Anda di halaman 1dari 65

STRATEGI GURU TAHFIZ QUR’AN DALAM MENINGKATKAN

HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI DI PESANTREN ADLANIYAH


MODERN KECAMATAN LEMBAH MELINTANG
KABUPATEN PASAMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi PersyaratanGuna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan


(SPD) Program Studi Agama Islam

Oleh :

WASTON
71170211041

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

FAKULTAS AGAMA ISLAM

MEDAN

2021
STRATEGI GURU TAHFIZ QUR’AN DALAM MENINGKATKAN
HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI DI PESANTREN ADLANIYAH
MODERN KECAMATAN LEMBAH MELINTANG
KABUPATEN PASAMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi PersyaratanGuna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan


(SPD) Program Studi Agama Islam

Oleh :

WASTON
71170211041

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj.Tuti Alawiyah, MA Siti Marisa, M. Psi. MA

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

FAKULTAS AGAMA ISLAM

MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, Segala puji dan syukur ke hadirat Allah

Swt, atas izin dan karunianya kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini baik. Sholawat berangkaikan salam kepada nabi Muhammad Saw, nabi

akhir zaman yang menjadi suri tauladan dan rahmat bagi semesta alam. Semoga

syaafaatnya kita dapatkan dihari kemudian kelak. Adapun judul skripsiyang saya

susun ini berjudul “Strategi Guru Tahfiz Qur’an Dalam Meningkatkan

Hafalan Al-Qur’an Santri Di Pesantren Adlaniyah Modern Kecamatan

Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat”. skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada program studi

Pendidikan Agama Islam fakultas agama Islam , peneliti menyadari bahwa

banyaknya kelemahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini. Oleh sebab

itu, saran dan kritik yang dapat membangun sangat peneliti harapkan demi

perbaikan dan kemampuan peneliti pada karya tulis lainnya dimasa mendatang.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, oleh karena

itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada yang saya hormati:

1. Bapak Rektor Universitas Islam Sumatera Utara, beserta staf kerjanya yang

memberi pengajaran serta pengalaman dan pelayanan kepada peneliti.

i
2. Bapak Dr. Mohammad Firman Maulana, M.Ag selaku Dekan Fakultas Agama

Islam Universitas Sumatera Utara (UISU).

3. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan ananda

dalam menuntut ilmu, tiada kata yang dapat terlukiskan perjuangan dan

pengorbanan mereka yang membuat peneliti kuat da termotivasi untuk segera

menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalasnya kelak dengan syurga.

4. Staf biro yang telah membantu penelitian dalam semua urusan akademik dan

perkuliahan.

5. Bapak dan ibu staf pengajar Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama

Islam Universitas Sumatera Utara (UISU) yang telah memberi ilmu

bermanfaat.

Peneliti menyadari sepenuhnya hasil penelitian ini masih memiliki

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari sistematika penulisan maupun

dari peneitian kata yang digunakan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik yang

membangun dari kesempuranaan penelitian yang lain dimasa yang akan datang.

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi kita semua. Atas

perhatian semua pihak peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, ..................

Peneliti

Waston

71170211041

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.......................................................... 10

D. Batasan Istilah....................................................................................... 11

E. Sistematika Penulisan........................................................................... 12

BAB IILANDASAN TEORITIS...................................................................... 14

A. Guru Tahfiz........................................................................................... 14

1. Pengertian Guru........................................................................ 14

2. Pengertian Tahfiz...................................................................... 21

B. Al-Qur’an.............................................................................................. 22

1. Pengertian Al-Qur’an................................................................ 22

2. Manfaat Menghafal Al-Qur’an ................................................ 23

3. Keistimewaan Menghafal Al-Qur’an....................................... 25

4. Keutamaan Penghafal Al-Qur’an............................................. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 29

A. Jenis Penelitian.................................................................................... 29

B. Lokasi Penelitian.................................................................................. 30

C. Informasi Penelitian.............................................................................. 30

iii
D. Sumber Data......................................................................................... 31

E. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 31

F. Teknik Analisis Data............................................................................ 33

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data.................................................... 35

BAB IVPEMBAHASAN PENELITIAN......................................................... 36

A. Temuan Hasil Penelitian....................................................................... 36

1. Temuan Umum......................................................................... 36

2. Temuan Khusus........................................................................ 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 48

A. Kesimpulan........................................................................................... 48

B. Saran..................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 50

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah kebutuhan setiap manusia dengan sejuta manfaat dan

tujuan didalamnya. Tidak hanya penyampaian pengetahuan dan pengembangan

ketrampilan saja, pendidikan diperluas dengan membentuk pribadi yang mandiri

dan bertanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya.

Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan

oleh manusia dewasa untuk membina kepribadian peserta didik yang belum

dewasa sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga, peradaban,

masyarakat, dan lingkungan sosial.

Sebagaimana fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-

undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Pendidikan

nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

mamnusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Sehingga pendidikan agama islam merupakan bagian Pendidikan Nasional

yang sangat penting, sebab salah satu tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk

meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Perkembangan dunia

pendidikan dalam era globalisasi saat ini telah merambah ke era kompetensi.

1
2

Bukan suatu hal yang aneh jika beberapa lembaga pendidikan berusaha

semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini merupakan

tuntutan terhadap lulusan lembaga pendidikan yang menjadi harapan masyarakat

dalam pemenuhan kwalitas sumber daya manusia yang berintelektual dan religius.

Peningkatan kualitas siswa menjadi objek utama pendidikan saat ini. 1

Salah satu lembaga pendidikan itu adalah sekolah yang menampung

peserta didik untuk dibina agar mereka memiliki kemampuan, kecerdasan,

ketrampilan dan memiliki akhlak yang mulia. Proses pendidikan di dalamnya

diperlukan pembinaan secara terkoordinasi dan terarah.Pendidikan di lembaga

sekolah adalah pendidikan lanjutan dari pelaksanaan pendidikan ditingkat

keluarga. Keterlibatan lembaga pendidikan formal, seperti Madrasah Ibtidaiyah

(MI) sebagai satuan pendidikan dasar yang meletakkan dasar-dasar pendidikan

dengan berwawaskan keislaman. Dalam konteks yang lebih spesifik, pelaksanaan

pendidikan terdapat suatu proses yang disebut belajar. Belajar adalah suatu proses

yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. 2 Perubahan tersebut bersifat

permanen dan merupakan hasil pengalaman yang diperoleh dari lingkungan

peserta didik yang dilakukan secara berkelanjutan.

Dalam kehidupan masyarakat yang semakin modern ini sangat perlu

menanamkan nilai-nilai keagamaan yang kuat kepada anak. Hal ini telah banyak

disadari oleh para orang tua, terbukti dengan banyak lembaga pendidikan islam

yang mengembangkan program tahfidz Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan

antusiasme masyarakat muslim Indonesia yang tinggi untuk menghafal Al-Qur’an

1
Zaini, Landasan Pendidikan. (Yogyakarta: Mistaq Pustaka, 2011), hlm. 1
2
Aunurrahman, BelajardanPembelajaran, (Jakarta : Alfabeta, 2013), hlm.21
3

dan menjadikan anak-anak mereka sebagai penghafal Al-Qur’an. Menghafal Al-

Qur’an mempunyai pengaruh yang sangat baik bagi seorang anak. Seorang anak

akan belajar untuk mengenal lebih dalam Al-Qur’an, mencintai Al-Qur’an. Selain

itu juga tujuan yang terpenting yakni untuk menumbuhkan, mengembangkan serta

mempersiapkan bakat hafidz dan hafidzah pada anak, sehingga nantinya menjadi

generasi cendekiawan muslim yang hafal Al-Qur’anDasar menghafal Al-Qur’an

bersumber pada ajaran agama Islam yaitu Al-Qur’an dan sunah. Sebagaimana

firman Allah Swt dalam Al-Qur’an:

َ ُ‫إِنَّا نَ ۡح ُن نَ َّز ۡلنَا ٱل ِّذ ۡك َر َوإِنَّا لَ ۥهُ لَ ٰ َحفِظ‬


٩ ‫ون‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan

Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S Al-Hijr: 9).3

Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al-Qur’an

selama-lamanya, bahwa Allah akan selalu menjaga Al-Qur’an dan salah satu

caranya adalah melalui hafalan para Qurra’, dan hati para Qurra’ adalah tempat

simpanan dari kitabullah.Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu ibadah yang

dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt. Allah Swt telah memerintahkan kepada

hambanya untuk selalu membacanya sekiranya dianggap mudah untuk di bacanya

setiap waktu.

Mempelajari Al-Qur’an merupakan kewajiban umat Islam. Sekalipun

dalam konteksnya Al-Qur’an sebagai bidang studi tetapi dalam prosesnya tidak

hanya sekedar menyangkut pemberian ilmu pengetahuan semata, melainkan yang

3
Departemen Agama RI, Al-Qu’andanTerjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 2016), hlm.372
4

lebih utama adalah pembentukan, pembinaan, pemahaman, dan pengembangan

pribadi muslim yang taat beribadah kepada Allah serta dapat mengamalkan

seluruh ajaran yang ada di dalamnya. Budaya tahfidz di sekolah merupakan cara

berfikir dan cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai

(keberagaman). Menurut Asmaul Sahlan, keberagamaan adalah “menjalankan

ajaran agama secara menyeluruh”.4Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-

Baqarah ayat 208:

ُ‫ ۡي ٰطَ ۚ ِن إِنَّ ۥه‬e‫ٱلش‬


َّ ‫ت‬ ْ e‫ ۡل ِم َكٓافَّ ٗة َواَل تَتَّبِ ُع‬e‫ٱلس‬
ِ ‫ ٰ َو‬eُ‫وا ُخط‬e ْ eُ‫وا ۡٱد ُخل‬
ِّ ‫وا فِي‬e َ ‫ٰيَٓأَيُّهَاٱلَّ ِذ‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬

ٞ ِ‫ ّو ُّمب‬ٞ ‫لَ ُكمۡ َع ُد‬


٢٠٨ ‫ين‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara

keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia

musuh yang nyata bagimu5

Pada hakekatnya ayat di atas menjelaskan tentang hal yang berhubungan

dengan Allah SWT yang menunjukkan kelebihan dari pada seseorang harus

mengamalkan segala apa yang telah diperolehnya. Disisi lain nilai-nilai yang

bersifat nilai Islami adalah tahfidz yang memang membentuk manusia menjadi

lebih bertaqwa kepada Allah SWT. Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada umumnya

adalah madrasah yang bernuasa Islam yang sangat memperhatikan perkembangan

peserta didiknya dibidang perkembangan pendidikan keagamaan.

Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar. (Yogyakarta: Penerbit
4

Ombak, 2012), hal. 35


55
Depag RI, Op-Cit,hlm.. 32
5

Pesantren Adlaniyah Modren Ujung Gading Kec. Lembah Meilintang,

Kab. Pasaman BaratadalahsalahsebuahMadrasah Ibtidaiyah yang memiliki

program unggulan dalam proses belajarmengajaryaitutahfizQur’am. Dengan

berbagai prestasi yang di miliknya dan juga metode untuk mengembangkan bakat

dan kemampuan peserta didik mereka dari berbagai bidang yang di wujudkan

dalam sebuah ekstrakurikuler. Salah satu wujud keunggulan peserta didik

diPesantren Adlaniyah Modren adalah dalam bidang Tahfidz atau hafalan Al-

Qur’an.

Pesantren Adlaniyah ini melakukan bahwa guru memilah dan memilih

potensi yang di miliki anak didik dan di kembangkan ke dalam kelompok

bimbingan Tahfidz. Program Tahfidz di adalah program yang diikuti oleh siswa

Pesantren Adlaniyah Modrenyang diseleksi melalui guru dan kesepakatan dengan

guru Madrasah juga Kepala Sekolah dalam pemilihan peserta didik yang dapat

mengikuti program tersebut. Guru memilih dan memilah peserta didik yang dirasa

mampu mengikuti program hafalan Al-Qur’an ini. Program Tahfid ini adalah

program yang masih baru danberjalan hampir empat tahun. Program ini

merupakan program kerja sama antara guru.

Program hafalan Al-Qur’an atau Tahfidz bertujuan untuk membina dan

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hafalan Al-Qur’an”5

Pelaksanaan Tahfiz Qur’an berbagai macam, namun di sekolah ini

pelaksanaannya di luar jam sekolah yaitu setiap hari pukul 14.00 WIB sampai

15.10 WIB dan libur pada hari jum’at dan minggu, bagi peserta didik yang

mengikuti program tahfidz ini di perbolehkan meninggalkan pembelajaran lebih


5
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 3
6

dahulu saat pukul 11.30 WIB. Peserta didik pada umumnya pulang belajar setelah

sholat dzhuhur yaitu pada pukul 12.30 WIB.11 Program kerja sama ini dibina dan

di kembangkan di sebuah rumah atau pondok miliki kepala Madrasah dan dengan

pimpinan kepala pesantren. Program ini dapat di laksanakan dan di kembangkan

dengan baik.

Program tahfidz ini juga merupakan program yang sangat di dukung oleh

orang tua masing-masing peserta didik karena program ini merupakan program

yang sangat bermanfaat untuk anak mereka. Dukungan orang tua peserta didik

dapat berupa materi, tenaga maupun bimbingan kepada anak mereka masing-

masing. Program ini sangat memerlukan andil orang tua yang sangat mendalam

dalam pelaksanaan seperti pembangunan pondok yang di lakukan dengan

mengerahkan tenaga orang tua mereka, sumbangan materi maupun bantuan orang

tua kepada anak saat hafalan di rumah. Sehingga terwujudlah program ini dengan

baik dan juga matang.Beberapa siswa yang mengikuti program tahfidz ini juga

mampu mengikuti berbagai kegiatan yang berdampak pada prestasi mereka,

seperti setiap pagi mereka membaca hafalan surat-surat pendek di mushola

melalui pengeras suara yang dapat di dengar masyarakat sekitar.Selain itu, mereka

juga mengikuti program pondok Romadhon yang terpisah dari kebanyakan murid

biasanya, mereka mengikuti program pondok Romadhon di Pondok tempat

mereka hafalan biasanya. Kegiatan saat pondok Ramdhon ini, diantaranya

menghafal Al-Qur’an dan Qotmil Qur’an.

Selain mengenai kegiatan yang sangat baik untuk perkembangan peserta

didik. Meskipun mereka mengikuti program yang sangat ketat dan menyita waktu
7

mereka. Di rumah mereka harus bisa membagi waktu antara hafalan, belajar,

mengaji serta waktu bermain. Waktu bermain mereka sangat kurang jika di

bandingkan dengan peserta didik lainnya. Hal itu tidak mengurangi prestasi

mereka dalam pembelajaran di sekolah, justru mereka yang mengikuti program

tahfidz selaras dengan prestasi mereka di sekolah. Kebanyakan dari mereka yang

mengikuti program tahfidz ini juga mendapat prestasi yang memuaskan saat di

sekolah. Ada beberapa dari mereka yang di Madrasah Diniyah mendapatkan

rangking satu di Sekolah mereka juga mendapatkan rangking satu. Menurut salah

satu guru di Pesantren Adlaniyah Modren:“Kami membuat siswa menghafal Al-

Qur’an dengan cara berulang-ulang agar siswa tidak merasa terbebani, dan tanpa

mengetahui tulisannya siswa dapat hafal dengan sering mendengar dan

mengucapkan”.6.

Hal tersebut menjelaskan bahwa peserta didik yang mengikuti program

tahfidz tetap mendapatkan nilai yang sangat baik di sekolah. Karena seperti janji

Allah SWT bahwa sesungguhnya orang yang berusaha menghafal Al-Qur’an akan

di mudahkan dalam menimba ilmunya. Karena mereka telah berusaha menghafal

Al-Qur’an dan sering di asah untuk menghafal Al-Qur’an maka Allah SWT

memudahkan mereka dalam mengingat materi pembelajaran, dan memudahkan

mereka dalam menimba pembelajaran.Namun program Tahfidz ini juga memiliki

beberapa hambatan yang sangat besar yang berdampak pada anak didik, yaitu

bimbingan orang tua dan perhatian orang tua kepada anak. Apa bila orang tua

mendukung sang anak pada program tersebut masih kelas dua anak tersebut sudah

6
Khalid Bin Abdul Karim Al-Lahim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an. (Jakarta:
Bumi Aksara, 2019), hlm. 19
8

dapat menghafal juz satu, namun bila andil orang tua yang kurang anak hanya

akan berhenti dan mengulang-ulang hafalan pada ayat-ayat pendek dan tidak

mempunyai kemajuan.

Sebagai program unggulan menurut hemat penulis di lapangan bahwa

fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa para siswa di Pesanatren Adlaniyah

Modern Kecamatan Lembah Melintang menunjukkan bahwa Tahfiz Qur’an

diterapkan pada siswa tingkat Ibdtidaiyah, dimana para siswa banyak yang hafiz

Qur’an antara 10 – 30 juz. Dalam membentuk siswa hingga menjadi hafiz qur’an

tentunya para guru dan pengasuh memiliki strategi khusus.

Ada beberapa strategi hafalan Al-Qur’an yang biasa diterapkan, antara lain

strategi bacaan Al-Qur’an menggunakan metode talaqqi dimana siswa

mendengarkan guru membaca Al-Qur’an terlebih dahulu, metode takri yaitu

metode mengulang hafalan yaitu metode menulis ayat-ayat lalu dihafalkan, dalam

hal ini penulis ingin melihat strategi mana yang diterapkan oleh guru dalam

tahfidz qur’an untuk meningkatkan hafalan Qur’an santri.

Berdasarkan fakta di lapangan santri atau siswa banyak yang tahfiz atau

hafal Al-Qur’an antara 1 sampai 30 juz dengan tingkatakn kelasnya, hal ini

menunjukkan adanya peningkatan hafalan Al-Qur’an bagi siswa setiap bulan dan

setiap tahunnya baik peningkatan dari sisi kualitas hafalan maupun peningkatan

kuantitas santri yang hafal terhadap Al-Qur’an, adanya peningkatan tersebut

tentunya tidak terlepas dengan adanya strategi guru dalam meningkatkan hafalan

Al-Qur;an tersebut apakah itu guru menggunakan strategi melalui metode

menghafal maupun strategi dari segi waktu menghafal. Oleh karena itu penulis
9

ingin mengetahui lebih mendalam tentang strategi yang diterapkan guru bidang

program Hafalan Qur’an diPesantren Adlaniyah Modren. Peneliti ingin

mengetahui bagaimana strategipelaksanakaan yang dilakukan dalam pembelajaran

tersebut, dan siapa sajakah yang perlu berperan untuk membuat program

pembelajaran tahfidz dan juga program pendidikan formal tetap berbanding lurus

prestasi mereka. Dan peneliti juga ingin melihat apakah ada hambatan bagi guru

dalammenerapkanstrategi hafiz qur’an.

Berdasarkan latarbelakangdan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk

mengkaji dan melakukan penelitian tentang “Strategi Mengajar Tahfidz qur’an

dalam Meningkatkan Hafalan Qur’an Santridi Pesantren Adlaniyah Modren

Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan permasalahan masalah diatas maka

dirumuskanmasalah penelitian ini adalah

1. Bagaimana strategi guru dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur’an

untukmeningkatkanhafalan Qur’an siswadi Pesantren Adlaniyah

Modren?

2. Apasaja yang menjadifaktor pendukung strategi guru dalam

pembelajaran tahfidz Al-Qur’an untukmeningkatkanhafalan Qur’an

siswadi Pesantren Adlaniyah Modren?


10

3. Apa saja hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran tahfidz Al-

Qur’an untuk meningkatkan hafalan Qur’an siswa di Pesantren

Adlaniyah Modren?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dibuat maka

didapat tujuan dari penelitian yaitu

1. Untuk mengetahui strategi guru dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur’an

untuk meningkatkan hafalan Qur’an siswa di Pesantren Adlaniyah

Modren

2. Untuk mengetahui faktor pendukung strategi guru dalam pembelajaran

tahfidz Al-Qur’an untuk meningkatkan hafalan Qur’an siswa di

Pesantren Adlaniyah Modren

3. Untuk mengetahui hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran

tahfidz Al-Qur’an untuk meningkatkan hafalan Qur’an siswa di

Pesantren Adlaniyah Modren

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Praktisi

Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan acuan pihak sekolah untuk

meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan untuk mengentaskan kebodohan

khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, yang terpenting adalah


11

bagaimana strategi guru benar-benar menjadi solusi untuk mengentas

permasalahan pembelajaran di pesantren Adlaniyah Modern.

b. Bagi Akademis

1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan lebih

tentang strategi guru tahfiz dalam meningkat hafalan al-qur’an.

2) Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas

Agama Islam Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian ini

sebagai acuan agar dapat menyusun penelitian yang lebih baik lagi

dan dapat mencoba menggunakan stratege atau jenis lain dalam meningkatkan

hafalan qur’an.

D. Batasan Istilah

Agar penelitian ini tidak terlalu umum pengertiannya, maka perlu dibuat

batasan-batasan istilah dalam sebuah penelitian dan yang menjadi batasan istilah

dalam penelitian ini yaitu:

1. Strategi guru adalah pola umum yang dirancang oleh guru sebagai

pendidikan professional dalam mendidik, membimbing, mengarahkan,

serta mengevaluasi peserta didik dengan mengembangkan segala

potensi yang ada pada diri peserta didik, baik dari segi kognitif

(kecerdasan), afektif (sikap), dan psikomotorik (ketrampilan) untuk


12

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.7Strategi yang

dimaksudkandalampenelitianiniadalahstrategi yang diterapkan guru

dalampembelajaranTahfiz Qur’an.

2. Pembelajaran tahfidz adalah pembelajaran menghafal Al-Qur’an

dengan mutqin (hafalan yang kuat) terhadap lafazh-lafazh Al-Qur’an

dan menghafal makna-maknanya dengan kuat yang memudahkan

untuk menghindarkannya setiap menghadapi berbagai masalah

kehidupan, yang mana Al-Qur’an senantiasa ada dan hidup di dalam

hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk menerapkan dan

mengamalkannya.8

3. Pesantren adalah sebuah sekolah agama yang bersifat boarding”

Pesantren yang dimaksudkan di sini adalah Pesantren Adlaniyah

Modern Kecamatan LembahMelintang.

E. Sistematika Penulisan

Memudahkan pemahaman dalam laporan ini, maka akan dikemukakan

sistematika hasil yang secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut:

Adapun sistematika pembahasan skripsi dibagi menjadi tiga bagian utama

dengan rincian sebagai berikut: Bagian awal, terdiri dari: halaman sampul depan,

halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan,

kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, transliterasi

dan abstrak.
7
Agus Suprijono, Coopeprative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2019), hlm. 46
88
Hamdan, StrategiTahfizQur;an(Jakarta : Al-Husna, 2019), hlm.3
13

Bagian utama (inti), terdiri dari:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari: konteks penelitian, fokus penelitian,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah, sistematika penulisan

skripsi.

Bab II Kajian pustaka, terdiri dari: pengertian strategi pembelajaran,

strategi pembelajaran tahidz Al-Qur’an, pengertian tahfidz al-Qur’an, hukum

tahfidz al-Qur’an, keutamaan tahfidz al-Qur’an, tujuan tahfidz al-Qur’an, syarat-

syarat tahfidz al-Qur’an, alat dan sumber pembelajaran tahfidz al-Qur’an, metode

tahfidz al-Qur’an, cara memelihara hafalan al-Qur’an, faktor-faktor pendukung

tahfidz al-Qur’an, serta hasil penelitian terdahulu.

Bab III metode penelitian, terdiri dari: pendekatan dan jenis penelitian,

lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian.

Bab IV hasil penelitian, terdiri dari: paparan data dan temuan penelitian,

Bab V Kesimpulandan saran


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Guru Tahfiz

1. Pengertian Guru

Secara Etimologi, istilah guru dalam bahasa inggris dinamakan “teacher”,

sedangkan dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “mu’adzib, mu’alim,

mudaris, dan muhadzib” yang mempunyai arti seseorang yang menyampaikan

pengajaran, akhlak, ilmu dan pendidikan. Dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia, guru ialah orang yang mengajari orang lain, baik mengajarkan

keterampilan maupun ilmu pengetahuan di lingkungan sekolah maupun

lingkungan masyarakat.8

Menurut Chaerul pengertian guru secara bahasa yaitu guru sering disebut

sebagai pendidik. Sedangkan secara istilah, guru adalah orang yang

bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan

perkembangan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik, baik potensi

psikomotorik (berkaitan dengan keterampilan), potensi afektif (berkaitan dengan

sikap dan nilai), maupun potensi kognitif (berkaitan dengan pengetahuan).9

8
Murip Yahya, Profesi Kenaga Kependidikan, 2013, (Bandung: CV Pustaka Setia), hlm.
24.
9
Chaerul Rochman, Dkk, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru: Menjadi Guru
Di Cintai dan Diteladani Oleh Siswa, 2012, (Bandung: Nuansa Cendeki), hlm. 23-24.

14
15

Guru ialah pendidik profesional dengan tugas utamanya yaitu melatih,

mengarahkan, membimbing, mendidik, dan mengevaluasipeserta didik pada

pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.10

guru adalah pendidik yang mengampu mata pelajaran di sekolah.

Pengertian ini lebih memfokuskan bahwa guru ialah pemegang utama pada bidang

studi di madrasah maupun sekolah.Dari berbagai pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa guru adalah orang yang mengajarkan berbagai ilmu

pengetahuan, maupun keterampilan yang dimiliki kepada peserta didik di sekolah

maupun di lingkungan masyarakat.11

a. Peran Guru

Menurut UU Republik Indionesia No. 20 Pasal 39 ayat 2 Peran seorang

pendidik atau pengajar yakni mentransformasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki

kepada peserta didik, selain itu juga bertugas melakukan pelatihan dan bimbingan

serta melakukan pengabdian kepada masyarakat dan melakukan penelitian,

terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.12

mengatakan bahwa ada 19 peran guru: guru sebagai pendidik, pengajar,

pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), modeldan teladan,

pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkitpandangan, pekerja rutin,

10
Abuddin Nata, Pengembangan Profesi Keguruan Dalam Perspektif Islam, 2019,
(Depok: Rajawali Press), hlm. 182.
11
Murip Yahya, Profesi Kenaga Kependidikan, 2013, (Bandung: CV Pustaka Setia), hlm.
24.
12
Suparmin, Profesi Kependidikan, 2015, (Surakarta: Fataba Press), hlm. 58.
16

pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan

sebagai kulminator.

1) Peran guru sebagai pendidik

Guru merupakan pendidik yang menjadi panutan, tokoh serta identifikasi

bagi peserta didik dan lingkungannya. Guru harus memiliki sikap diantaranya:

wibawa, disiplin, mandiri, dan tanggungjawab.

2) Peran guru sebagai pengajar

Peran guru sebagai pengajar adalah menyampakan materi pembelajaran.

Namun perkembangan teknologi mengubah peran guru sebagai pengajar yaitu

menyampakan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang berarti

memberikan kemudahan belajar.

3) Peran guru sebagai pembimbing

Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas,

menetapkan jalan yang harus ditempuh, menetapkan waktu perjalanan sesuai

arahannya, menggunakan pertunjuk perjalanan berdasarkan kebutuhan, serta

menilai kelancarannya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta

didik.

4) Peran guru sebagai pelatih yaitu melatih peserta didik dalam hal

pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi yang dimiliki

masing-masing individu.
17

5) Peran guru sebagai penasehat

Peran guru sebagai penasehat yaitu menasehati peserta didik selama di

sekolah. Guru juga harus mendalami dan memahami ilmu kesehatan mental

dan psikologi kepribadian agar tepat dalam menangani suatu permasalahan

yang berkaitan dengan peserta didiknya.

6) Peran guru sebagai pembaharu (innovator)

Guru menterjemahkan berbagai pengalaman yang telah lalu ke dalam

kehidupan peserta didik. Bahasa akan selalu mengalami perubahan dalam

setiap generasi ke generasi, serta perubahan yang dilakukan melalui

pendidikan akan memberikan hal yang positif untuk dunia pendidikan.

7) Peran guru sebagai model dan teladan

Guru adalah model dan teladan untuk peserta didiknya. Sebagai model

guru akan ditiru oleh peserta didik. Sedangkan sebagai teladan guru akan

mendapat sorotan dari peserta didik dan lingkungannya terkait pribadi dan

tingkah laku dari seorang guru tersebut.

8) Peran guru sebagai pribadi

Peran guru sebagai pribadi adalah guru harus memiliki kepribadian yang

mencerminkan seorang pendidik. Sebagaipribadi guru juga harus memiliki

kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya.


18

9) Peran guru sebagai peneliti

Pembelajaran adalah seni, sehingga akan selalu memerlukan penyesuaian-

penyesuaina terhadap kondisi lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian oleh seorang guru. Guru merupakan seorang peneliti atau pencari

untuk menemukan sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan.

10) Peran guru sebagai pendorong kreativitas

Peran guru sebagai pendorong kteativitas dituntut untuk menunjukkan dan

mendemonstrasikan proses kreativitas, karena kreativitas merupakan hal yang

sangat penting dalam pembelajaran.

11) Peran guru sebagai pembangkit pandangan

Peran guru sebagai pembangkit pandangan adalah memberikan dan

memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta didiknya. Guru

berusaha membangkitkan berbagai pandangan kepada perserta didik.

12) Peran guru sebagai pekerja rutin

Guru bekerja dengan kebiasaan tertentu, keterampilan, serta kegiatan rutin

yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Guru harus bekerja secara

rutin dalam proses kegiatan belajar-mengajar.

13) Peran guru sebagai pemindah kemah

Peran guru sebagai pemindah kemah adalah guru suka memindah-

mindahkan, serta membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju


19

sesuatu hal yang baru. Guru berusaha mengatasi masalah peserta didik yang

menghambat kemajuannya dan membantu menyelesaikan permasalahan

tersebut dengan baik.

14) Peran guru sebagai pembawa cerita

Peran guru sebagai pembawa cerita adalah guru berusaha menyampaikan

dan mencari cerita untuk membangkitkan gagasan peserta didik untuk

kehidupan di masa mendatang.

b. Tugas Guru

Ngainun Naim menyebutkan bahwa tugas guru yang utama ialah

membersihkan, menyempurnakan, serta menyucikan jiwa dan membawa hati

manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 13 Menurut Jamal Ma‟mur

Asmani menerangkan bahwa tugas guru, yaitu:14

1) Educator (Pendidik)

Tugas guru yang pertama ialah mendidik peserta didik sesuai dengan

materi pelajaran yang akan diberikan oleh pendidik. Guru sebagai educator,

ilmu merupakan syarat yang utama. Guru harus bisa mengetahui berbagai

macam keilmuan serta responsif terhadap berbagai masalah kekinian akan

sangat menunjang dalam peningkatan kualitas ilmu guru.

2) Leader (Pemimpin)
13
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup
Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hlm. 17.
14
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif,
(Yogyakarta: Diva Press), hlm. 39-41.
20

Tugas guru sebagai seorang pemimpin ialah mengarahkan,

mengendalikan serta menguasai kelas menuju tercapainyapelajaran yang

efektif dan berkualitas. Guru juga harus pintar membaca potensi peserta didik

agar bisa diarahkan sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik tersebut.

3) Fasilitator

Tugas guru sebagai fasilitator ialah memfasilitasi peserta didikuntuk

menemukan serta mengembangkan bakat yang dimiliki secara pesat.

c. Kompetensi Guru

Kompetensi ialah gambaran tentang apa yang semestinya dapat dilakukan

oleh guru dalam melakukan pekerjaannya, baik yang berupa perilaku, kegiatan

maupun hasil yang dapat ditunjukkan, lebih jelasnya kemampun yang menuntut

tanggungjawab seorang guru.15

Kompetensi adalah keterampilan, penguasaan, pemilikan, dan kemampuan

yang dituntut atas jabatan seseorang, dengan demikian seorang guru harus

menguasai kompetensi guru tersebut, sehingga guru tersebut dapat melaksanakan

kewenangan profesionalnya dengan baik. Ada empat kompetensi yang harus

dimiliki guru.16Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru berdasarkan

Undang-Undang Nomor14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV

Pasal 10 ayat 91, menyatakan bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi

15
Murip Yahya, Profesi Kenaga Kependidikan, 2013, (Bandung: CV Pustaka Setia), hlm.
31.

16
Tukiran Taniredja, Dkk, Guru Yang Profesional, 2016, (Bandung: Alfabeta), hlm. 15.
21

pedagogik, kepribadian, sosial, serta profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi”. Kompetensi keguruan terbagi mencadi tiga macam, yakni

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

2. Pengertian tahfiz

Tahfidz yaitu proses penyimpanan data ke memori otak.17

Tahfidz adalah menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an baik sebagian maupun

keseluruhansebagai pedoman ibadah seperti shalat dan juga untuk memperkuat

ingatan mereka.

Tahfidz mempunyai arti menghafal. Para ulama sepakat bahwa hukum

menghafal Al-Qur‟an ialah fardhu kifayah, apabila ada anggota masyarakat yang

sudah melaksanakannya maka terbebaslah semua anggota masyarakat tersebut

namun apabila tidak ada sama sekali maka berdosalah semuanya.18

Menghafal Al-Qur‟an adalah bentuk melaksanakan ketaatan kepada Allah

dengan menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah SWT

(taqarrub) yang paling agung.19 Nabi Muhammad Saw. bersabda Yang artinya:

““Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya.”

(HR. Al-Bukhari)

17
Masagus H A Fauzan Yayan, Quantum Tahtidz: Metode Cepat dan dan Mudah
Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Erlangga), hlm. 48.
18
Sa’dulloh Soekanto, Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani), hlm.
19.
19
Majdi Ubaid, 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Qur’an , 2014, (Solo:Aqwam), hlm. 44.
22

Menghafal Al-Qur‟an ialah suatu pekerjaan yang mulia disisi Allah SWT.

Apabila kita menghafal Al-Qur‟an dengan ikhlas karena Allah kita akan

mendapatkan derajat yang mulia disisi Allah SWT. 20Menghafal Al-Qur‟an

merupakan upaya mengakrabkan orang-orang yang beriman dengan Al-Qur‟an,

sehingga ia tidak akan buta huruf terhadap Al-Qur‟an, terbukti dengan masih ada

kelangkaan terhadap nilai-nilai Al-Qur‟an yang membudaya dan juga menyatu

dalam kehidupan mereka.21

B. Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur‟an secara bahasa yaitu yang dibaca atau bacaan. Sedangkan secara

istilah menurut ahli agama (‘uruf syara’), ialah nama bagi kalam Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang ditulis dalam mushaf.22

Al-Qur‟an secara bahasa yaitu dari kata qara’a (qara’a-yaqra’u-qar’atan-

wa qira’atan-wa qur’anan) artinya menghimpun, merangkai, atau menggabung).

Sedangkan secara istilah Al-qur‟an ialah kata-kata Allah yang azaliy, diturunkan

kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril as. yang ditulis pada mushaf

20
Sa’dulloh Soekanto, Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani), hlm.
25.

21
Abdul Aziz Abdul Ra’uf Al-Hafizh, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah,
2004, (Bandung: Syamil), hlm. 2.

Tengku Muhammad Hasbi Ash Ahiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-
22

Qur’an/Tafsir, 1994, (Jakarta: Bulan Bintang), hlm. 1-2.


23

yang diturunkan secara mutawatir, sebagai petunjuk bagi manusia dan bernilai

ibadah bagi yang membacanya.23

Al-Qur‟an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman,

diriwayatkan secara mutawatir (oleh banyak orang), dan bagi yang membacanya

merupakan suatu ibadah.24

2. Manfaat Menghafal Al-Qur’an

Manfaat Al-Qur‟an dari aspek keilmuan menurut yaitu:25

a. Al-Qur‟an terdapat 77.439 kalimat, sebagaimana yang dijelaskan dan

terdapat dalam kitab-kitab Ulumul Qur’an.

b. Di dalam Al-Qur‟an banyak dijumpai untaian kata-kata indah

(uslub/ta’bir).

c. Di dalam Al-Quran banyak dijumpai ilmu Saraf, Nahwu, dan Balaghah.

d. Di dalam Al-Quran banyak dijumpai ayat-ayat kauniyah, ayat-ayat hukum,

ayat-ayat sejarah, dan lain-lain.

e. Membangkitkan sel-sel pada otak agar selalu berfungsi bagi para

penghafal Al-Qur‟an yang nderes.

Menurut para ulama manfaat menghafal Al-Qur‟an yaitu:26

Munzir Hitami, Pengantar Studi Al-Qur’an: Teori dan Pendekatan, (Yogyakarta: Lkis),
23

hlm. 15-16.
24
Chusniatun, Dkk, Pendidikan Al-Qur’an dan Pendidikan Al-Hadist: Terampilan
Medesain Pembelajaran dan Pengajarannya, 2018, Surakarta: Muhammadiyah University press.

Massagus H A Fauzan Yayan, Quantum Tahfidz: Metode Cepat dan Mudah Menghafal
25

Al-Qur’an, (Jakarta:Erlangga), hlm. 19-20.


24

a. Apabila disertai dengan keikhlasan dan amal saleh, maka ini merupakan

kebahagiaan dan kemenangan baik di dunia maupun di akhirat.

b. Akan mendapatkan anugrah dari Allah SWT. berupa pemikiran yang

cemerlang dan ingatan yang tajam bagi orang yang menghafal Al-Qur‟an.

c. Orang yang menghafal Al-Qur‟an akan memiliki kecerdasan sehingga

dapat berprestasi lebih tinggi dari pada temannya yang tidak menghafal

Al-Qur‟an.

d. Perilaku yang baik, akhlak, serta identitas yang baik adalah yang dimiliki

oleh seorang penghafal Al-Qur‟an.

e. Penghafal Al-Qur‟an dapat fasih berbicara serta ucapanyya benarkarena ia

mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik Arab dari landasannya

secara alami (thabi’i).

f. Apabila penghafal Al-Qur‟an dapat menguasai kalimat-kalimat di dalam

Al-Qur‟an, dengan demikian ia mampu menguasai arti kosa-kata bahasa

Arab, sama halnya ia menghafal sebuah kamus bahasa Arab.

g. Banyak sekali kata-kata bijak (hikmah) dalam Al-Qur‟an yang bermanfaat

dalam kehidupan, dengan menghafal Al-Qur‟an seseorang akan banyak

menghafalkan kata-kata bijak tersebut.

h. Susunan kalimat (ushlub) dan bahasa Al-Qur‟an mengandung sastra Arab

yang tinggi serta sangat memikat.

i. Banyak sekali contoh-contoh yang berkenaan dengan ilmu Sharaf dan ilmu

Nahwu di dalam Al-Qur‟an.


26
Sa’dulloh Soekanto, Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani), hlm.
21-22.
25

j. Banyak sekali ayat-ayat hukum di dalam Al-Qur‟an.

k. Agar hafalnnya tidak lupa, seorang penghafal Al-Qur;an akan memutar

otaknya (muroja’ah) tujuannya agar hafalan tersebut tidak lupa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat manfaat Al-Qur‟an dan

juga banyak sekali manfaat menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk itu, kita sebagai

orang beriman setelah mengetahui manfaat Al-Qur‟an dan manfaat menghafal Al-

Qur‟an kita akanmenjadi semakin bijak dalam melakukan segala sesuatu di dalam

kehidupan kita.

3. Keistimewaan Penghafal Al-Qur’an

Keistimewaan penghafal Al-Qur‟an yaitu:27

a. Mendapatkan perlakuan yang lebih dibandingkan yang lainnya dalam hal

memberikan musyawarah, fatwa, serta dalam hal meminta pandangan dan

pendapat.

b. Para penghafal Al-Qur‟an akan jauh lebih kokoh dan lebih teruji di medan

peran dibandingkan yang bukan penghafal.

c. Penghafal Al-Qur‟an akan memiliki posisi dan kedudukan yang sangat

agung di dalam Islam.

Menurut Majdi Ubaid keistimewaan penghafal Al-Qur‟an diantaranya

yaitu:28

a. Memperoleh derajat tinggi di surga.

Bahirul Amali Herry, Agar Orang Sbuk Bisa Menghafal Al-Qur’an, 2012, (Yogyakarta:
27

Pro-U Media), hlm. 25-26.


28
Majdi Ubaid, 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Qur’an , 2014, (Solo:Aqwam), hlm. 44-52.
26

b. Memperoleh pakaian dan mahkota kemuliaan.

c. Memperoleh syafaat dari Al-Qur‟an bagi yang membacanya padahari

kiamat.

d. Akan dikumpulkan bersama malaikat yang mulia dan berbakti.

e. Akan selamat dari neraka.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keistimewaan

sebagai penghafalkan Al-Qur‟an sangat banyak dan sangat mulia. Maka, apabila

kita ingin menjadi penghafal Al-Qur‟an kita harus istiqomah dan ikhlas ketika

menghafalkan Al-Qur‟an. Agarkita bisa hafal dengan baik dan benar sesuai

bacaan yang terdapat di dalam Al-Qur‟an.

4. Keutamaan Penghafal Al-qur’an

Keutamaan penghafal Al-Qur‟an yaitu:

a. Penghafal Al-Qur‟an merupakan orang-orang pilihan terbaik. Karena

dengan ikhlas mengamalkan, berperilaku dengan akhlaknya, sopan-santun,

menghafal di setiap saat baik siang maupun malam.

b. Penghafal Al-Qur‟an akan dihormati baik di dunia maupun di akhirat,

c. Dapat mengangkat derajat bagi orang yang menghafalkan Al-Qur‟an dan

mengamalkannya.

Menurut Abdul Aziz Abdul Ra‟uf Al Hafizh keutamaan penghafal Al-

Qur‟an ada dua yaitu:29

a. Keutamaan di Dunia

29
Abdul Aziz Abdul Ra’uf Al-Hafizh, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah,
2004, (Bandung: Syamil), hlm. 28-38.
27

1) Penghafal Al-Qur‟an merupakan nikmat rabbani yang datang dari

Allah.Nikmat jika seseorang mampu menghafal Al-Qur‟an sama dengan

nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu. Rasulullah saw.

menjelaskan,

2) Para penghafal Al-Qur‟an akan dijanjikan dari Al-Qur‟an berupa

kenikmatan, keberkahan, dan kebaikan.

3) Para penghafal Al-Qur‟an adalah orang yang mendapatkan penghargaan

khusus dari Nabi Muhammad Saw. (Tasyrif Nabawi)Di antara

penghargaan yang pernah diberikan Nabi kepada para sahabat penghafal

Al-Qur‟an adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang

hafizh Al-Qur‟an Rasul belum mendahulukan pemakamannya.

4) Para penghafal Al-Qur‟an merupakan ciri orang yang diberi ilmu.

5. Metode Menghafal Al-Qur’an

Metode menghafal Al-Qur‟an antara lain:30

a. Metode Klasik dalam Menghafal Al-Qur‟an

1) Talqin Yaitu cara pengajaran hafalan yang dilakukan seorang guru dengan

membaca suatu ayat, kemudian ditirukan oleh muridnya sampai menancap

ke dalam hatinya secara berulang-ulang.

2) Talaqqi Yaitu guru mendengarkan presentasi hafalan muridnya terkait

surat yang sudah dihafalkan muridnya tersebut.

3) Mu‟aradhahYaitu pengajaran hafalan yang dilakukan dengan cara saling

membaca bergantian.

30
Bahirul Amali Herry, Agar Orang Sbuk Bisa Menghafal Al-Qur’an, 2012, (Yogyakarta: Pro-U
Media), hlm. 83-89.
28

b. Metode Modern dalam Menghafal Al-Qur‟an

1) Mendengarkan kaset murottal melalui Al-Qur‟an digital, tape recorder,

handphone, komputer, laptop, MP3/4 dan lain-lain.

2) Merekam suara kita kemudian disetel secara berulang-ulang

menggunakan handphone maupun alat-alat yang lainnya.

3) Menggunakan program perangkat lunak (software) Al-Qur‟an

penghafal (Mushaf Muhaffizh).

4) Membaca buku-buku teka-teki yang sudah diformat untuk memperkuat

hafalan kita (Qur’anic Puzzle).

c. Metode Menghafal Al-Qur‟an menurut Al-Qur‟an

1) Talaqqi (menyetorkan hafalan yang baru dihafal sang murid kepada

gurunya).

2) Talqin (membaca dengan cara pelan-pelan dan mengikuti

bacaan)Merasukkan bacaan ke dalam batin.

3) Membaca sedikit-sedikit dan menyimpannya di hati.

4) Membaca dengan tartil (tajwid) dalam kondisi tenang dan bugar.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip Lexy J. Moleong adalah

prosedur penelitian yang yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata kata

tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang dapat diamati, penelitian ini

mengedepankan data deskriptif berupa tulisan, pernyataan lisan dan tingkah laku

teramati, dibanding data dengan angka-angka.10

Berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka

penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus

merupakan penelitian yang dilakukan terhadap objek atau sesuatu yang harus

diteliti secara menyeluruh, utuh, dan mendalam.11

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan

mendalam tentang strategi guru dalam pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an

diPesantren Adlaniyah Modren. Penelitian dilaksanakan dengan cara mengamati

peristiwa yang terjadi dalam sebuah kasus, yang dalam hal ini adalah

pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an. Dengan demikian penelitian kualitatif ini

dianggap lebih akurat dalam menjawab fenomena yang terjadi berkaitan dengan

strategi pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an.

1010
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hm. 4
1111
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hln. 113

29
30

B. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan sebuah

penelitian. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalahPesantren Adlaniyah

Modren. Madrasah Ibtidaiyah ini merupakan Madrasah Ibtidaiyah Swasta yang

memiliki siswa terbanyak di Lembah Melintang dan banyak memperoleh

kejuaraan dalam perlombaan-perlombaan. MadrasahPesantren Adlaniyah Modren

ini merupakan satu-satunya Madrasah Ibtidaiyah yang memiliki ekstrakulikuler

Tahfidz Al-Qur’an di kecamatan LembahMelintang.

C. Informan Penelitian

Untuk menggali sumber informasi dalam penelitian kualitatif tidak ada

populasi dan sampel secara acak. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel

bertujuan, artinya sampel bertujuan untuk mengungkapkan sebanyak mungkin

informasi yang bersifat holistik sehubungan dengan topik permasalahan yang

dikaji.12Dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber informasi pada penelitian ini

adalah orang-orang yang mempunyai keterkaitan dengan kondisi pelaksanaan

Tahfiz Qur’an salah satunya adalah :

1. Ketua Yayasan Tahfiz Qur’an,

2. Pengasuh(musyarifah)

3. Guru Tahfiz Qur’an

4. Siswa

Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Cipustaka Media,


1212

2007), hlm. 188


31

D. Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokument dan

lain-lain”.13

Dengan demikian maka sumber data dalam penelitian ini didasarkan pada

dua sumber, yaitu :

1. Sumber data primer, yaitu sumber pokok dalam penulisan yang

diperoleh dari informan yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Yaitu

berupa hasil wawancara kepada informan seperti Ketua Yayasan dan

para pengasuh.

2. Sumber data skunder, yaitu sumber data pendukung/ pelengkap, dalam

hal ini akan diperoleh dari data dokumentasi-dokumentasi yang dapat

mendukung penelitian ini. Seperti kegiatan tahfiz dan kegiatan para

pengasuh.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian kualitatif “diperoleh dengan

menggunakan wawancara, observasi dan dokumen”.14 Demikian halnya pada

penelitian ini data diperoleh melalui :

Moleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2015),


1313

hlm. 324
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Cipustaka Media,
1414

2007), hlm. 113


32

1. Observasi berperan serta

Observasi partisipan yang digunakan adalah peran serta pasif dan aktif.

Pada tahap awal peneliti hadir dalam lingkungan, tetapi peneliti tidak berperan

serta. Peneliti hanya menyaksikan berbagai peristiwa ataupun melakukan

tindakan secara pasif untuk mengenal lingkungan penelitian. Pada tahap ini,

lebih banyak dimamfaatkan untuk membangun hubungan yang baik dengan

lingkungan tahfiz seperti para pengasuh dan santri.

Berikutnya, setelah peneliti lebih membaur dengan lingkungan

masyarakat, maka tahap peneliti mulai berperan aktif dengan mengikuti

kegiatan-kegiatan di Tahfiz Qur’ansambil melaksanakan penelitian terhadap

informan.

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam, peneliti

melakukan wawancara dengan mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan penelitian, dan penelitian dilakukan secara terbuka,

sehingga subyek penelitian mempunyai keluluasan untuk menyatakan

keinginan dan harapan mereka. Terutama para pengasuh tahfiz

Setelah pertanyaan-pertanyaan bersifat terbuka kemudian dilanjutkan

dengan memperdalam wawancara untuk menggali tentang strategi pelaksanaan

Tahfiz Qur’an.

Adapun yang menjadi indikator dari strategi guru tahfidz Qur’an dalam

meningkatkan hafalan Qur’an adalah sebagai berikut :


33

Kisi-Kisi Strategi Guru

No Aspek Indikator
1 Strategi Guru 1. Guru menguasai seluruh metode
tahfiz
2. Dalam menerapkan metode
dilakukan secara bergantian dan
berurut
3. Menggunakan tartil dalam
menghafal Al-Qur’an
2 Peningkatan Hafalan Qu’an 1. Peningkatan kuantitas hafalan Al-
Qur’an dari 1-30 juz
2. Peningkatan Bacaan

3. Melakukan pengkajian dokumen

Seluruh data yang telah terkumpul maka selanjutnya dilakukan pengkajian

/penafsiran dan melakukan pengkajian berbagai dokumen yang berhubungan

dengan penelitian. Berbagai dokumen yang akan diperoleh seperti data statistik

deskriptif sekolah, foto kegiatan penelitian dan dokumen lainnya yang

berhubungan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dengan mengurutkan data

kedalam pola katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan hipotesis kerja seperti yang disarankan data. 15 Setelah data diorganisasikan

kemudian dilakukan pengelolaan data yang dilaksanakan dengan cara :

1. Reduksi Data

Ibid, h. 144.
1515
34

Reduksi data bertujuan untuk memudahkan membuat kesimpulan terhadap

data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian. Reduksi data dimulai

dengan mengidentifikasikan semua catatan dan data lapangan yang

memiliki makna yang berkaitan dengan fokus dan masalah penelitian, data

yang tidak memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian harus

disisihkan dari kumpulan data kemudian membuat kode pada setiap satuan

supaya tetap dapat ditelusuri asalnya dan menyusun hipotesis (menjawab

pertanyaan penelitian).

2. Penyajian data

Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang

dianalisis disajikan dalam bentuk grafik, tabel, matriks, dan bagan guna

menggabungkan informasi yang disusun dalam suatu bentuk padu

sehingga dapat dengan mudah peneliti mengetahui apa yang terjadi untuk

menarik kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan

Setelah data terkumpul melalui wawancara dan observasi selanjutnya

diproses dan dianalisis sehingga menjadi data yang siap disajikan yang

akhirnya dapat ditarik menjadi kesimpulan hasil penelitian. Kesimpulan

awal masih bersifat longgar, tetap terbuka dan belum jelas kemudian

meningkat menjadi kesimpulan akhir seiring dengan bertambahnya data

sehingga kesimpulan menjadi suatu konfigurasi yang utuh.

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data


35

Untuk pencermatan keabsahan data, penulis mengikuti pendapat Moleong,

yakni dengan tahap kreadibilitas (kepercayaan), transferability (keteralihan),

Dependabiliti (kebergantungan) dan confirmabiliti (kepastian).16

a. Kreabilitas (Kepercayaan)

Kriteria ini bertujuan untuk meyakinkan pembaca yang kritis dan agar

disetujui oleh informan yang ada dalam penelitian ini, pada tahap ini peneliti

melaksanakan penelitian sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayan

penemuannya dapat dicapai. Adapun cara yang ditempuh adalah dengan

melalui perpanjangan keikut sertaan, mengamati dengan teliti kegiatan-

kegiatan pelaksanaan pendidikan agama anak dan diskusi dengan teman

sejawat yang tidak ikut serta dalam penelitian.

b. Transperability (Keteralihan)

Kriteria ini bertujuan untuk menjadikan hasil temuan yang diperoleh

dari penelitian nantinya dapat diaplikasikan atau ditransper kedalam konteks

yang lain yang sejenis.

c. Dependability (Kebergantungan)

Kriteria ini bertujuan untuk memegang kebenaran hasil dan bisa

dipertanggung jawabkan atau dipercayai. Pada tahap ini penelitian akan

tercapai bila peneliti komitmen terhadap temuan atau keutuhan kenyataan

yang diteliti.

Moleong Lexy, Op-Cit, , h..175


1616
36
BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Temuan Hasil Penelitian

Pada bab ini, akan dipaparkan data-data yang diperoleh dan temuan hasil

penelitian yang dihasilkan secara berurutan, meliputi: Strategi Guru tahfiz Qur’an

Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri Di Pesantren Adlaniyah Modern

Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

1. Temuan Umum

a. Letak Geografis Pesantren Adlaniyah Modern Pasaman Barat

Pesantren Adlaniyah Modern Pasaman Barat beralamatkan di Jl. Gatot

Royong Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman

barat, Provinsi Sumatera barat, dengan kode pos = 26372.Sekolah ini sebagai

tempat pendidikan formal, yang mempunyai lokasi yang strategis karena dekat

dengan lingkungan masyarakat. Selain itu sekolah ini mudah dijangkau baik

menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi serta dekat dengan

jalan raya.

b. Visi, Misi, dan Tujuan Pesantren Adlaniyah

Tabel 1.2

Visi, Misi dan Tujuan

VISI MISI TUJUAN

36
37

Tegaknya tauhid untuk Mengamalkan dan 1. Membentuk manusia

mencapai kebahagian menegakkan ajaran yang beriman dan

hidup di dunia dan di islam berdasarkan Al- bertaqwa kepada Allah

akherat berdasarkan Al- Qur‟an dan Sunah SWT

Qur‟an dan Sunah dalam segala aspek 2. Mengembangkan

kehidupan. kemampuan intelektual,

akal pikir dan daya nalar

yang bertanggungjawab

3. Membangu

kehidupan social yang

beradab dan berakhlak

atas dasar persaudaraan

dan persahabatan agar

menjadi rahmat bagi

seluruh alam

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang

rnennjang dan mendukung dalam keberhasilan KBM di Pesantren Adlaniyah.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Pesantren Adlaniyah diantaranya

adalah:
38

1) Ruang-Ruang

Adapun ruang dalam proses kegiatan KBM diantaranya ruang Kepala

Sekolah, Kantor Sekolah, Ruang Pertemuan, Ruang UKS, Ruang Administrasi,

Ruang guru, Ruang perpustakaan, Laboratorium Computer, Ruang Sains, Kamar

mandi guru, Kamar mandi siswa, ruang kelas I-VI, Kantin, Aula, Hall.

2) Perlengkapan dan alat pembelajaran

Perlengkapan dan alat pembelajaran merupakan komponen yang penting

dalam terlaksananya kegiatan KBM ketika di dalam kelas. Adapun yang menjadi

perlengkapan dan penunjang serta fasilitas pendukung yaitu meja/kursi guru,

meja/kursi siswa, papan tulis, rak perpustakaan, buku di perpustakaan, jam

dinding,komputer, kursi tamu, peralatan olahraga, internet, aula, tempat parkir,

tempat wudlu putra-putri, kantin sekolah, katering, antar jemput, Musholla,

koperasi sekolah, unit kesehatan sekolah (UKS), air minum (beberapa kelas),

papan kreativitas siswa setiap kelas, papan Info bagi orangtu, Buku komunikasi,

AC di setiap ruang kelas dan kantor, alat kesenian.

d. Kondisi Pendidik dan Kependidikan

Guru dan karyawan merupakan salah saktu faktor pendukung yang sangat

penting dalam sebuah lembaga pendidikan agar proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Jumlah tenaga

kependidikan di Pesentren Adlaniyah pada tahun pelajaran 2019/2020 tenaga

pendidik sebanyak 47 guru dan tenaga kependidikan 18 orang.


39

e. Kondisi Siswa di Pesantren Adlaniyah Modern

Pesatren Adlaniyah Moder memiliki 791 siswa, dengan perincian jumlah

kelas I terdapat 112 siswa, kelas II terdapat 126 siswa, kelas III terdapat 134

siswa, kelas IV terdapat 140 siswa, kelas V terdapat 139 siswa, kelas VI terdapat

140 siswa. Siswa kelas VI D sejumlah 32 orang, yang terdiri dari siswa laki-laki

sejumlah 13 orang dan siswa perempuan sejumlah 19 orang.

2. Temuan Khusus

Pada bagian ini peneliti menyajika data yang berhasil dihimpun dari lokasi

penelitian melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan guru Tahfiz,

guru bimbingan konseling dan waka kurikulum serta siswa di Pesantren

Adlaniyah Modern Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

setelah peneliti melakukan observasi di lapangan, peneliti melihat bahwa

keadaan siswa, guru, dan karyawan diPesantren Adlaniyah Modern Kecamatan

Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat, mempunyai sinergi yang kuat

dalam proses mengajarkan Baca Al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat ketika murid dan

guru sedang berinteraksi pada saat jam pelajaran berlangsung maupun jam

istirahat.

Dalam penyajian data, peneliti tetap berpijak pada rumusan masalah dan

tujua penelitian sebagaimana disebutkan pada bagian pertama. Sehingga dalam

hasil penelitian, peneliti mengklarifikasikan menjadi beberapa bagian sebagai


40

berikut.Bagaimana strategi guru dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur’an untuk

meningkatkan hafalan Qur’an siswa di Pesantren Adlaniyah Modern, apa saja

yang menjadi faktor pendukung strategi guru dalam pembelajaran tahfidz Al-

Qur’an untuk meningkatkan hafalan Qur’an siswa di Pesantren Adlaniyah

Modern, Apa saja hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran tahfidz Al-

Qur’an untuk meningkatkan hafalan Qur’an siswa di Pesantren Adlaniyah Modern

1) strategi guru dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur’an untuk

meningkatkan hafalan Qur’an siswa di Pesantren Adlaniyah Modern

Berdasarkan ungkapan Kepala Sekolah terkait dengan hafalan Santri

Pesantren Adlaniyah Modern anak lulus dari Pesantren Adlaniyah Modern itu

diharapkan sudah hafal dengan baik tajwid maupun makhrajnya terutama untuk

juz 30. Jadi kita memang minimal 15 juz saja tapi kalau mau tambah

dipersilahkan tapi yang utama 15 juz karena memang tekanan kita anak

harapannya bukan sekedar hafal tapi dia memang hafal dengan makhraj tajwid

yang baik, serta diharapkan lulusan dari Pesantren Adlaniyah Modern itu juga

mencintai Al-Qur‟an dengan membiasakan akrab dengan Al-Qur‟an dengan

menghafal ada target-target hafalan yang harus dicapai oleh anak.

Banyak surat-surat yang dihafal dalam Al-Qur‟an yang dihafal

harapannya anak-anak itu nanti bisa siap pakai di masyarakat ketika anak-anak

diberi tugas atau harus menjalanHal demikian juga diperkuat dengan pernyataan

Bapak Fauzan Ahmadi, SE., S.Pd selaku ketua koordinator Tahfidz santri di kelas

khusus (D) itu disaring dari kelas II, dari kelas II naik ke kelas III disaring juga

mengundang tim pesikolog jadi anak ini masuk di kelas khusus atau tidak itu di
41

tes oleh psikolog dan kompetensinya juga dites jadi rata-rata anak-anak kelas

khusus itu memang akademiknya atau IQ nya memang diatas anak kelas yang

lain. Ketika diterapkan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟annya ternyata anak-

anak dari kelas khusus itu dari segi hafalannya juga juga berbeda dengan kelas

yang lain jadi ada hubungannya dalam arti ada pengaruhnya tingkat kecerdasan

santri dengan kelas yang lain itu ketika menghafalpun juga berbeda.

Walaupun juga dikelas yang lain itu juga ada anak yang mungkin tidak

ikut tersaring ketika di kelas khusus tapi kompetensi anak itu juga melebihi juga

ada dan di kelas lain ada beberapa.31

Hal senada juga diungkapkan Bapak Imam Khoiruddin, S.Pd.Iselaku guru

Tahfidz ketika kita belum betul-betul bagus hafalannya maka tidak dinyatakan

lulus dan tidak boleh melanjutkan ke surat berikutnya seperti itu. Disini ada ciri

khusus yaitu mengutamakan kebenaran dan kefasihan bacaan tidak

mengutamakan banyaknya hafalan akan tetapi kurang tepat dalam membaca atau

pun dalam hafalannya itu.32

Pendapat Bapak Fauzan Ahmadi, SE., S.Pd selaku guru Tahfidz bahwa

beliau menekankan di Pesantren ini menghafal satu ayat 40 kali. Jadi 40 kali

membaca, 10 kalinya itu dilihat dahulu membaca betul-betul tulisannya dilihat.

Yang keduanya menerawang itu dalam arti seolah sambil mengangan-angan tidak

melihat 10 pertama tadi harus betul-betul melihat. Kemudian yang ketiga berusaha

mengingat betul di dalam pikirannya itu ayat yang sudah dihafal tadi.

31
Fauzan Ahmadi, Selaku Ketua Koordinator Tahfiz, Wawancara, 20 September 2021.
32
Imam Khoiruddin, Selaku Guru Tahfiz, Wawancara, 20 September 2021
42

Kemudian 10 kali yang terakhir yang ke 31-40 betul-betul tidak harus

melihat itu strategi kita 1 ayat 40 kali. Di sini itu anak-anak sudah khatam anak-

anak itu harus mengulang 2 kali murojaah pertama, kemudian murojaah kedua

kemudian baru bisa melakukan wisuda kita undangkan penguji. Evaluasinya dari

penguji selesai kita rekap ada beberapa anak yang remidi kemudian kita

dengarkan masukan-masukan dari penguji.

Pengujinya bukan kita tapi kita ambilkan penguji-pengujinya dari luar

sekolahan yang hafal Al-Qur‟an yang hafidz dan hafidzoh kita undang kesini hari

Ahad kalau gak salah tanggal 5 itu untuk menguji anak-anak.33

Kemudian senada dengan pendapat Fajar Imawan Taufiq, S.Pdselaku

Waka Kurikulum TQ itu seperti pelajaran yang lainnya jadi sudah masuk

kurikulum merupakan ciri khusus sekolah jadi muatan atau beban pelajarannya itu

kira-kira yaa 2 jam per minggu itu yang reguler yang tidak reguler itu ada

tambahan di pagi hari dan ada tambahan di siang hari untuk kelas-kelas tertentu.

Alhamdulillah untuk sampai saat ini mapel TQ mendukung sekolah kami

memiliki cirikhusus jadi kalau orang itu biasanya sekolah ini mendaftarkan putra-

putrinya dalam artian ingin salah satunya punya keunggulan di bidang itu

hafalan.34

Dengan demikian dari keterangan diatas diperoleh informasi bahwasannya

hafalan Al-Qur‟an santri anak lulus dariPesantren Adlaniyah Modern Ujung

Gading Lembah Melintang Kecamatan Lembah Melintang itu diharapkan sudah

hafal juz 30 dengan baik tajwid maupun makhrajnya. Di Pesantren Modern

33
Fauzan Ahmadi, Selaku Ketua Koordinator Tahfiz, Wawancara, 20 September 2021.
34
Fajar Imawan Taufiq, Selaku Waka Kurikulum, Wawancara, 20 September 2021.
43

Adlaaniyah minimal 15 juz saja tapi jika mau menambah dibolehkan tapi yang

utama juz 1-15 juz karena memang harapannya bukan sekedar hafal tapi dia

memang hafal dengan makhraj tajwid yang baik. Di Pesantren ini menghafal satu

ayat 40 kali. TQ itu seperti pelajaran yang lainnya jadi sudah masuk kurikulum

merupakan ciri khusus sekolah. Anak-anak sudah khatam anak-anak itu harus

mengulang 2 kali murojaah pertama, kemudian murojaah kedua kemudian baru

bisa melakukan wisuda kita undangkan penguji. Pengujinya bukan kita tapi kita

ambilkan penguji-pengujinya dari luar sekolahan yang hafal Al-Qur‟an yang

hafidz dan hafidzoh kita undang kesini.Terkait dengan diharuskannya siswa hafal

surat juz 30 tersebut dan harus sesuai dengan makharujul huruf, tajwid dengan

baik serta hafalannya juga meningkat maka guru Tahfidz melakukan beberapa

upaya untuk dapat meningkatkan hafalan Al-Qur’an Santri di dalam pembelajaran

diantaranya sebagai berikut:

a) Penyediaan waktu pagi guru Tahfiz yag bertugas piket tiap pagi

meneriman setoran hafalan siswa.

b) Setelah sholat dzuhur guru tahfiz memadu muraja’ah menerima siswa

yang akan menyetorkan hafalan dimusholla.

c) Setiap hari senin guru tahfiz menerima setoran hafalan bagi kelas yang

tidak ada jadwal upacara.

d) Pada jam istirahat guru Tahfiz menerima setoran hafalan siswa yang akan

menyetorkan hafalannya.

e) Memberi tambahan jam pelajaran tahfiz tiap hari Kamis dan Sabtu.

f) Mengadakan kegiatan comping tahfiz.


44

g) Membuat grup WA untuk orang tua agar bisa memantau perkembangan

hafalan anak-anak mereka.

2) faktor pendukung strategi guru dalam pembelajaran tahfidz Al-

Qur’an untuk meningkatkan hafalan Qur’an siswa di Pesantren

Adlaniyah Modren

Berdasarkan hasil penelitian faktor pendukung dalam meningkatkan

hafalan Al-Qur‟an santri pesantren Adlaniyah Modern tersebut diantaranya adalah

sebagai berikut:

Faktor pendukung dalam meningkatkan hafalan Al-Qur‟an santri di

pesantren adlaniyah menurut Bapak Fauzan Ahmadi, SE., S.Pd selaku guru

Tahfidz beliau menyatakan bahwa yang mendukung adalah 1) fasilitas di sekolah

ini, tempatnya nyaman sekarang sudah ber AC yang dulunya tidak ber AC itu

panas kalau menghafal anak gak begitu konsentrasi nah itu salah satu fasilitas

yang ada di lembaga ini.

Jadi anak-anak ketika menghafal itu yaa enjoy enak. 2) kerjasama dari

orang tua dengan sekolah merupakan pendukung yang utama. 3) dari sekolah pun

juga sama, dari kepala sekolah pun juga sangat menyuport sekali terhadap anak-

anak. 4) adanya peran aktif kepala sekolah untuk memotivasi guru-guru Tahfidz.

5) sarana prasarana yang sudah memadai. 6) jam tambahan yang diberikan kepada

anak-anak. 7) motivasi yang diberikan terhadap guru yaitu kita sharing sama

kepala sekolah untuk kemajuan tahfidz.

Hal tersebut senada dengan pernyataan Bapak Imam Khoiruddin,S.Pd.I

selaku guru Tahfidz beliau menyatakan bahwa faktor pendukung dalam


45

meningkatkan hafalan Al-Qur‟an santri di pesantren adlaniyah modern adalah 1)

kondusifitas kelas. 2) saya berikan wawasan dulu misalnya kadang-kadang saya

berikan satu teks hadits saya baca saya jelaskan kemudian saya bawa ke konsep

kehidupan sehari-hari itu misalnya ayat tentang berbakti kepada orang tua. 3)

Sarana, kita punya LCD proyektor di beberapa kali kesempatan juga pernah kita

belajar pakai itu supaya nanti ketika diklik ayat itu muncul. 4) media juga

berpengaruh dalam target hafalan siswa.

Senada pula dengan pernyataan Ibu Dian Purwaningsih, S.Pd selaku

kepala sekolah beliau menyatakan bahwa faktor pendukung dalam meningkatkan

hafalan Al-Qur‟an siswa kelas VI D adalah 1) kebijakan sekolah yang

memberikan ruang bagi guru TQ untuk memberikan inovasi-inovasi pembelajaran

khususnya untuk pembelajaran TQ. 2) program-program tambahan jam untuk

khusus TQ. 3) kegiatan koordinasi antar pengampu TQ. 4) membuat grup-grup

orang tua, ketika tambahan TQ anak-anak dibagi kelompok-kelompok setiap

kelompok itu ada guru pengampunya dan setiap guru Tahfidz itu bertanggung

jawab terhadap kelompoknya sehingga memudahkan komunikasi ketika ada

kekurangan terhadap anak yang diampunya.

Pernyataan Ibu Dian Purwaningsih, S.Pd pun dikuatkan oleh pendapat

Bapak Fajar Imawan Taufiq, S.Pd selaku waka kurikulum beliau menyatakan

bahwa 1) adanya waktu tambahan. 2) sumber daya mencukupi.35

35
Dian Purwaningsih, Selaku Guru di Pesantren Adlaniyah Modern, Wawancara, 20
September 2021
46

3) hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur’an

untuk meningkatkan hafalan Qur’an siswa di Pesantren Adlaniyah

Modren

Hambatan guru Tahfidz dalam meningkatkan hafalan Al-Qur‟an santri di

pesantren adlaniyah menurut Bapak Fauzan Ahmadi, SE., S.Pd selaku guru

Tahfidz beliau menyatakan bahwa hambatannya adalah 1) Anak yang ramai. 2) di

rumah kalau anak-anak dengan kemajuan teknologi HP, kalau tidak dimanfaatkan

dengan sesuai porsinya misalkan hanya dimanfaatkan hanya untuk bermain itu

salah satu yang menjadi hambatan. 3) pada saat KBM anak-anak tidak konsentrasi

saja, anak yang jail dengan temennya saja tapi rata-rata tidak begitu. 4) ada

beberapa anak yang mengalamai hambatan, mengalami kesulitan menghafal

langsung disuruh menemui bapak/ibu guru kesulitannya dimana di ayat berapa.

Senada dengan yang disampaikan Bapak Imam Khoiruddin, S.Pd.I selaku

guru Tahfidz beliau menyatakan bahwa hambatan yang dihadapi adalah 1)

banyak anak yang sering lupa dengan hafalan yang sudah dihafal. 2) bacaan

tajwid rata-rata anak-anak lupa. 3) rasa takut untuk maju hafalan, jadi ada sudah

hafal tapi kalau maju itu takut itu kan menjadi kendala padahal dibelakang sudah

bisa tapi kalau maju itu sering takut. 4) percaya diri anak-anak kurang.

Hal senada pun diungkapkan Ibu Dian Pruwaningsih, S.Pd selaku kepala

sekolah beliau menegaskan bahwa hambatan yang dihadapi 1) motivasi anak,

motivasi anak yang memang kurang dalam mengejar ketertinggalannya 2)

dukungan orang tua, karena beground orang tua di pesantren adlaniyah modern.
47

Ketika di rumah orang tua itu ada yang perhatian ada yang hanya pasrah kepada

sekolah tidak ada upaya untuk mendukung mengkondisikan anak di rumah.

Senada dengan pendapat Bapak Fajar Imawan Taufiq, S.Pd selaku waka

kurikulum beliau mengatakan bahwa hambatannya 1) siswa sangat merasa lelah

beban pelajarannya banyak, selain itu juga ada beban ujian anak berangkat pagi

pulang sudah sore sehingga terkadang untuk setoran itu kan memerlukan hafalan

dulu sebelumnya. 2) bisa jadi anak-anak itu ketika di rumah mau hafalan sudah

capek mungkin hanya disisi siswanya saja.

Pernyataan di atas juga dipertegas dengan pendapat Azkiya Intan

Ramadhani selaku santri di pesantren adlaniyah modern, bahwa faktor

penghambatnya kalau saya pernah kesulitan menghafal itu surat Yasin, surat yang

panjang-panjang itu saya agak kesulitan.36

Dipertegas juga dengan pendapat Nia Ayu Ramadhani selaku santri di

pesantren adlaniyah modern, bahwa faktor penghambatnya saat membaca surat

agak panjang agak kesulitan menghafalnya dan ayatnya juga diulang-ulang jadi

agak kesulitan.37

36
Azkiya Intan, Selaku santri di Pesantren Adlaniyah Modern, Wawancara , 20
September 2021
37
Nia Ayu ramadhani, Selaku santri di Pesantren Adlaniyah Modern, Wawancara , 20
September 2021
48
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan data penelitian dari hasil pembahasan dapat disimpulkan

Strategi guru tahfiz qur’an dalam meningkatkan hafalan al-qur’an

dipesantren adlaniyah modern kecamatan lembah melintang kabupaten

pasaman barat baik di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran

dilakukan dengan: a) Menciptakan suasana yang menyenangkan ketika

KBM di kelas, b) Menyediakan waktunya bagi siswa yang ingin

menyetorkan hafalannya, c) Murojaah surat juz 1 sampai juz 15 yang

menjadi target hafalan siswa, d) Memberi motivasi kepada siswa, e)

Memberi hadiah kepada siswa, f) Memberi tambahan jam pelajaran untuk

Tahfizul Qur‟an, g) Membuat grup WA untuk orang tua siswa, h)

Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam upaya guru Tahfidz dalam

meningkatkan hafalan Al-Qur‟an para santri :a. Faktor Internal. Faktor

pendukung adanya kondusifitas siswa di dalam kelas. Sedangkan

hambatan dalam meningkatkan hafalan Al-Qur‟an para santri kurangnya

rasa percaya diri dari dalam diri siswa.b. Faktor Eksternal. Faktor

pendukung adanya kerjasama dengan orang tua siswa. Sedangkan

hambatannya yaitu dukungan orang tua yang kurang kepada anaknya

mereka hanya pasrah kepada sekolah.

48
49

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian Strategi Guru Tahfidz dalam Meningkatkan

Hafalan Al-Qur‟an Santri di Pesantren Adlaniyah Modern Kecamatan Lembah

Melintang Kabupaten Pasaman Barat. Penulis akan menyampaikan beberapa saran

yang membangun perkembangan pendidikan di Pesantren. Adapun saran yang

peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru Tahfidz

a) Guru Tahfidz diharapkan mampu memperhatikan kondisi belajar santri

ketika KBM Tahfidz di dalam kelas.

b) Guru Tahfidz diharapkan mampu memberikan arahan ketika pelajaran

Tahfidz untuk meningkatkan hafalan siswa ketika di dalam kelas.

2. Bagi Siswa

a) Santri diharapkan mampu mengulang-ulang kembali hafalannya dengan

menyempatkan waktu luang ketika berada di rumah, agar hafalannya tidak

lupa dan tetap terjaga .

b) Santri diharapkan dapat menerapkan surat yang sudah dihafal untuk

diterapkan ketika menjalankan ibadah sholat.

3. Waka Kurikulum

a) Diharapkan mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang

mendukung hafalan Al-Qur‟an santri.

b) Diharapkan mampu mendukung guru Tahfidz membuat inovasi-inovasi

program dari Tahfidzul Qur‟an.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Abdul Ra’uf Al-Hafizh, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an

Da’iyah, 2004, Bandung: Syamil.

Abuddin Nata, Pengembangan Profesi Keguruan Dalam Perspektif Islam, 2019,

Depok: Rajawali Press.

Ali Mudlofir, Pendidik Profesional: Konsep, strategi dan Afliksinya Dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, 2012, Jakarta: Rajawali

Press.

A Samana, Propesionalisme Keguruan: Kompetensi dan Pengembangannya,

1994, Yogyakarta: Kanisius.

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Agus Suprijono, Coopeprative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019.

Abdurrahman Saleh Abdullah., Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,

Jakarta : Rineka Cipta, 1990.

Ahmad Zainal Abidin, Kita Mudah Hafal Juz ‘amma, Yogyakarta:sabil, 2015.

Abu Hurrri Al-Qosimi Al hafizh, Anda Pasti Bisa Hafal Al-Qur’an Metode Al-

Qosimi , Solo: Al-Hurri Media Qur‟anuna, 2014.

Aunurrahman, BelajardanPembelajaran, Jakarta :Alfabeta, 2013.

Bahirul Amali Herry, Agar Orang Sbuk Bisa Menghafal Al-Qur’an, 2012,

Yogyakarta: Pro-U Media.

50
51

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis

Kearah Ragam Varian Kontemporen, 2012, Jakarta: Rajawali Pers.

Chaerul Rochman, Dkk, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru: Menjadi

Guru Di Cintai dan Diteladani Oleh Siswa, 2012, Bandung: Nuansa

Cendeki.

Chusniatun, Dkk, Pendidikan Al-Qur’an dan Pendidikan Al-Hadist: Terampilan

Medesain Pembelajaran dan Pengajarannya, 2018, Surakarta:

Muhammadiyah University press.

Daryanto, Standart Kompetensi Dan Penilaian Kinerja Guru Profesional, 2013,

Yogyakarta: Gava Media.

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, 2002, Bandung: PT remaja

Rosdakarya.

Enzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif , 2012, Jakarta: Rajawali

Pers.

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,

2010, Jakarta: Salemba Humanika.

Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif: Panduan Penelitian Beserta Contoh

Proposal Kualitatif, 2015, Bandung: Al-Fabeta


51

jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, 2011,

Jogjakarta: Diva Press.

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2017, Bandung: PT Remaja

Rosdakrya.

Majdi Ubaid, 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Qur’an , 2014, Solo:Aqwam.

Suparmin, Profesi Kependidikan, 2015, Surakarta: Fataba Press.

Tengku Muhammad Hasbi Ash Ahiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-

Qur’an/Tafsir, 1994, Jakarta: Bulan Bintang.

Tukiran Taniredja, Dkk, Guru Yang Profesional, 2016, Bandung: Alfabeta.

Udib Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi Guru, 2011, Bandung: Alfabeta.

Zuldafrial, Strategi & Pendekatan Pengelolaan Kelas, 2012, Surakarta: Yuma

Pustaka.

Zuldafrial, Dkk, Profesi Kependidikan Guru Dalam Prespektif Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2015 Jilid 2, 2014, Yogyakarta: Media Perkasa.

M Alfatih Suryadilaga, Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadis, 2018,Yogyakarta:

Kali Media.

Marselus R Payong, Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan

Implementasinya, 2011, Jakarta: Erlangga.


51

Anda mungkin juga menyukai