Buku Filsafat Pancasila 2021
Buku Filsafat Pancasila 2021
FILSAFAT PANCASILA
A. Pendahuluan
1. Dari segi etimologi Filsafat sebagai metode artinya sebagai cara berpikir
refleksi (mendalam), penyelidikan menggunakan alasan, serta
Istilah filsafat dalambahasa Indonesia memiliki berpikir secara hati-hati. Filsafat berusaha untuk memikirkan
padam kata falsafah (Arab), philosophy (Inggris), seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas.
philosophia (Latin). Semua istilah bersumber pada istilah Metode berpikir semacam ini bersifat inklusif (mencakup secara
Yunani philosophia, yaitu philein berarti bijaksana, luas) dan sinoptik (secara garis besar). Oleh karena itu, hal itu
sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya istilah sophos berbeda dengan metode pemikiran yang dilakukan oleh ilmu-
berarti bijaksana, sedangkan sophia berarti kebijaksanaan. ilmu khusus.
Ada dua arti secara etimologi dari filsafat yang sedikit
berbeda. Pertama bila istilahfilsafat mengacu pada kata 4. Filsafat sebagai kelompok persoalan
philein dan sophos, artinya mencintai hal-hal yang bersifat
bijaksana (bijaksana dimaksudkan sebagai kata sifat). Kedua Banyak persoalan abadi yang dihadapi manusia dan
bila filsafat mengacu pada asal kata philos dan sophia para filsuf berusaha memikirkan dan menjawabnya. Beberapa
artinya adalah teman kebijaksanaan (kebijaksanaan pertanyaan yang diajukan pada masa lampau telah dijawab
dimaksudkan sebagai kata benda). Menurut sejarah secara memuaskan. Namun, masih banyak problem-problem
Phitagoras adalah orang pertama kali memakai istilah yang jawabannya masih diperdebatkan atau diseminarkan
philosophia. sampai hari ini. Bahkan ada yang belum terpecahkan.
Filsafat adalah suatu sikap terhadap alam kehidupan dan 5. Filsafat sebagai kelompo teori atau sistem pemikiran
alam semesta apabila seseorang dalam keadaan krisis atau
menghadapi problem yang kepadanya dapat diajukan Sejarah filsafat ditandai dengan pemunculan teori-teori
pertanyaan bagaimana anda menanggapi hal semacam itu? atau sistem-sistem pemikiran yang melekat pada nama-nama
Bentuk semacam itu membutuhkan bagaimana jawaban filsuf besar, seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Thomas
secara kefilsafatan. Problem-problem ditinjau secara luas, Aquinas, Spinosa, Eagle, Karl Mark, August Comte dan
lainnya. Teori atau pemikiran filsafati itu dimunculkan oleh bidang ilmu, baik ilmu khusus maupun ilmu filsafat, harus
masing-masing filsuf untuk menjawab masalah seperti yang memiliki dua macam objek tersebut.
telah dikemukakan di atas. Besarnya kadar subjektifitas
seorang filsuf dalam menjawab masalah-masalah itu Objek Material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran
menjadikan kita sulit untuk menentukan teori atau sistem pemikiran, sesuatu yang diselidiki, atau sesuatu yang dipelajari.
pemikiran yang baku dalam filsafat. Objek material mencakup apa saja baik hal-hal konkrit
misalnya manusia, tumbuhan dan batu maupun hal-hal yang
6. Filsafat sebagai analisa logis dan penjelasan abstrak misalnya ide-ide dan kerohanian. Objek formal adalah
makna istilah cara memandang atau meninjau yang dilakukan seorang
peneliti terhadap objek materialnya, serta prinsip-prinsip yang
Kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk digunakannya. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi
menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama dibedakannya
Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa dari bidang-bidang lain. Suatu objek meterial dapat ditinjau dari
merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang
sebagai satu-satunya fungsi filsafat. berbeda-beda. Misalnya, objek materialnya adalah manusia dan
manusia ini ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga ada
7. Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh beberapa ilmu yang mempelajari manusia diantaranya
pandangan yang menyeluruh psikologi, antropologi dan sosiologi.
Objek material epistemologi adalah pengetahuan, 3. Percaya (believes), manakala suatu objek muncul dalam
sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan. kesadaran, biasanya objek-objek itu diterima sebagai
Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistemologi objek yang menampak. Kata percaya biasanya
berkisar pada masalah: asal-usul pengetahuan, peran dilawankan dengan keraguan. Sikap menerima sesuatu
yang nampak sebagai pengerian yang memadai pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui
setelah keraguan, dinamakan kepercayaan. Orang kondisi keberadaan yang tercakup dalam otak dan tubuh
yang mengembangkan rasa keraguan dalam di dalam fisik, biologis, lingkungan sosial dan kultural
menerima kebenaran suatu objek dinamakan dan keuntungan yang terlihat pada tindakan, hasrat dan
skeptikus. kepuasan.
4. Hasrat (desires), kodrat hasrat ini mencakup kondisi- 8. Menikmati (enjoys), pikiran-pikiran mendatangkan
kondisi biologis dan psikologis dan interaksi keasikan. Orang yang asik dalam menekuni suatu
dialektik antara tubuh dan jiwa. Karena pikiran persoalan, maka ia akan menikmati itu dalam
dibutuhkan untuk aktualisasi hasrat, maka kita dapat pikirannya. Jenis kesenangan (juga kesusahan)
mengatakannya sebagai hasrat pikiran. Tanpa pikiran bermacam-macam dan sangat rumit, sehingga tidak
tak mungkin ada hasrat. Hasrat biasanya melibatkan mungkin diuraikan secara rinci.
beberapa perasaan puas dan frustrasi dan berbagai
respons terhadap perasaan tersebut. Perbincangan penting dalam epistemologi juga terkait
dengan jenis-jenis pengetahuan. Paling tidak ada dua jenis
5. Maksud (intends), kendatipun seseorang memiliki pengetahuan, yaitu pengetahuan ilmiah dan nir-ilmiah.
maksud ketika akan mengobservasi, menyelidiki, Pengetahuan ilmiah memiliki beberapa ciri pengenal sebagai
mempercayai dan berhasrat, namun sekaligus berikut:
perasaannya tidak berbeda atau bahkan terdorong
ketika melakukannya. Perubahan kehendak dari 1. Berlaku umum, artinya jawaban atas pertanyaan apakah
intensitas minimal ke maksimal, dari keinginan sesuatu hal itu lyak atau tidk layak, tergantung pada
menerima hal-hal yang menampakkan akan faktor-faktor subjektif.
menimbulkan pengaruh juga. 2. Mempunyai kedudukan mandiri (otonomi), artinya
meskipun faktor-faktor di luar ilmu juga ikut
6. Mengatur (organizes), setiap pikiran adalah berpengaruh, tetapi harus diupayakan agar tidak
organisme yang teratur dalam diri seseorang. Pikiran menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri.
mengatur melalui kesadaran yang sudah menjadi. 3. Mempunyai dasar pembenaran, artinya cara kerja
Kesadaran adalah suatu kondisi dan fungsi ilmiah diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian
mengetahui secara bersama. Pikiran mengatur yang sebesar mungkin.
melalui intuisi yakni melalui kesadaran penampakan 4. Sistematik, artinya ada sistem dalam susunan
dalam setiap kehadiran pengetahuan dan dalam cara memperolehnya.
5. Intersubjektif, artinya kepastian pengetahuan ilmiah
7. Menyesuaikan (adapts), menyesuaikan pikiran- tidaklah didasarkan atas intuisi-intuisi serta
pikiran sekaligus melakukan pembatasan-
pemahaman-pemahaman secara subjektif, melainkan 5. Pengetahuan agama, yaitu jenis pengetahuan yang
dijamin oleh sistemnya itu sendiri. didasarkan pada keyakinan dan ajaran agama tertentu.
Pengetahuan agama ini mempunyai sifat dogmatis,
Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang artinya pernyataan dalam suatu agama selalu didasarkan
dibangun dapat dibedakan sebagai berikut: pada keyakinan yang telah tertentu, sehingga
pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci
1. Pengetahuan biasa, pengetahuan ini bersifat agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan
subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang keyakinan yang digunakan untuk memahaminya.
mengenal. Pengetahuan ini memiliki sifat selalu
benar, sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan Pengetahuan dipandang atas dasar kriteria karakteristiknya
itu bersifat normal atau tidak ada penyimpangan. dapat dibedakan sebagai berikut:
2. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah
menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan 1. Pengetahuan indrawi, yaitu jenis pengetahuan yang
menerapkan pendekatan metodologis yang khas didasarkan atas sense (indera) atau pengalaman
pula, artinya metodologi yang telah mendapatkan manusia sehari-hari.
kesepakatan di antara para ahli yang sejenis. 2. Pengetahuan akal budi, yaitu jenis pengetahuan yang
Kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan didasarkan atas kekuatan rasio.
ilmiah bersifat relatif, karena kandungan kebenaran 3. Pengetahuan intuitif, yaitu jenis pengetahuan yang
jenis pengetahuan ilmiah bersifat relatif, karena memuat pemahaman secara cepat. Yaitu cara
kandungan kebenaran jenis pengetahuan ilmiah pemahaman kesadaran ketika pemahaman itu berwujud
selalu mendapat revisi dan diperkaya oleh hasil penampakan langsung.
penemuan yang paling mutakhir. 4. Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif,
3. Pengetahuan filsafati, yaitu jenis pengetahuan yang yaitu jenis pengetahuan yang dibangun atas dasar
pendekatannya melalui metodologi pemikiran kredibilitas seorang tokoh atau sekelompok orang yang
filsafati. Sifat pengetahuan ini mendasar dan dianggap profesional dalam bidangnya.
menyeluruh dengan model
4. Pemikiran yang analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat 3. Aksiologi
kebenarannya absolut-intersubjektif, yaitu nilai
kebenaran yang terkandung pada jenis pengetahuan Aksiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat,
filsafat selalu merupakan pendapat yang selalu kriteria, dan status metafisik dari nilai. Problem utama
melekat pada pandangan dari seorang filsuf serta aksiologis berkaitan dengan empat faktor penting sebagai
selalu mendapat pembenaran dari filsuf kemudian berikut:
yang menggunakan metodologi pemikiran yang
sama.
1) Kodrat nilai berupa problem mengenai: apakah nilai tanpa status eksistensial atau tindakan dalam
itu berasal dari keinginan, kesenangan, kepentingan, realitas.
preferensi, keinginan rasio murni, pemahaman 3) Objektivisme metafisik menganggap bahwa nilai
mengenai kualitas tersier, pengalaman sinoptik atau norma adalah integral, objektif dan unsur-
kesatuan kepribadian, berbagai pengalaman yang unsur aktif kenyataan metafisik.
mendorong semangat hidup, relasi benda-benda
sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau Salah satu cabang aksiologi yang banyak membahas
konsekuensi yang sungguh-sungguh dapat dijangkau. masalah nilai baik atau buruk adalah bidang etika.
2) Jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara
4. Logika
nilai intrinsik, ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu
sendiri, nilai-nilai instrumental yang menjadi Logika sebagai cabang filsafat bersangkutan dengan
penyebab (baik barang-barang ekonomis atau kegiatan berpikir. Secara etimologi,kata logika berasal dari kata
peristiwa-peristiwa alamiah) mengenai nilai-nilai Yunani logos yang berarti kata, nalar, teori atau uraian. Logika
intrinsik. dapat didefinisikan sebagai ilmu, kecakapan, atau alat untuk
3) Kriteria nilai artinya ukuran untuk menguji nilai berpikir secara lurus. Dengan demikian, yang menjadi objek
yang dipengaruhi sekaligus oleh teori psikologi dan material logika adalah pemikiran, sedangkan objek formalnya
logika. Penganut hedonis menemukan bahwa ukuran adalah kelurusan berpikir.
nilai terletak pada sejumlah kenikmatan yang 5. Etika
dilakukan oleh seseorang atau masyarakat.
4) Status metafisik nilai mempersoalkan tentang Etika sebagai cabang filsafat juga disebut filsafat
bagaimana hubungan antara nilai terhadap fakta- moral. Secara etimologi etika berasal dari kata Yunani ethos
fakta yang diselidiki melalui ilmu-ilmu kealaman, yang artinya ‘watak’. Sedangkan kata moral berasal dari kata
kenyataan terhadap keharusan pengalaman manusia latin mos yang merupakan bentuk tunggal, sedangkan bentuk
tentang nilai pada realitas kebebasan manusia. Ada jamak mores artinya ‘kebiasaan’. Istilah etika atau moral dalam
tiga jawaban penting yang diajukan dalam persoalan bahasa Indonesia dapat diatikan kesusilaan. Objek meterial
status metafisika nilai ini, yaitu: etika adalah tingkah laku perbuatan manusia yang dilakukan
1) Subjektivisme, menganggap bahwa nilai secara sadar dan bebas. Objek formal adalah kebaikan dan
merupakan sesuatu yang terikat pada keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku
pengalaman manusia, seperti halnya: tersebut. Dengan demikian, perbuatan yang dilakukan secara
hedonisme, naturalisme, positivisme. tidak sadar dan tidak bebas tidak dapat dikenai penilaian
2) Objektivisme logis, menganggap bahwa nilai bermoral dan tidak bermoral.
merupakan hakikat atau substansi logis yang
bebas dari keberadaannya yang diketahui,
6. Estetika c. Pluralisme (serba banyak), aliran ini tidak mengakui
adanya satu substansi atau 2 substansi, tetapi banyak
Estetika sebagai cabang filsafat juga disebut
substansi.
filsafat keindahan. Secara etimologi kata estetika berasal
dari kata Yunani aisthetika yang artinya hal-hal yang dapat
diserap dengan indra atau aisthetis yang artinya cerapan 2. Keberadaan dipandang dari segi sifat (kualitas)
indra. Apabila etika digambarkan sebagai teori tentang baik menimbulkan beberapa aliran sebagai berikut.
dan jahat, estetika digambarkan sebagai kajian filsafati
tentang keindahan dan kejelekan. Baik etika maupun 1) Spiritualisme yang mengandung beberapa arti yaitu
estetika, bertalian dengan nilai-nilai. Etika bertalian dengan ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam
nilai-nilai moral sedangkan estetika bertalian dengan nilai adalah roh, yaitu roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.
bukan moral. Dikenal juga pandangan idealistik yang menyatakan adanya roh
mutlak. Dunia indra dalam pengertian dipandang sebagai dunia
ide. Juga dikenal dalam istilah keagamaan untuk menekankan
H. Aliran-Aliran Filsafat
pengaruh langsung roh suci dalam bidang agama. Spiritualisme
juga berarti kepercayaan bahwa roh-roh orang mati
1. Aliran-aliran dalam persoalan keberadaan
berkomunikasi dengan roh yang masih hidup melalui orang-
orang tertentu dan lewat ujud yang lain. Istilah spiritualisme
Persoalan dalam keberadaan menimbulkan 3 segi
lebih tepat dikenakan bagi kepercayaan seperti ini.
pandangan.
2) Materialisme adalah pandangan yang menyatakan
1. Keberadaan dipandang dari segi jumlah atau banyak
bahwa tidak ada hal yang nyata kecuali materi. Pikiran dan
(kuatitas). Artinya, berapa banyak kenyataan yang
kesdaan adalah merupakan penjelmaan dari materi dan dapat
paling dalam itu. Segi masalah kuantitas ini
dikembalikan pada unsur-unsur fisik. Materi adalah sesuatu hal
melahirkan beberapa aliran filsafat sebagai
yang kelihatan, dapat diraba, berbentuk dan menempati ruang.
jawabannya. Adapun aliran tersebut adalah:
Hal-hal yang bersifat kerohanian seperti jiwa, keyakinan, serta
rasa sedih dan rasa senang tidak lain adalah merupakan proses
a. Monisme, aliran yang menyatakan bahwa hanya ada
kebendaan.
satu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut bisa
berupa jiwa, materi, Tuhan, atau substansi lainnya
yang tidak dapat diketahui. 2. Aliran-aliran dalam Persoalan pengetahuan
b. Dualisme (serba dua), adalah aliran yang
Persoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-
menganggap adanya 2 substansi yang masing-
sumber pengetahuan dijawab oleh aliran-aliran sebagai berikut:
masing berdiri sendiri.
1. Rasionalisme, berpandangan bahwa semua empiri tersebut ditempatkan yang satu sesudah yang
pengetahuan bersumber pada akal. Akal memperoleh lainnya. Pengamatan merupakan permulaan
bahan lewat indra, kemudian diolah oleh akal pengetahuan, sedangkan pengolahan oleh akal
sehingga menjadi pengetahuan. Rasionalisme merupakan bentukannya.
mendasarkan pada metode deduksi, yaitu cara
memperoleh kepastian melalui langkah-langkah Persoalan pengetahuan yang menekankan pada hakikat
metodis yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat pengetahuan dijawab oleh aliran berikut ini.
umum untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat
khusus. 1. Idealisme berpendirian bahwa pengetahuan adalah
2. Empirisme, berpendirian bahwa semua pengetahuan proses-proses mental atau proses-proses psikologis yang
diperoleh lewat indra. Indra memperoleh kesan- bersifat subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran
kesan dari alam nyata. Kemudian, kesan-kesan subjektif tentang kenyataan. Pengetahuan tidak
tersebut berkumpul dalam diri manusia sehingga menggambarkan kebenaran yang sesungguhnya atau
menjadi pengalaman. Pengetahuan yang berupa pengetahuan tidak memberikan gambaran yang tepat
pengalaman terdiri atas penyusunan dan pengaturan tentang hakikat sesuatu yang berada diluar pikiran.
kesan-kesan yang bermacam-macam. 2. Empirisme berpendirian bahwa pengetahuan adalah
3. Realisme, adalah aliran yang menyatakan bahwa berupa pengalaman.
objek-objek yang diketahui adalah nyata dalam 3. Positivisme berpendirian bahwa kepercayaan yang
dirinya sendiri. Objek-objek tersebut tidak dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan faktawi.
tergantung adanya pada yang mengetahui, yang Apapun yang berada diluar dunia pengalaman tidak
menyerap atau tidak bergantung pada pikiran. perlu diperhatikan.
Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, akan tetapi 4. Pragmatisme tidak mempersoalkan hakikat
interaksi ini tidak mempengaruhi sifat dasar dunia. pengetahuan, tetapi menanyakan apa guna pengetahuan
Dunia tetap ada sebelum pikiran menyadarinya dan tersebut. Daya pengetahuan hendaknya dipandang
akan tetap ada setelah pikiran berhenti sebagai sarana bagi perbuatan.
menyadarinya.
4. Kritisme, adalah aliran yang berusaha menjawab 3. Aliran-Aliran dalam Persoalan Nilai-Nilai
persoalan pengetahuan dengan tokohnya Kant. Titik (Etika)
tolak Kant adalah waktu dan ruang sebagai bentuk
pengamatan. Akal menerima bahan-bahan 1. Idealisme Etis adalah aliran meyakini hal-hal yang berikut:
pengetahuan dari empiri. Bahan-bahan yang berupa adanya suatu sekala nilai-nilai, asas-asas moral, atau aturan-
empiri tersebut masih kacau. Kemudian, akal aturan untuk bertindak; Lebih mengutamakan hal-hal yang
mengatur dan menertibkan dalam bentuk bersifat spiritual (kerohanian) ataupun mental dari pada
pengamatan, yaitu ruang dan waktu. Bahan-bahan yang bersifat inderawi atau kebendaan. Lebih
mengutamakan kebebasan moral dari pada ketentuan berfilsafat. Ada lima prinsip penting dalam berfilsafat agar
kejiwaan atau alami. Lebih mengutamakan hal yang calon filsuf itu mendapatkan hasil yang optimal.
umum daripada hal yang khusus.
2. Deontologisme etis berpendirian bahwa sesuatu tindakan Pertama, meniadakan kecongkakan maha tahu sendiri.
dianggap baik tanpa disangkutkan dengan nilai kebaikan Seseorang yang ingin mulai berfilsafat harus mampu
sesuatu hal. Yang menjadi dasar moralitas adalah mengendalikan dirinya, terutama sikap merasa diri sudah tahu
kewajiban. tentang hal yang akan dipelajari. Sikap yang demikian hanya
3. Etika Teleogis merupakan bagian dari etika aksiologis akan melahirkan solipisme, yakni hanya menganggap
yang membuat ketentuan bahwa kebaikan atau pendapatnyalah yang paling benar. Kesulitan besar akan
kebenaran suatu tindakan sepenuhnya bergantung pada muncul di saat dialog dengan orang lain. Komunikasi yang
sesuatu tujuan atau sesuatu hasil. diharapkan dapat menumbuhkan tukar-menukar pandangan,
4. Hedonisme mengajurkan manusia untuk mencapai akan berubah menjadi debat kusir, bertele-tele tanpa ada ujung
kebahagiaan yang didasarkan pada kenikmatan, pangkalnya, lantaran masing-masing menganggap hanya
kesenangan. pendapatnya yang paling benar.
5. Utilitarisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa
tindakan yang baik adalah tindakan yang menimbulkan Kedua, perlunya sikap mental berupa kesetiaan pada
kenikmatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya kebenaran. Kesetiaan pada kebenaran akan melahirkan
bagi manusia yang sebanyak-banyaknya. keberanian untuk mempertahankan kebenaran yang
diperjuangkannya. Sebagai contoh ketika Socrates dipenjara
I. Asas-Asas Filsafat lantaran dituduh menghasut generasi muda, ada beberapa
muridnya yang bersedia melepaskannya dari penjara, namun
Berfilsafat selalu terkait dengan pengalaman umum Socrates menolak, karena tidak berani menanggung resiko atas
manusia. Oleh karena itu tidak tepat kalau dikatakan orang perbuatannya sendiri yang dianggap sebagai sikap pengecut dan
yang berfilsafat itu melamun, tidak berpijak pada tidak memiliki kesetiaan pada kebenaran. Kesetiaan pada
pengalaman, atau tidak menginjak bumi. Memang kebenaran ini juga akan melahirkan kejujuran.
kadangkala aktivitas filsafat itu melampaui pengalaman-
pengalaman konkret, tetapi itu tidak berarti berfilsafat itu Ketiga, memahami secara sungguh-sungguh persoalan-
menjauhi kenyataan-kenyataan yang ada di sekitar kita. Cara persoalan filsafat serta berusaha memikirkan jawabannya.
berfilsafat yang baik justru bermula dari hal-hal yang Dengan demikian ada upaya untuk melatih pemikiran secara
dialami sendiri oleh calon filsuf. Filsafat itu dimulai dari serius. Melalui latihan intelektual inilah akan diperoleh
suatu thauma (rasa kagum) yang timbul dari suatu aporia, pengertian sejati tentang realitas.
yakni problem yang sulit dicarikan jalan keluarnya. Di
sinilah dibutuhkan beberapa prinsip atau asas-asas dalam Keempat, latihan intelektual itu dilakukan secara aktif dari
waktu ke waktu dan diungkapkan baik secara lisan maupun
tertulis. Proses mempelajari filsafat itu mencakup belajar menentukan sikap atau pendirian sesuai dengan keyakinannya
memecahkan persoalan-persoalan filsafati oleh diri kita untuk selanjutnya dipakai untuk menanggapi dan memecahkan
sendiri. Misalnya: bagaimana pemahaman kita tentang persoalan yang dihadapinya.
keadilan? Apakah pengertian keadilan yang dipahami secara
hukum itu sudah cukup memuaskan pemikiran kita? Kalau Ketiga bidang utama filsafat, metafisika ontologi,
belum, bagaimana pengertian sejati tentang keadilan itu epistemologi, dan aksiologis merupakan landasan
sesungguhnya? pengembangan ilmu pengetahuan. Landasan ontologi ilmu
berkaitan dengan hakikat ilmu, sebab secara ontologis, ilmu
Kelima, sikap keterbukaan diri, artinya orang yang mengkaji realitas sebagaimana adanya. Landasan epistemologis
mempelajari filsafat seyogyanya tidak dihinggapi oleh ilmu berkaitan dengan aspek-aspek metodologis ilmu dan
prasangka tertentu atau pandangan sempit yang tertuju ke sarana berpikir ilmiah lainnya seperti: bahasa, logika,
suatu arah saja, atau sudah lebih dahulu memihak pada suatu matematika, statistika. Landasan aksiologis ilmu berkaitan
pandangan tertentu. Sebab filsafat itu menyangkut seluruh dengan dampak ilmu bagi umat manusia. Persoalan utama
pengalaman dan menyangkut semua aspek kehidupan yaitu; apakah manfaat ilmu bagi umat manusia? Untuk apa ilmu
manusia. digunakan? Apakah ilmu pengetahuan itu bebas nilai atau
tidak? Dalam hal ini nilai kegunaan ilmu menempati posisi
J. Kesimpulan yang sangat penting. Dapatkah ilmu membantu manusia
memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari, atau justru
Filsafat berusaha memperoleh pandangan tentang sebaliknya? Pengembangan ketiga landasan ilmu pengetahuan
segala sesuatu yang ada secara menyeluruh. Pendekatan ini akan melahirkan sifat kebijaksanaan ilmuwan dalam
ilmu adalah lebih bersifat analitik dan deskriptif, sedangkan menerapkan ilmunya di masyarakat. Sebab apapun halnya, sulit
pendekatan filsafat lebih bersifat sintetik atau sinoptik yang bagi masyarkat luas untuk menerima kenyataan bahwa produk
menyangkut sifat-sifat alam semesta dan hakikat kehidupan ilmiah malah merugikan mereka. Masalah inilah yang perlu
sebagai keseluruhan. Ilmu-ilmu khusus membatasi menjadi bahan renungan kita bersama.
tinjauannya pada bidang tertentu dr kenyataan atau hanya
terarah pada satu aspek kenyataan.
A. Pengertian Aksiologi
1. Pengantar
Dasar aksiologi ilmu membahas tentang manfaat yang
diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Tidak
dapat dipungkiri, ilmu telah memberikan sumbangan begitu
besar bagi kehidupan manusia. Ilmu mampu memberi
kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan
kekuatan-kekuatan alam.
Secara etimologi aksiologi berasal dari kata axios
berarti nilai dan logos berarti ilmu atau teori. Aksiologi sebagai
teori tentang nilai membahas hakikat nilai, sehingga juga
disebut filsafat nilai. Persoalan tentang nilai apabila dibahas
secara filsafati akan lebih memperhatikan persoalan tentang
sumber nilai. Persoalan tentang nilai bersumber pada
keutamaan atau keluhuran hidup manusia, sehingga akan selalu
berkaitan dengan fungsi sumber-sumber kemampuan kejiwaan.
Sumber-sumber kemampuan kejiawaan terutama terdiri dari
akal, kehendak, dan rasa.
Persoalan tentang keutamaan hidup manusia terutama
berhubungan dengan masalah moral, sehingga akan juga selalu
berhubungan dengan sumber moral, yaitu kebaikan. Sumber
kemampuan kejiawaan yang mampu menangkap nilai kebaikan
adalah kehendak.
Persoalan tentang nilai kebaikan mulai dirumuskan
secara sistematis pada abad ke 19. Nilai kebaikan mulai
dihubungkan dengan fakta dan masalah-masalah konkrit
kehidupan manusia, sehingga persoalan tentang nilai kebaikan
tidak dapat dilepaskan dari persoalan tentang nilai kebenaran
(kenyataan) dan keindahan. Aksiologi di dalam bidang
kefilsafatan ada hubungannya dengan hal yang dapat
dipikirkan, terutama tentang kebaikan saja, tetapi juga pandangan di atas memiliki titik tolak yang berlainan. Kedua
tentang kenyataan dan keindahan. Persoalan nilai apabila pandangan yang berlawanan perlu adanya suatu alternatif untuk
dikaitkan dengan filsafat dapat dikatakan seperti hubungan dapat menjembatani, sebab kedua pandangan yang berbeda
antara manusia sebagai subjek dengan kemampuan akalnya tersebut pada kenyataannya mempunyai kelebihan dan
menangkap objek didasari penghargaan berupa suatu kekurangan.
pernyataan yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Cara baru untuk mengatasi perbedaan dari kedua
Fakta yang merupakan keseluruhan alam semesta bersama pandangan di atas adalah: Nilai merupakan hasil interaksi
manusia menciptakan situasi yang bernilai. Pernyataan nilai antara subjek dengan objek. Aspek subjektivisme lebih tepat
tidak dapat dikatakan hanya berasal dari dalam diri manusia diterapkan dalam persoalan yang lebih konkrit seperti:
sendiri, akan tetapi kesadaran manusia menangkap sesuatu kenikmatan makanan. Aspek objektivitas lebih tepat diterapkan
di alam semesta. dalam persoalan yang lebih abstrak seperti: yang berkaitan
Persoalan pokok aksiologi mencakup tentang nilai dengan bidang morlitas, keadilan, dan kewajiban.
subjektif dan nilai objektif, metode memperoleh nilai, dan Ada dua macam metode yang berkaitan dengan
wujud nilai. Ada dua pertanyaan mendasar tentang nilai masalah nilai, yaitu metode empiris dan metode apriori. Metode
yaitu apakah sesuatu itu bernilai karena diinginkan oleh empiris, dengan menggunakan pengalaman dapat menghasilkan
subjek atau subjek menginginkannya karena sesuatu hal itu bukti bahwa seseorang dapat menyenangi hal tertentu karena
sendiri mengandung nilai. pertimbangan nilai. Metode apriori dengan menggunakan
Argumentasi yang diajukan oleh subjektivisme, persepsi akali dapat menghasilkan pengetahuan pasti tentang
apabila nilai itu objektif, maka pendapat masing-masing nilai.
individu pasti akan sampai kepada suatu kesepakatan Persoalan tentang nilai itu mempunyai wujud fisis
tentang nilai tersebut. Kehidupan sehari-hari menunjukkan atau non fisis (psikologis), perlu terlebih dahulu dipahami
bukti yang tidak selalu seragam. Subjektivisme mengatakan apakah manusia mengetahui nilai itu melalui perantara indera
bahwa perbedaan pendapat disebabkan oleh adanya atau lewat sarana lain. Akal tidak mampu menangkap nilai,
kenyataan bahwa masing-masing individu memiliki selera karena akal tidak memiliki semacam hubungan langsung
sendiri-sendiri. dengan nilai. Nilai-nilai itu menyatakan diri kepada manusia
Argumentasi yang diajukan oleh kaum melalui intuisi emosional. Intuisi itu akurat dan tidak perlu
objektivisme bahwa kebenaran tidak tergantung pada mendasarkan diri kepada pengembang nilai yang sesuai. Nilai
pendapat individu, melainkan tergantung pada objektifitas tersaji kepada intuisi secara jelas dan tegas, meskipun tanpa
fakta, kehidupan sehari-hari membuktikan, bahwa pendapat memiliki pengemban nilai. Meskipun nilai itu melekat pada
orang yang berselera rendah tidak akan mengurangi sesuatu yang lain, namun nilai-nilai itu merupakan kenyataan
keindahan sebuah karya seni. Ketidaksepakatan mengacu yang sungguh-sungguh ada, bukan hanya secara subjektif
kepada benda bukan pada nilai. Argumentasi yang diajukan dianggap ada. Walaupun nilai-nilai itu tersembunyi di balik
oleh kaum subjektivisme tidak akan dapat meyakinkan kenyataan-kenyataan lain, namun tidak sama sekali tergantung
kaum objektivisme, begitu pula sebaliknya. Kedua pada kenyataan-kenyataan lain tersebut. Meskipun kenyataan
lain yang membawa nilai-nilai itu berubah dari waktu ke yang dipermasalahkan, klasifikasi nilai berdasarkan keuntungan
waktu, tetapi nilai-nilai itu sendiri bersifat mutlak tak yang diperoleh, klasifikasi nilai berdasarkan tujuan yang akan
berubah. dicapai, klasifikasi nilai berdasarkan hubungan antara
Pembicaraan aksiologi tidak dapat lepas dari pendukung nilai dengan keuntungan, dan klasifikasi nilai
masalah nilai dan fakta. Pandangan umum sering berdasarkan hubungan yang dihasilkan oleh nilai itu sendiri
menjumbuhkan antara nilai dengan fakta, pada hal nilai dengan hal lain yang lebih baik.
dengan fakta tidak sepenuhnya sama. Nilai di dalamnya Pembahasan masalah nilai, perlu lebih dahulu
mengandung hal-hal yang didambakan atau yang dicita- dibedakan antara objek bernilai, subjek yang menilai, dan nilai
citakan, yang sifatnya normatif. Fakta di dalamnya sebagai konsep ukuran. Konsep ukuran menyangkut masalah
mengandung pernyatan yang dapat memastikan adanya baik-buruk, indah-jelek, benar-salah, adil-lalim, dan
sesuatu objek, yang sifatnya kognitif. Meskipun dapat sebagainya. Nilai sebagai konsep ukuran memungkinkan subjek
dibedakan antara fakta dan nilai, namun tidak dipisahkan melakukan penilaian atas objek yang dihadapi. Subjek yang
antara keduanya. Fakta dan nilai merupakan dua hal yang melakukan penilaian pada dasarnya melakukan upaya
saling mempengaruhi. Pertimbangan nilai sangat tergantung menerapkan konsep ukuran atas objek yang bernilai. Para ahli
pada adanya fakta dan fakta menjadi berharga karena adanya kebudayaan berpandagan bahwa membahas tentang
nilai. kebudayaan harus didasarkan pada petunjuk keyakinan tentang
Klasifikasi nilai meliputi perbedaan-perbedaan baik-buruk, benar-salah, serta indah-jelek. Hal-hal yang
penggolongan yang diperlukan sehingga apabila terjadi berhubungan dengan penilaian sesungguhnya merupakan
kesalahan memperhatikan perbedaan-perbedaan yang bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan. Faktor budaya
diperlukan akan mengakibatkan adanya kekacauan. Setiap berpengaruh dominan dalam proses penilaian.
penerapan praktis dari pembicaraan teoritis dibutuhkan Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan, bahwa cara
mekanisme klasifikasi. Mekanisme klasifikasi pada penilaian sesama warga masyarakat dari lingkungan budaya
hakikatnya merupakan suatu petunjuk atau penuntun yang yang sama atas objek yang sama, maka hasilnya kurang lebih
sangat diperlukan untuk memahami suatu konsep nilai. sama.
Karena kerumitan tentang konsep nilai dan beragamnya Hasil penilaian seseorang memang dapat berubah,
bidang yang terlibat, maka klasifikasi nilai dapat didekati tetapi tidak berarti bahwa seseorang tidak mempunyai
dari banyak segi. Keragaman wawasan yang dapat pendirian. Sangat berbahaya justru apabila seseorang tetap
dipergunakan untuk mempertimbangkan nilai berfungsi mempertahankan nilai lama yang telah diyakini, sedangkan
sebagai ukuran yang baik untuk menanggulangi adanya nilai baru yang lebih baik telah hadir. Kenyataan demikian
kekosongan ukuran dan prinsip-prinsip klasifikasi nilai. justru harus disadari agar seseorang mau terbuka, mau terus
Penguraian klasifikasi nilai secara terperinci dapat menerus mengadakan dialog dengan lingkungan, dengan sistem
memperjelas pengertian konsep nilai. keyakinan yang dianut, dengan hasil penilaian yang telah
Adapun klasifikasi nilai meliputi : klasifikasi nilai dibuat, dengan budaya atau nilai-nilai baru yang hadir. Dialog
berdasarkan pengakuan, klasifikasi nilai berdasarkan objek dengan lingkungan akan memunculkan suatu pemahaman yang
lebih kaya atas objek-objek bernilai dan konsep ukuran yang dengan suatu cipta tertentu. Bahaya pandangan ini ialah lalu
diyakini juga akan menjadi lebih kaya. ada ideologisasi terhadap ilmu.
2. Hubungan Ilmu dengan Nilai c. Otonomi Rasional
Pembicaraan yang bersangkutan dengan masalah Paham ini berpendapat bahwa ilmu tetap mempunyai
bagaimana hubungan antara ilmu dan nilai, pertanyaan yang hak untuk berkembang maju, namun harus dikaitkan dengan
timbul adalah apakah hal tersebut harus dikaitkan dengan tujuan tertentu yang menjamin tanggungjawabnya, karena ilmu
nilai atau tidak?. Dalam hal ini kita ingat adanya semboyan hnylah merupakan alat yang dibutuhkan manusia untuk
ilmu untuk ilmu, dengan ini berarti bahwa ilmu itu bebas memenuhi kebutuhannya. Ilmu harus menjamin agar tidak
nilai, ataukah bahwa ilmu itu masih harus disalahgunakan, dengan demikian harus ada saling mengawasi
dipertanggungjawabkan benar dan salahnya. Mengenai hal antara ilmu dan tujuan ilmu sebagai alat. Ilmu berhak
ini mari kita melihat adanya pendapat-pendapat yang mempengaruhi tujuan termasuk mempengaruhi ideologi; tetapi
kadang-kadang sangat ekstrim yaitu: juga harus diperhatikan oleh ilmu. Ilmu itu sendiri merupakan
a. Positivisme permainan nilai yang berlaku di dalam bangsa yang
Ilmu dapat berkembang maju, cepat dan pesat mengusahakannya. Semacam translation value yang hidup
tanpa ikatan nilai apapun, kecuali ilmiah. Ilmu dapat dalam kehidupan manusia sehari-hari diumpamakan sebagai
dikatakan bernilai atau berharga bila ia dapat memberikan bunga dari kehidupan yang nyata dalam bentuknya yang nyata
hasil yang dapat dipercaya, mempunyai dasar tertentu, maupun yang abstrak.
objektif dan dapat diuji secara kritis. Kaum positivisme Dalam pandangan ketiga ini ilmu harus dilandasi oleh
yakin bahwa ilmu dapat mencapai puncak dan akan tanggungjawabnya. Dengan pencerminan nilai dalam ilmu ini
memegang kekuasaan. Dengan demikian manusia tidak memang tidak ada akhirnya. Ilmu harus selalu memberikan
usah mempersoalkan tentang nilainya, karena sudah sistem yang objektif dan logis, tertutup, akan tetapi dalam hal
didukung oleh objektifitasnya, yang dapat ini merupakan proses yang tidak akan selesai. Ilmu adalah
dipertanggungjawabkan, dengan demikian ilmu dapat otonom atau mandiri, sehingga ilmu yang satu dapat dibedakan
berkembang maju dengan pesat. Keberatan dapat diajukan dengan ilmu yang lain tetapi ilmu itu terbatas, karena tujuan
terhadap pendapat di atas ialah bahwa ilmu dengan ilmu bukannya tujuan terkandung dalam ilmu itu sendiri,
demikian akan semakin menjulang ke atas di luar melainkan kita harus melihatnya dalam kaitannya dengan
jangkauan kehidupan nyata. Dan perlu disampaiakan keseluruhan tanggung jawab manusia dalam lingkungan sosial,
bahwa kenyataan yang ada sebenarnya bukanlah etik, politik dan religi. Dalam hal ini demi kemajuan, ilmu
sekumpulan ilmu-ilmu melainkan ekses dari penemuan- mempunyai otonomi untuk berhubungan dengan hal-hal
penemuan ilmu. diluarnya, tetapi sebaliknya ilmu itu harus bebas untuk
b. Kritik Ideologi dikoreksi dan diuji,dengan demikian akan terjamin sifat
Ilmu harus diabadikan kepada suatu tujuan dinamis dari ilmu.
ideologi manusia. Ilmu tanpa nilai akan berbahaya bagi
ekses ilmu sendiri, karenanya maka ilmu harus dikaitkan
3. Hubungan Ilmu dengan Nilai-Nilai Hidup tujuan yang ingin dicapainya juga tetap mencerminkan ciri-ciri
Pertimbangan nilai-nilai sangat berpengaruh pada pokoknya yaitu bersifat empirik. Pada garis besarnya tujuan
penentuan tujuan ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah pokok ilmu pengetahuan adalah merupakan kaidah-kaidah baru
pada umumnya. Berdasarkan pertimbangan nilai yang atau penyempurnaan kaidah-kaidah lama tentang dunia
diperhatikannya, pandangan ilmuwan dapat dibedakan kealaman. Peluang untuk memasukkan pertimbangan nilai-nilai
menjadi 2 golongan. lain di luar nilai kebenaran dalam kegiatan ilmiah memang
1) Para ilmuwan yang menggunakan pertimbangan tidak dimungkinkan.
satu nilai, yaitu nilai kebenaran dan dengan 2) Para ilmuwan yang memandang sangat perlu
mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan metafisik dimasukkan pertimbangan nilai-nilai etik, kesusilaan dan
yang lain, seperti nilai etik, kesusilaan, dan kegunaannya kegunaan untuk melengkapi pertimbangan nilai kebenaran,
akan sampai pada prinsip bahwa ilmu pengetahuan harus yang akhirnya sampai pada prinsip bahwa ilmu pengetahuan
bebas nilai. Prinsip ilmu pengetahuan yang bebas nilai. harus taut (gayut) nilai. Beberapa pandangan yang berprinsip
Prinsip ilmu pengetahuan yang bebas nilai akan menjadikan bahwa ilmu pengetahuan harus taut nilai seperti berikut ini:
kebenaran sebagai satu-satunya ukuran dan segala-segalanya a. Francis Bacon, berpendapat bahwa ilmu
bagi seluruh kegiatan ilmiah, termasuk penetuan tujuan bagi pengetahuan adalah kekuasaan. Lebih lanjut dijelaskan
ilmu pengetahuan. The Liang Gie (1984), menunjukkan menganai tujuan ilmu bahwa tujuan yang sah dan senyatanya
beberapa pandangan ilmuwan yang berprinsip bahwa ilmu dari ilmu-ilmu ialah sumbangan terhadap hidup manusia
pengetahuan harus bebas nilai seperti berikut ini: dengan ciptaan-ciptaan dan kekayaan baru.
a. Jacob Bronowski, menjelaskan tujuan pokok b. Daoed Yoesoef, berpendapat bahwa ilmu
ilmu adalah mencari sesuatu yang benar tentang dunia. pengetahuan memang merupakan suatu kebenaran tersendiri,
Aktifitas ilmu diarahkan untuk melihat kebenaran, dan hal tetapi otonom ini tidak dapat diartikan bahwa ilmu pengetahuan
ini dinilai dengan ukuran pembenaran fakta-fakta. itu bebas nilai.
b. Victor Reisskop, berpendapat bahwa tujuan c. CA van Peursen, mengemukakan bahwa dalam
pokok ilmu bukan pada penerapan, tujuan ilmu ialah meninjau ilmu pengetahuan secara menyeluruh tidak lepas dari
mencapai pemahaman-pemahaman terhadap sebab dan 3 pembahasan, yaitu teori pengetahuan, teknik, dan etik. Lebih
kaidah-kaidah tentang proses-proses ilmiah. lanjut ketiga persoalan ini harus dibahas secara bersama karena
c. Maurice Richter, menjelaskan tujuan ilmu teori pengetahuan melahirkan teknik, dan teknik bersentuhan
sebagaimana biasanya diakui dewasa ini meliputi perolehan langsung dengan pertimbangan nilai etik. Bersama dengan itu
pengetahuan yang digenaralisasi, disitemisasi mengenai van Peursen juga mengajukan pendapatnya bahwa pengetahuan
dunia alamiah; pengetahuan yang membantu manusia untuk lebih berkuasa daripada teknik dan teknik lebih berkuasa
memahami alam, meramalkan kejadian-kejadian alamiah daripada etik. Pengetahuan, teknik dan etik adalah 3 unsur yang
dan mengendalikan kekuatan-kekuatan alamiah. tidak dapat dipisahkan. Ketiganya berhubungan dan jalin-
Para ilmuwan memang harus mentaati ciri-ciri dan menjalin serta saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
langkah-langkah dari metode ilmiahnya sehingga hasil dan Ketiganya merupakan hal yang sambung menyambung.
Artinya, bahwa kewibawaan ilmu pengetahuan dilaksanakan Dengan demikian dapat diperoleh kejelasan bahwa
di dalam dunia teknik. Van Peursen menjelaskan bahwa hanya dengan menjaga jarak antara ilmu dan ideologi, maka
teknik tidak lahir secara kebetulan saja tetapi sudah pertimbangan etik bagi ilmu pengetahuan menjadi mungkin
merupakan konsekuensi dari adanya teori pengetahuan. untuk dilaksanakan yaitu demi kepentingan masyarakat. Dalam
Kenyataannya pemanfaatan teknologi hampir meliputi lingkungan budaya dan konstelasi sosial politik tertentu,
seluruh kegiatan manusia. Dengan demikian dapat pertimbangan ilmu dapat saja berubah, tetapi tidak pada sistem
dimengerti jika teknik secara langsung berhubungan dengan ilmu itu sendiri. Harus ada pembatasan, pada saat mana ilmu
masalah-masalah sosial, kebudayaan dan etik. Dominasi harus bebas nilai dan pada saat mana taut nilai.
teknik terhadap kehidupan manusia semakin nyata sehingga
tidak menutup kemungkinan bagi berbagai akibat negatif 4. Penutup
yang ditimbulkannya. Landasan aksiologi dari ilmu pengetahuan adalah
Memang demikian bahwa dengan teknik manusia analisis tentang penerapan hasil-hasil temuan ilmu
dapat memanfaatkan kekuatan alam. Akan tetapi, dengan pengetahuan. Penerapan ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk
teknik juga daya-daya hidup dalam masyarakat ditentukan memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keluhuran
bagaimanapun teknik adalah sarana bagi manusia untuk hidup manusia.
memenuhi keperluan hidupnya. Oleh karena itu tidak dapat
melepaskan diri dari komitmen moral. Dengan demikian, B. Landasan Aksiologi Pancasila
pertimbangan nilai etik tidak dimaksudkan untuk mengubah Tingkat makhluk di dunia yang mengenal nilai hanyalah
ciri-ciri dalam metode ilmiah, tetapi dimaksudkan untuk pada manusia. Hanya manusia yang tahu tentang baik dan
melatarbelakangi kebijaksanaan penentuan masalah dan buruk, tahu apa yang indah dan apa yang tidak indah.
penerapan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Secara lebih terinci Manusia juga tahu tentang apa yang benar dan apa yang salah.
Van Peursen berpendapat: "Betul bahwa ilmu merupakankn Konsep nilai, bahwa jika sesuatu dianggap bernilai jika sesuatu
sistem dalam suatu konteks. Tidak betul bahwa ilmu tadi mempunyai harga, mempunyai kegunaan. Misalnya udara
dilarutkan dalam konteks itu, betul bahwa fungsi ilmu itu bernilai, sebab berguna atau berharga untuk makhluk hidup,
berubah sesuai dengan lingkungan budaya dan kostelasi yakni berguna untuk pernafasan. Jadi udara mempunyai nilai
sosial. Dalam arti ini ilmu harus sanggup mengakui hidup bagi manusia. Sesuatu itu tidak hanya bernilai ssecara
pengaruh timbal balik dari penelitian. Namun demikian, fisikal, tetapi juga bernilai rokhaniah, bernilai spiritual. Sesuai
jangan sampai larut karena ilmu justru merupakan dengan ajaran pancasila, maka prinsip-prinsip ajaran nilai atau
imbangan yang berharga menghadapai ideologi. Apabila aksiologi pancasila adalah sebagai berikut:
ilmu diserap oleh ideologi, hilanglah kemungkinan akan a. Prinsip nilai religius
kritik diri. Ketegangan satu dengan yang lainnya hendaknya Prinsip nilai religius bersumber pada sila pertama
dipertahankan karena dapat menjernihkan kedua belah pancasila; bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan yang
pihak". maha esa. Tuhan yang menjadi sumber segala nilai kebaikan,
bahkan kebaikan mutlak pada Tuhan sendiri. Tuhan
menciptakan alam semesta sebagai perwujudan kebaikan mengikat seluruhnya, mengatur alam semesta secara objektif
Tuhan, ajaran kebaikan Tuhan disampaikan kepada manusia dan mutlak, tanpa terikat oleh ruang dan waktu, bersifat
melalui firman-firmannya pada para nabi. Kristalisasi firman objektif universal, misalnya planit-planit berputar mengelilingi
Tuhan pada nabi tertentu lalu menjadi kitab suci agama matahari. Alam semesta tersusun secara harmonis, merupakan
tertentu. Jadi agama menjadi sumber nilai-nilai kebaikan tatanan semesta, yang segalanya menunjukkan kebaikan dan
dan kebenaran, baik untuk kebaikan duniawi maupun keindahan. Misalnya, pemandangan pantai dengan gelombang-
kebaikan surgawi. Agama menjadi sumber-sumber nilai gelombang lautnya silih berganti memecah dan menyemburkan
moral atau nilai-nilai kesusilaan. Agama menjadi hukum buih, semuanya menampakkan keindahan tanpa tandingan,
moral perilaku manusia dalam masyarakat, membangsa dan tanpa dijamah oleh otak dan tangan manusia, alam sendiri yang
Negara. Fungsi pancasila terhadap agama adalah: membentuknya. Selain terdapat hukum alam yang objektif
- Pancasila memberi fasilitas kepada hidup subur universal terdapat juga niali-nilai hukum moral yang mengikat
dan berkembangnya agama. Pancasila tidak manusia secara psikologis spiritual, objektif dan moral menurut
menentang ajaran agama, semua agama diakui agama ruang dan waktu, tetapi tetap bersifat universal. Nilai-
hak hidupnya di Negara pancasila, Negara nilai hukum akan menjadi sumber pada penelitian-penelitian
Indonesia. dan pembinaan ilmu pengetahuan alam dan nilai hukum moral
- Pancasila memberi situasi dan kondisi kerukunan akan menjadi sumber pembinaan ilmu pengetahuan sosial,
dan kedamaian hidup di antara umat beragama. filsafat, kebudayaan dan agama.
Pancasila menjamin kemerdekaan individu untuk c. Prinsip nilai-nilai manusia
menganut agama yang dipilihnya. Pancasila Bahwa prinsip nilai-nilai manusia yakni bahwa manusia
mengajarkan toleransi atau tenggang rasa yang adalah subjek pencinta nilai. Manusia hidup membudaya
tinggi kepada para pemeluk agama yang berbeda, artinya hidup membentuk nilai. Manusia hidup bergumul
dan membina kerja sama yang demokratis dalam dengan nilai-nilai hidup, dan untuk mencapai sesuatu niali,
dan antar pemeluk agama. Sebaliknya agama yakni nilai cita-cita hidupnya. Bersumber kepada hukum-
berfungsi juga kepada pancasila yakni agama hukum alam universal dan hukum-hukum moral agama, maka
memberi dasar-dasar nilai spiritual kepada manusia akan melaksanakan nilai-nilai sebagai berikut:
pancasila. Pancasila bukan agama. Dan - Nilai-nilai kemanusiaan, karena manusia adalah
agamapun bukan pancasila. Ajaran agama dapat makhluk individu sekaligus makhluk social. Nilai-
mempengaruhi pancasila, tetapi tidak sebaliknya. nilai kemanusiaan memberi dasar untuk hidup
Artinya pancasila tidak dapat mempengaruhi atau bersama dengan saling menghargai harkat dan
mengubah agama. martabat manusia sesamanya.
b. Prinsip nilai alami - Nilai-nilai persatuan hidup bersama, persatuan antar
Prinsip nilai alami artinya alam semesta sebagai individu menjadi kelompok, kelompok bersatu
ciptaan Tuhan, juga berisi kebaikan-kebaikan alamiah yang menjadi masyarakat, masyarakat-masyarakat bersatu
berisi nilai-nilai hukum alam. Hukum ala mini akan menjadi Negara dan bangsa. Timbullah persatuan
bangsa Indonesia yang meliputi tanah air dan Cinta kasih pada manusia mendorong untuk mencapai
social budayanya. cinta kasih abadi, yakni Tuhan itu sendiri. Tuhan
- Nilai-nilai kerakyatan atau demokrasi, yakni berkeinginan untuk menyatukan manusia dengan
nilai-nilai yang dilaksanakan dan dikembangkan Tuhannya dengan dasar cinta kasih. Nilai cinta kasih
oleh kelompok manusia dalam menghadapi menjadi dasar dan sumber motivasi, sumber energi bagi
masalah-masalah dan mengambil keputusan darma bakti dan pengabdian manusia kepada sesama,
dengan cara-cara bermusyawarah dengan masyarakat, bangsa Negara dan Tuhan. Atas normative
mufakat. Nilai-nilai kerakyatan juga menjadi ini sesuai dengan ontologis dan teleologis, karena sifat
dasar hidup bergotong royong, hidup pribadi manusia adalah berkembang dari potensi
bertenggang rasa dan bekerja sama. menjadi aktualisasi, dari pribadi riil menuju kepada
- Nilai-nilai keadilan, sebab dalam hidup pribadi ideal. Dan pribadi ideal ini merupakan
bermasyarakat, mmbangun dan menegara, perlu pendekatan kepada pribadi ideal mutlak, ialah Tuhan
adanya keadilan hak dan kewajiban sesuai yang maha esa.
dengan peran serta warga masyarakat dalam d. Prinsip relativitas dan kemutlakan nilai
karyanya masing-masing. Nilai-nilai hidup budaya manusia ada yang bersifat
Ajaran nilai-nilai pancasila telah lengkap, baik nilai- relatif, terbatas oleh kurun waktu dan tempat. Hal ini akan
nilai untuk membentuk hubungan manusia secara tampak pada sejarah kebudayaan manusia. Misalnya pada
vertical, yakni taqwa dan ibadah kepada Tuhan yang yaman kerajaan, maka hiduplah nilai-nilai feodalisme. Setelah
maha esa menurut agamanya masing-masing, Indonesia memasuki jaman republik, maka nilai-nilai
maupun nilai-nilai untuk berhubungan secara feodalisme akan berangsur-angsur hilang diganti dengan nilai-
horisontal, yakni hubungan sesama manusia. nilai demokratis. Jadi nilai-nilai hidup yang tidak sesuai lagi
Hubungan manusia secara horizontal, meliputi dengan tuntutan masyarakat dan kemajuan jaman, memang
hubungan seseorang dengan pihak pimpinan atau perlu diganti dengan nilai-nilai baru yang lebih dapat
atasan, teman sejawat dan dengan bawahannya. mengangkat martabat dan harkat manusia. Tetapi sebaliknya,
Kesadaran manusia terhadap nilai-nilai hidup, bagi memang ada nilai-nilai yang bersifat mutlak. Misalnya nilai
bangsa Indonesia adalah nilai-nilai pancasila, akan kemerdekaan adalah mutlak bagi hidup manusia. Ajaran-ajaran
tercermin dalam kepribadian dan wataknya, amal agama banyak yang bersifat mutlak. Memang akhirnya
dan kebajikannya. Manusia sebagai makhluk Tuhan kemutlakan itu terletak pada Tuhan yang maha esa.
yang maha esa memiliki potensi cinta kasih yang Sila-sila sebagai sistem filsafat juga memiliki satu-
menjadi sumber kebajikan manusia. Cinta kasih kesatuan dasar aksiologinya sehingga nilai-nilai yang
merupakan potensi instrinsik dalam kepribadian terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga merupakan
manusia. Cinta kasih menjadi sumber perilaku baik. satu kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan
Memang dalam kepribadian manusia juga ada hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya
potensi benci, sebagai sumberperilaku tidakk baik. masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan
herarkhinya. Misalnya kalangan materialis memandang herarkhis, di mana sila pertama yaitu ketuhanan yang maha esa
bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material, sebagai basisnya sampai dengan sila keadilan social sebagai
kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi tujuannya.
adalah nilai kenikmatan. Namun dari berbagai macam Pancasila adalah dasar filsafat Negara dan pandangan
pandangan tentang nilai dapat kita kelompokkan pada dua hidup bangsa Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai dasar dari
macam sudut pandang yaitu bahwa sesuatu itu bernilai tata kehidupan, sikap,dan cara hidup. Pancasila sebagai
karena berkaitan dengan subjek pemberi nilai yaitu manusia, pedoman dan tujuan hidup manusia, baik dalam hidup
hal ini bersifat subjektif namun juga terdapat pandangan perseorangan, social kemasyarakatan, maupun kenegaraan.
bahwa pada hakikatnya sesuatu itu memang pada dirinya Rakyat Indonesia, bangsa Indonesia, penguasa Negara
sendiri memang bernilai, hal ini merupakan pandangan dari Indonesia, di dalam menyelenggarakan segala sesuatu
paham objektivisme. mengenai kehidupan rakyat, kehidupan bangsa, kehidupan
Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya masyarakat, dan kehidupan Negara, seharusnya berpikir,
nilai macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan berasa, berangan-angan, berkehendak, bersikap, berbuat,
nilai tersebut dengan manusia. Banyak pandangan tentang bertujuan, pendek kata berpribadi yang sesuai dengan segala
nilai terutama dalam menggolong-golongkan nilai dan kenyataan dalam objektivitasnya yang telah dijadikan landasan
penggolongan tersebut amat beraneka ragam tergantung dari dasar filsafat Negara.
pada sudut pandangnya masing-masing. Yang mengandung Arah pembinaan kebudayaan nasional Indonesia
nilai itu bukan hanya sesuatu yang bersifat material saja, harusberpijak pada dasar filsafat bangsa yaitu pancasila,artinya
akan tetapi juga sesuatu yang bersifat non-material. Bahkan bahwa bentuk-bentuk kebudayaan sebagai pengejawantahan
sesuatu yang non material itu mengandung nilai yang pribadi manusia Indonesia harus menunjukkan nilai-nilai
bersifat mutlak bagi manusia. Nilai material relative lebih esensial dari pancasila sebagai dasar filsafat Negara. Permulaan
mudah diukur yaitu menggunakan indra maupun alat kehidupan bangsa Indonesia dalam kerangka kebudayaan
pengukur lainnya seperti berat, panjang, lebar luas dan nasional yang berpancasila, adalah proses yang timbal-balik
sebagainya. Dalam menilai hal-hal yang bersifat rokhani antara yang ideal dan yang actual, antara “das sollen” dan “das
yang menjadi alat ukur adalah hatinurani manusia yang sain” antara “kebenaran ideal” dengan realitas sebagai polaritas
dibantu oleeh alat indera manusia yaitu cipta, rasa, karsa antara yang ideal dan yang actual, antara nilai-nilai dan
serta keyakinan manusia. kelakuan individu antara kelembagaan dan interaksi social, dan
Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerokhanian, lain sebagainya. Hubungan kultur dapat dipandang sebagai
yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan proses yang menyembatani polaritas itu. Pembiasaan kelakuan
demikian nilai-nilai pancasila yang tergolong nilai manusia menurut pola kelakuan atau norma social tertentu akan
kerokhanian itu juga mengandung nilai-nilai lain secara menciptakan suatu kelembagaan sebagai realitas nilai-nilai
lengkap dan harmonis yaitu nilai material, nilai vital, nilai ideal tertentu. Disinilah muncul apa yang disebut ethos
kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan, maupun nilai kebudayaan suatu bangsa. Ethos merupakan kompleks nilai-
kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematik-
nilai yang koheren serta memberi “watak” atau identitas mengatur alam semesta dan isinya secara objektif dan
khusus kepada kebudayaan yang diresapinya. mutlak, tanpa terikat oleh ruang dan waktu, bersifat
Pentingnya strategi pembinaan kebudayaan modern, objektif universal dan “nilai hukum moral” yang
karena suatu bangsa modern memerlukan dukungan mengikat manusia secara psikologis spiritual, objektif
masyarakat yang dapat menerima, meresapi, dan dan mutlak menurut ruang dan waktu, namun tetap
melaksanakan sistem nilai baru. sistem nilai baru itu ialah universal.
sistem nilai yang sesudah Eropa berkembang menjadi b. Subjek manusia dapat membedakan secara hakiki maha
masyarakat industri yang maju, yaitu sistem nilai yang sumber dan sumber nilai dalam perwujudan:
menekankan rasionalitas, efisiensi, kebebasan, demokrasi,
dan keterbukaan. Para perintis kemerdekaan Indonesia telah (1) Tuhan yang maha esa dan agama sebagai maha
memilih strategi transformasi budaya untuk menjadikan sumber nilai kesemestaan. Tuhan yang maha esa
Negara Indonesia sebagai Negara yang kuat dan modern. dan agama merupakan sumber kebajikan dan
Transformasi budaya mengenal dua jalur, yaitu melalui kebahagiaan.
dialog budaya dan melalui perubahan status masyarakat. (2) Alam semesta dengan hukum alamnya
Bangsa Indonesia telah pernah melakukan transformasi merupakan sumber nilai dalam makna sumber
melalui jalur dialog budaya dan telah menghasilkan sintesis kehidupan, sumber keindahan bagi makhluk-
budaya yang sangat mengesankan seperti pernah terjadi makhluk hidup termasuk manusia.
sintesis antara budaya Sriwijaya dengan Budha Mahayana, (3) Sumber nilai yang khas bagi setiap bangsa
antara Jawa dengan kebudayaan Hindu, antara budaya Jawa terletak pada bangsa dan sosio-budaya, dengan
dengan Islam, antara budaya Aceh dan Minang dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya
Islam, antara budaya suku-suku di wilayah Indonesia timur manusia serta budayanya.
dengan Kristiani. Jalur dialog budaya dapat digunakan (4) Sumber cita dan cipta bagi warga masyarakat
sebagai dasar bagi transformasi perubahan status masyarakat suatu bangsa atau warga Negara adalah Negara
dari masyarakat agraris tradisional menjadi masyarakat dan sistem kenegaraan.
industri yang modern. Kebudayaan Indonesia modern adalah (5) Kebudayaan merupakan sumber nilai dalam
budaya yang menekankan rasionalitas, efisiensi, kebebasab, kehidupan intelektual manusia serta wahaya
demokrasi, dan keterbukaan, tetapi tetap didasari dan dijiwai pengabdian melalui cipta dan karya.
nilai-nilai pancasila. c. Nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realita alam
semesta meliputi Tuhan yang maha esa dengan
C. Nilai Aksiologi Pancasila perwujudan nilai agama. Alam semesta dengan
Adapun Nilai-Nilai Aksiologi Pancasila, diantaranya: perwujudan hukum alam dan unsur yang menjamin
a. Tuhan yang maha esa merupakan maha sumber nilai kehidupan makhluk di dalam alam. Nilai filsafat dan
semesta yang menciptakan nilai dalam makna dan ilmu pengetahuan yang merupakan sosio-budaya dan
wujud “nilai hukum alam” yang mengikat dan kebudayaan umat manusia.
d. Manusia dengan potensi martabatnya menduduki (kebudayaan dan peradaban, etika, nilai-nilai ideologis),
fungsi ganda dalam hubungan dengan nilai, yaitu serta nilai-nilai agama yang supra natural. Kualitas
manusia sebagai subjek nilai maksudnya manusia hubungan manusia dengan Tuhan yang maha esa
penghayat dan pengamal nilai, dalam makna menentukan kualitas hubungan manusia dengan
manusia yang mendayagunakan nilai bagi dirinya sesamanya, kebaikan kepada sesama manusia
dan kehidupan, serta manusia sebagai pencipta nilai bersumber dan didasarkan kepada motivasi dan
dengan karya dan prestasi manusia baik individu keyakinan Ketuhanan yang maha esa, jadi kualitas
maupun kelompok dan nasional. kesadaran Ketuhanan menentukan kualitas kesadaran
e. Martabat kepribadian manusia yang secara manusia.
potensialitas integritas dari hakikat manusia sebagai i. Keseluruhan kesadaran manusia tentang nilai tercermin
makhluk individu, makhluk social, dan makhluk dalam kepribadian dan tindakannya, amal dan
susila adalah subjek nilai. kebajikannya. Sumber nilai dan kebajikan meliputi
f. Secara potensial manusia mampu menghayati kesadaran Ketuhanan dan agama, serta potensi intrinsic
sumber nilai dan makna beriman kepada Tuhan yang dalam kepribadian yang berupa potensi cinta kasih,
maha esa menurut agama dan kepercayaan masing- sebagai perwujudan budi nurani manusia yang
masing. Keunikan potensi martabat manusia tampak mewujudkan kebajikan.
dalam kecenderungannya untuk secara sadar cinta
keadilan dan kebenaran, kebaikan, dankebajikan.
Cinta kasih merupakan sumber motivasi dan energi
semua usaha kebajikan manusia.
g. Sebagai subjek nilai, manusia memiliki kewajiban
dan tanggung jawab mendayagunakan nilai,
mewariskan dan melestarikan nilai dalam kehidupan
kebudayaan dann kemanusiaan. Manusia
mengemban citra kemanusiaan serta menyadari
hakikat kebenaran adalah cinta kasih yang
perwujudannya berupa kebenaran, keadilan dan
kebajikan, serta hakikat ketidakbenaran adalah
kebencian yang perwujudannya berupa dendam,
permusuhan, perang dan sebagainya. Cinta kasih
merupakan perwujudan budi nurani manusia dan
kebajikan merupakan perwujudan cinta kasih.
h. Eksistensi fungsional manusia adalah subjek dan
kesadarannya yang berupa dunia idera, ilmu, filsafat
Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan manusia, bangsa
dan Negara, ideology diartikan sebagai suatu sistem cita-cita
BAB VI dan keyakinan-keyakinan yang mencakup nilai-nilai dasar,
yang dijadikan landasan bagi cara hidup suatu kelompok
IDEOLOGI NASIONAL masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Secara demikian
maka didalamnya akan tercakup masalah-masalah fundamental
A. Pengertian Ideologi yang menyangkut antara lain pandangan atau sifat khas tentang
Secara etimologik, ideology berasal dari kata ‘idea’ pentingnya asas dan tujuan bersama antar warga, hubungan
yang berarti ‘gagasan,konsep,pengertian dasar, cita-cita. antara para warga dengan penyelenggara Negara, serta hak-hak
Dan ‘logos’ yang berarti ‘ilmu’. Kata ‘idea’ berasal dari kata dan kewajiban-kewajiban dari dan antara warga masyarakat.
bahasa Yunani ‘eidos’ yang artinya ‘bentuk. Maka secara
harafiah, ideology berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide, B. Sejarah Ideologi
atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam Istilah ideology pertama-tama dikemukakan seorang
pengertian sehari-hari, ‘idea’ disamakan artinya dengan cita- Perancis bernama Destutt de Tracy. Seperti halnya Leibniz, de
cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat Tracy ini mempunyai cita-cita untuk membangun suatu sistem
tetap, yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat pengetahuan. Apabila Leibniz menyebutkan impiannya itu
tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham. sebagai ‘one great system of truth’ dimana bergabung segala
Memang pada hakikatnya antara dasar dan cita-cita itu cabang ilmu dan segala kebenaran ilmiah, de Tracy menyebut
sebenarnya dapat merupakan satu-kesatuan. Dasar sebagai sebuah Ideologie, yaitu ‘ science of ideas’. De Tracy
ditetapkan karena adanya cita-cita yang mau dicapai. sendiri pernah menduduki jabatan penting sebagai orang yang
Sebaliknya, cita-cita ditetapkan berdasarkan atas suatu dipercaya untuk membangun sistem pendidikan di Perancis.
landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan Namun semua itu terhenti ketika Napoleon berkuasa di sana.
demikian ideology mencakup pengertian tentang idea-idea, Oleh Napoleon, orang seperti de Tracy ini disebut sebagai
pengertian-pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita. orang-orang yang bermimpi. Maka itu bagi Napoleon ideology
Ideologi dalam arti luas digunakan untuk segala bukanlah hal yang besar dan terhormat, melainkan merupakan
kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar dan keyakinan- hal yang remeh dan tidak terpakai.
keyakinan yang dijunjung tinggi sebagai pedoman Perhatian kepada konsep ideology menjadi tumbuh dan
normative. Sedangkan dalam arti sempit, ideology adalah berkembang lagi antara lain karena pengaruh Karl Marx. Marx
gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup banyak berbicara mengenai ideology, bahkan salah satu
dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak bukunya berjudul ‘The German Ideology’. Ideology menjadi
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak. Istilah perbendaharaan kata yang penting di dalam pemikiran politik
ideology dipakai dalam makna yang positif, terutama maupun ekonomi Marx. Bagi Marx, ideology adalah suatu
berkaitan pembahasan mengenai ideology pancasila yang bagian dari apa yang disebutnya sebagai supra struktur.
mengandung nilai-nilai dan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Ideology adalah sebuah wawasan yang dihasilkan oleh
kekuatan pada bangunan atas suatu masyarakat, yaitu Maka ideology tidaklah ditekankan kepada kebenaran-
kekuatan yang memiliki faktor-faktor produksi. Maka itu kebenaran intelektual, melainkan kepada manfaat-manfaat
ideology bukanlah wawasan yang bersifat empirical, praktikal. Walaupun demikian ideology mempunyai suatu sifat
diangkat dari kenyataan-kenyataan. Sebaliknya ia hanya yang total, karena mengikat orang-orang yang menerima
sebuah rekayasa mental. Terjadinya ideology itu disebabkan ideology tersebut. Ideology lebih dipandang sebagai hal yang
oleh karena kekuatan yang membentuk ideology tersebut masuk kedalam ‘belief system’ dan ‘power system’ dari pada
memerlukannya untuk dapat mempertahankan posisi dan hal yang ilmiah ataupun filsafati. Ideology selalu meminta
kekuatannya. Maka itu ideology selalu bersifat fungsional. kesetiaan yang tegas tanpa kompromi, dan arena itu
Ideology tidak berbicara mengenai kebenaran, tidak mempunyai sifat dogmatic, mengandung di dalamnya suatu
berbicara mengenai kenyataan empiric, akan tetapi berbicara eksklusivisme total serta determinisme yang monolitik. Maka
mengenai kemanfaatan, kepentingan, kemauan dan pamrih. itulah didalam perkembangan ini ideology kemudian dikatakan
Itulah sebabnya, maka pada hakikatnya suatu ideology sebagai sebuah ‘sistem of thought’ yang tertutup. Inilah
selalu dipandang sebagai sesuatu hal yang tidak ilmiah, pandangan yang dikalangan intelektual beberapa waktu yang
sesuatu hal yang bersifat tertutup. lalu hingga saat ini di Negara-negara tersebut. Ideology adalah
Pengaruh Marx di dalam dunia pemikiran memang ssuatu ‘system of thought’ yang ‘power oriented, establishment
cukup luas, dan mempunyai dampak pula terhadap konsep oriented, exclusivisme oriented, dogmatis oriented, totalisme
ilmu pengetahuan. Marx menegaskan bahwa tujuan ilmu itu oriented’ dan karena itulah ideology dipandang sebagai sebuah
tidak untuk mengetahui masyarakat atau dunia, melainkan ‘system of thought’ yang tertutup.
untuk mengubah dunia. Sebetulnya Marx tidaklah sendirian
dalam pandangan seperti ini. Sebelum Marx sudah ada pula C. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
beberapa pemikir mengemukakan sikap dan pandangan Ideologi dalam arti luas dipergunakan untuk segala
yang sama dengan Marx. Penegasan ini membawa kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar dan keyakinan-keyakinan
permasalahan sendiri bagi perkembangan ilmu pengetahuan, yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normative.
terutama pengetahuan social. Sejauh mana pengetahuan Ideology dalam pengertian ini lazimnya disebut ideology
akan dapat dinilai sebagai objektif, dan tidak bias. Maka terbuka. Sedangkan dalam arti sempit, ideology adalah gagasan
mulailah orang mempermasalahkan hakikat dari ilmu, atau teori menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang
apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak. Yang jelas mau menentukan secara mutlak bagaimana manusia harus
perkembangan seperti ini makin mempertajam pembedaan hidup dan bertindak. Ideology dalam arti ini lazim juga disebut
antara ilmu di satu pihak dengan ideology di pihak lain. ideology tertutup, karena kemutlakannya tidak mengizinkan
Hal-hal tersebut memberi warna kepada pengertian orang untuk mengambil jarak terhadapnya. Secara singkat
mengeani ideology dewasa ini, terutama di Eropa dan dapat dikatakan bahwa ideology tertutup merupakan gagasan-
Amerika. Secara singkatnya dapat dikatakan bahwa gagasan tertentu yang dimutlakkan. Dalam kaitannya sebagai
ideology merupakan suatu sistem pemikiran yang diciptakan suatu sistem pemikiran, maka ideology terbuka itu merupakan
oleh sesuatu kekuatan untuk kepentingan kekuatan itu.
suatu sistem pemikiran terbuka. Sedangkan ideology ideology yang mungkin hidup dalam masyarakat itu, akan
tertutup itu merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. selalu ada tuntutan mutlak bahwa orang harus selalu taat pada
ideology tersebut. Dan itu berarti juga orang harus taat kepada
1. Ideologi Tertutup elite yang mengembannya, taat terhadap tuntutan ideology itu.
Suatu ideology tertutup dapat dikenali dari beberapa ciri Tuntutan ketaatan itu mutlak, dan orang tidak diizinkan untuk
khas. Diantaranya, ideologi itu bukan merupakan cita-cita mempersoalkannya lagi. Misalnya berdasarkan hati nuraninya,
yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan merupakan tanggung jawabnya atau hak-hak asasinya. Ideology tertutup
cita-cita suatu kelompok orang yang mendasari suatu tidak mengakui instansi lawan yang merelatifkan tuntutan-
program untuk mengubah dan membaharui masyarakat. tuntutannya. Kekuasaannya selalu condong kearah total. Jadi
Ideology tertutup adalah musuh tradisi. Kalau kelompok bersifat totaliter dan akan menyangkut segala segi kehidupan.
orang itu berhasil untuk merebut kekuasaan politik,
ideologinya itu akan dipaksakannya kepada masyarakat. 2. Ideologi Terbuka
Pola dan irama kehidupan, norma-norma kehidupan dan Ciri khas ideology terbuka, adalah bahwa nilai-nilai dan
nilai-nilai masyarakat akan diubah sesuai dengan ideology cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan
itu. Biasanya ada suatu ideology tertutup mengandaikan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya
bahwa kekuasaan secara eksklusif terletak dalam tangan masyarakat itu sendiri. Dasarnya bukan keyakinan ideologis
elite yang melegitimasikan monopolinya atas kekuasaan, sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dan consensus
dengan tuntutan bahwa mereka adalah pengemban dari masyarakat tersebut. Ideology terbuka tidak diciptakan
kemurnian ideology. Tuntutan itu menuntut implikasi akan oleh Negara, melainkan digali dan ditemukan dalam
tuntutan lain mereka, atas pengetahuan yang eksklusif masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, ideology terbuka adalah
tentang bagaimana masyarakat harus dipimpin dan hak milik seluruh rakyat dan masyarakat akan menemukan
eksklusif untuk memegang kekuasaan itu. Dengan demikian ‘dirinya’, ‘kepribadiannya’ di dalam ideology tersebut.
adalah menjadi ciri ideology tertutup bahwa atas nama Ideologi terbuka tidak hanya dapat dibenarkan, melainkan
ideology dibenarkan pengurbanan-pengurbanan yang dibutuhkan. Kiranya dalam semua sistem politik yang tidak
dibebankan kepada masyarakat. Demi ideology masyarakat ideologis dalam artian merupakan ideologis tertutup, kita akan
harus berkurban, dan kesediaan itu untuk menilai menemukan bahwa penyelenggaraan negara berdasarkan
kepercayaan ideologis para warga masyarakat serta pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar tertentu. Kadang-
kesetiaannya masing masing sebagai warga masyarakat. kadang dasar normative itu tidak dirumuskan secara eksplisit.
Tanda pengenal lain mengenai ideology tertutup adalah Akan tetapi dalam kebanyakan Negara, UUD (konstitusi)
bahwa isinya bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita memuat bagian yang merumuskan dasar normative itu. Dasar
tertentu, melainkan intinya terdiri dari tuntutan-tuntutan normative itu dapat pula disebut dasar filsafat Negara, yang
konkrit dan operasional yang keras, yang diajukan dengan diperlukan sebagai landasan untuk menyelenggarakan Negara.
mutlak. Jadi ciri khas ideology tertutup adalah bahwa Dan ini merupakan kesepakatan bersama yang berlandaskan
betapapun besarnya perbedaan antara tuntutan berbagai kepada nilai-nilai dasar dan cita-cita masyarakat. Dengan
demikian maka merupakan ciri ideology terbuka yakni kemajuan. Ideology dapat dikatakan pula sebagai konsep
bahwa isinya tidak operasional. Ia baru menjadi operasional operasionalisasi dari suatu pandangan atau filsafat hidup. Nilai-
apabila sudah dijabarkan kedalam perangkat yang berupa nilai dasar yang lahir dari filsafat hidup akan merupakan norma
konstitusi atau peraturan perundangan lainya. Oleh karena ideal yang melandasi ideology, karena norma itu akan
itu setiap generasi baru dapat menggali kembali kedalam dituangkan dalam prilaku, juga dalam kelembagaan social,
dasar filsafat Negara itu untuk menemukan apa implikasinya politik, ekonomi, pertahanan keamanan dan sebagainya. Jadi
bagi situasi atau zaman itu masing-masing. filsafat sebagai dasar dan sumber bagi perumusan ideology juga
menyangkut strategi dan doktrin, dalam menghadapi
D. Hubungan Antara Filsafat dan Ideologi permasalahan yang timbul di dalam kehidupan bangsa dan
Filsafat pada hakikatnya merupakan usaha manusia yang Negara, termasuk di dalamnya menentukan sudut pandang dan
melalui akal, pikir, dan pengalamannya ingin mencari serta sikap dalam menghadapi berbagai aliran atau sistem filsafat
menemukan kebenaran dan kenyataan, baik mengenai yang lain.
dirinya sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan Permasalahan ideology merupakan permasalahan yang
objeknya, secara kritis, mendasar, radikal dan integral. disamping berkadar kefilsafatan sekaligus menyangkut praksis.
Disini pengertian filsafat sejalan dengan arti ‘philosophia’, Ideology memiliki kadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita
cinta akan kebenaran dan kebijaksanaan sejati. Usaha dan normative, dan sekaligus praksis karena menyangkut
manusia yang tak henti-hentinya mencari dan menemukan operasionalisasi, strategi dan doktrin. Sebab ideology juga
kebenaran itu adalah untuk memperoleh suatu kesatuan menyangkut hal-hal yang berdasarkan suatu ajaran yang
pandang tentang realitas semesta di mana manusia itu hidup, menyeluruh tentang makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan
dan akhirnya akan secara lebih kritis dan jelas, manusia itu secara konkret bagaimana manusia harus bersikap dan
menemukan tujuan hidupnya dan arah tingkah lakunya. Hal bertindak. Ideology itu tidak hanya menuntut misalnya agar
ini akan mendorong manusia untuk secara tajam lebih setiap warga Negara bertindak adil, saling tolong-menolong,
menegaskan sikap dan pendiriannya mengenai dasar dan saling menghormati antar sesama manusia, lebih
tujuan hidupnya ditengah-tengah realitas semesta ini. mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
Tiap ideology sebagai suatu rangkaian kesatuan cita-cita pribadi, atau kepentingan golongan dan sebagainya. Melainkan
yang mendasar dan menyeluruh yang jalin-menjalin menjadi juga ideology akan menuntut ketaatan konkrit, harus
satu sistem pemikiran yang logis, adalah bersumber kepada melakukan ini atau itu, dan bahkan seringkali menuntut dengan
filsafat. Dengan kata lain, ideology sebagai suatu sistem mutlak orang harus bersikap dan bertindak tertentu. Aliran-
pemikiran mencari nilai, norma dan cita-cita yang aliran filsafat terutama yang timbul di Barat yang tidak
bersumber kepada filsafat, yang bersifat mendasar dan nyata berfungsi sebagai ideology dalam suatu Negara, ada juga
untuk diaktualisasikan, artinya secara potensial mempunyai Negara-negara yang tidak menganut pada suatu ideology
kemungkinan pelaksanaan yang tinggi, sehingga dapat tertentu. Hanya unsur-unsur suatu aliran filsafat yang
memberi pengaruh positif, karena mampu membangkitkan dikembangkan secara aktif, sistematik dan dilaksanakan dalam
dinamika masyarakat tersebut secara nyata kearah
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegaralah yang Unsur-unsur pancasila tersebut kemudian diangkat dan
menjelma menjadi ideology. dirumuskan oleh para pendiri Negara, sehingga pancasila
berkedudukan sebagai dasar Negara dan ideology bangsa dan
E. Pancasila Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia Negara Indonesia. Dengan demikian pancasila sebagai ideology
Filsafat pancasila adalah suatu faham filsafat yang bangsa dan Negara Indonesia berakar pada pandangan hidup
dimiliki bangsa Indonesia. Pandangan hidup dan filsafat dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkut atau mengambil
hidup bangsa Indonesia yang telah dimiliki dan dihayati ideology dari bangsa lain. Selain itu pancasila juga bukan
sejak berabad-abad yang lalu, mengandung keyakinan- hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seorang saja,
keyakinan ontologik mengeani kebenaran sesuatu dan yang hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan
kebaikan sesuatu. Dan segala sesuatu itu berkaitan dengan tertentu, melainkan pancasila berasal dari nilai-nilai yang
keberadaan bangsa Indonesia. Dengan kata lain, filsafat dimiliki oleh bangsa sehingga pancasila pada hakikatnya untuk
pancasila merupakan penterjemahan dari keyakinan seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensip.
ontologik bangsa Indonesia yang dijadikan dasar pilihan Oleh karena ciri khas pancasila itu maka memiliki kesesuaian
untuk menjawab masalah-masalah fundamental filsafati. dengan bangsa Indonesia.
Secara demikian maka filsafat pancasila merupakan aliran Ideologi merupakan sumber semangat dalam berbagai
filsafat di antara aliran-aliran filsafat lainnya di dunia. kehidupan Negara. Ideology akan menjadi realistis manakala
Filsafat pancasila merupakan filsafat yang berbeda dasar dan terjadi orientasi yang bersifat dinamis antara masyarakat bangsa
asasnya dari aliran-aliran filsafat lainnya. Dengan filsafat dengan Ideologi, karena dengan demikian ideology akan
pancasila bangsa Indonesia menentukan sikap dan bersifat terbuka dan antisipatif bahkan bersifat reformatif dalam
pandangan dalam menghadapi realita, dan juga bangsa arti senantiasa mampu mengadaptasi perubahan-perubahan
Indonesia menentukan sikap begini atau begitu dalam sesuai dengan aspirasi bangsanya. Namun jikalau perlakuan
menghadapi realita. terhadap ideology diletakkan sebagai nilai yang sacral, bahkan
Sebagai suatu ideology bangsa dan Negara Indonesia diletakkan sebagai alat legitimasi kekuasaan maka dapat
maka pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan dipastikan ideology akan menjadi tertutup, kaku, beku,
suatu hasil perenungan atau pikiran seseorang atau dogmatis dan menguasai kehidupan bangsanya. Oleh karena itu
kelompok orang sebagaimana ideology-ideologi lain agar benar-benar ideology mampu menampung aspirasi para
didunia, namun pancasila diangkat dari nilai-nilai adat pendukungnya untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat
istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang berbangsa dan bernegara maka ideology tersebut haruslah
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia bersifat dinamis, terbuka, antisipatif yang senantiasa mampu
sebelum membentuk Negara, dengan lain perkataan unsur- mengadaptasikan dirinya dengan perkembangan zaman. Inilah
unsur yang merupakan materi pancasila tidak lain diangkat peran penting ideology bagi bangsa dan Negara agar bangsa
dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, dapat mempertahankan eksistensinya.
sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal
bahan) pancasila.
F. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka hukum tertinggi yang disebut pokok kaidah Negara
Pancasila sebagai suatu ideology tidak bersifat kaku dan yang fundamental. Adapun nilai dasar tersebut
tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945
Hal ini dimaksudkan bahwa ideology pancasila adalah yang didalamnya terkandung lembaga-lembaga
bersifat actual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu penyelenggara Negara, hubungan antar lembaga
menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu penyelenggara Negara beserta tugas dan
pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan wewenangnya.
aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideology pancasila bukan 2. Nilai Instrumental, yang merupakan arahan,
berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
dalamnya, namun mengeksplisitasikan wawasannya secara pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan
lebih konkrit, sehingga memiliki kemampuan yang eksplisitasi, penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai
reformatif untuk memecahkan masalah-masalah actual yang dasar ideology pancasila. Misalnya, undang-undang,
senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, departemen-departemen sebagai lembaga pelaksana
perkembangan Ipteks serta zaman. dan lain sebagainya. Pada aspek ini senantiasa dapat
Dalam ideology terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai dilakukan perubahan.
yang mendasar yang bersifat tetap dan tidak berubah 3. Nilai Praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai
sehingga tidak langsung bersifat operasional, oleh karena itu instrumental dalam suatu realisasi pengalaman yang
setiap kali harus di eksplisitkan. Eksplisitasi dilakukan bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam
dengan menghadapkannya kepada berbagai masalah yang masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
selalu silih berganti melalui refleksi yang rasional sehingga realisasi praksis inilah maka penjabaran nilai-nilai
terungkap makna operasionalnya. Dengan demikian pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat
penjabaran ideology dilaksanakan dengan interpretasi yang dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai dengan
kritis dan rasional. Berdasarkan pengertian tentang ideology perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan
terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam ideology teknologi serta aspirasi masyarakat.
pancasila adalah sebagai berikut:
1. Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila pancasila Suatu ideology selain memiliki aspek-aspek yang bersifat
yaitu, ketuhanan, kemanusiaan,persatuan, ideal yang berupa cita-cita, pemikiran-pemikiran serta nilai-
kerakyatan, dan keadilan. Nilai dasar tersebut nilai yang dianggap baik, juga harus memiliki norma yang jelas
adalah merupakan esensi dari sila-sila pancasila karena ideology harus mampu direalisasikan dalam kehidupan
yang bersifat universal, sehingga dalam nilai dasar praksis yang merupakan aktualisasi secara konkret. Oleh karena
tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai- itu pancasila sebagai ideology terbuka secara structural
nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ideology memiliki tiga dimensi, yaitu:
tersebut tertuang dalam pembukaan UUD 1945 1. Dimensi Idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang
yang merupakan norma dasar sebagai tertib terkandung dalam pancasila yang bersifat sistematis,
rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai bersifat ‘realistis’ artinya mampu dijabarkan dalam
yang terkandung dalam sila-sila pancasila, yaitu segala aspek kehidupan nyata.
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, Ideologi pancasila bersifat terbuka pada hakikatnya, nilai-
dan keadilan. Hakikat nilai-nilai pancasila tersebut nilai dasar pancasila bersifat universal dan tetap, adapun
bersumber pada filsafat pancasila. Karena setiap penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara
ideology bersumber pada suatu nilai-nilai filosofis dinamis reformatif yang senantiasa mampu melakukan
atau sistem filsafat. Kadar serta idealisme yang perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat. Hal
terkandung dalam pancasila mampu memberi inilah yang merupakan aspek penting dalam Negara sebab
harapan, optimisme serta mampu menggugah suatu Negara harus memiliki landasan nilai, dasar nilai, serta
motivasi para pendukungnya untuk berupaya asas kerokhanian yang jelas memberi arahan, motivasi serta visi
mewujudkan apa yang dicita-citakan. bagi bangsa dan Negara dalam menghadapi perkembangan
2. Dimensi Normative, nilai-nilai yang terkandung dunia yang semakin tidak menentu ini.
dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu
sistem norma, sebagaimana terkandung dalam
norma-norma kenegaraan. Dalam pengertian ini
pancasila terkandung dalam pembukaan UUD
1945 yang merupakan norma tertib hukum
tertinggi dalam Negara Indonesia merupakan
pokok kaidah Negara yang fundamental. Dalam
pengertian ini ideology pancasila mampu
dijabarkan kedalam langkah operasional, maka
perlu memiliki norma yang jelas.
3. Dimensi Realistis, yaitu suatu ideology harus
mampu mencerminkan realitas yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu
pancasila selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal
serta normative maka pancasila harus mampu
dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara
nyata baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam penyelenggaraan Negara. Dengan demikian
pancasila sebagai ideology terbuka tidak bersifat
‘utopis’ yang hanya berisi ide-ide yang bersifat
mengawang, melaikan suatu ideology yang
BAB VII dalam pancasila itu, yang mengandung tiga masalah pokok
dalam kehidupan manusia Indonesia yaitu bagaimana
ETIKA PANCASILA seharusnya manusia itu terhadap Tuhan, dirinya sendiri, dan
segala sesuatu diluar dirinya, maka dalam hal ini dapat
diketahui adanya implikasi nilai moral. Dengan demikian
A. Pengertian Etika Pancasila substansi pancasila itu merupakan nilai.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila I sampai sila V
1. Nilai Pancasila pancasila merupakan cita-cita, harapan, dambaan bangsa
Filsuf terkenal pada masa Yunani kuno Aristoteles Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya. Sejak
mengemukakan apabila hendak dibuat klasifikasi tentang dahulu kala nilai-nilai itu selalu didambakan, dicita-citakan
pengertian, maka harus dibedakan antara substansi dan bangsa Indonesia agar terwujud dalam masyarakat yang
aksidensia. Subsatansi atau hakikat sesuatu yang harus ada tentram, kerta raharja, gemah ripa loh jinawi; dengan penuh
untuk adanya sesuatu itu, yang bersifat mutlak, tetap dan harapan diupayakan terealisasi dalam sikap, tingkah laku dan
tidak berubah. Dengan itu sesuatu menunjukkan ada-nya perbuatan manusia Indonesia. Pancasila yang pada tahun 1945
dan identitasnya. Aksidensia adalah unsur-unsur yang secara formal diangkat menjadi das sollen bangsa Indonesia,
melekat pada substansi yaitu kualitas, kuantitas, sikap, sebenarnya diangkat dari kenyataan real yang berupa prinsip-
keadaan,ruang, waktu, aksi dan pasi. Substansi diperoleh prinsip dasar yang terkandung dalam adapt istiadat,
dengan cara mengabstraksikan unsur-unsur aksidensia dari kebudayaan, dan kehidupan keagamaan atau kepercayaan
sesuatu itu. bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, pancasila itu
Substansi pancasila dengan kelima silanya yang merupakan harapan, cita-cita, tetapi sekaligus adalah kenyataan
terdapat pada ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, bagi bangsa Indonesia.
kerakyatan dan keadilan, merupakan prinsip dasar yang Bangsa Indonesia dalam hal ini merupakan pendukung
mengandung kualitas tertentu. Prinsip dasar yang nilai-nilai pancasila. Bangsa Indonesia yang berketuhanan,
mengandung kualitas tertentu itu merupakan cita-cita dan yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan,
harapan atau hal yang dituju oleh bangsa Indonesia untuk dan yang berkeadilan social. Sebagai pendukung nilai, bangsa
diwujudkan menjadi kenyataan real dalam kehidupannya, Indonesia itulah yang menghargai, mengakui, menerima
baik hidup bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. pancasila sebagai sesuatu yang bernilai.
Namun disamping itu, prinsip-prinsip dasar tersebut Pengakuan,penghargaan dan penerimaan pancasila sebagai
sebenarnya juga diangkat dari kenyataan real. Prinsip- sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap,
prinsip tersebut telah menjelma dalam tertib social, tertib tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau
masyarakat, dan tertib kehidupan bangsa Indonesia, yang pengakuan, penerimaan atau penghargaan itu telah menggejala
dapat ditemukan dalam adat istiadat, kebudayaan, dan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan manusia dan bangsa
kehidupan keagamaan atau kepercayaan bangsa Indonesia. Indonesia, maka bangsa Indonesia dalam hal ini sekaligus
Secara demikian pula, sesuai dengan isi yang terkandung di adalah pengemban nilai-nilai pancasila. Yang merupakan
pengembannya adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan merupakan kesatuan organic. Antara sila-sila pancasila itu
manusia Indonesia. saling berkaitan, saling berhubungan secara erat, bahkan saling
Jadi bangsa Indonesia adalah pendukung dan mengandaikan. Adanya sila yang satu mengadaikan sila yang
pengemban nilai-nilai pancasila. Dapat disimpulkan adanya lainnya. Pancasila itu merupakan suatu sistem dalam pengertian
nilai-nilai pancasila itu karena ada-nya bangsa Indonesia umum, dalam arti bahwa sila-silanya saling berhubungan secara
yang mendukung dan mengembannya. Sebaliknya dapat erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh.
pula dikatakan bahwa ada-nya bangsa Indonesia sebagai Pancasila merupakan suatu sistem yang dapat dilacak dari
bangsa karena ada-nya nilai-nilai pancasila sebagai jiwa pemikiran-pemikiran dasar yang terkandung dalam pancasila,
bangsa yang menghidupkannya. Dengan demikian yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan
sebenarnya ada-nya nilai-nilai pancasila tidak dapat Tuhan, dengan dirinya sendiri, dan dengan segala sesuatu di
dipisahkan dari adanya bangsa Indonesia. Selalu ada luar dirinya. Pemikiran-pemikiran dasar ini memberikan suatu
kecenderungan dalam diri bangsa Indonesia untuk pola berpikir bangsa Indonesia. Dengan demikian pancasila
berpancasila. Ada-nya pancasila dan ada-nya nilai-nilai yang merupakan suatu sistem dalam pengertian kefilsafatan. Sebagai
terkandung didalamnya itu terdapat di dalam dirinya sendiri. suatu sistem filsafat, maka pancasila merupakan keseluruhan
Dengan pengertian yang demikian, pancasila sebagai pola pemikiran yang berlandaskan pada pengertian atau
substansi bersifat mutlak, tetap dan tidak berubah bagi pemikiran dasar tertentu mengenai kenyataan yang didalamnya
bangsa Indonesia itu, adalah nilai-nilai yang dimiliki bangsa termasuk manusia dan pemikiran-pemikiran kemanusiaan.
Indonesia. Dengan nilai-nilai pancasila seutuhnya, diharapkan
Meskipun nilai-nilai yang terkandung dalam terwujud suatu masyarakat paguyuban yang beriman dan
pancasila itu mempunyai tingkatan dan bobot nilai yang berperikemanusiaan sebagai perwujudan dari kodrat manusia
berbeda, nilai-nilai itu tidak saling bertentangan. Akan tetapi yakni ada bersama dalam cinta kasih. Masyarakat yang
nilai-nilai itu saling melengkapi. Hal ini disebabkan sebagai demikian memiliki ciri pokok tidak membenarkan adanya
suatu substansi, pancasila itu merupakan kesatuan yang kemelaratan, perpecahan, pemerasan, penindasan dalam
bulat dan utuh, atau kesatuan organic. Dengan demikian masyarakat yang warganya menghayati hidupnya dengan
berarti nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila kewajiban percaya dan taqwa kepada Tuhan yang maha esa,
merupakan satu-kesatuan yang bulat dan utuh. Nilai-nilai itu kasih sayang kepada sesama manusia, cinta kepada tanah air,
saling berhubungan secara erat dan nilai yang satu tidak selalu bermusyawarah untuk mufakat dalam memecahkan
dapat dipisahkan dari nilai yang lain. Atau nilai-nilai yang permasalahan, suka bekerja dan rela berkorban untuk
ada itu, masing-masingnya itu merupakan bagian yang kepentingan rakyat. Itulah suatu masyarakat adil dan makmur,
integral dari suatu sistem nilai yang dimiliki bangsa merata matrial dan spiritual berdasarkan pancasila.
Indonesia, yang akan memberi pola bagi sikap, tingkah laku Sebagai suatu sistem nilai, pancasila adalah sistem
dan perbuatan bangsa Indonesia. terbuka. Artinya pancasila terbuka terhadap masuknya unsur-
Pancasila sebagai sistem nilai dapat dilacak dari sila- unsur nilai kebudayaan asing yang cocok dan sesuai dengan
sila pancasila yang merupakan suatu sistem. Sila-sila itu budaya bangsa Indonesia. Dengan melalui proses inkulturasi
maupun akulturasi, bangsa Indonesia dapat menyerap unsur- Makin baik para warga Negara mengamalkan pancasila
unsur budaya asing yang cocok dengan nilai-nilai pancasila, menurut keyakinannya sendiri, makin terjamin pula
kalau hal itu akan memperkaya dan menyempurnakan pelaksanaan pancasila yang dituangkan dalam peraturan
bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita hidupnya, baik perundangan. Sehubungan dengan itu Negara dapat dan sampai
dalam hidup bermasyarakat maupun dalam hidup bernegara. batas-batas tertentu juga wajib ikut membina atau memajukan
Hal itu berarti pula bahwa bangsa Indonesia menolak nilai- hidup susila rakyat dengan memberikan anjuran, bimbingan
nilai budaya asing yang tidak cocok atau bertentangan serta menciptakan suasana dimana moral atau budi pekerti
dengan sistem nilai pancasila. luhur dapat dijalankan dengan mudah. Pengertian pancasila
Hal yang sama berlaku pula untuk nilai-nilai yang sebagai moral bangsa tidak sama dengan pengertian pancasila
berasal dari kebudayaan daerah, sebagai bagian kebudayaan sebagai moral Negara. Moral bangsa itu bersifat umum, yang
nasional. Unsur-unsur kebudayaan daerah dapat didalamnya termuat moral Negara yang bersifat lebih khusus.
menyumbang kepada pembinaan dan pengembangan Misalnya, Ketuhanan yang maha esa sebagai moral bangsa
kebudayaan nasional. Karena nilai-nilai yang terkandung berarti sikap manusia terhadap Tuhan yang maha esa yang
dalam pancasila merupakan nilai-nilai positif, maka hanya diungkapkan dalam wujud kepercayaan ketaqwaan, ibadat dan
unsur-unsur dari kebudayaan daerah yang dapat sebagainya. Sedangkan sebagai moral Negara berarti bahwa
menyumbang kepada penyepurnaan kehidupan bangsa Negara, atas dasar pengakuan bahwa bangsa Indonesia percaya
Indonesia saja yang dapat diangkat menjadi unsur-unsur dan taqwa kepada Tuhan yang maha esa, wajib menjamin
kebudayaan nasional. Selanjutnya unsur-unsur yang tidak kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
cocok atau bertentangan dengan sistem nilai pancasila harus masing-masing dan beribadat menurut agama dan
dieliminasi atau bahkan dihilangkan. kepercayaannya itu; membina toleransi berdasarkan sikap
saling menghormati dan kerukunan antar umat beragama dan
2. Moral Pancasila kepercayaan terhadap Tuhan yang maha esa; menjalankan
Dengan ditetapkannya pancasila sebagai dasar tugasnya memajukan kesejahteraan umum sebagai tanggung
filsafat Negara berarti bahwa moral bangsa telah menjadi jawab terhadap Tuhan yang maha esa.
moral Negara, yaitu moral yang mengikat Negara. Sebagai Pancasila sebagai moral Negara kiranya dirumuskan
konsekuensinya, Negara tunduk kepada moral, tidak boleh secara singkat sebagai berikut:
melanggarnya, serta wajib mengamalkannya. Moral (1) Ketuhanan yang maha esa mewajibkan Negara untuk
pancasila menjadi sumber tertib Negara dan sumber tertib menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
hukumnya, serta menjiwai setiap kegiatan Negara dalam agamanya masing-masing, dan menjalankan peribadatan
segala bidang kehidupanya. Negara Indonesia dibangun atas menurut agamanya dan kepercayaan itu, membantu hidup
dasar moral, sebagai konsekuensinya tunduk kepada moral berketuhanan rakyat dengan menciptakan suasana yang baik,
dan wajib membela dan melaksanakannya serta menjamin memajukan toleransi dan kerukunan antara sesama umat
agar rakyat melaksanakannya. Negara juga berkepentingan beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan yang maha esa
dengan pelaksanaan pancasila sebagai moral individu.
dan menjalankan tugasnya sebagai bakti kepada Tuhan yang
maha esa.
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab mewajibkan Negara
untuk mengakui dan memperlakukan semua orang sebagai
manusia yang dikaruniai martabat luhur dengan segala hak
dan kewajiban asasinya, serta sesama warga Negara sebagai
sesama warga umat manusia, dan bersama-sama
membangun dunia baru yang lebih baik berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
(3) Persatuan Indonesia mewajibkan Negara untuk
membela, mengembangkan dan menghaayati Indonesia
sebagai satu Negara nasional yang mengatasi suatu faham
golongan dan perorangan, membina dan menjunjung tinggi
kebudayaan dan kepribadian nasional, dan memperjuangkan
kepentingan-kepentingan nasional.
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawatan/perwakilan mewajibkan Negara
untuk mengakui kedaulatan rakyat dan mengusahakan agar
rakyat melaksanakan kedaulatannya itu dengan memilih
wakil-wakilnya untuk duduk dalam Majelis Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat. (5) Keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia mewajibkan Negara untuk
mengikut sertakan seluruh rakyat Indonesia dalam
pelaksanaan keadilan dalam seluruh bidang kehidupan,
terutama bidang eekonomi, politik dan social; serta
membagi beban dan hasil usaha bersama seluruh warga
Negara secara proporsional sambil memperhatikan secara
istimewa mereka yang kedudukannya lemah, tertindas dan
terasing, untuk mencegah kesewenang-wenangan dari yang
kuat guna menjamin adanya keadilan social, yaitu
pelaksanaan keadilan dalam segala bidang kehidupan
manusia.
politik itu sendiri, sebagai faktor sosio-kultural. Politik
BAB VIII sebagai pergeseran-pergeseran politik real dari massa.
ETIKA POLITIK Yang terpenting adalah apa yang secara real telah dicapai
oleh tujuan negara itu.
A. Pengertian Etika Ketiga, Hakikat politik yaitu kekuasaan (power).
Proses politik adalah serentetan peristiwa yang antar
Etika berarti watak kesusilaan atau adat. Etika dan hubungannya berdasarkan atas kekuasaan. Politik sebagai
moral sering disamakan artinya, tetapi dalam pemakaian perjuangan untuk memperoleh kekuasaan, atau tehnik
sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dipakai untuk menjalankan kekuasaan, masalah-masalah pelaksanaan dan
perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai kontrol kekuasaan. Terkait dengan pengertian politik diatas,
untuk mengkaji sistem nilai-nilai yang ada. Etika didalam masalah utama yang muncul dalam filsafat politik adalah
filsafat termasuk kelompok filsafat praktis yang didalamnya masalah legitimasi secara etis. Legitimasi terhadap dua
dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika lembaga dimensi manusia yaitu:
khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan - Hukum sebagai lembaga normative peñata masyarakat
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan - Kekuasaan politis Negara sebagai lembaga normative
moral. Etika adalah suatu ilmu yang mendasarkan tentang piñata masyarakat yang efektif.
bagaimana dan mengapa kita mengikuti ajaran moral Terhadap hukum pada hakikatnya diajukan tuntutan bahwa
tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang hukum harus adil, terhadap kekuasaan dituntut baik
bertanggungjawab berhadapan dengan pelbagai aspek legitimasi materialnya seperti, untuk apa kekuasaan boleh
kehidupan manusia dipakai?. Sedangkan legitimasi subjek kekuasaan seperti,
pihak mana, dan berdasarkan apa boleh memegang
B. Pengertian Politik kekuasaan?. Jadi filsafat politik pada hakikatnya menuntut
Ada tiga definisi politik yang berkembang agar segala klaim atas hak untuk menata masyarakat
dewasa ini, yaitu: dipertanggungjawabkan.
Pertama, Politik diidentikan dengan lembaga- Pengambilan keputusan atau decisionmaking
lembaga seperti: negara, pemerintahan atau badan-badan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik
executive, legislative dan judicative. Lembaga-lembaga itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan
tersebut berdasarkan dokumen dan hukum formal yang penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah
merupakan pegangan dalam menetapkan kekuasaan dan dipilih itu. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu
wewenang serta fungsi tertentu dari lembaga dalam ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum atau public
politik negara. policies, yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau
Kedua, Politik ditinjau sebagai sesuatu yang distributions dari sumber-sumber yang ada. Untuk
dinamis yang tak lepas dari pada pengaruh faktor-faktor melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu, diperlukan
non-juridis dan faktor-faktor sosio-psikologis dan sosio suatu kekuasaan (power), dan kewenangan (outhority),
yang akan dipakai baik untuk membina kerja sama dijalankan sesuai dengan (1) asas legalitas (legitimasi hukum),
maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku, (2)
timbul dalam proses ini. disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari demokratis), dan (3) dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tujuan moral (legitimasi moral) (Suseno, 1987).
pribadi seseorang (privat goals). Selain itu politik Etika politik merupakan bagian dari etika (filsafat).
menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk Sebagai bagian dari filsafat etika, etika politik berkenaan
partai politik, lembaga masyarakat maupun dengan dimensi etis relasi antarmanusia dalam melakukan
perseorangan. Berdasarkan pengertian-pengertian politik aktivitas politik. Jadi, etika politik adalah etika, dengan atau
maka secara operasional bidang politik menyangkut kata lain dalam lingkup bahasan etika. Etika yang berkenaan
konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan negara dengan politik atau berkenaan dengan cara berpolitik. Perlu di
(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusa tegaskan disini bahwa etika politik bukanlah politik itu sendiri.
(decisionmaking), kebijaksanaan (policy), pembagian Etika berlainan dengan politik, sebagaimana etika juga
(distribution), serta alokasi (allocation) (Budiarto, berlainan dengan hukum. Ada perbedaan yang signifikan antara
1981). etika (moral), hukum, dan politik. Masing-masing merupakan
Dalam hubungan dengan etika politik pengertian konsep tersendiri yang dapat dipisahkan satu sala lain,
politik tersebut harus dipahami dalam pengertian yang walaupun dalam hal tertentu ada persentuhan yang
lebih luas yaitu menyangkut seluruh unsur yang menyebabkan mereka dapat berhimpit. Hal ini wajar terjadi
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut karena substansi masing-masing konsep ini berkenaan dengan
masyarakat negara. relasi antarmanusia. Berikut beberapa hubungan Etika dengan
Hukum, Hukum dengan Politik, dan Etika dengan Politik.
1) Hubungan Moral (Etika) dengan Hukum
C. Etika Politik Moral adalah pengaturan perbuatan manusia sebagai
Secara substantif pengertian etika politik tidak manusia dilihat dilihat dari segi baik dan buruknya. Ajaran
dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu moral tidak memiliki sangsi yang lahiriah (tegas) dan tidak
manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan dapat dipaksakan. Moral menuntut dari kita kepatuhan secara
bidang pembahasan moral. Dalam hubungannya dengan mutlak. Tetapi moral tidak mengenal aparat atau sarana untuk
masyarakat bangsa maupun negara, etika politik tetap menuntut dari kita apa yang diminta olehnya, dan moral tidak
meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. dapat melembaga secara ketat. Ia menyangkut sikap batin.
Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa Sedangkan hukum sebagai hukum (peraturan) tidak
kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia menghiraukan sikap batin manusia, sejauh sikap itu tidak
sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya. merintangi perbuatan lahiriah dalam pelaksanaan hukum.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, Hukum memiliki aparat untuk memberi sanksi apabila hukum
etika politik menuntut agar kekuasaan dalam negara itu dilanggar. Pada level peraturan dan pemberian sanksi inilah
cenderung tindakan pemaksaan dalam bentuk kekerasan dan kekuasaan. Hubungan antara etika dan politik, akan terlihat
dominasi sebagai ekspresi negative kekuasaan dapat muncul betapa politik mendapat martabat yang dimilikinya. Jika politik
atas nama hukum. ingin menjadi otonom terhadap dimensi ekonomi dan teknik,
2) Hubungan Hukum dengan Politik harus ditemukan dalam makna tindakan rasional yang tidak
Hukum dapat dipahami sebagai ketentuan untuk dapat dipisahkan dari moral etika. Jadi, etika social dan politik
menertibakan kehidupan social yang memiliki forum adalah ungkapan rasionalitas tindakan kolektif. Upaya mencari
pembuktian benar atau salah. Pembuktian konkret yang rasionalitas yang termuat dalam pengertian Negara hukum
ketat guna mencari kebenaran dan keadilan adalah tujuan merupakan kepanjangan dari perwujudan yang terdapat dalam
atau arah dari hukum. Mayoritas atau suara terbanyak tidak definisi kebebasan dalam arti etika yang paling mendasar.
dapat menjadi dasar pembenar (kemenangan) dalam proses Politik merupakan penjabaran dari etika dengan memberikan
hukum di pengadilan. Dalam hukum tidak ada kompromi, lingkup perwujudannya. Selain itu politik juga merupakan
yang benar adalah benar, yang salah adalah tetap salah kepanjangan dari tuntutan etika, tuntutan pengakuan timbal
berdasarkan telaah yang bersandar pada ketentuan-ketentuan balik: kebebasan sama nilainya dengan kebebasanku. Etika
yuridis yang ada (asas legalitas). Sedangkan dalam politik politik tidak lain kecuali usaha untuk menciptakan lingkup
kebenaran dan kesalahan dapat dikompromikan. Politik kebebasan. Sehingga demokrasi menjadi konsep signifikan
menuntut pembuktian yang longgar dibanding dengan dalam etika politik karena demokrasi secara konsepsional juga
pembuktian hukum, masalah opini dan sentiment lebih kuat berupaya menciptakan lingkup kebebasan politik dalam
dalam politik. Politik mencakup strategi pencitraan dan kehidupan social dan bernegara.
merupakan forum bargain (tawar-menawar) bagi berbagai Ada beberapa hal utama yang dapat menjadi pegangan
kelompok kepentingan. Oleh karena itu, politik akhirnya bagi teori politik dan perilaku politik yang etis dalam perspektif
bersifat sangat situasional di mana konsesi-konsesi dapat di etika dasar:
buat untuk jangka waktu yang pendek (tidak permanent). - Menghargai kehidupan hak hidup (nyawa) dan harta miliki
Prosedur politik modern yang demokratis menganggap setiap individu manusia tanpa kecuali.
kepentingan mayoritas dapat menjadi ukuran kemenangan, - Menghargai kebebasan dengan derivatifnya sebagai
yang meng-create kebenaran dan keadilan. Di sini letak mahkota martabat manusia dalam kemanusiaannya dalam arti
perbedaan antara hukum dan politik. menegasikan segala bentuk kekangan tanpa alasan
kemanusiaan itu sendiri.
3) Hubungan Moral (Etika) dengan Politik - Mengusahakan akibat-akibat baik bagi kemanusiaan
Sebagian besar pendapat menyatakan bahwa politik sebanyak mungkin dan mengusahakan untuk sedapat-
dapat terlepas (dipisahkan) dari moral. Politik seringkali dapatnya mencegah akibat-akibat buruk dari tindakan atau
dianggap tidak memerlukan moral (etika). Pendapat ini keputusan kita. Akibat baik ini harus memungkinkan potensi
bersandar pada pikiran Machiavelli yang memahami hidup dan potensi pengembangan diri tiap individu dalam
struktur dasar dan hakikat kekuasaan yang berbeda dengan kemanusiaannya. Esensinya, agar manusia bergerak menuju
kebanyakan penganjur etika dalam penyelenggaraan derajat atau martabat yang lebih tinggi lagi.
- Menghargai persamaan dengan segala derivatifnya berdasarkan legitimasi moral religius (sila I) serta moral
dengan tetap memperhatikan perbedaan-perbedaan kemanusiaan (sila II). Selain itu dalam pelaksanaan dan
objektif dari individu-individu dalam suatu konteks social. penyelenggaraan negara harus berdasarkan legitimasi hukum
Prinsip kesempatan yang adil harus dikombinasikan yaitu prinsip “legalitas”. Negara Indonesia adalah negara
dengan prinsip perbedaan untuk mencapai keuntungan hukum, oleh karena itu “keadilan” dalam hidup bersama
bersama setiap orang dalam perspektif demokrasi yang (keadilan sosial) sebagaimana terkandung dalam sila V,
etis. adalah merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Dalam
- Keputusan dan tindakan politik harus melalui suatu pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, segala kebijakan,
diskursus etika yang memasukkan unsur universalisme kekuasaan, kewenangan serta pembagian senantiasa harus
etika sebagaimana yang digagas oleh Habermas. didasarkan atas hukum yang berlaku. Pelanggaran atas
Selanjutnya baru diproses dengan unsur local yang patut prinsip-prinsip keadilan dalam kehidupan kenegaraan akan
pula dipentingkan, seperti tentang nilai persatuan bangsa. menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan negara.
- Keputusan dan tindakan politik secara bertingkat harus Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan
mensyaratkan pertama, prioritas untuk memiliki legitimasi dan kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila
etis dengan ukuran-ukuran etika dasar dan etika politik IV). Oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula
secara mendasar. Kedua, memiliki legitimasi sosiologis, kekuasaan negara. Oleh karena itu dalam pelaksanaan dan
dalam arti persetujuan social bisa dalam bentuk suara penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan, kekuasaan
mayoritas dari suatu dewan etik, bisa pula suara mayoritas serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat sebagai
dari dewan perwakilan pada umumnya. Ketiga, memiliki pendukung pokok negara. Maka dalam pelaksanaan politik
legitimasi yuridis dalam pengertian dasar legalitas praktis hal-hal yang menyangkut kekuasaan eksekutif,
konstitusional yang telah disepakati bersama sebelumnya legislatif serta yudikatif, konsep pengambilan keputusan,
melalui proses keadilan procedural. pengawasan serta partisipasi harus berdasarkan legitmasi
Hal-hal inilah yang kiranya dapat menjadi pertimbangan demokrasi dari rakyat, atau dengan lain perkataan harus
dari suatu perangkat politik yang etis. Teori politik, memiliki legitimasi demokratis.
tindakan pengambilan keputusan, sikap maupun perilaku Prinsip-prinsip dasar etika politik itu dalam realisasi
politik yang etis harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai praksis dalam kehidupan kenegaraan senantiasa dilaksanakan
fundamental etika yang telah dikembangkan secara secara korelatif diantara ketiganya. Kebijaksanaan serta
substansial maupun prosedural. keputusan yang diambil dalam pelaksanaan kenegaraan baik
menyangkut politik dalam negeri maupun luar negeri, ekonomi
4) Etika Politik dalam Pancasila baik nasional maupun global, yang menyangkut rakyat, dan
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar lainnya selain berdasarkan hukum yang berlaku (legitimasi
tersebut. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, hukum), harus mendapat legitimasi rakyat (legitimasi
baik menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang demokratis) dan juga harus berdasarkan prinsip moralitas
menyangkut publiks, pembagian serta kewenangan harus (legitimasi moral).