Laporan Tugas Besar Pengantar Geometrik 2
Laporan Tugas Besar Pengantar Geometrik 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-NYA lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar ini,
yang merupakan salah satu kewajiban dari mata kulai Pengantar Geometrik Jalan.
Tugas besar ini kami buat sebagaimana mestinya, sesuai dengan literatur yang
kami dapatkan baik dari buku maupun media lainnya. Oleh karena itu kami sangat
berterimakasih apabila ada yang menyampaikan saran serta kritikan demi
kesempurnaan tugas kami.
Disamping itu, tak lupa kami berterimakasih kepada dosen dan teman-teman
sejawat se-program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Sumatera yang telah
membimbing kami dan bantuan dari teman-teman sehingga tugas besar ini dapat
terselesaikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup .......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................... 2
Bab II Landasan Teori
2.1 Klasifikasi Medan (Terrain) ...................................................... 3
2.2 Kelas dan Fungsi Jalan .............................................................. 4
2.2.1 Kelas Jalan ...................................................................... 4
2.2.2 Fungsi Jalan ..................................................................... 5
2.2.3 Tipe dan Status Jalan ....................................................... 5
2.3 Tipe Daerah ............................................................................... 5
2.4 Kriteria Desain dan Standar Perancangan Geometrik Jalan ..... 6
Bab III Perhitungan Awal
3.1 Penentuan Koordinat Awal Patok ............................................. 13
3.2 Perhitungan Sudut Azimuth () ................................................ 13
3.3 Perhitungan Sudut Tikungan (∆) ............................................... 14
3.4 Perhitungan Persentase Kemiringan ......................................... 15
Bab IV Alinyemen Horizontal
4.1 Pemilihan Jenis Tikungan ......................................................... 16
4.2 Perhitungan Properti Tikungan ................................................. 21
4.2.1 Penentuan Jenis Tikungan di Titik B ............................... 21
4.2.2 Penentuan Jenis Tikungan di Titik C ............................... 24
Bab V Alinyemen Vertikal
5.1 Profil Tanah Asli ....................................................................... 27
5.2 Perhitungan Alinyemen Vertikal dan Elevasi Titik Penting ..... 28
5.3 Perhitungan Stationing dan Elevasi Titik Penting .................... 34
Bab VI Potongan Melintang (Cross Section)
6.1 Tipikal Potongan Melintang Jalan ............................................ 36
6.2 Rumija, Rumaja, dan Ruwasja .................................................. 38
6.3 Komposisi Potongan Melintang Jalan yang di Desain .............. 38
6.4 Potongan Melintang Rencana Jalan .......................................... 39
Bab VII Penutup
7.1 Kesimpulan ............................................................................... 40
7.2 Saran .......................................................................................... 40
Daftar pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Di zaman yang semakin maju ini, tansportasi menjadi hal vital dalam
kehidupan manusia. Kesuksesan bertransportasi sangatlah dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. Salah satunya
adalah jalan raya.
Atas dasar itulah perlu untuk mengangkat Geometrik Jalan Raya sebagai
Tugas Besar yang wajib untuk diselesaikan.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari penyusunan Tugas Besar Geometrik Jalan Raya ini
adalah sebagai syarat kelulusan mata kuliah Perancangan Geometrik
Jalan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari tugas besar ini adalah :
1. Mengatahui tahapan-tahapan dalam melaksanakan perancangan
geometrik jalan.
2. Mempelajari dan melaksanakan tahapan-tahapan perhitungan
dalam perancangan geometrik jalan.
3. Mempelajari dan melaksanakan tahapan-tahapan penggambaran
dalam perancangan geometrik jalan.
4. Membuat pelaporan sistematis dalam perencanaan jalan.
1.4.1 Teoritis
Secara teoritis manfaat penulisan dan penyusunan tugas besar ini
adalah mahasiswa mampu memahami berbagai hal yang perlu di
perhatikan dalam merancang geometrik jalan raya.
1.4.2 Aplikatif
Secara aplikatif manfaat penulisan dan penyusunan tugas besar ini
adalah mahasiswa mampu menciptakan rancangan jalan raya yang
dapat memberikan pelayanan optimal berupa keamanan dan
kenyamanan bagi pengguna jalan sesuai dengan fungsi jalan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Datar D <3
Bukit B 3 - 25
Pegunungan G >25
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Jadi, berdasakan soal Geometrik Jalan Raya maka aturan Klasifikasi Medan
jalan yang direncanakan termasuk dalam klasifikasi Bukit karena Kelandaian
daerah > 3%.
(freeways)
Tujuan penentuan tipe daerah yakni untuk memperoleh salah satu kriteria
perancangan yang dapat dijadikan dasar dalam penentuann batas superelevasi
dan berpenaruh terhadap detail komponen desain perncanaan geometrik jalan.
Adapun tipe daerah pada medan ini adalah daerah rural (antar kota).
2.4 Kriteria Desain dan Standar Perancangan Geometrik Jalan
Kemiringan melintang % 2 b
Kemiringan melintang % 4 b
Vertikal minimum
3. Jarak pandang
minimum
Lengkung peralihan
Lengkung vertikal
Kecepatan rencana
Tabel 2.6 Kecepatan rencana VR, sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi
medan jalan
Fungsi Kecepatan Rencana, VR (Km/jam)
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
80 1000/a 140
60 700/a 100
50 600/a 80
40 500/a 70
30 350/a 50
20 280/a 40
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Panjang Lengkung Peralihan Minimum
Tabel 2.11 Panjang Lengkung Peralihan (L), dan Panjang Pencapaian
Superelevasi (Lc) untuk jalan 1 jalur-2 lajur-2 arah.
VR Superelevasi e (%)
(km/jam) 2 4 6 8 10
Ls Lc Ls Lc Ls Lc Ls Lc Ls Lc
20
30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 100 10 130
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
100 1/225
80 1/200
70 1/175
60 1/150
50 1/125
40 1/100
20 1/75
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Landai Maksimum
Tabel 2.14 Kelandaian maksimum yang diizinkan
VR (km/jam) 120 120 100 80 60 50 40 <40
Kelandaian maksimum 3 3 4 5 8 9 10 10
(%)
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Panjang Minimum Lengkung Vertikal
Tabel 2.16 Panjang mimimum lengkung vertikal
VR (km/jam) Perbedaan kelandaian Panjang lengkung
< 40 1 20 - 30
40 - 60 0,6 40 – 80
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
BAB III
PERHITUNGAN AWAL
1 A 753712 9359768
2 B 753798 9359828
3 C 753892 9359852
4 D 753960 9360000
Catatan :
Jika hasil perhitungan azimuth > 3600 ,maka azimuth - 3600
Jika hasil perhitungan azimuth < 00, maka zimuth + 3600
Kuadran I
(𝑿𝟐−𝑿𝟏)
= arc tg (𝒀𝟐−𝒀𝟏)
Kuadran II
(𝑿𝟐−𝑿𝟏)
= 180 – arc tg (𝒀𝟐−𝒀𝟏)
Kuadrann III
(𝑿𝟐−𝑿𝟏)
= 180 + arc tg (𝒀𝟐−𝒀𝟏)
Kuadran IV
(𝑿𝟐−𝑿𝟏)
= 360 – arc tg (𝒀𝟐−𝒀𝟏)
X Y
D 753960 9360000
Rata-rata 4,57652%
ALINYEMEN HORIZONTAL
INPUT
DATA PERENCANAAN
HITUNG :
𝑉𝑅2
Rmin = 127 (𝑒𝑚+𝐹𝑚)
JIKA TIDAK
e ≤ 3%
YA SCS ATAU
FULL SS
B
CIRCLE (FC)
A
A. Flow Chart Full Circle (FC)
HITUNG Ls
TIDAK JIKA
Ls’ > Lr
YA
Pilih LS
Ls’
DATA LENGKUNG
STA
∆
En
Superelevasi (e)
Ec, Lc, dan Tt
B. Flow Chart Pilihan SCS dan SS
INPUT
Ls , ∆
HITUNG
∂s
∂c = ∆ - 2∂s
Lc
TIDAK
JIKA
Lc > 20 m
YA
Lc = 0 SCS
SS HITUNG Ls
TIDAK JIKA
Ls > Ls1
Ls > Ls2
Ls > Lr
Pilih LS YA
Paling besar
Ls1, Ls2, Lr Ls Standar
Hitung
HITUNG
SS SCS
HITUNG HITUNG
P P
K K
Lt = 2 Ls Lt = Lc + 2 Ls
Es, Ts Es, Ts
YA
JIKA FULL
P < 0,25
CIRCLE (FC)
DATA LENGKUNG
STA
∆
en, superelevasi (e)
p, k, Ls, dan Lc
ec , Lt, dan Tt
4.2 Perhitungan Properti Tikungan
Data perencanaan ;
Klasifikasi fungsi jalan : Lokal
Klasifikasi medan : Bukit
Kecepatan rencana : 50 km/jam
e maksimum : 10 %
∆ : 20,680
Lebar jalan : 2 x 3,5 m (tanpa median)
Kemiringan melintang total :
Tahap I :
◦ VR < 80 km/jam, fmaks = - 0,00065.VR + 0,192
◦ VR 80 – 120 km/jam, fmaks = - 0,00125.VR + 0,24
𝑉 2
𝑅
Rmin = 127 (𝑒𝑚+𝑓𝑚)
502
Rmin = 127 (0,1+0,2245) = 60,662 m
Tahap II
R yang direncanakan harus lebih besar dari 60,662 m.
Direncanakan R = 80 m
Tahap III
Metode AASHTO
Dari tabel metoda AASHTO diperoleh e = 0,099 dan Ls’ = 60 m.
Karena e = 9,9% > 3 %, maka tidak memenuhi syarat untuk menggunakan
bentuk lengkung Full Circle
Tahap IV
Rumus Short
𝑉3 503
Ls1 = 0,022 𝑅 .𝐶 = 0,022 80 .2 = 17,1875
Tahap V
Ls’ = 60 > Ls1 = 17,1875
Ls’ = 60 > Ls2 = 10,4381
Ls’ = 60 > Ls3 = 41,666
Jadi Ls yang digunakan adalah Ls’
Tahap VI
Maka diperoleh :
𝐿𝑠 .90 60 .90
∂s = = = 21,4860
𝜋 .R 𝜋 .80
Tahap VIII
∂s = 10,340 , p* = 0,01474 dan k* = 0,4994880
Jadi p = p* x Ls = 0,01474 x 60 = 0,8844 m
k = k* x Ls = 0,4994880 x 60 = 29,969
L = 2.Ls = 120 m
1
TS = (R + p) tan 2 ∆ + k = (80 + 0,8844) tan 10,34 + 29,969 = 44 726 m
(R+p) (80+0,8844)
Es = ∆ -R= cos 10,34
- 80 = 2,219 m
𝑐𝑜𝑠
2
Tahap IX
Data lengkung dari lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah
sebagai berikut :
V : 50 km/jam
∆ : 20,680
∂s : 10,340
Rc : 80 m
ES : 2,219 m
TS : 44 726 m
L : 120 m
e : 9,9 %
Ls : 60 m
Lc :0m
p : 0,8844 m
k : 29,96928 m
Data perencanaan ;
Klasifikasi fungsi jalan : Lokal
Klasifikasi medan : Bukit
Kecepatan rencana : 50 km/jam
e maksimum : 9,9 %
∆ : 510
Lebar jalan : 2 x 3,5 m (tanpa median)
Kemiringan melintang total :
Tahap I :
◦ VR < 80 km/jam, fmaks = - 0,00065.VR + 0,192
◦ VR 80 – 120 km/jam, fmaks = - 0,00125.VR + 0,24
𝑉 2
𝑅
Rmin = 127 (𝑒𝑚+𝑓𝑚)
502
Rmin = 127 (0,1+0,2245) = 60,662 m
Tahap II
R yang direncanakan harus lebih besar dari 60,662 m.
Direncanakan R = 80 m
Tahap III
Metode AASHTO
Dari tabel metoda AASHTO diperoleh e = 0,099 dan Ls’ = 60 m.
Karena e = 9,9% > 3 %, maka tidak memenuhi syarat untuk menggunakan
bentuk lengkung Full Circle
Tahap IV
Rumus Short
𝑉3 503
Ls1 = 0,022 𝑅 .𝐶 = 0,022 80 .2 = 17,1875
Tahap V
Ls’ = 60 > Ls1 = 17,1875
Ls’ = 60 > Ls2 = 10,4381
Ls’ = 60 > Ls3 = 41,666
Jadi Ls yang digunakan adalah Ls’
Tahap VI
Maka diperoleh :
𝐿𝑠 .90 60 .90
∂s = = = 21,4860
𝜋 .R 𝜋 .80
Tahap IX
Data lengkung dari lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah
sebagai berikut :
V : 50 km/jam
∆ : 510
∂s : 25,50
Rc : 80 m
ES : 11,720 m
TS : 74,853 m
L : 142,418 m
e : 9,9 %
Ls : 71,209 m
Lc :0m
p : 2,786 m
k : 35,367 m
Gambar 4.3 Diagram Bentuk Lengkung Peralihan dan Diagram Superelevasi SS
BAB V
ALINYEMEN VERTIKAL
Data Profil tanah asli diperoleh dari alinyemen horizontal dimana garis
As jalan yang memeotong kontur diplot pada kertas berskala setelah itu
dihubungkan titik-titik tersebut dengan garis, sehingga garis yang
menghubungkan titik-titik itu dapat membentuk cekungan atau cembung
dengan demikian profil tanah asli tersebut mendekati profil yang sebenarnya.
Selanjutnya untuk kebutuhan perencanaan alinyemen vertikal maka ditarik
garis dengan asumsi tidak melampaui kelandaian maksimum yang sudah
ditemukan.
Profil tanah asli dari topografi lokasi perencanaan jalan dari stasiun 0+000 hingga
stasiun 0+364 memiliki perubahan kelandaian tidak ekstrim (Bukit). Elevasi
tertinggi profil berada pada stasiun 0+364 yaitu setingggi 238,3336 m, sedangkan
elevasi terendah berada pada stasiun 0+0 yaitu setinggi 220 m.
Perhitungan Gradien
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
gradien = 𝑥 100%
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
(230−220) 𝑚
gA-B = 𝑥 100%
104
= 9,615 %
(230−230) 𝑚
gB-C = 𝑥 100%
96
=0%
(238,3336−230) 𝑚
gC-D = 𝑥 100%
164
= 5,081 %
Dimana :
VR = kecepatan rencana
T = waktu tanggap sebesar 2,5 detik
G = percepatan gravitasi
f = Koefisien gesek memanjang antara ban dengan jalan. (Menurut bina
marga f=0,35 – 0,55) dan (Menurut AASHTO ditetapkan f = 0,28 –
0,45).
50 2
50 ( )
3,6
Jh = 3,6 T + 2 𝑥 9,81 𝑥 0,35 = 62,81 m
9,615 𝑥 62,812
Lv untuk B = = 180,629 m
100(√2(1,05)+ √2(0))2
5,081 𝑥 62,812
Lv untuk C = 1,05+0 = 5,476 m
800 [ 5,1−( )]
2
Catatan :
Dari berbagai nilai Lv yang didapatkan sesuai dengan ketentuan, kita
akan menggunakan nilai Lv yang maksimum dengan alasan faktor
keamanan dan kenyamanan yang lebih besar. Akan tetapi nilai Lv
maksimum tersebut jauh lebih panjang dari panjang jalan yang kita
rencanakan, maka dari itu kita akan menggunakan nilai Lv yang nilainya
masih lebih pendek dari jalan rencana kita tapi masih lebih besar dari Lv
minimum yang kita dapatkan dari tabel 2.11 sebesar 50 m. Jadi nilai Lv
yang akan kita gunakan adalah Lv berdasarkan JPH yaitu sebesar
180,629 m untuk titik B dan 150 m untuk titik C.
Tabel 5.2 Tabelisasi Perhitungan Jarak, Gradien, nilai A (perbedaan
aljabar untuk kelandaian),dan panjang lengkung (Lv)
Titik Station Elevasi Jarak Gradien A Lv Tipe
A 0+000 220
104 9,615
96 0
164 5,081
D 0+364 238,3336
POTONGAN MELINTANG
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
‘‘Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,’’ Departemen Pekerjaan
Umum, Direktorat Jendera Bina Marga, Jalan – No. 038/T/BM/1997,
September, 1997.
AASHTO. 2001. A Policy on Geometric Design of Highways and Streets.
Washington D.C: AASHTO.
Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar perencanaan Geometrik Jalan. Bandung:
Nova