Anda di halaman 1dari 15

FUNGSI BIMBINGAN KONSELING

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Faizah Binti Awad, M.Pd.

Oleh
Kelompok 10:
Arini Triana Suci Rahmadani | 19010101033
Ela Rosalina | 19010101034
Lala Nur Falah | 19010101031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, khususnya kepada penulis, karena
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis hanturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad Saw yang telah membawa kita semua ke jalan yang terang benderang,
sehingga kita dapat menikmati cahaya Islam sampai saat ini.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bimbingan
Konseling” dengan judul; “Fungsi Bimbingan Konseling” dengan sebaik mungkin
dan tepat waktu.
Penulis berharap, agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para
pembaca. Penulis juga menyadari, karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dari pembaca, demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendari, 08 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Fungsi Bimbingan Konseling .................................................................. 3
2.1.1 Fungsi Pemahaman ....................................................................... 3
2.1.2 Fungsi Pencegahan ....................................................................... 5
2.1.3 Fungsi Pengentasan ...................................................................... 6
2.1.4 Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan .................................... 6
2.1.5 Fungsi Advokasi ........................................................................... 7
2.1.6 Fungsi Bimbingan Konseling Menurut Uman Suherman ............ 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada
kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam
kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Manusia tidak
sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia
yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit
manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain.
Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling diperlukan. Pada
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah guru memiliki perananan yang
sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi
tentang keadaan siswa. Di dalam melakukan bimbingan dan konseling, kerja sama
konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh
ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan
konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik.
Di dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling sangat dipelukan
karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat mengantarkan peserta didik
pada pencapai standar dan kemampuan profesi dan akademis, serta perkembangan
dini yang sehat dan produktif. Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah sudah lebih diakui sebagai profesi, tetapi masih ada persepsi
negatif tentang bimbingan dan konseling terutama keberadaannya di sekolah dari
para guru, sebagian pengawas, kepala sekolah, para siswa, orang tua siswa bahkan
dari guru BK sendiri.
Munculnya permasalahan tersebut, karena tidak diketahuinya fungsi dari
bimbingan konseling. Di dalam bimbingan dan konseling selain ada pelayanan juga
ada fungsinya. Jadi, kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang fungsi
bimbingan dan konseling dalam proses pemberian bimbingan kepada orang lain
dapat menyebabkan lemahnya daya hantar pengetahuan serta cara-cara yang tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan si klien. Bagaimanapun fungsi bimbingan

1
konseling bagi konselor sangatlah penting dalam hal pemberian bantuan kepada si
klien tersebut. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan membahas mengenai
fungsi bimbingan konseling.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana fungsi bimbingan konseling?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui fungsi bimbingan konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Bimbingan Konseling


2.1.1 Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman dalam bimbingan konseling yaitu dimana konseli
(individu yang mengalami sesuatu masalah) diharapkan mampu memahami
segala potensi yang dimilikinya, lingkungan sekitar klien, serta permasalahan
yang sedang dihadapinya. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan dan
konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-
pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
Pemahaman sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling
adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri
dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien (konselor), serta pemahaman
tentang lingkungan klien.
➢ Pemahaman tentang klien
Sebelum seorang konselor atau pihak-pihak lain dapat memberikan
bantuan pelayanan tertentu pada klien, maka mereka perlu terlebih dahulu
memahami individu yang akan dibantu. Materi pemahamannya dapat
dikelompokkan ke dalam berbagai data tentang:
• Identitas individu (klien): nama, jenis kelamin, tempat tinggal, dan lain
sebagainya.
• Pendidikan.
• Status perkawinan (klien dewasa).
• Status sosial-ekonomi dan pekerjaan.
• Kemampuan, bakat, minat, hobi.
• Kesehatan
• Kecenderungan sikap dan kebiasaan.
• Cita-cita pendidikan dan pekerjaan,
• Keadaan lingkungan tempat tinggal.
• Kedudukan dan prestasi yang pernah dicapai.

3
• Kegiatan sosial kemasyarakatan.
Untuk individu yang masih mengikuti jenjang pendidikan tentu perlu
ditambahkan:
• Jurusan atau program studi yang diikuti.
• Mata pelajaran yang diambil, nilai-nilai yang diperoleh dan prestasi
menonjol ynag pernah dicapai.
• Kegiatan ekstrakurikuler.
• Sikap dan kebiasaan belajar.
• Hubungan dengan teman sebaya.
Pemahaman konselor terhadap klien dipergunakan oleh konselor baik
untuk secara langsung membantu klien dalam pelayanan bimbingan dan
konseling secara lebih lanjut, maupun sebagai bahan acuan utama dalam
rangka kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam membantu klien. Bagi
konselor, upaya mewujudkan fungsi pemahaman merupakan tugas awal
dalam setiap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
individu tertentu.
➢ Pemahaman tentang masalah klien
Pelayanan bimbingan dan konseling jika tanpa adanya pemahaman
terhadap masalah klien, penanganan terhadap masalah itu tidak mungkin
dilakukan. Pemahaman terhadap masalah klien terutama menyangkut jenis
masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan
kemungkinan berkembangnya. Klien amat perlu memahami masalah yang
sedang dialaminya, sebab dengan memahami masalahnya itu ia memiliki
dasar bagi upaya yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalahnya itu.
Bagi para siswa yang perkembangan dan kehidupannya masih amat banyak
dipengaruhi oleh orang tua dan guru, pemahaman masalah juga diperlukan
oleh orang tua dan guru siswa yang bersangkutan. Pemahaman masalah siswa
sama gunanya dengan pemahaman tentang individu pada umumnya oleh
orang tua dan guru, yaitu untuk kepentingan berkenaan dengan perhatian dan
pelayanan orang tua terhadap anak, dan pengajaran oleh guru terhadap siswa.

4
➢ Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas
Lingkungan yang lebih luas meliputi, lingkungan sekolah bagi para siswa,
lingkungan kerja dan industri bagi karyawan, dan lingkungan-lingkungan
kerja bagi individu-individu sesuai dengan sangkut-pautnya masing-masing.
Sebagai siswa harus bisa memahami dengan baik lingkungan sekolah, yang
meliputi lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggung jawab siswa terhadap
sekolah, peraturan yang harus ditaati, dan lain sebagainya.1
2.1.2 Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya siswa dari berbagai permasalahan
yang dapat menggangu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan
dalam proses pendidikan/perkembangan.2 Menurut Sutirna, Fungsi pencegahan,
yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan
bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau
kegiatan yang membahayakan dirinya sendiri. Adapun teknik yang dapat
digunakan adalah pelayanan orientasim informasi, dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka
mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya:
bahayanya minuman keras, merokok, penyalah gunaan obat-obatan, dan
pergaulan bebas.3

1
Prayitno dan Erman Emti, “Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling” (Jakarta: Rieneka Cipta,
2009), hlm. 42.
2
Faizah Binti Awad, “Buku Ajar Bimbingan Konseling Pendidikan” (Kendari: CV. Shandra,
2011), hlm. 13.
3
Sutirna, “Bimbingan dan Konseling: Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal” (Bandung:
Andi Offset, 2012), hal. 21-24.

5
2.1.3 Fungsi Pengentasan
Fungsi pengentasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang
dihadapi siswa.4 Apabila ada siswa mengalami suatu permasalahan dan ia tidak
dapat memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke pembimbing atau konselor, maka
yang diharapkan oleh siswa yang bersangkutan adalah teratasinya masalah yang
dihadapinya. Siswa yang mengalami masalah dianggap berada dalam suatu
kondisi atau keadaan yang tidak mengenakkan sehingga perlu diangkat atau
dikeluarkan dari kondisi atau keadaan tersebut. Masalah yang dialami siswa juga
merupakan suatu keadaan yang tidak disukainya. Oleh sebab itu, ia harus dientas
atau diangkat dari keadaan yang tidak disukainya. Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbingan dan konseling pada
hakikatnya merupakan upaya pengentasan.5
2.1.4 Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang menghasilkan terpelihara dan terkembangnya berbagai potensi
dan kondisi positif siswa dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan.6
Fungsi pemeliharaan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu klien supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi
kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi klien agar
terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas
diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang
menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat klien.
Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan klien. Konselor dan personel sekolah /madrasah lainnya secara

4
Faizah Binti Awad, Loc.Cit.
5
Tohirin, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi)” (Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014). hlm. 42.
6
Faizah Binti Awas, Op.Cit., h.13-14.

6
sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan
melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan
dalam upaya membantu klien mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik
bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan informasi, tutorial,
diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan
karyawisata.7
2.1.5 Fungsi Advokasi
Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah membantu
peserta didik memperoleh pembelajaran atas hak atau kepentingannya yang
kurang mendapat perhatian.8 Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta
didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan di dalam masing-masing fungsi tersebut.
Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan harus
secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar
hasil-hasil yang hendak dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
Fungsi advokasi memberikan pembelaan kepada konseli atau
sekelompok konseli agar konseli mendapakan semangat dan bangkit daam
sebuah harapan sehingga permasalahan yang terjadi tidak menjadikan konseli
terpuruk danakan mendapatkan masalahyang baru. Bentuk pembelaan bukan
berarti membenarkan apa yang dilakukannya itu benar tetapi memberikan
pemahaman/pengarahan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh konseli,
sebagai guru yang melayani setiap permasalahan yang dihadapi oleh konseli
harus memberikan pembelaan agar mendapatkan kenyamanan itu maka dengan
mudah menyelesaikan masalah yang ada.
2.1.6 Fungsi Bimbingan Konseling Menurut Uman Suherman
Fungsi ini dikutip oleh Kamaluddin (2011) Uman Suherman
mengemukakan sepuluh fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:

7
Deni Febrini, “Bimbingan Konseling” (Yogyakarta:Teras, 2011). hlm. 15-17.
8
Tohirin, Op.Cit., h. 47.

7
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi
dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui
fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya
tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman
keras, merokok, penyalah gunaan obat-obatan, dan pergaulan bebas
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya
lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan konseli. Konselor dan personel sekolah/madrasah lainnya
secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah
pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain
storming), home room, dan karyawisata.
4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada
konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah
konseling, dan remedial teaching.

8
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu
konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat,
bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan
fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam
maupun di luar lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
sekolah/madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang
memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para
guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi sekolah/madrasah, memilih metode dan proses
pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseling.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan
dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan
perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat,
rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan
mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, erasi, selaras dan seimbang
seluruh aspek dalam diri konseli; dan
10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi
kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli
agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan

9
produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-
program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan
minat konseli.9

9
H. Kamaluddin, “Bimbingan dan Konseling Sekolah” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.
17, Nomor 4, Juli 2011. Hlm. 448-449.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fungsi bimbingan dan konseling yaitu: 1). Fungsi pemahaman, yaitu fungsi
membantu peserta memahami diri dan lingkungan; 2). Fungsi Pencegahan, yaitu
fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindari diri dari
berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya; 3). Fungsi
Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang
didalamnya; 4). Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi
dan kondisi positif yang dimilikinya; 5). Fungsi Advokasi, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya
yang kurang mendapat perhatian.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk membangun dan mengembangkan dalam penulisan makalah yang lebih baik
lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno dan Erman Emti, 2009. “Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling”
Jakarta: Rieneka Cipta.
Faizah Binti Awad, 2011. “Buku Ajar Bimbingan Konseling Pendidikan” Kendari:
CV. Shandra.
Sutirna, 2012. “Bimbingan dan Konseling: Pendidikan Formal, Nonformal dan
Informal” Bandung: Andi Offset.
Tohirin, 2014. “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi)” Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Deni Febrini, 2011. “Bimbingan Konseling” Yogyakarta:Teras.
H. Kamaluddin, (2011) “Bimbingan dan Konseling Sekolah” Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 4, Juli 2011. h. 447-454.

12

Anda mungkin juga menyukai