Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebut dengan kondisi hiperglikemia karena pankreas tidak mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis (American Diabetes Association, 2020). Gejala yang sering muncul pada penderita diabetes mellitus seperti lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi), sering merasa haus (polidipsi), jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri), kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa tebal dikulit, kram, mudah mengantuk dan mata kabur. Berikut diagnosa yang didapatkan dari kasus yang kami bahas ialah yang pertama nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis , dimana intervensi yang diberikan Nursing Interventions Classification (NIC) : manajemen nyeri, intervensi yang dilakukan dengan cara lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, berikan informasi mengenai nyeri, penyebab nyeri, dan lamanya nyeri yang dirasakan, bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan, ajarkan metode farmakologi dan relaksasi untuk menurunkan nyeri, gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat, dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu menurunkan nyeri, libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri jika memungkinkan, berikan terapi analgesik seperti cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi, monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali, dan berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat. Dimana dengan dilakukannya asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri pada luka ganggren pasien dapat diatasi dengan indikator yang di ambil dari Nursing Intervention Clafication (NOC) Tingkat nyeri, indikatornya berupa nyeri yang dilaporkan, panjangnya episode nyeri, mengerang dan menangis, dan ekspresi nyeri pada wajah. Implementasi yang dilakukan pada diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberikan informasi mengenai nyeri, penyebab nyeri, dan lamanya nyeri yang dirasakan, membantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan, mengajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri, menggunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat, mendukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu menurunkan nyeri, melibatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri jika memungkinkan, berikan terapi analgesik seperti mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi, memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali, dan memberikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat. Untuk evaluasinya masalah keperawatan belum teratasi sehingga planning masih dilanjutkan dengan melakukan implementasi, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, membantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan, serta mendukung istirahat yang adekuat untuk membantu menurunkan nyeri. Diagnosa kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan dimana intervensi yang diberikan Nursing Interventions Classification (NIC) : Manajemen nutrisi, intervensi yang dilakukan dengan cara identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien, anjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan (misalnya, cairan bening, dan makanan lembut), anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit (Diabetes Mellitus), pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi, monitor kalori dan asupan makanan. Dimana dengan dilakukannya asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi dapat diatasi dengan indikator yang di ambil dari Nursing Intervention Clafication (NOC) : Status nutrisi atau asupan nutrisi indikatornya berupa asupan kalori, asupan proterin, Asupan lemak, asupan karbohidrat, asupan vitamin dan asupan mineral. Implementasi yang dilakukan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, dengan mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien, menganjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan (misalnya, cairan bening, dan makanan lembut), menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit (Diabetes Mellitus), memastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi, dan memonitor kalori dan asupan makanan. Untuk evaluasinya masalah keperawatan belum teratasi sehingga planning masih dilanjutkan dengan melakukan implementasi yaitu menganjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan (misalnya, cairan bening, dan makanan lembut), menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit (Diabetes Mellitus), memastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi, dan memonitor kalori dan asupan makanan. Diagnosa ketiga kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi dimana intervensi yang diberikan Nursing Interventions Classification (NIC) : Perawatan luka intervensi yang dilakukan dengan cara angkat balutan dan plester perekat, monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau, Ukur luas luka, bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan tepat, berikan perawatan ulkus pada kulit, oleskan salep yang sesuai dengan jenis luka, beri balutan luka, sesuai kebutuhan, dan ajarkan pada keluarga pasien cara perawatan luka. Dimana dengan dilakukannya asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan integritas dapat diatasi dengan indikator yang di ambil dari Nursing Intervention Clafication (NOC) : Penyembuhan luka indikatornya berupa peradangan luka, periwound edema, nekrosis, bau busuk luka. Implementasi yang dilakukan pada diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi, dengan cara mengangkat balutan dan plester perekat, memonitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau, mengukur luas luka, membersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan tepat, memberikan perawatan ulkus, pada kulit, mengoleskan salep yang sesuai dengan jenis luka, memberi balutan luka, sesuai kebutuhan, dan mengajarkan pada keluarga pasien cara perawatan luka. . Untuk evaluasinya masalah keperawatan belum teratasi sehingga planning masih dilanjutkan dengan melakukan implementasi yaitu dengan cara mengangkat balutan dan plester perekat, memonitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau, mengukur luas luka, membersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan tepat, memberikan perawatan ulkus, pada kulit, mengoleskan salep yang sesuai dengan jenis luka, memberi balutan luka, sesuai kebutuhan, dan mengajarkan pada keluarga pasien cara perawatan luka.