Anda di halaman 1dari 9

 

TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan konstruksi jalan sangat memerlukan suatu perencanaan


yang baik, karena dengan perencanaan yang baik maka akan berpengaruh pada kualitas
(mutu), umur rencana, daya dukung terhadap beban dan kenyamanan para pengguna jalan
terhadap konstruksi jalan itu sendiri. Metode perencanaan konstruksi jalan yang selama ini
digunakan adalah yang dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum,
dimana untuk perencanaan suatu konstruksi jalan terdiri dari ; Perencanaan Geometrik
Jalan terhadap Alinemen Horisontal dan Vertikal, Perencanaan Galian dan Timbunan serta
Perencanaan Tebal Perkerasan. Khusus untuk perencanaan tebal perkerasan jalan terdiri
dari pengecekan terhadap kekuatan lapis tanah dasar (sub grade course),
course), perencanaan tebal

lapis pondasi bawah (sub base course),


course), perencanaan tebal lapis pondasi atas (base course),
course),
 perencanaan tebal lapis permukaan (surface course).
course).

Proses pembuatan suatu perencanaan jalan yang baik membutuhkan tenaga engineer
yang profesioanal, dengan demikian untuk mempersiapkan tenaga-tenaga engineer yang
 profesional maka Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Yapis Papua memprogramkan bagi setiap mahasiswa dan mahasiswi untuk
wajib menyelesaikan suatu tugas besar yang berhubungan dengan perencanaan jalan selain
kewajiban untuk menyelesaikan mata kuliah jalan raya. Pembuatan tugas besar jalan raya

ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih memahami tentang proses perencanaan suatu
konstruksi jalan, tetapi juga untuk mempersiapkan mahasiswa agar lebih siap nantinya
setelah terjun kedunia kerja. Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut maka
akan disusun suatu perencanaan jalan di Distrik Yapen Barat yang sesuai dengan Peraturan
dari Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum tentang Perencanaan Geometrik
Jalan, dengan harapan tugas besar ini akan bermanfaat bagi semua pihak.

1
 

TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

1.2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan tugas besar jalan raya ini adalah sebagai
 berikut :
1. Sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Yapis Papua.
2. Pembuatan tugas besar jalan raya ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih memahami
tentang proses perencanaan suatu konstruksi jalan, tetapi juga untuk mempersiapkan
mahasiswa agar lebih siap nantinya setelah terjun kedunia
kedun ia kerja.

1.3. Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI

Menguraikan tentang perencanaan geometrik jalan, standar perencanaan, keadaan fisik dan
topografi medan, jenis tikungan, perencanaan alinemen horisontal dan
alinemen vertikal, dan perencanaan diagram superelevasi.
BAB III PERENCANAAN JALAN
Menguraikan tentang perhitungan perencanaan alinemen horisontal, perencanaan alinemen
vertikal,.
BAB IV PENUTUP
Menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

2
 

TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.  Perencanaan Geometrik Jalan


Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan route dari suatu ruas jalan secara

lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar
yang ada atau tersedia dari hasil survey lapangan dan telah dianalisis, serta mengacu pada
ketentuan yang berlaku. Proses perencanaan geometrik jalan sesuai dengan peraturan
Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum dimulai dengan pengambilan data
 berdasarkan gambar kontur lokasi yang ada, dan merupakan parameter yang diperlukan
untuk melakukan perhitungan terhadap alinyemen horisontal dan vertikal.
a. Kelengkapan
Kelengkapan dan data dasar yang harus disiapkan sebelum mulai melakukan
 perhitungan/perencanaan, yaitu : 
-  Peta planimetri dan peta-peta lainnya (geologi dan tataguna lahan). 
-  Kriterian perencanaan. 
 b.  Ketentuan Jarak Pandang dan beberapa pertimbangan yang diperlukan sebelum
memulai perencanaan, selain didasarkan pada teoritis, juga untuk praktisnya. 
c.  Elemen dalam perencanaan geometrik jalan, yaitu : 
-  Alinemen Horisontal (situasi/jalan). 
-  Alinemen Vertikal (potongan memanjang/profile). 
-  Potongan Melintang (cross section). 
-  Penggambaran. 

2.1.1.  Data Perencanaan


1.  Jarak Pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada
saat mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika pengemudi melihat suatu
halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi)
untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.
Jarak pandang terdiri dari :

3
 

TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

a.  Jarak Pandang Henti (J h), yaitu jarak minimum yang diperlukan oleh setiap
 pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat
adanya halangan didepan.

Tabel 2.1 Jarak Pandang Henti (Jh) minimum

VR (Km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Jh minimun (m) 250 175 120 75 55 40 27 16

a.  Jarak Pandang Mendahului (Jd), yaitu jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului
kendaraan lain didepannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula.
Tabel 2.2 Panjang Jarak Pandang Mendahului berdasarkan V R  

VR (Km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Jd (m) 800 670 550 350 250 200 150 100

2.  Panjang Bagian Lurus


Panjang maksimum bagian lurus, harus dapat ditempuh dalam waktu ≤ 2,5 menit (sesuai V R )),,
dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat dari kelelahan.
Tabel 2.3 Panjang Bagian Lurus maksimum
  Panjang Lurus Maksimum
Fungsi Jalan
Datar Bukit Gunung
Arteri 3000 2500 2000
Kolektor 2000 1750 1500

3.  Panjang Jari-Jari Minimum (R)


Tabel 2.4 Panjang Jari-jari minimum

VR (Km/jam) 120 100 90 80 60 50 40 30 20

R min (m) 600 370 280 210 115 80 50 30 30

4
 

TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

4.  Kelandaian Maksimum


Tabel 2.5 Kelandaian maksimum yang diijinkan (TPGJAK)

VR (Km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <4 0

Kelandaian
  3 3 4 5 8 9 10 10
Maksimun (%)

5.  Panjang Kritis


Tabel 2.6 Panjang kritis (m)

Tanjakan Landai (%) 3 4 5 6 7 8 10 12

Panjang Kritis (m) 480 330 250 200 170 150 135 120

6.  Kecepatan Rencana (VR ),


), sesuai klasifikasi fungsi dan medan jalan

Tabel 2.7 Kecepatan rencana


Kecepatan Rencana (VR ) km/jam
Fungsi Jalan
DATAR BUKIT GUNUNG
Arteri 70 –  120
70 –  60  –  80
60 –  40  –  70
40 –  70
Kolektor 60 –  90
60 –  50  –  60
50 –  30  –  50
30 –  50
Lokal 40 –  70
40 –  30 - 50 20 - 30
Catatan : untuk kondisi medan yang sulit, VR  suatu
  suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa
 penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.

2.2.  Standar Perencanaan


  Standar perencanaan adalah ketentuan yang memberikan batasan-batasan dan metode
 perhitungan agar dihasilkan produk yang memenuhi persyaratan.
  Standar perencanaan geometrik untuk ruas jalan di Indonesia biasanya menggunakan
 peraturan resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga tentang
 perencanaan geometrik jalan raya.
  “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota” dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga dengan terbitan resmi No. 038 T/BM/1997
  American Association of State Highway and Transportation Officials. 2001 (AASHTO
2001).

5
 

TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

2.3.  Keadaan Fisik Dan Topografi Medan


   Sangat mempengaruhi perencanaan bagian-bagian jalan.
   Keadaan tanah dasar mempengaruhi lokasi dan bentuk geometrik jalan.
   Tanah dasar jelek atau air tanah yang tinggi maka mungkin trase harus pindah atau perlu
timbunan tinggi.
   Di daerah dengan curah hujan tinggi perlu lereng melintang lebih besar atau alinyemen
 jauh lebih tinggi dari tanah asli.
   Untuk daerah datar perlu perencanaan drainase yang baik.
   Daerah pegunungan mempengaruhi pemilihan lokasi dan bagian-bagian jalan lainnya,
 bahkan type jalan.
   Daerah pertanian dan industri banyak kendaraan truk yang berbeda dengan daerah
 pemukiman atau wisata dimana banyak mobil penumpang.
   Jalan di rural area banyak kendaraan kecepatan tinggi yang perlu syarat perencanaan
lebih berat dibanding jalan untuk urban area yang didominasi kendaraan kecepatan
rendah.
   Pemilihan trase di rural lebih bebas dari pada di perkotaan.

2.4.  Jenis Tikungan


Tikungan terdiri atas 3 bentuk umum, yaitu :
1.  Full circle (FC) yaitu tikungan yang berbentuk busur lingkaran secara penuh.

Gambar 2.1. Full Circle (FC)

2.  Spiral-circle-spiral (SCS) yaitu tikungan yang terdiri atas 1 lengkung circle dan 2
lengkung spiral.

6
 

TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

Gambar 2.2. Spiral-Circle-Spiral (SCS)

3.  Spiral-spiral (SS) yaitu tikungan yang terdiri atas dua lengkung
lengkun g spiral.

Gambar 2.3. Spiral-Spiral (SS)

2.5.  Perencanaan Alinemen Horisontal Dan Alinemen Vertikal


Alinemen horisontal adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang datar

 peta (trace
trace)) [Hadiwardoyo, 1995]. Trase jalan biasa disebut situasi jalan, secara umum
menunjukan arah dari jalan yang bersangkutan. Alinemen horisontal terdiri dari garis-garis
lurus (tangent 
(tangent ) yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung (curve
(curve)) [Sukirman, 1999].
Garis-garis lengkung tersebut dapat terdiri dari lengkung lingkaran (circle/circular
( circle/circular curve)
curve)
ditambah dengan lengkung spiral (transition
( transition curve),
curve), lengkung lingkaran saja ataupun
lengkung spiral saja. Sedangkan, Alinemen vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu
 jalan pada setiap titik yang ditinjau, berupa profil memanjang. Alinemen horisontal
mendesain belokan pada jalan raya, sedangkan alinemen vertikal mendesain bentuk dari
tanjakan dan turunan jalan raya. Kedua alinemen tersebut saling berhubungan satu dengan
yang lain sebab jalan yang didesain merupakan komponen tiga dimensi yang merupakan

7
 

TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

kombinasi dari komponen horisontal dan vertikal. Kedua bagian tersebut dalam desain
geometrik jalan saling melengkapi satu sama lain. Awal serta akhir dari lengkung
horisontal dan lengkung vertikal sedapat mungkin atau idealnya terletak pada  stationing
yang sama untuk mendapatkan koordinasi yang baik. Dalam mendesain bentuk lengkung
horisontal dipakai dua bentuk lengkung dasar yaitu: lengkung lingkaran ( circle
circle)) dan
lengkung spiral (transition
(transition curve).
curve). Penggunaan kedua lengkung dasar tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan dan persyaratan teknis. Karena itu dikenal beberapa bentuk lengkung
horisontal, yaitu: Full
yaitu: Full Circle (FC), Spiral-Circle-Spiral (SCS), dan Spiral-Spiral (SS). Ada
dua jenis lengkung vertikal, yaitu cembung dan cekung. Jenis lengkung ini dipengaruhi
oleh grade
oleh  grade.. Untuk g1 > g2, jenis lengkung vertikalnya cembung ( crest ),
), dan untuk g1 < g2,
 jenis lengkungnya cekung ( sag ))..

Gambar 2.4. Lengkung Vertikal

2.6.  Perencanaan Diagram Superelevasi


Superelevasi adalah kemiringan melintang jalan pada daerah tikungan. Untuk
 bagian jalan lurus, jalan mempunyai kemiringan melintang yang biasa disebut lereng
normal atau normal trawn yaitu diambil minimum 2 % baik sebelah kiri maupun sebelah
kanan AS jalan. Harga elevasi (e) yang menyebabkan kenaikan elevasi terhadap sumbu

8
 

TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

 jalan diberi tanda (+) dan yang menyebabkan


men yebabkan penurunan elevasi terhadap jalan diberi tanda
(-).
Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada bagian jalan
yang lurus sampai kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian yang lengkung.
Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear, diawali dari bentuk
normal ( ) sampai awal lengkung peralihan (TS) yang berbentuk ( ) pada
 bagian lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh ( ) pada akhir
 bagian lengkung peralihan (SC).
Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear, diawali dari bagian
lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3 Ls.
Pada tikungan SS, pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian spiral.

Anda mungkin juga menyukai