DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
Dosen Pengampu:
Nugroho Hari Purnomo,S.P.,M.Si.
NIP.197409032005011003
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...………….. I
1.1 Latar
Belakang……………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah
………………………………………………………………....2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………......2
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….....15
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Serangga pada
lokasi di SM Paliyan adalah semut (Formicidae) merupakan taksa yang dominan.
Presentase semut serangga adalah 46-86% dari total jumlah serangga. Salah satu jenis
semut yaitu carabidae hidup di tanah, bersembunyi di siang hari dan aktif di malam
hari. Fungsi semut di ekosistem adalah predator, pemakan bangkai, pengurai, dan
pemakan tumbuhan. Hidup di tanah, bersembunyi di siang hari dan aktif di malam
hari. Selain carabidae, juga terdapat serangga predator yaitu famili Staphylinidae.
Habitat serangga ini terdapat pada seresah hutan dan rekahan kulit pohon.
Banyaknya jenis flora dan fauna di suaka margasatwa Paliyan membutuhkan
upaya serta perhatian khusus untuk menjaga, mempertahankan, serta meningkatkan
fungsi hutan dan menjaga kelangsungan ekosistem tetap terjaga. Konservasi yang
akan dilakukan dibutuhkan kerjasama antara pihak pengelola dengan masyrakat
setempat dengan tujuan supaya fungsi konservasi suaka margasatwa mampu tercapai
secara optimal. Ada bebrapa tahapan yang harus dijalankan oleh pihak pengelola
untuk melakukan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1. Upaya penyelamatan kawasan, upaya ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan pendekatan dan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat
setempat untuk menunjukkan area suaka margasatwa serta menumbuhkan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya berpartisipasi untuk menjaga
serta mengelola segala macam kegiatan yang di rencanakan oleh pihak
pengelola suaka margasatwa Paliyan.
Perubahan SM. Paliyan dari lahan tegalan menjadi hutan lahan rendah
sekunder merupakan bukti bahwa adanya perubahan lahan akibat dari rehabilitasi
hutan. Adanya perubahan dari lahan tegalan yang menjadi semak belukar
dikarenakan lahan tegalan telah ditinggalkan oleh penggarap lahan sehingga
ditumbuhi semak belukar. Selain terjadi perubahan pada penutupan lahan tegalan,
perubahan yang terlihat juga terjadi pada hutan lahan sekunder yaitu dari hutan lahan
sekunder kerapatan rendah berubah menjadi lahan tegalan. Perubahan tersebut
dikarenakan adanya penggunaan lahan oleh penduduk sekitar untuk menanam
tanaman semusim.
Rizqi Sandi, A.; 2019. Resiliensi Hutan di Kawasan Suaka Margasatwa Paliyan.
Fakultas Kehutanan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.