Anda di halaman 1dari 12

Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No.

ISSN 2548-788

Perkembangan Hukum
Tindak Pidana Ekonomi
Sadino, Bella Nurul Hidayati

Program Studi Magister Ilmu Hukum,


Pascasarjana, Universitas Al Azhar Indonesia,
Komplek Masjid Agung Al-Azhar, Jl. Sisingamangaraja,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12110

sadinob@gmail.com

Abstrak-Secara umum tindak pidana ekonomi telah diatur dalam UU drt No. 7/1955, namun
undang-undang tersebut juga memberikan kesempatan kepada generasi selanjutnya untuk
untuk menjabarkan norma dan pengertian perekonomian negara yang berkaitan dengan
perekonomian secara umum serta bersifat merugikan negara

Kata Kunci: Hukum, Pidana, Ekonomi

PENDAHULUAN sasaran kegiatan ekonomi ditujukan untuk


meningkatkan kesejahteraan dunia sebesar-
A. Latar Belakang Masalah besarnya dan dalam perspektif marxisme,
sasaran kegiatan ekonomi bertujuan
Perkembangan ekonomi (dunia) pada awal meningkatkan kepentingan kelas kelas
pertumbuhannya, bahkan sampai saat ini ekonomi sebesar-besarnya.
tidak terlepas dari perkembangan negara.
Sejak masa pemerintahan dilandaskan pada Ketiga perspektif yang berkembang di dalam
kerajaan sampai dengan pemerintahan yang ekonomi politik ini dalam praktiknya tidak
berlandaskan pada negara-bangsa (nation- selalu memberikan kemaslahatan bagi umat
state) dan kemudian dilanjutkan dengan di dunia oleh karena kenyataan
pemerintahan yang dilandaskan pada perkembangan ekonomi internasional
kesejahteraan bangsa (welfare-state) menunjukkan terjadinya kesenjangan yang
menunjukkan adanya kaitan erat antara tajam antara negara kaya dan negara miskin.
bidang ekonomi di satu pihak dan bidang Kesenjangan ini diperburuk oleh kenyataan
politik di lain pihak. dimana negara-negara kaya telah menguasai
baik struktur (ekonomi) internasional
Dilihat dari perspektif kaitan antara kedua maupun mekanisme (ekonomi)
bidang tersebut atau perspektif ekonomi internasional. Struktur internasional
politik, telah terjadi perkembangan yang khususnya lembaga (ekonomi) intemasional
bersifat horizontal dan sama pentingnya yang bernaung dibawah PBB.
yang dimulai dengan perspektif
merkantilisme, liberalisme dan perpektif Ketika hal ini terjadi, pada diperlukan
marxisme (Gilpin dalam Lubis dan sebuah sistem yang diharapkan dapat
Eauxbaum, 1986 : 17-18). menjawab berbagai persoalan yang akan
terjadi, selain itu setiap tindakan yang
Sasaran kegiatan ekonomi menurut ketiga dilakukan dimana perbuatan itu keluar dari
perspektif tersebut berbeda satu sama lain. aturan yang telah disepakati, maka akan
Perspektif bertujuan meningkatkan diajukan dalam bentuk sanksi. Karena itulah
kepentingan nasional sebesar-besarnya di maka dibutuhkan hukum ekonomi dalam
mana politik menentukan ekonomi; aspek pemidanaan.
sedangkan dalam perspektif liberalisme

13
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

B. Rumusan Masalah lain. Menurut Andi Hamzah1 kekhususan


Hukum Pidana Ekonomi yang dimaksud
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba adalah:
merumuskan permasalahan sekaligus 1. Peraturan Hukum Pidana Ekonomi
merupakan pembahasan permasalahan yang bersifat elastis, mudah berubah-ubah.
akan diteliti sebagai berikut: 2. Perluasan subyek hukum pidana
1. Apa saja ruang Lingkup Tindak Pidana (pemidanaan badan hukum).
Ekonomi? 3. Peradilan in absentia; peradilan in
2. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan absentia berlaku terhadap orang yang
Perekonomian Secara Umum Dan sudah meninggal dunia dan terhadap
Bersifat Merugikan Negara? orang yang tidak dikenal.2
3. Bagaimana Sistem Peradilan Tindak 4. Percobaan dan membantu melakukan
Pidana Ekonomi di Indonesia? pada delik ekonomi.
5. Pembedaan delik ekonomi berupa
LANDASAN TEORI kejahatan dan pelanggaran.
6. Perluasan berlakunya hukum pidana.
A. Pengertian dan Dasar Hukum Tindak 7. Penyelesaian di luar acara (schikking).
Pidana Hukum 8. Perkara Tindak Pidana Ekonomi
UU Drt. No. 7 Tahun 1955 tidak diperiksa dan diadili di Pengadilan
memberikan atau merumuskan dalam bentuk Ekonomi. Berarti pengadilannya khusus
definisi mengenai hukum pidana ekonomi. Pengadilan Ekonomi. Perlu diketahui
Melalui ketentuan Ps. 1 UU Drt. No. 7 bahwa sampai sekarang, belum ada
Tahun 1955 pada intinya yang disebut tindak Pengadilan Ekonomi secara fisik akan
pidana ekonomi ialah pelanggaran sesuatu tetapi fungsinya tetap ada sesuai dengan
ketentuan dalam atau berdasarkan Ps. 1 sub ketentuan Pasal 35 ayat (1) UU Drt. No
1e, Ps. 1 sub 2e, dan Ps. 1 sub 3e. Jadi setiap 7 Tahun 1955, bahwa pada tiap-tiap
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Ps. 1 Pengadilan Negeri ditempatkan seorang
UU Drt. No. 7 Tahun 1955 adalah tindak Hakim atau lebih dibantu oleh seorang
pidana ekonomi. Hukum Pidana Ekonomi Panitera atau lebih dan seorang Jaksa
diatur dalam UU Drt. No. 7 Tahun 1955 atau lebih yang semata-mata diberi tugas
tentang Pengusutan, Penuntutan dan untuk mengadili perkara tindak pidana
Peradilan Tindak Pidana Ekonomi. ekonomi. Menurut Ps. 35 ayat (2)
Pengadilan tersebut adalah Pengadilan
Tujuan dibentuknya UU Drt. No 7 Tahun Ekonomi.
1955 adalah untuk mengadakan kesatuan 9. Hakim, Jaksa dan Panitera adalah
dalam peraturan perundang-undangan Hakim, Jaksa dan Panitera yang diberi
tentang pengusutan, penuntutan dan tugas khusus untuk memeriksa dan
peradilan mengenai tindak pidana ekonomi. mengadili perkara tindak pidana
UU ini merupakan dasar hukum dari Hukum ekonomi, berarti bukan Hakim, Jaksa
Pidana Ekonomi. Disebut dengan hukum dan Panitera umum.
pidana ekonomi, oleh karena UU Drt. No. 7 10. Hakim, Jaksa dan Panitera pada
Tahun 1955 mengatur secara tersendiri Pengadilan Ekonomi dapat dipekerjakan
perumusan Hukum Pidana Formal lebih dari satu Pengadilan Ekonomi.
disamping adanya ketentuan Hukum Pidana 11. Pengadilan Ekonomi dapat bersidang di
Formal dalam Hukum Pidana Umum luar tempat kedudukan Pengadilan
(Hukum Acara Pidana). Selain itu juga Ekonomi.
terdapat penyimpangan terhadap ketentuan
Hukum Pidana Materiil (KUHP).
1
Andi Hamzah, Hukum Pidana Ekonomi,
B. Kekhususan Tindak Pidana Ekonomi Erlangga, Jakarta, 1983, hlm. 25-42
Tindak Pidana Ekonomi (Hukum Pidana 2
Lihat UU Drt. No 7 Tahun 1955 tentang
Ekonomi) mempunyai kekhususan tersendiri Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak
dibandingkan dengan pidana khusus yang Pidana Ekonomi, dan UU No. 15 Prp. Tahun
1962.

14
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

PEMBAHASAN MASALAH unsur tindak pidana pada umumnya


yakni:
A. Ruang Lingkup Tindak Pidana Ekonomi  Unsur subyektif, yang terdiri
Hukum Pidana Ekonomi merumuskan tindak dari sengaja atau culpa.
pidana ekonomi yang diatur dalam UU Drt.  Unsur obyektif, yang terdiri dari
No. 7 Tahun 1955 adalah tindak pidana perbuatan manusia, akibat
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 sub perbuatan,melawan hukum, dan
1e, sub 2e, dan sub 3e.3 Tindak pidana Pasal keadaan-keadaan.
1 sub 2e adalah tindak pidana dalam Pasal
26, 32 dan 33 UU Drt. No. 7 Tahun 1955. b. Berdasarkan unsur subyektif, tindak
Sedangkan tindak pidana Pasal 1 sub 3e pidana ekonomi dibedakan yakni:
adalah pelaksanaan suatu ketentuan dalam  Jika dilakukan dengan sengaja,
atau berdasar undang-undang lain, sekedar maka tindak pidana ekonomi
undang-undang itu menyebutkan tersebut dinyatakan sebagai
pelanggaran itu sebagai pelanggaran tindak kejahatan.
pidana ekonomi.  Jika dilakukan dengan tidak
sengaja, maka tindak pidana
1. Sifat tindak pidana ekonomi ekonomi tersebut termasuk
Berdasarkan penjelasan resmi undang- pelanggaran.
undang nomor 7/Drt/1955 sifat-sifat
tindak pidana ekonomi yakni : c. Membantu dan percobaan
a. Praktik Jahat Kalangan Berdasakan pasal 4 undang-
perdagangan, penjelasan resmi undang nomor 7/Drt/1955,
undang- undangnomor 7/Drt/1955, membantu dan percobaan
antara lain memuat “dapat dipahami melakukan tindak pidana ekonomi
dengan pengetahuan bahwa dapat dihukum sedang hal tersebut
kalangan perdagangan berupaya pada tindak pidana umum tidak
secara maksimal untuk dapat dihukum.
memperolehkeuntungan(laba)
sebesar-besarnya, kadang-kadang d. Wilayah tindak pidana ekonomi
mereka lupa akanetika bahkan Tindak pidana ekonomi yang
berupaya melanggar peraturan. dilakukan di indonesia atau
Tanpa memperdulkankepentingan dilakukan di luar negeri, di
umum. Hal yang demikian wajar berlakukan undang-undang nomor
jika dikategorikan sebagai praktik 7/Drt/1955. Penjelasan resmi pasal 3
yang jahat. dimuat pada penjelasan resmi pasal
b. Mengancam/Merugikan aspek, 3 dimuat pada penjelasan umum
kepentingan umum, Pejelasan sebagai berikut : “d. Sebagai
umumundang- undang nomor perluasan pasal 2 kitab undang-
7/Drt/1955 antara lain memuat : undang hukum pidana maka
“mengancam dan merugikan perbuatan ikut serta yang dilakukan
kepentingan-kepentingan yang diluar negeri dapat dihukum pidana
sangat gecomplceerd” Dalam juga.”
kamus, gecompliceer adalah ruwet,
kalut, rumit. 3. Subyek tindak pidana ekonomi.
c. Anggapan Bahwa mencari untung a. Orang/manusia (person).
sebesarnya-besarnya merupakan Berdasarkan pasal 3 undang- undang
kalkulasi perhitungan usaha, bukan nomor 7/Drt/1955 yang antara
suatu kejahatan. lain berbunyi sebagai berikut:
“barangsiapa turut serta melakukan
2. Unsur-Unsur tindak pidana ekonomi. undang-undang nomor 7/Drt/1955. .
a. Unsur-Unsur tindak pidana ekonomi .....“
tidak bebeda dengan unsur-

15
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

b. Badan hukum (a legal person). pidana ekonomi dilakukan,


Berdasarkan pasal 15 ayat (1) yang untuk waktu selama-lamanya
berbunyi antara lain sebagi berikut : satu tahun.
“jika . . . . . “  Perampasan barang-barang tak
tetap yang berwujud dan yang
4. Sanksi (ancaman hukuman) tindak tak berwujud, dengan mana
pidana ekonomi. atau mengenai mana tindak-
a. Hukuman Pokok “hukuman pokok pidana ekonomi itu dilakukan,
sama dengan hukuman pokok yang atau yang seluruhnya atau
disebut dalam KUHP (ps. 10 sebagian diperolehnya dengan
KUHP) akan tetapi maksimum tindak-pidana ekonomi itu,
pokok itu adalah lebih berat”. Bunyi begitu pula harga lawan barang-
hukuman pokok ini terdapat dalam barang itu yang menggantikan
pasal 6 UUno 7/Drt/1955, hukuman barang-barang itu, tak perduli
pokok ini terus mengalami apakah barang-barang atau
perubahan sesuai dengan harga lawan itu kepunyaan si
perkembangan zaman perubahan ini terhukum atau bukan.
antara lain adalah pada (a)  Perampasan barang-barang tak
berdasarkan pasal 11, pasal 6 ayat i tetap yang berwujud dan yang
sub a kata-kata lima ratus ribu tak berwujud, yang termasuk
diubah menjadi satu juta dan pada perusahaan si terhukum, di
(b) berdasarkan UU No mana tindak- pidana ekonomi
21/Prp/1959 yang meuat sanksi itu dilakukan, begitu pula harga
antara lain sebagai berikut: denda 30 lawan barang-barangitu yang
kali (30 juta), jika menimbulkan menggantikan barang-barang
kekacuan ekonomi dalam itu, tak perduli apakah barang
masyrakat, sanksi : hukuman mati atau harga lawan itu kepunyaan
atau 20 tahun penjara. Dalam hal ini si terhukum atau bukan, akan
penjelasan resmi UU No tetapihanya sekadar barang-
21/Prp/1959, antara lain memuat: barang itu sejenis dan, mengenai
“menurut UU darurat nomor 7 tahun tindak- pidananya, bersangkutan
1955 ada kemungkinan untuk hakim dengan barang-barang yang
memilih antara hukuman badan atau dapat dirampas menurut
denda atau menjatuhkan kedua-dua ketentuan tersebut sub c di atas.
sanksi tersebut, menerut  Pencabutan seluruh atau
peraturan pemerintah pengganti UU sebagian hak-hak tertentu atau
ini hakim harus menjatuhkan kedua- penghapusan seluruh atau
dua sanksi tersebut. sebagian keuntungan tertentu,
yang telah atau dapat diberikan
b. Hukuman Tambahan yang dimuat kepada si terhukum oleh
dalam pasal 7 UU 7/DRT/1955, Pemerintah berhubung
yaitu :Pencabutan hak-hak tersebut dengan perusahaannya, untuk
dalam pasal 35 Kitab Undang- waktu selama-lamanya dua
undang Hukum Pidana untuk waktu tahun.
sekurang-kurangnya enam bulan dan
selama-lamanya enam tahun lebih B. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan
lama dari hukuman kawalan atau Perekonomian Secara Umum Dan
dalam hal 5dijatuhkan hukuman Bersifat Merugikan Negara
denda sekurang-kurangnya enam
bulan dan selama-lamanya enam 1. Tindak Pidana Korupsi
tahun; Dalam perkembangannya terlahir aturan
 Penutupan seluruhnya atau yang merupakan tindak pidana khusus
sebagian perusahaan si- yaitu UU No. 3 Tahun 1971 tentang
terhukum, di mana tindak- Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

16
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

Undang-undang ini dalam pasal 1 secara mencegah dan memberantas tindak


jelas mengemukakan bahwa korupsi pidana korupsi.
merupakan perbuatan melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri Dalam perubahannya (UU No.20/2001
sendiri atau orang lain, atau suatu tentang Perubahan UU No. 31 Tahun
Badan, yang secara langsung atau tidak 1999) dikatakan bahwa tindak pidana
langsung merugikan keuangan negara korupsi merugikan negara atau
dan atau perekonomian negara, atau perekonomian dan menghambat
diketahui atau patut disangka olehnya pembangunan nasional. Kemudian
bahwa perbuatan tersebut merugikan istilah kerugian tersebut diperluas
keuangan negara atau perekonomian dengan melanggar hak-hak sosial dan
negara. Dalam pasal tersebut sangat jelas ekonomi masyarakat secara luas.
bahwa yang diatur merupakan bertalian
dengan perekonomian negara. Dengan 2. Tidak Pidana Perpajakan
keberlakuan aturan Ini berarti ketentuan Tindak pidana selanjutnya yang
dalam pasal 3e dari UU No.7 /1955 berkaitan dengan perekonomian negara
“aktif” dengan sendirinya. Pasal 3e dan bersifat merugikan negara adalah
sebenarnya merupakan pasal yang begitu tindak pidana perpajakan. Hal itu
fleksibel guna mencegah tubrukan dikarenakan oleh karena perpajakan
dengan aturan yang akan lahir kemudian berkaitan dengan pendapatan dan
dan tentunya sesuai dengan zamannya. pengeluaran, yang dampaknya akan
Aturan-aturan yang lahir kemudian memengaruhi perekonomian secara
merupakan aturan yang lahir guna umum, terutama sektor publik, sehingga
mencegah kekosongan hukum olehnya memengaruhi setiap aspek kehidupan
dalam kaitan dengan UU No.7/1955 ekonomi. Bidang pajak lebih ditekankan
aturan pasal 3e juga merupakanblanco kepada pengeluaran pembiayaan oleh
strafbepalingen. negara, dan pemenuhannya dikaitkan
dengan kebijakan fiskal pemerintah.
Undang-undang No 3/1971 telah diganti Penerimaan dari perpajakan memiliki
dengan UU No. 31 Tahun 1999. Maksud dua tujuan. Pertama untuk
dari dibentuknya UU. No. 31/1999 menyeimbangkan antara pengeluaran
adalah; bahwa tindak pidana korupsi dan pendapatan, dan yang kedua adalah
sangat merugikan keuangan negara atau untuk membentuk adanya surplus
perekonomian negara dan menghambat anggaran dan penggunaannya untuk
pembangunan nasional, sehingga harus melunasi utang-utang negara yang
diberantas dalam rangka mewujudkan terjadi sebelumnya atau defisit anggaran
masyarakat adil dan makmur karena pinjaman. Dengan demikian
berdasarkan Pancasila dan Undang- peran pajak sangat strategis.
Undang Dasar 1945; Bahwa akibat
tindak pidana korupsi yang terjadi Sebagai pelanggaran maupun tindak
selama ini selain merugikan keuangan pidana di bidang perpajakan, sudah
negara atau perekonomian negara, juga diatur di dalam Undang-undang
menghambat pertumbuhan dan perpajakan Undang-undang Nomor 6
kelangsungan pembangunan nasional Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
yang menuntut efisiensi tinggi; Bahwa dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 telah diubah dengan Undang-undang
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Nomor 16 tahun 2000, Undang-undang
Korupsi sudah tidak sesuai lagi dengan Nomor 10 tahun 1995 dan Undang-
perkembangan kebutuhan hukum dalam undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang
masyarakat, karena itu perlu diganti Kepabeanan, mengatur tindak pidana
dengan Undang-undang Pemberantasan perpajakan di bidang perpajakan
Tindak Pidana Korupsi yang baru meliputi perbuatan:
sehingga diharapkan lebih efektif dalam

17
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

 yang dilakukan oleh seseorang atau Pada prinsipnya kejahatan pencucian


oleh Badan yang diwakili orang uang adalah suatu perbuatan yang
tertentu (pengurus); dilakukan untuk menyamarkan atau
 tidak memenuhi rumusan undang- menyembunyikan hasil kejahatan
undang; sehingga tidak tercium oleh para aparat,
 diancam dengan sanksi pidana; dan hasil kejahatan tersebut dapat
 melawan hukum; digunakan dengan aman yang seakan-
 dilakukan di bidang perpajakan; akan bersumber dari jenis kegiatan yang
 dapat menimbulkan kerugian bagi sah.
pendapatan Negara.
Aturan pajak mempunyai delik sendiri Alasan sehingga perbuatan pencucian
yang merupakan lex specialis dari aturan uang ini termasuk kedalam tindak
yang bersifat umum yakni tindak pidana pidana yang berkaitan dengan
korupsi. perekonomian secara umum dan bersifat
merugikan negara adalah oleh sebab
3. Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak pencucian uang ini mempunyai
Sehat. pengaruh buruk yang amat besar, seperti
Tindak pidana berikut yang berkaitan instabilitas sistem keuangan, dan
dengan perekonomian negara dan instabilitas sistem perekonomian negara
bersifat merugikan negara adalah dan bahkan dunia secara umum karena
monopoli dan persaingan usaha tidak aktivitas pencucian uang sebagai
sehat. Tindak pidana ini diatur dalam kejahatan transnasional yang modusnya
UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan banyak melintasi batas-batas negara.
praktek monopoli dan persaingan tidak Hasil penelitian Castle dan Lee
sehat. Dalam pasal 3 huruf (a) menunjukan bahwa kejahatan money
disebutkan bahwa tujuan diadakannya laundring dapat menyebabkan hilangnya
undang-undang tesebut guna menjaga pendapatan negara dan tidak layaknya
kepentingan umum dan meningkatkan pendistribusian beban pajak. Sementara
efisiensi ekonomi nasional sebagai salah komisi hukum nasional mengemukakan
satu upaya untuk meningkatkan bahwa praktik pencucian uang bisa
kesejahteraan rakyat. Olehnya menciptakan kondisi persaingan usaha
pelanggaran atas Undang-Undang ini yang tidak jujur, perkembangan praktek
dapat menjadikan efisiensi pencucian uang juga akan berimbas
perekonomian nasional menurun dan hal kepada lemahnya sistem finansial
itu berimbas pada tidak dapat masyarakat pada umumnya. Angka-
terlaksananya program peningkatan angka yang menunjukkan indikator
kesejahteraan masyarakat oleh negara. ekonomi secara makro menjadi turun
tingkat efektifitasannya karena semakin
4. Tindak Pidana Pencucian Uang banyaknya uang yang berjalan di luar
Tindak pidana selanjutnya yang kendali sistem perekonomian pada
berkaitan dengan perekonomian secara umumnya. Menurut John McDowel dan
umum dan bersifat merugikan negara Gary Novis pencucian uang dapat
adalah tindak pidana pencucian uang. merongrong integritas pasar-pasar
Regulasinya terdapat dalam UU. No. 15 keuangan. Lembaga-lembaga keuangan
Tahun 2002 yang telah diubah dengan yang mengandalkan pada dana hasil
UU No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak kejahatan akan dapat menghadapi
Pidana Pencucian Uang. Perbuatan bahaya likuiditas. Kegiatan pencucian
pencucian uang pada umumnya diartikan uang juga dapat mengakibatkan
sebagai suatu proses yang dilakukan hilangnya kendali pemerintah terhadap
untuk mengubah uang hasil kejahatan kebijakan ekonominya.
sehingga hasil kejahatan tersebut
menjadi nampak seperti hasil dari Dalam pasal 2 disebutkan hal-hal yang
kegiatan yang sah karena asal-usulnya merupakan hasil tindak pidana dari
sudah disamarkan atau disembunyikan. tindak pidana yang diantaranya adalah

18
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

korupsi dan perpajakan. Sebagaimana internasional atau sanksi ekonomi dari


diketahui sebelumnya bahwa korupsi produk negara itu pada transaksi bisnis
dan tindak pidana di bidang perpajakan internasional.
adalah kejahatan yang dapat
menimbulkan kerugian keuangan dan Setelah indonesia meratifikiasi
perekonomian negara. kesepakatan internasional ini maka
lahirlah perlindungan hukum atas HaKi
5. Pelanggaran Haki di Indonesia ditandai dengan
Tindak pidana selanjutnya yang diundangkannya UU 19/2002 tentang
berkaitan dengan perekonomian negara Hak Cipta, UU No.14/2001 tantang
adalah pelanggaran HaKI. Definisi HaKI Paten, UU No. 15 /2001 tentang Merk,
adalah hak eksklusif yang diberikan UU No. 30/2000 tentang Rahasia
Pemerintahan kepada penemu, pencipta Dagang, UU No. 31 /2000 tentang
dan/atau pendesain atas hasil karya cipta Desain Industri, UU No. 32/2000 Desain
dan karsa yang dihasilkannya. Hak Tata Letak Sirkuit Terpadu.
eksklusif adalah hak monopoli untuk
memperbanyak karya cipta dalam jangka Terdapat beberapa kejahatan di bidang
waktu tertentu, baik dilaksanakan sendiri HaKI yang hasil kejahatannya masuk
atau dilisensikan. dalam kategori pengaturan tindak pidana
pencucian uang, seperti yang disebutkan
Tergolongnya pelanggaran HaKI ke dalam pasal 1 huruf (y) bahwa yang
dalam tindak pidana yang berkaitan termasuk ka dalam harta kekayaan yang
dengan perekonomian secara umum dan diperoleh dari tindak pidana selain yang
bersifat merugikan negara (mengingat disebutkan dari huruf a sampai x juga
aspek keperdataan HaKI yang sangat termasuk tindak pidana lainnya yang
kental) disebabkan oleh karena secara diancam dengan pidana penjara 4
global HaKI dihormati dan dilindungi. (empat) tahun atau lebih, yang dilakukan
Hal tersebuut tercermin dari lahirnya di wilayah Negara Republik Indonesia
sebuah kesepakatan internasional di atau di luar wilayah Negara Republik
Maroko melalui Agreement on Indonesia dan tindak pidana tersebut
Establishing the World Trade juga merupakan tindak pidana menurut
Organization (WTO) yang dikenal hukum Indonesia. Sehubungan dengan
sebagai Marrakesh Agreement. Adanya itu jika kita melihat hukuman yang
kesepakatan yang akhirnya melahirkan diancamkan pada UU HaKI berkisar
organisasi perdagangan dunia (WTO) antara 4 (empat) sampai 7 (tujuh) tahun
ini, maka produk dari setiap orang atau (UU 19/2002 tentang Hak Cipta
negara diatur melalui mekanisme pasar mengancamkan 7 tahun, UU No.14/2001
yang mengutamakan kualitas barang dan tantang Paten mengancamkan 4 tahun,
atau jasa. Produk tersebut biasanya UU 15 /2001 tentang Merk
dilindungi hukum sebagai hasil rasa, mengancamkan 5 tahun), olehnya harta
karsa dan cipta manusia yang tidak bisa kekayaan yang diperoleh dari
begitu saja untuk dilanggar. pelanggaran HaKI termasuk juga ke
dalam kategori pengaturan UU
Dalam pergaulan masyarakat Pencucian Uang.
internasional, negara-negara yang
memproteksi atau membiarkan 6. Tindak Pidana Perbankan
pelanggaran hak cipta tanpa adanya Tindak pidana perbankan adalah tindak
penindakan hukum dapat dimasukkan pidana yang dilakukan oleh bank yang
dalam priority watch list, karena tidak mana tindak pidana ini diciptakan oleh
memberikan perlindungan HaKI secara undang-undang perbankan yang
memadai bagi negara atau merupakan larangan dan keharusan.
pemilik/pemegang izin ciptaan tersebut.
Sanksi yang dijatuhkan dapat berupa Tindak pidana perbankan ini diatur
pengucilan dalam pergaulan masyarakat dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang

19
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

perbankan. Ketentuan pidana dalam UU a. Tingkat pertama, Peradilan tindak


ini diatur di dalam pasal 46, 47, 47a, dan pidana ekonomi diatur dalam Ps. 35,
48.Alasan sehingga tindak pidana ini Ps. 36, Ps. 37, Ps. 38, Ps. 39;
digolongkan ke dalam tindak pidana b. Tingkat banding, diatur dalam Ps.
yang berkaitan dengan perekonomian 41, Ps. 42, Ps. 43, Ps. 44, Ps. 45, dan
secara umum dan bersifat merugikan Ps. 46;
negara adalah bahwa melihat imbas dari c. Tingkat kasasi, diatur dalam Ps. 47,
pelanggaran sebagaimana yang Ps. 48.
disebutkan dalam ketentuan pidana Pada tingkat pertama, Ps. 35 ayat
maka akan berdampak kepada dimensi (1) disebutkan bahwa pada tiap-tiap
korban yang luas yakni masyarakat dan Pengadilan Negeri ditempatkan seorang
negara juga menyerang secara langsung hakim atau lebih dibantu oleh seorang
sistem ekonomi yang dianut suatu panitera atau lebih dan seorang jaksa
bangsa, serta akan memengaruhi atau lebih yang semata-mata diberi tugas
kepercayaan masyarakat kapada untuk memeriksa dan mengadili perkara
perbankan dan kehidupan bisnis. tindak pidana ekonomi.

C. Sistem Peradilan Tindak Pidana Ekonomi Ps. 35 ayat (2) dikatakan bahwa
pengadilan pada tingkat pertama tindak
1. Penyelesaian di Luar Acara (Schikking) pidana ekonomi adalah pengadilan
dalam Tindak Pidana Ekonomi ekonomi. Berdasarkan kedua ketentuan
Pompe menunjuk patokan Pasal 91 WvS ini berarti bahwa dengan adanya hakim,
Ned (Pasal 103 KUHP) yaitu jika panitera dan jaksa adalah tugas khusus
ketentuan undang-undang (diluar atau pengkhususan dari peradilan umum.
KUHP) banyak menyimpang dari Pengadilannya khusus hanya pengadilan
ketentuan umum hukum pidana (Bab I – ekonomi saja yang dapat memeriksa dan
Bab VIII Buku I). Wvs Ned (Bab I – mengadili perkara pidana ekonomi
Ban VIII Buku I KUHP) maka itu bukan pengadilan negeri. Hanya
merupakan hukum pidana khusus. lokasinya saja ada di Pengadilan Negeri.
Patokan seperti ini sejajar dengan Ps. 35 ayat (1) memberikan arti
adagium lex specialis derogate legi Pengadilan Ekonomi ada di Pengadilan
generali (ketentuan khusus Negeri. Pengadilan Ekonomi itu timbul
menyingkirkan ketentuan umum). ketika pada saat memeriksa dan
Hukum pidana ekonomi mempunyai mengadili perkara pidana ekonomi.
watak tersendiri yang ternyata pada Fisiknya tidak Nampak akan tetapi
aturan Strafbaarheid nya yang semuanya fungsinya ada.
menyimpang dari hukum pidana biasa.
Contoh yang ditempuh oleh Pompe ialah Menurut Ps. 36, seorang Hakim atau
dapatnya dipidana dari badan hukum, Jaksa pada Pengadilan Ekonomi itu
perampasan barang-barang bukti dapat dipekerjakan lebih dari satu
(maksudnya termasuk barang-barang Pengadilan Ekonomi. Perlu diketahui
kepunyaan pihak ketiga) dan barang ketentuan ini, dikehendaki pada tahun
tidak berwujud). Penyelesaian diluar 1955 untuk mempercepat dan
acara (schikking) dan disamping itu memberantas tindak pidana ekonomi,
penyimpangan dari ketentuan acara ketika itu Hakim di Indonesia tidak
pidana yang penting.4 sebanding dengan tindak pidana yang
ada.5 Oleh karena pada Ps. 36 itu tidak
2. Peradilan Tindak Pidana Ekonomi disebut Panitera berarti Panitera tidak
Peradilan tindak pidana ekonomi yang dapat dipekerjakan lebih dari satu
diatur dalam UU Drt. No. 7 Tahun 1955 Pengadilan Ekonomi.
terdapat perbedaan dengan peradilan
tindak pidana lainnya baik peradilan Untuk mengatasi kesulitan terhadap
tindak pidana khusus maupun pada percepatan, penyelesaian tindak pidan
tindak pidana umum. ekonomi maka dalam Ps. 37 diatur

20
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

bahwa Pengadilan Ekonomi dapat Menteri Keuangan atas dasar


bersidang di luar tempat keduudkan persetujuan Menteri Kehakiman. Orang
Pengadilan Ekonomi. Berarti dapat yang dapat diangkat adalah orang yang
bersidang diluar wilayah hokum ahli dibidang perekonomian. Oleh
Pengadilan Negeri apabila pada karena sifatnya member bantuan saja,
Pengadilan Negeri dalam lingkungan bantuan ini tidak mengikat terhadap
Pengadilan Tinggi itu tidak terdapat penyelesaian perkara tindak pidana
Hakim atau Jaksa yang khusus diberi ekonomi. Badan pegawia penghubung
tugas memeriksa dan mengadili perkara ini bukanlah sebagia saksi ahli
tindak pidana ekonomi. sebagaimana dalam Ps. 120 jo. Ps. 180
KUHAP.
Pada tingkat banding disebutkan pada
Ps. 41 ayat (1) bahwa pada tiap-tiap Tindakan tata tertib sementara diatur
Pengadilan Tinggi untuk wilayah dalam Ps. 27 dan Ps. 28 UU Drt. No. 7
hukumnya masing-masing diadakan Tahun 1955. Instansi yang berwenang
Pengadilan Tinggi Ekonomi yang diberi megambil tindakan tata tertib sementara
tugas memeriksa dan mengadili perkara ini adalah Jaksa sebagaimana diatur
pidana ekonomi pada tingkat banding. dalam Ps. 27 ayat (1), dan Hakim
Ketentuan ini mempunyai jiwa yang sebagaimana diatur dalam Ps. 28 ayat
sama dengan Ps. 35 ayat (1). (1) UU Drt. No. 7 Tahun 1955. Selain
kedua instansi ini tidak berwenang
3. Badan-Badan Pegawai Penghubung mengambil tindakan tata tertib
Sifat dari tindak pidana ekonomi sementara.
mengancam dan merugikan kepentingan
yang sangat gecompliceerd, sehingga Ketentuan Ps. 27 ayat (1) dan Ps. 28 ayat
orang biasa dan kadang-kadang Hakim (1) telah diubah oleh UU No.
dan Jaksa sering tidak mempunyai 26/Prp/1960. Secara akademik, untuk
gambaran yang sebenarnya, sehingga dapat mengambil tindakan tata tertib
menyebabkan timbul perbedaan sementara harus sesuai dengan ketentuan
pendapat antara Jaksa dan Hakim. Untuk sebagaimana diatur dalam Ps. 27 ayat
emngatasi masalah yang berhubungan (1) dan Ps. 28 ayat (1). Ketentuan Ps. 27
dengan penyidikan, penuntutan dan ayat (1) sama dengan Ps. 28 ayat (1).
peradilan terhadap perkara tindak pidana
ekonomi, diperlukan badan-badan Apabila dikaji ketentuan kedua pasal itu,
pegawai penghubung. Badan ini terdapat 4 (empat) macam substansi,
diangkat oleh menteri yang yaitu: 1) syarat, 2) waktu, 3) tujuan, 4)
bersangkutan (terkait) berdasarkan tindakan yang harus dilakukan
persetujuan Menteri Kehakiman. pengambilan tindakan tata tertib
sementara.
Badan ini diwajibkan memberikan
bantuan kepada Penyidik, Jaksa dan Syarat pengambilan Tindakan Tata-
Hakim baik diluar maupun didala tertib Sementara adalah:
pengadilan. Menteri yang bersagkutan a. Ada hal-hal yang dirasa sangat
maksudnya adalah menteri yang ada memberatkan tersangka;
hubungannya dengan materi perkara b. Ada keperluan untuk mengadakan
tindak pidana ekonomi itu, apakah yang tindakan-tindakan dengan segera
diperlukan bantuan terhadap badan terhadap kepentingan-kepentingan
pegawai penghubung. Jika yang yang dilindungi oleh ketentuan-
diperlukan itu mengenal lalu-lintas ketentuan yang disangka telah
devisa, berarti yang dimintakan itu dari dilanggar oleh tersangka.
Bank Indonesia, maka menteri yang
bersangkutan adalah Menteri Keuangan.
Pegawai Bank Indonesia dapat diangkat
menjadi pegawai penghubung oleh

21
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

Waktu pengambilan Tindakan Tatatertib  Memperpanjang tindakan tatatertib


Sementara, adalah: sementara satu kajian selama-
a. Supaya tidak melakukan perbuatan- lamanya 6 (enam) bulan atas dasar
perbuatan tertentu; hakim karena jabatannya, atau
b. Supaya tersangka beusaha agar tuntutan Jaksa.
barang-barang yang disebut dalam
perintah untuk diadakan tindakan Mencabut atau merubah tindakan
tata tertib sementara yang dapat tatatertib semnetara yang diambil Jaksa
disita, dikumpulkan dan disimpan atas dasar Hakim karena jabatannya,
ditenpat yang ditunjuk dalam atau tuntutan Jaksa, atau permohonan
perintah tersebut. terdakwa.

Jaksa dapat mengenakan tindakan tata Tindakan tata tertib sementara


tertib sementara yang tentu tidak dikenal berdasarkan ketentuan Ps. 27 ayat (3)
didalam delik umum. Tindakan tata dapat diubah atau dicabut oleh Jaksa
tertib sementara itu berupa:6 atau Hakim asal perkara tindak pidana
a. Penutupan sebagian atau seluruh ekonomi itu belum diputus oleh Hakim.
perusahaan si tersangka, dimana Jika Jaksa belum mengambil tindakan
tindak pidana ekonomi itu disangka tatatertib sementara, maka Hakim
telah dilakukan; berdasarkan Ps. 28 ayat (1) dapat
b. Penempatan perusahaan tersangka, mengambil tindakan tatatertib
dimana tindak pidana ekonomi itu sementara. Setelah Hakim mengambil
disangka telah dilakukan, dibawah tindakan tatatertib sementara, Hakim
pengampuan; dapat emngeluarkan perintah-perintah
c. Pencabutan seluruh atau sebagian sebagaimana diatur dalam Pasal. 10 ayat
hak tertentu, atau pencabutan hak (1). Tindakan tatatertib sementara yang
seluruh atau sebagian keuntungan, diambil oleh Hakim, dapat diperpanjang
yang telah atau dapat diberikan oleh dengan satu kali selama-lamanya 6
Pemerintah kepada si tersangka bulan, atau diubah atau dicabut:
berhubungan dengan perusahaan itu; a. Oleh Hakim karena jabatannya;
d. Supaya si tersangka tidak b. Atas tuntutan Jaksa;
melakukan perbuatan-perbuatan c. Atas permohonan terdakwa.
tertentu;
e. Supaya si tersangka berusaha supaya Mengingat tindakan tata tertib sementara
barang tersebut dalam perintah yang kemungkinan dapat menimbulkan
dapat disita dikumpulkan dan kerugian yang besar, maka berdasarkan
disimpan di tempat yang ditunjuk Ps. 31 mengatur ketentuan mengganti
dalam pemerintah itu. kerugian jika tindak pidana ekonomi itu
berarti dengan:
Didalam pelaksanaan pengambilan  Tidak dijatuhkan pidana pokok atau
tindakan tatatertib sementara, apabila tindakan tata tertib;
Hakim telah menerima berkas perkara  Dijatuhkan pidana pokok atau
ekonomi harus diperhatikan “apakah tindakan tata tertib sehingga
Jaksa sudah atau belum mengambil tindakan tata tertib sementara yang
tindakan tata tertib sementara sesuai dijatuhkan dipandang terlalu berat.
dengan ketentuan syarat, waktu, dan
tujuan.” Jaksa setelah mengambil Uang pengganti kerugian itu dibebankan
tindakan tata tertib sementara kepada kas negara. Lembaga yang
berdasarkan Ps. 27 ayat (2) dapat berhak mengambil keputusan adalah
mengeluarkan perintah-perintah pengadilan yang telah mengadili perkara
sebagaimana diatur dalam Ps. 10 ayat tindak pidana ekonomi itu dalam tingkat
(1). Apabila Jaksa sudah melakukan, penghabisan.
maka Hakim berdasarkan ketentuan Ps.
28 ayat (3) dapat mengambil keputusan:

22
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

A. Kesimpulan Undang-Undang Drt. No. 5 Tahun 1955 tentang


Secara umum tindak pidana ekonomi telah Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak
diatur dalam UU drt No. 7/1955, namun Pidana Ekonomi.
undang-undang tersebut juga memberikan
kesempatan kepada generasi Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
selanjutnyauntuk untuk menjabarkan norma sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan
dan pengertian perekonomian negara yang Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang
berkaitandengan perekonomian secara Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
umum serta bersifat merugikan negara. Dan
setelahnya makalahirlah aturan-aturan yang Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 jo. Undang-
berkaitan dengan perekonomian negara Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak
seperti: Pidana Pencucian Uang.
1. UU No. 3 Tahun 1971 yang telah diganti
dengan UU no 31 Tahun 1999 dan Moelyatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina
dirubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 Aksara, Jakarta, 1984.
tentang Pemberantasan tindak Pidana
Korupsi. Hamzah, Andi, Hukum Pidana Ekonomi,
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Erlangga, Jakarta,1983.
Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah Hamzah, Andi, Perkembangan Hukum Pidana
diubah dengan Undang-undang Nomor Khusus, Rineka Cipta, Jakarta, 1991.
16 tahun2000, Undang-undang Nomor
10 tahun 1995 dan Undang-undang Andi Hamzah, S.H., Dr. Hukum pidana
Nomor 11Tahun 1995 tentang ekonomi, Erlangga, jakarta, 1973.
Kepabeanan.
3. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Baharudin Lopa, S.H.,Dr, Prof., tindak pidana
tentang Perbankan. ekonomi, pradya paramita, jakarta, 1990.
4. UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Leden Marpuang, S.H., pemberantasan dan
Tidak Sehat. pencegahan tindak pidana ekonomi, sinar
5. UU. No. 15 Tahun 2002 yang telah grafika, jakarta, 1994.
diubah dengan UU No. 25 Tahun 2003
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Anwar, Mochammad 1979. Hukum Pidana di
6. UU HaKI (UU 19/2002 tentang Hak Bidang Ekonomi. Bandung : Alumni
Cipta, UU No.14/2001 tantang Paten,
UU No. 15 /2001 tentang Merk, UU No. Anwar, Mochammad, 1986. Hukum Pidana
30/2000 tentang Rahasia Dagang, UU Bagian Khusus (KUHP Buku I). Bandung :
No. 31/2000 tentang Desain Industri, Alumni.
UU No. 32/2000 Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu). Fuady, Munir 1999. Hukum Perbankan Modern,
Berdasarkan Undang-undang Tahun 1998,Buku
B. Saran Kesatu, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Aturan-aturan tersebut dirasakan perlu
diadakan sebagai jawaban Arief, Barda Nawawi1992. “Konsep Indonesia
atas perkembangan zaman dan untuk tentang Tindak Pidana di Bidang Perekonomian”
menjaga stabilitas perekonomian nasional dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief (ed.)
yang senantiasaakan memengaruhi Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung:
perekonomian umum. Alumni.

Arief, Barda Nawawi, 2002. “Kebijakan Sistem


Pemidanaan Dalam Bidang Perbankan (Evaluasi
Sistem Pemidanaan dalam Undang-undang

23
Vol. II No. 1 Januari Tahun 2017 No. ISSN 2548-788

Perbankan dan Undang- undang Bank Perkembangannya di Indonesia ” dalam


Indoensia”, Makalah pada Colloquium Kumpulan Makalah tentang Kejahatan Ekonomi
Penyusunan Naskah Akademik dan RUU diBidang Perbankan., Jakarta : Bank Indonesia.
Perbankan, Diselenggarakan ataskerjasama FH
UNDIP dengan Bank Indoensia, Semarang 27 Reksodiputro, Mardjono, 1997. Kemajuan
Juni 2002. Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Buku
Kesatu, Jakarta: PusatPelayanan Keadilan dan
Reksodiputro, Mardjono, 1993. ”Hukum Positif Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.
Mengenai Kejahatan Ekonomi dan

24

Anda mungkin juga menyukai