JURNAL PENGAPURAN
DOSEN PENGAMPU :
Dr. BUDI UTOMO, SP, MP
OLEH :
RAIHAN AL FARABI
211201225
1)
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2)Balai Penelitian Tanah,
Jalan Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123
ABSTRAK
Tanah Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah
yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai peranan
yang penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan
dikembangkan pada tanah ini, kecuali terkendala oleh iklim dan relief. Kesuburan alami tanah Ultisol umumnya terdapat
pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium
yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan
sifatsifat tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu terdapat horizon argilik yang
mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro serta bertambahnya aliran permukaan yang
pada akhirnya dapat mendorong terjadinya erosi tanah. Penelitian menunjukkan bahwa pengapuran, sistem pertanaman
lorong, serta pemupukan dengan pupuk organik maupun anorganik dapat mengatasi kendala pemanfaatan tanah Ultisol.
Pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan tanaman perkebunan relatif tidak menghadapi kendala, tetapi untuk
tanaman pangan umumnya terkendala oleh sifat-sifat kimia tersebut yang dirasakan berat bagi petani untuk
mengatasinya, karena kondisi ekonomi dan pengetahuan yang umumnya lemah.
Kata kunci: Ultisol, karakteristik fisika dan kimia tanah, pengelolaan tanah, pengembangan pertanian
ABSTRACT
Characteristics, potential, and management of Ultisols for agrilcultural upland development in Indonesia
Ultisols occupied almost 25% of total Indonesian land surface. The deep profiles and moderate to high cation exchange
capacities of the soil make the soil has an important role in agricultural upland development. Almost all kinds of crops are
able to grow and develop in this soil, except limited by climate and relief. The natural chemical fertility of Ultisols is mostly
restricted on the A horizon with low organic matter content. Major plant nutrients such as phosphorous and potassium are
often deficient in Ultisols, while acid to very acid soil reaction and high aluminum saturation were also specific properties
of Ultisols that restrict plant growth. The presence of argillic horizon in the soil influences soil physical properties such as
reduction of both macro and micropores, enlargement of surface runoff and finally supporting the soil erosion. Most of
studies indicated that liming, alley cropping, and fertilizing by organic and unorganic fertilizers could overcome some
constraints in Ultisols. Utilization of Ultisols would be no problem for estate crops, but for food crops the chemical
properties were generally a constraint that not so easy to overcome by farmer, due to the low economical condition and
minimum knowledge.
U
Keywords: Ultisols, soil chemicophysical properties, soil management, agricultural development
ltisol merupakan salah satu (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000
jenis tanah di Indonesia ha), (53.000 ha). Tanah ini dapat
yang mempunyai sebaran Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa dijumpai pada berbagai relief, mulai
luas, mencapai 45.794.000 ha atau Tenggara dari datar hingga bergunung.
sekitar 25% dari total luas daratan Ultisol dapat berkembang dari
Indonesia (Subagyo et al. 2004). Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006 berbagai bahan induk, dari yang
Sebaran terluas terdapat di bersifat masam hingga basa. Namun
Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti sebagian besar bahan induk tanah
di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku ini adalah batuan sedimen masam.
dan Papua
Luas tanah Ultisol berdasarkan skala besar, tanah ini telah kasar seperti liat berpasir (Suharta
bahan induknya dimanfaatkan untuk perkebunan dan Prasetyo 1986), sedangkan
kelapa sawit, karet dan hutan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan
tanaman industri, tetapi pada skala andesit, dan tufa cenderung
39 disajikan pada Tabel 1. Di petani kendala ekonomi merupakan mempunyai tekstur yang halus
antara grup Ultisol, Hapludults salah satu penyebab tidak seperti liat dan liat
mempunyai sebaran terluas. Hal ini terkelolanya tanah ini dengan baik. halus (Subardja 1986; Subagyo et
karena persyaratan klasifikasinya al.
hanya didasarkan pada nilai
1987; Isa et al. 2004; Prasetyo et al.
kejenuhan basa yaitu < 35% dan
CIRI MORFOLOGI 2005).
adanya horizon argilik, tanpa ada
syarat tambahan lainnya. Ultisol umumnya mempunyai
Pada umumnya Ultisol berwarna struktur sedang hingga kuat, dengan
Ultisol dicirikan oleh adanya
kuning kecoklatan hingga merah. bentuk gumpal bersudut (Rachim et
akumulasi liat pada horizon bawah
Pada klasifikasi lama menurut al. 1997; Isa et al. 2004; Prasetyo et
permukaan sehingga mengurangi
Soepraptohardjo (1961), Ultisol al. 2005).
daya resap air dan meningkatkan
diklasifikasikan sebagai Podsolik Komposisi mineral pada bahan
aliran permukaan dan erosi tanah.
Merah Kuning (PMK). Warna tanah induk tanah mempengaruhi tekstur
Erosi merupakan salah satu kendala
pada horizon argilik sangat Ultisol. Bahan induk yang
fisik pada tanah Ultisol dan sangat
bervariasi dengan hue dari 10YR didominasi mineral tahan lapuk
merugikan karena dapat
mengurangi kesuburan tanah. Hal hingga 10R, nilai 3−6 dan kroma kuarsa, seperti pada batuan granit
ini karena kesuburan tanah Ultisol 4−8 (Subagyo et al. 1986; Suharta dan batu pasir, cenderung
sering kali hanya ditentukan oleh dan Prasetyo 1986; Rachim et al. mempunyai tekstur yang kasar.
kandungan bahan organik pada 1997 ; Suhardjo dan Prasetyo 1998; Bahan induk yang kaya akan
lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi Alkusuma mineral mudah lapuk seperti batuan
maka tanah menjadi miskin bahan 2000; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. andesit, napal, dan batu kapur
organik dan hara. cenderung menghasilkan tanah
2005). Warna tanah dipengaruhi dengan tekstur yang halus.
Tanah Ultisol mempunyai oleh beberapa faktor, antara lain
tingkat perkembangan yang cukup bahan organik yang menyebabkan Ciri morfologi yang penting
lanjut, dicirikan oleh penampang warna gelap atau hitam, kandungan pada Ultisol adalah adanya
tanah yang dalam, kenaikan fraksi mineral primer fraksi ringan seperti peningkatan fraksi liat dalam
liat seiring dengan kedalaman kuarsa dan plagioklas yang jumlah tertentu pada horizon seperti
tanah, reaksi tanah masam, dan memberikan warna putih keabuan, yang disyaratkan dalam Soil
kejenuhan basa rendah. Pada serta oksida besi seperti goethit dan Taxonomy (Soil Survey Staff 2003).
umumnya tanah ini mempunyai hematit yang memberikan warna Horizon tanah dengan peningkatan
potensi keracunan Al dan miskin kecoklatan hingga merah. Makin liat tersebut dikenal sebagai horizon
kandungan bahan organik. Tanah coklat warna tanah umumnya makin argilik. Horizon tersebut dapat
ini juga miskin kandungan hara tinggi kandungan goethit, dan dikenali dari fraksi liat hasil analisis
terutama P dan kationkation dapat makin merah warna tanah makin di laboratorium maupun dari
ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, tinggi kandungan hematit penampang profil tanah. Horizon
kadar Al tinggi, kapasitas tukar (Eswaran dan Sys 1970; Allen dan argilik umumnya kaya akan Al
kation rendah, dan peka terhadap Hajek 1989; Schwertmann dan sehingga peka terhadap
erosi (Sri Adiningsih dan Mulyadi Taylor 1989). perkembangan akar tanaman, yang
1993). menyebabkan akar tanaman tidak
Tekstur tanah Ultisol bervariasi dapat menembus horizon ini dan
Di Indonesia, Ultisol umumnya dan dipengaruhi oleh bahan induk
belum tertangani dengan baik. tanahnya. Tanah Ultisol dari granit hanya berkembang di atas horizon
argilik (Soekardi et al.
Tabel 1. Luas tanah Ultisol pada tingkat grup berdasarkan batuan pembentuk 1993).
tanah.
SIFAT KIMIA
Luas berdasarkan batuan pembentuk tanah (ha)
Jenis tanah Ultisol Tanah Ultisol umumnya
pada tingkat grup mempunyai nilai kejenuhan
Sedimen Metamorf Volkan Plutonik Jumlah basa < 35%, karena batas ini
Hapludults 24.703.460 185.580 2.231.520 4.770.480 31.891.040 merupakan salah satu syarat
Kandiudults 3.816.600 5.020.100 8.836.700 untuk klasifikasi tanah
Palehumults 3.138.120 3.138.120 Ultisol menurut Soil
Plintudults 1.864.000 1.864.000 Taxonomy. Beberapa jenis
tanah Ultisol mempunyai
Paleudults 1.420.520 1.420.520
kapasitas tukar kation < 16
Sumber: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (2000); data diolah. cmol/kg liat, yaitu Ultisol
Dalam yang kaya akan mineral kuarsa yang mempunyai horizon
umumnya mempunyai tekstur yang kandik.
40 Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
Reaksi tanah Ultisol pada
umumnya masam hingga sangat
masam (pH 5−3 ,10), kecuali tanah
Ultisol dari batu gamping yang
mempunyai reaksi netral hingga
agak masam (pH 6,80−6 ,50).
Kapasitas tukar kation pada tanah
Ultisol dari granit, sedimen, dan
tufa tergolong rendah masing-
masing berkisar antara 2,90−7 , 50
cmol/kg, 6,11−13,68 cmol/kg, dan
6,10−6 , 80 cmol/kg, sedangkan
yang dari bahan volkan andesitik
dan batu gamping tergolong tinggi
(>17 cmol/kg). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa beberapa tanah
Ultisol dari bahan volkan, tufa
berkapur, dan batu gamping
mempunyai kapasitas tukar kation
yang tinggi (Prasetyo et al. 2000;
Prasetyo et al.
2005;
Tabel 2)
Nilai kejenuhan Al yang tinggi
terdapat pada tanah Ultisol dari
bahan sedimen dan granit (> 60%),
dan nilai yang rendah pada tanah
Ultisol dari bahan volkan andesitik
dan gamping (0%). Ultisol dari
bahan tufa mempunyai kejenuhan
Al yang rendah pada lapisan atas
(5−8 %), tetapi tinggi pada lapisan
bawah (37−78 %). Tampaknya
kejenuhan Al pada tanah Ultisol Pembentukan horizon argilik merupakan Al.
berhubungan erat dengan pH tanah. proses alami yang sulit dicegah, namun Ultisol dari bahan sedimen
Kandungan hara pada tanah Ultisol erosi yang terjadi dapat dihindari atau mempunyai kesuburan alami yang lebih
umumnya rendah karena pencucian basa dikurangi dampaknya. rendah daripada Ultisol dari bahan
berlangsung intensif, sedangkan Masalah Al umumnya terjadi pada volkan atau batu kapur, karena bahan
kandungan bahan organik rendah karena tanah Ultisol dari bahan sedimen. Bahan sedimen sudah merupakan hasil
proses dekomposisi berjalan cepat dan sedimen merupakan hasil dari proses perombakan bahan lain sehingga
sebagian terbawa erosi. Pada tanah pelapukan (weathering) dan pencucian kandungan unsur haranya pun rendah.
Ultisol yang mempunyai horizon kandik, (leaching), baik pelapukan dari bahan Ultisol dari Kalimantan Selatan dan
kesuburan alaminya hanya bergantung volkan, batuan beku, batuan metamorf Kalimantan Timur yang berkembang dari
pada bahan organik di lapisan atas. maupun campuran dari berbagai jenis batuan sedimen batu pasir dan batu liat
Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak batuan sehingga mineral penyusunnya mempunyai nilai kapasitas tukar kation
memberi kontribusi pada kapasitas tukar sangat bergantung pada asal bahan yang tanah 3−18 cmol(+)/kg, kejenuhan basa
kation tanah, sehingga kapasitas tukar melapuk. 3− 9%, kejenuhan Al 33−95%, dan pH
kation hanya bergantung pada kandungan Oleh karena itu, tanah Ultisol dari
bahan organik dan fraksi liat. 3,70−5 (Prasetyo dan Suharta 2000;
bahan sedimen sudah mengalami dua
Yatno et al. 2000; Prasetyo et al. 2001) .
Oleh karena itu, peningkatan kali pelapukan, yang pertama pada waktu
Sementara itu tanah Ultisol dari bahan
produktivitas tanah Ultisol dapat pembentukan batuan sedimen dan yang
volkan mempunyai nilai kapasitas tukar
dilakukan melalui perbaikan tanah kedua pada wak-tu pembentukan tanah.
(ameliorasi), pemupukan, dan pemberian Dengan demikian ada kemungkinan kation 13,80− 25,49 cmol(+)/kg tanah,
bahan organik. bahwa kandungan Al pada batuan kejenuhan basa 4− 35%, kandungan Al
Peningkatan fraksi liat yang sedimen sudah sangat tinggi. Kondisi ini 0−16%, dan pH tanah 4,60−5,70
membentuk horizon argilik pada tanah akan berbeda bila tanah Ultisol terbentuk (Subagyo et al. 1987; Prasetyo et al.
Ultisol cukup merugikan karena horizon dari bahan volkan dan batuan beku. Pada 2005).
ini akan menghalangi aliran air secara tanah tersebut Al hanya berasal dari
pelapukan batuan bahan induknya.
vertikal, sebaliknya aliran horizontal Kondisi ini juga masih dipengaruhi oleh
meningkat sehingga memperbesar daya pH. Pada bahan induk yang bersifat basa,
erosivitas. pelepasan Al tidak sebanyak pada batuan
masam, karena pH tanah yang tinggi
dapat mengurangi kelarutan hidroksida
T p A
a u d
n p i
a u n
h k i
n
C f g
i o s
s s i
a f h
r a .
u t
a , 1
, 9
k 8
B a 6
o p .
g u
o r R
r e
. d s
a p
n o
Suri n
a b s
d a
i h t
k a a
a n n
r a
t
o m
a
r a
,
g n
a
D n
. j
i a
A
S
u
m
b
e
r
d
a
y
a
T
a
n
a
h
,
l
k
l
i
m
,
d
a
n
P
u
p
u
k
.