (misalnya, cairan
bening, dan makanan lembut), menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet
untuk kondisi sakit (Diabetes Mellitus), memastikan diet mencakup makanan tinggi
kandungan serat untuk mencegah konstipasi, dan memonitor kalori dan asupan
makanan. Untuk evaluasinya masalah keperawatan belum teratasi sehingga planning
masih dilanjutkan dengan melakukan implementasi yaitu menganjurkan pasien
mengenai modifikasi diet yang diperlukan (misalnya, cairan bening, dan makanan
lembut), menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
(Diabetes Mellitus), memastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat
untuk mencegah konstipasi, dan memonitor kalori dan asupan makanan.
Diagnosa ketiga kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
sensasi dimana intervensi yang diberikan Nursing Interventions Classification (NIC) :
Perawatan luka intervensi yang dilakukan dengan cara angkat balutan dan plester
perekat, monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau, Ukur
luas luka, bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan
tepat, berikan perawatan ulkus pada kulit, oleskan salep yang sesuai dengan jenis
luka, beri balutan luka, sesuai kebutuhan, dan ajarkan pada keluarga pasien cara
perawatan luka. Dimana dengan dilakukannya asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan kerusakan integritas dapat diatasi dengan indikator yang di ambil dari
Nursing Intervention Clafication (NOC) : Penyembuhan luka indikatornya berupa
peradangan luka, periwound edema, nekrosis, bau busuk luka.
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan sensasi, dengan cara mengangkat balutan dan plester
perekat, memonitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau,
mengukur luas luka, membersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak
beracun dengan tepat, memberikan perawatan ulkus, pada kulit, mengoleskan salep
yang sesuai dengan jenis luka, memberi balutan luka, sesuai kebutuhan, dan
mengajarkan pada keluarga pasien cara perawatan luka. . Untuk evaluasinya masalah
keperawatan belum teratasi sehingga planning masih dilanjutkan dengan melakukan
implementasi yaitu dengan cara mengangkat balutan dan plester perekat, memonitor
karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau, mengukur luas luka,
membersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan tepat,
memberikan perawatan ulkus, pada kulit, mengoleskan salep yang sesuai dengan
jenis luka, memberi balutan luka, sesuai kebutuhan, dan mengajarkan pada keluarga
pasien cara perawatan luka.

Anda mungkin juga menyukai