Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KKL TERPADU

BENTANG LAHAN YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA


(Analisis Konservasi Suaka Margasatwa Paliyan Terhadap Ekosistem
di Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13

1. ANISAH WULANDARI 18040274034


2. NIA APRILLIA 18040274037

Dosen Pengampu:
Nugroho Hari Purnomo,S.P.,M.Si.
NIP.197409032005011003

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...………….. I

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………...….


1

1.1 Latar
Belakang……………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah
………………………………………………………………....2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………......2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………..…


3

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ………………………………………………3


2.2 Landasan Teori ……………………………………………………………………
4
2.2.1 Suaka Margasatwa ………………………………………………………..4
2.2.2 Ekosistem …………………………………………………………………4
2.2.3 Konservasi Sumber Daya Alam.
…………………………………………..4
2.2.4 Konservasi.………………………………………………………………..4
2.2.5 Tutupan Lahan ……………………………………………………………4

BAB III METODE PENELITIAN


………………………………………………………….6

3.1 Bentuk Kajian…………………………………………………………………….6


3.2 Variabel…………………………………………………………………………...6
3.3 Prosedur Kerja Penelitian…………………………………………………………7
3.4 Cara Analisis………………………………………………………………………
7

BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………………………......…..8

4.1 Deskripsi Wilayah………………………………………………………………...8


4.1.1 Luas, Letak, dan Batas Wilayah Penelitian…………………………………8
4.1.2 Fisiografi dan Topografi…………………………………………………….8
4.1.3 Ekosistem Karst……………………………………………………………..9
4.1.4 Flora dan
Fauna……………………………………………………………...9
4.2 Konservasi Suaka Margasatwa Terhadap
Ekosistem…………………………….10
4.3 Kondisi Lahan Terhadap Ekosistem di Suaka Margasatwa
Paliyan……………...12

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


BAB V KESIMPULAN……………………………………………………………..………14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….....15

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Gunung kidul merupakan salah satu daerah di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta yang dikenal sebagai kabupaten dengan bentang lahan karst serta lemahnya
sumber daya air yang ada. Kecamatan Paliyan merupakan salah satu kecamatan yang
berada di Kabupaten Gunungkidul yang terdiri dari 7 desa diantaranya adalah Giring,
Grogol, Karang Asem, Karang Duwet, Mulusan, Pampang, dan Sodo dengan luas 5.807
Ha  (Sumber: bps.go.id) kabupaten gunung kidul terkenal akan kawasan karst yang 
kawasan karst yang berada di Kecamatan Paliyan memiliki ciri-ciri berupa sedikitnya
kenampakan aliran sungai serta perkembangan jalur sungai yang berada dibawah
permukaan tanah.  Kawasan karst gunung sewu ini dapat dikenali dengan mudah melalui
citra satelit dengan kondisi hidrologi yang unik. Sistem airtanah yang berada di
Kecamatan Paliyan terdiri dari hasil pelarutan yang mengakibatkan timbulnya celah-celah
yang menghasilkan kondisi permukaan tanah yang kering. 
Menurut Keputusan Menteri yang membahas tentang pengelolaan kawasan karst
yang mengharuskan adanya pengelolaan dan konservasi zonasi kawasan karst yang
meliputi kegiataan pemanfaatan, penuelidikan, serta perlindungan sumberdaya yang
berada di kawasan tersebut. Salah satu pengelolaan kawasan karst yang berada di
Kecamatan Paliyan ialah pengelolaan kawasan karst kelas 1 yang memiliki fungsi sebagai
kawasan penyimpanan air bawah tanah, dan kawasan yang memiliki sumber daya alam
berupa habitat dari flora dan fauna khas yang memiliki fungsi sosial, ekonomi, budaya
dan pengembangan ilmu pengetahuan salah satu contohnya berada di Suaka Margasatwa
Paliyan.
Suaka margasatwa Paliyan ini berada dilokasi Kecamatan Paliyan dan Kecamatan
Saptosari, Kabupaten Gunung Kidul dengan luas wilayah 434,60 hektar. Suaka
Margasatwa Paliyan ini berada di perbukitan karst yang memiliki lapisan tanah tipis
diatas ketnggian 100 – 300 mdpl dengan kemiringan lereng diatas 40%. Sejak tahun 2000
suaka margasatwa ini berfungsi sebagai hutan lindung, awalnya suaka margasatawa
paliyan ini merupakan hutan produksi yang berada di wilayah kewenangan kantor seksi
konservasi wilayah (SKW) II dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Bantul.

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konservasi ekosistem suaka margasatwa
Paliyan, sehingga dapat berfungsi sebagai kawasan konservasi hutan suaka margasatwa
sebagaimana mestinya serta mengetahui permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang
berprofesi di area perladangan suaka margasatwa Paliyan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konservasi suaka margasatwa paliyan terhadap ekosistem didalamnya?
2. Bagaimana kondisi lahan terhadap kelangsungan ekosistem di suaka margasatwa
paliyan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konservasi suaka margasatwa paliyan terhadap ekosistem
didalamnya.
2. Untuk mengetahui kondisi lahan terhadap kelangsungan ekosistem di suaka
margasatwa paliyan.

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan


1. Jurnal ilmiah oleh Rury Eprilurahman dengan judul penelitian “Kenanekaragaman
Fauna di Suaka Margasatwa Paliyan, Gunungkidul, Yogyakarta”
Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah kawasan suaka margasatwa Paliyan ini
memiliki fauna terbanyak berupa kodok dan katak dengan berbagai macam
spesies. Meskipun suaka margasatwa paliyan ini bukan merupakan habitat yang
sempurna bagi hewan tersebut, namun kerindangan hutan serta banyaknya semak
belukar serta sungai atau telaga yang jarang akan aktivitas manusia
mengakibatkan katak dan kodok mampu hidup di suaka margasatwa paliyan.
2. Jurnal ilmiah oleh Sri Nurhayati Qodriyatun dengan judul penelitian “Peran dan
Pertisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Secara
Kolaboratif”
Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah peran dan partisipasi dari masyarkat
sekitar sangat diperlukan untuk membantu pengelolaan kolaboratif kawasan
konservasi dengan cara saling berbagi informasi, peran, fungsi, serta tanggaung
jawab dengan mekanisme yang telah disetujui bersama. Peran dari masyarakat
tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan pengamanan dan pelestarian
kawasan konservasi dengan membentuk kader, MMP, MPA sebagai bentuk
partisipasi masyarakat.
3. Jurnal ilmiah oleh Wulandari dengan judul penelitian “Potensi dan Pemanfaatan
Tumbuhan Berguna di Kawasan Suaka Margasatwa Paliyan, Daerah Istimewa
Yogyakarta”
Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah keberadaan suaka margasatwa paliyan
memberikan manfaat bagi masyarakat disekitarnya. Manfaat tersebut yaitu
pembentukkan iklim mikro, udara bersih, ketersediaan air bersih, serta
berkurangnya gangguan monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis) di lahan
garapan masyarakat.
4. Jurnal ilmiah oleh Anugerah Sandi Rizqi dengan judul “Resiliensi Hutan di
Kawasan Suaka Margasatwa Paliyan”
Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah pola perubahan tutupan lahan di
kawasan suaka margasatwa paliyan ini merupakan hasil dari kegiatan rehabilitasi

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


yang dibuktikan dengan perubahan dari ladang yang berubah menjadi hutan lading
rendah rehabilitasi tersebut mampu mengubah ekosistem suaka margasatwa
paliyan yang mulanya dominan lading menjadi hutan lading perubahan ekosistem
secara keseluruhan berpengaruh juga terhadap perubahan system sosial dengan
jumlah pesanggem yang berkurang di kawasan suaka margasatwa paliyan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Suaka Margasatwa
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990,
suaka margasatwa merupakan sebuah kawasan yang memiliki suatu ciri khas
tertentu dengan keunikan serta keanekaragaman jenis satwa guna
keberlangsungan hidunya yang dapat dilakukan dengan cara pembinaan
terhadap habitatnya.
2.2.2 Ekosistem
Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup 1982 menjelaskan bahwa
ekosistem merupakan tatanan kesatuan secara utuh mengenai lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Ekosistem juga merupakan suatu system ekologi yang terjadi akibat
adanya hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungannya
(Indriyanto, 2012)
2.2.3 Konservasi Sumberdaya Alam
Menurut Wardojo W. (1996) dalam Budiana 2011 konservasi
sumberdaya alam memiliki pernanan penting didalam kehidupan manusia. Hal
tersebut terjadi karena dikarenakan sumberdaya alam dapat dimanfaatkan oleh
manusia secara langsung dari segi ilmu pengetahuan, pendidikan, serta
penciptaan lingkungan yang berkelanjutan.
2.2.4 Konservasi
Konservasi beradal dari kata con (Together) dan servare (keep/save)
yang memiliki arti berupa upaya untuk memelihara apa yang kita punya saat
ini secara bijaksana. Pemikiran mengenai konservasi ini dikembangkan oleh
Theodore Roosevelt (1902) bahwa konservasi ini dapat dilakukan dari segi
ekonomi sertaekologi yang dimana usaha untuk mengalokasikan sumberdaya
alam untuk saat ini dan dimasa yang akan mendatang.
2.2.5 Tutupan Lahan

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


Tutupan lahan merupakan perwujudan fisik dari vegetasi, benda alam, serta
unsur-unsur pendukung lainnya yang berada di permukaan bumi tanpa
memperhatikan kegiatan manusia terhadap suatu obyek tersebut. (Erlin
Sudjarwadi, 2018)
2.2.6 Ladang

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Bentuk Kajian
Bentuk kajian yang digunakan dalam laporan KKL terpadu ini menggunakan
bentuk kajian dengan penelitian Kualitatif. Hasil dari laporan KKL terpadu yang
dideskripsikan dan digambarkan secara deskriptif diperoleh dari literature jurnal serta
kajian pustaka yang sesuai dengan kajian dari rumusan masalah yang sudah
ditentukan. Dengan memanfaatkan metode kualitatif ini dapat memanfaatkan hasil
analisis data dari penelitian terdauhulu yang dapat mempermudah mengarahkan
sasaran penelitian sesuai dengan landasan teori yang bersifat deskriptif serta lebih
mengutamakan proses daripada hasil.
1.2 Variabel
Variabel yang digunakan dalam laporan KKL terpadu dengan judul Upaya
Konservasi Air Tanah Terhadap Pertanian di daerah Plato Kecamatan Paliyan,
Gunung Kidul. Variable merupakan sesuatu yang memiliki variasi nilai yang dapat
menjadi obyek didalam suatu penelitian. Variable didalam penelitian ini meliputi
potensi fisik dan potensi non fisik. Berikut penjabaran variable penelitian laporan
KKL terpadu;
a. Potensi fisik kawasan karst merupakan hasil yang didapatkan melalui
proses yang sangat panjang dan memakan waktu yang lama serta memiliki
nilai kegunaan dengan melihat dari segi kondisi fisik kawasan karst yang
meliputi aspek geomorfologi
b. Potensi non fisik kawasan karst ialah sebagai lahan aktivitas manusia
sehari-hari yang meliputi bertani, bercocok tanam, serta sebagai lahan
tempat tinggal mereka di kawasan karst dengan ciri khas kearifan lokal
yang dimiliki.
c. Pengetahuan masyarakat mengenai kawasan karst, potensi sumber daya
alam, bagaimana cara menanganinya serta tindakan atau upaya yang dapat
dilakukan masyarakat setempat untuk memanfaatkan kawasan karst
tersebut.
d. Lingkungan fisik-material merupakan cara mengelola kawasan karst yang
dilakukan oleh masyarakat setempat yang melibatkan kawasan karst
didalam kehidupan sehari-hari seperti upaya pelestarian lingkungan,
kegiatan ekonomi, dan kegiatan sosial. Variable yang dimiliki adalah: (1)

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


upaya pengelolaan dan pelestarian kawasan karst, (2) lingkungan sosial
masyarakat (3) pemanfaatan lingkungan karst (4) pola kehidupan
masyarkat.

1.3 Prosedur Kerja Penelitian


1. Pra-Lapangan
Sebelum melakukan sebuah penelitian, survey terhadap lokasi yang akan
digunakan sebagai kajian permasalahan merupakan suatu hal yang penting
dilakukan dengan tujuan untuk mencari tahu dan mengetahui permasalahan yang
ada di Kecamatan Paliyan. Dikarenakan adanya pandemic Covid 19, kegiatan
pra-lapangan dilakukan secara virtual dengan cara mencari tahu kondisi
Kecamatan Paliyan melalui jurnal, makalah, penelitian terdahulu, serta gambaran
bentang lahan melalui google earth dan citra satelit yang didapatkan mengenai
Kecamatan Paliyan ini khususnya didaerah Plato Kecamaran Paliyan.
2. Kerja Lapangan
Pada tahapan ini kerja lapangan dilakukan dengan cara membuat beberapa
jenis peta yang dibutuhkan untuk mendukung laporan KKL terpadu ini. Peta yang
dibutuhkan meliputi, peta jaringan jalan, peta permukiman, peta persebaran
sawah, dan peta kemiringan lahan menggunakan Arcgis dan Qgis. Setelah
membuat peta administrasi yang dibutuhkan proses selanjutnya ialah mengkaji
permasalahan dengan data yang telah dikumpulkan sebelumnya, kemudian
mengkaji permasalahan serta menyusun laporan KKL terpadu sehingga mampu
menghasilkan jawaban atas permasalahan dari rumusan masalah yang telah
disusun diawal.
3. Pasca Kerja Lapangan
Pada tahapan ini pengolahan data yang sudah didapatkan dari hasil
rancangan diskusi serta susunan pembahasan masalah yang sudah ditentukan
dapat dilakukan analisis terkait hasil dan jawaban yang diapatkan melalui analisis
kajian permasalahan tentang Upaya Konservasi Air Tanah Terhadap Pertanian di
daerah Plato Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul.

1.4 Cara Analisis

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif kualitatif
ialah metode yang digunakan oleh peneliti untuk menemukan suatu teori terhadap
penelitian didalam satu waktu yang bersamaan (Mukhtar, 2013 : 10)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah
4.1.1 Luas, Letak, dan Batas Wilayah Penelitian
Kawasan suaka margasatwa Paliyan ini berada di wilayah Kecamatan
Paliyan dan Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunung Kidul. Suaka
margasatwa ini berada di lahan seluas 434,60 hektar pada ketinggian 100 –
300 mdpl, dengan topografi berupa area perbukitan karst dengan lapisan
tanah yang tipis dengan tingkat kelerengan diatas 40%.

Gambar 4.1 Peta tutupan lahan kawasan suaka


4.1.2 margasatwa Paliyan tahun 2018. Fisiografi
dan Topografi
Suaka margasatwa Paliyan ini masih berada pada area formasi Gunung
Sewu yang diantaranya mencangkup wilayah Paliyan, dan Saptosari. Yang
dimana Formasi Gunung Sewu ini membujur ke wilayah Timur hingga ke
wilayah Kecamatan Eromoko di Wonogiri.

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


Gambar 4.2 Peta geomorfologi kawasan suaka
margasatwa Paliyan tahun 2018

4.1.3 Ekosistem Karst


Kawasan suaka margasatwa Paliyan ini berada di area karst yang dapat
ditinjau dari ciri-ciri yang dimiliki dan ditonjolkan melalui aspek fisik,
biotik, serta kondisi sosial masyarakatnya. Keunikan yang timbul akibat
kondisi bentang alam karst dapat ditandai dengan adanya lembah kering dan
telaga yang memiliki pola aliran yang masuk kedalam tanah serta banyak
terdapat sungai bawah tanah, goa, dan pendukung kehidupan yang ada di
lingkungan tersebut.
Bentang alam karst yang berlangsung di area suaka margasatwa
Paliyan dapat bertahan dikarenakan adanya kondisi iklim yang mendukung
seperti temperature suhu, kelembapan udara, serta karakteristik hujan yang
terjadi pada wilayah karst.
Munculnya aliran sungai bawah tanah timbul akibat patahan dan
system rekahan yang terjadi sehingga muncul sumber mata air yang melalui
proses solusional akibat air hujan, perkolasi, serta aliran permukaan tanah.
4.1.4 Flora dan Fauna
Suaka margasatwa Paliyan memiliki satwa utama yang mendominasi
yaitu, kera ekor panjang (Macaca Fascicularis). Jumlah populasi satwa ini
menurut hasil pengamatan pihak terkait menjelaskan bahwa populasinya
sudah tergolong sangat tinggi sehingga tidak jarang kera ini keluar dari

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


habitat asalnya dan menganggu ke permukiman warga sekitar, dan merusak
tanaman penduduk pada saat musim kemarau tiba.
Selain kera ekor panjang yang merupakan satwa utama dari suaka
margasatwa Paliyan juga terdapat beberapa jenis spesies burung serta
serangga yang hidup di satu ekosistem tersebut. Burung disini memiliki
pernanan penting terhadap kelangsungan proses suksesi didalam suatu
ekosistem sehingga peranan burung merupakan indikator ekologi yang dapat
berpengaruh terhadap kawasan sebagai proses suksesi awal.

4.2 Konservasi Suaka Margasatwa terhadap Ekosistem


Keanekaragaman jumlah flora dan fauna yang terdapat di suaka margasatwa
Paliyan ini sangat beraneka ragam, salah satu fungsi adanya suaka margasatwa ini
merupakan salah satu bentuk upaya pemerintahan setempat untuk melestarikan flora
dan fauna yang ada di dalamnya. Flora pada SM. Paliyan terdapat sapihan, tiang dan
beberapa pohon dengan kondisi yang sedikit tidak normal. Jenis pohon yang ada
adalah Jati dan Sono Keling.
Dapat diketahui jenis satwa yang berada di suaka margasatwa Paliyan ini
adalah kera ekor panjang (Macaca Fascicularis). Persebaran kera ekorpanjang
tersebut berada di pekarangan penduduk setempat. Menurut pengamatan yang telah
dilakukan, populasi kera ekor panjang ini sangat tinggi dan sering meimbulkan
ganggguan seperti, kerusakan tanaman penduduk setempat terutama pada saat musim
kemarau.
Pada kawasan SM Paliyan ada 20 spesies burung yang termasuk dalam 14
famili, terbagi dalam 5 jenis frugivorus insectivorus. 12 jenis insectivorous, 2 spesies
nectarnivorous dan 1 jenis carnvorous. Menurut status International Union for
Conservation of Nature (IUCN) terdapat 1 jenis burung yang termasuk kategori rentan
yaitu, burung Butbut. Burung dengan kepadatan populasi tertinggi yaitu burung
kutilang (14.6 individu / ha), Pentet / Bntet Grey (10.8 individu / ha), Olive Backed
Sunbird (5 orang / ha) dan terukur dengan kepadatan beratnya 4,7 individu / ha
(Sampurno, 2012).

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


Gambar 4.3 Peta pembagian kawasan suaka
margasatwa Paliyan tahun 2018

Serangga pada
lokasi di SM Paliyan adalah semut (Formicidae) merupakan taksa yang dominan.
Presentase semut serangga adalah 46-86% dari total jumlah serangga. Salah satu jenis
semut yaitu carabidae hidup di tanah, bersembunyi di siang hari dan aktif di malam
hari. Fungsi semut di ekosistem adalah predator, pemakan bangkai, pengurai, dan
pemakan tumbuhan. Hidup di tanah, bersembunyi di siang hari dan aktif di malam
hari. Selain carabidae, juga terdapat serangga predator yaitu famili Staphylinidae.
Habitat serangga ini terdapat pada seresah hutan dan rekahan kulit pohon.
Banyaknya jenis flora dan fauna di suaka margasatwa Paliyan membutuhkan
upaya serta perhatian khusus untuk menjaga, mempertahankan, serta meningkatkan
fungsi hutan dan menjaga kelangsungan ekosistem tetap terjaga. Konservasi yang
akan dilakukan dibutuhkan kerjasama antara pihak pengelola dengan masyrakat
setempat dengan tujuan supaya fungsi konservasi suaka margasatwa mampu tercapai
secara optimal. Ada bebrapa tahapan yang harus dijalankan oleh pihak pengelola
untuk melakukan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1. Upaya penyelamatan kawasan, upaya ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan pendekatan dan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat
setempat untuk menunjukkan area suaka margasatwa serta menumbuhkan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya berpartisipasi untuk menjaga
serta mengelola segala macam kegiatan yang di rencanakan oleh pihak
pengelola suaka margasatwa Paliyan.

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


2. Upaya pengembangbiakan tanaman didalam kawasan suaka margasatwa
Paliyan sebagai upaya konservasi lahan, perlindungan satwa khas di area
tersebut, dan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat setempat.
3. Menjalankan konsep suaka margasatwa secara ideal. Menurut Anugrah
Sandi, 2019 menjelaskan bahwa suaka margasatwa Paliyan mengadopsi
konsep hutan kebun. Jika pelaksanaan tahap I dan II sukses dijalankan,
maka secara otomatis kawasan suaka margasatwa akan terbentuk. Dengan
menganut konsep hutan kebun, suaka margasatwa Paliyan mampu
mengkoordinir kepentengin manusia, flora dan faunsa, serta
mempertimbangkan faktor ekologi secara bersamaan dengan tingkat
keberhasilan tanaman tinggi.

4.3 Kondisi Lahan Terhadap Ekosistem di Suaka Margasatwa Paliyan


Terdapat empat desa yang berada di Desa Karangduwet, Desa Karangasem,
Desa Kepek dan Desa Jetis. Suaka Margasatwa Paliyan berada di kawasan formasi
Gunung Sewu yang berada di ketinggian sekitar 100-300 mdpl. dengan memiliki
kondisi bentang alam karst yang memiliki ciri-ciri permukaan lembah kering,
tealaga, dan pola aliran yang masuk dalam tanah. Bentang alam karst yang
berlangsung di area suaka margasatwa Paliyan dapat bertahan dikarenakan adanya
kondisi iklim yang mendukung seperti temperature suhu, kelembapan udara, serta
karakteristik hujan yang terjadi pada wilayah karst.
Munculnya aliran sungai bawah tanah timbul akibat patahan dan system
rekahan yang terjadi sehingga muncul sumber mata air yang melalui proses
solusional akibat air hujan, perkolasi, serta aliran permukaan tanah. Kawasan suaka
margasatwa paliyan termasuk kedalam sub DAS Oyo. Pada saat musim penghujan
curah hujan yang berada di kawasan tersebut mengakibatkan volume air di telaga
sangat melimpah, namun sebaliknya pada saat musim kemarau telaga di suaka
margasatwa Paliyan mengalami kekeringan. Dapat dikatakan bahwa kualitas dan
kuantitas dari air dan irigasi yang terdapat di kawasan tersebut kurang baik meski
jumlah curah hujan yang mencukupi dan resapan tanah terjadi sangat baik namun
cadangan air tanah di kawasan suaka margasatwa Paliyan sangat rendah.

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


Gambar 4.3 Perubahan tutupan lahan suaka
margasatwa Paliyan dari tahun 2000 - 2018

Perubahan SM. Paliyan dari lahan tegalan menjadi hutan lahan rendah
sekunder merupakan bukti bahwa adanya perubahan lahan akibat dari rehabilitasi
hutan. Adanya perubahan dari lahan tegalan yang menjadi semak belukar
dikarenakan lahan tegalan telah ditinggalkan oleh penggarap lahan sehingga
ditumbuhi semak belukar. Selain terjadi perubahan pada penutupan lahan tegalan,
perubahan yang terlihat juga terjadi pada hutan lahan sekunder yaitu dari hutan lahan
sekunder kerapatan rendah berubah menjadi lahan tegalan. Perubahan tersebut
dikarenakan adanya penggunaan lahan oleh penduduk sekitar untuk menanam
tanaman semusim.

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


Selain dikarenakan kondisi tersebut, kondisi lahan juga dipengaruhi oleh
kondisi sosial masyarakat di kawasan sisi utara SM Paliyan yang merupakan area
dalam wilayah administrasi Desa Karangduwet dan Desa Karangasem. Menurut data
Badan Pusat Statistik (2017), pada desa tersebut tidak terdapat hutan rakyat dan
tidak memiliki lahan sawah. Faktor ini membuat masyarakat di kedua desa tersebut
menjadi masyarakat yang kekurangan lahan sehingga menggunakan lahan SM
Paliyan untuk berladang. Untuk mengembalikan kondisi ekosistem yang rusak
terdapat dua upaya pemulihan yang dilakukan pada SM Paliyan. Upaya pertama
pada tahun 2003 yang merupakan bagian dari GNRHL (Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan) dengan menanam berbagai jenis pohon. Tujuannya
adalah untuk mengembalikan fungsi kawasan SM Paliyan terutama pada fungsi
pengaturan hidrologi.

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


BAB V
KESIMPULAN
Suaka margasatwa Paliyan berlokasi di area kawasan karst dengan karakteristik lapisan
tanah tipis yang berada di ketinggian 100 – 300 mdpl dengan kemiringan lereng mencapai
diatas 40%. Suaka margasatwa ini memiliki beraneka ragam flora dan fauna yang tersebar
diantaranya seperti kera ekor panjang (Macaca Fascularis). Perubahan tutupan lahan yang
terjadi seiring berjalannya waktu yang diakibatkan oleh proyek rehabilitasi dan konservasi
dengan tujuan mengembangkan, menjaga, serta mempertahankan ekosistem yang berjalan
mengakibatkan alih fungsi lahan serta perluasan wilayah.
Upaya konservasi yang dilakukan secara tidak langsung mengubah fungsi dan
ekosistem di suaka margasatwa Paliyan diantaranya seperti perubahan lahan dari tegalan
menjadi hutan lahan sekunder dengan tingkat kerapatan yang rendah. Yang awalnya hanya
sekedar ekosistem alam dan satwa beralih fungsi menjadi lahan pangan penduduk sekitar.
Konservasi yang dilakukan membuat kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar berpengaruh,
ada tiga hal yang dapat dilakukan yaitu upaya pengelolaan kawasan, upaya
pengembangbiakan tanaman, serta menjalankan konsep suaka margasatwa lokal yang
berdampak kepada masyarakat yang kekurangan lahan untuk berladang sehingga menjadikan
sebagian area suaka margasatwa Paliyan sebagai lahan untuk berladang.
Hasil dari analisis yang dapat disimpulkan ialah pengelolaan suaka margasatwa Paliyan
ini selain menjaga dan melestarikan ekosistem alam seperti flora dan fauna yang ada
didalamnya, juga mampu menunjang kebutuhan sosial ekonomi masyarakat disekitar area
suaka margasatwa Paliyan khususnya yang tinggal di Desa Karangduwet dan Desa
Karangasem.

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU


DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, N. H.; 2015. Bentanglahan Geografi Yogyakarta & Sekitarnya. Penerbit


Ombak; Yogyakarta.

Rizqi Sandi, A.; 2019. Resiliensi Hutan di Kawasan Suaka Margasatwa Paliyan.
Fakultas Kehutanan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Qodriyatun Nurhayati, S. 2019. Peran dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan


Kawasan Konservasi Secara Kolaboratif. Jurnal DPR. Jakarta.

Rury, E. dkk. 2019. Keanekaragaman Satwa di Suaka Margasatwa Paliyan,


Gunungkidul, Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

KUIAH KERJA LAPANGAN TERPADU

Anda mungkin juga menyukai