PENDAHULUAN
menyebabkan 1,3 juta kematian, lima negara dengan kejadian kasus TBC tertinggi
yaitu India (27%), China (9%), Indonesia (8%), Philipina (6%), dan Pakistan
mempunyai angka kasus penderita tuberkulosis diatas angka nasional yaitu Riau,
Nusa Tengara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Daerah Timur
89% dari target 85%, dengan success rate lebih dari 90% menggambarkan
sampai tuntas.
tahun 2016 mencapai jumlah penderita tuberkulosis sekitar 23.097 kasus dengan
angka kematian 5.714 orang. Kasus TBC dengan BTA positif ditemukan sebesar
anak – anak dan 99% dewasa. Dimana angka meningkatnya kasus TBC dengan
BTA positif 83% dan angka jumlah penderita baru TBC dengan BTA positif
sebesar 66%. Menurut data tersebut bahwa ada 3 kabupaten/kota tertinggi angka
962/100.000.
didunia pada tahun 2016 dan menjadi masalah kesehatan yang perlu diselesaikan
Menurut (Dirjen P2PL, 2011) mengemukakan ada tiga faktor yang menyebabkan
Resistant atau kebal terhadap bermacam obat) yang memperberat masalah TBC,
adanya penderita TBC laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya
tahan tubuh menurun sehingga penyakit akan muncul dan waktu pengobatan yang
tuberculosis BTA positif sebesar 65%, jika satu orang penderita dapat menularkan
ke 10-15 orang, pada tahun berikutnya jumlah yang tertular adalah 5,8 juta orang.
Hal ini akan semakin meningkat apabila penderita melakukan putus berobat
dikarenakan jenuh dengan pengobatan yang cukup lama, efek samping obat atau
merasa lebih baik setelah awal (2 bulan pertama) pengobatan (MacPherson et al.,
karakteristik pasien yang mengalami putus berobat yaitu umur (lebih dari 45
keluarga penderita yang tinggal serumah dengan penderita dan mengalami gejala
bakteri tuberculosis terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau disebut dengan
Multi Drug Resistant (MDR), jika penderita TB-MDR masih tidak patuh, maka
belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang faktor faktor
(IPI).
menyelesaikan pengobatan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mycobacterium tuberkulos dan menyerang paru (TB paru), tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh yang lain (TB extra paru), seperti tulang kelenjar limfe,
2.2 Etiologi
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikrobakteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe
bovin berada dalam susu sapi yang menderita masitis tuberkulosis usus. Basil tipe
human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan diudara yang berasal dari
penderita TBC dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.
Setelah organism terinhalasi dan masuk paru – paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar kenoduus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah
ini dapat menyebabkan TB dan organ lain, dimana infeksi laten dapat bertahan
pertahanan tubuh.
2. Fase 2
3. Fase 3 (fase laten) : fase dengan kuman yang tidur (bertahun – tahun/seumur
hidup) dan reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh
dan bisa terdapat ditulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kalenjar limf
4. Fase 4 : dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga daapt menyebar ke
6. Pada anak
gagal tumbuh
paru yaitu:
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30 – 70% pasien yang dapat
4. Tes Mantoux/Tuberkulin
resitensi
7. MYCODOT
suatu alay betbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah
- Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikai lobus
bawah
- Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
- Adanya klasifikasi
- Bayangan milie
2.5 Penatalaksanaan
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan dari paduan obat
a. Rifampisin
BB 40-60 kg : 450mg
b. INH
c. Pirazinamid
Dosis fase intensif 25mg/kg BB,35 mg/kg BB 3 kali seminggu, 50
BB >60kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
d. Steptomisin
BB >60kg : 1000mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB<40 kg : sesuai BB
e. Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg
BB >60kg : 1500 mg
BB 40-60kg : 1000 mg
BB <40kg : 750mg
tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase
f. Kanamisin
g. Kuinolon
klavulanat
terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat
dilanjutkan.
Panduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak, dengan tujuan
selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa pengobatan.
Obat kategari 1 ini diberikan pada penderita baru TB paru BTA positif,
penderita TB paru BTA negatif rontgen positif yang sakit berat dan
berdasarkan Pedoman
Jumlah
hari/kali
Dosis perhari perkali
menelan
Tahap Lamanya
obat
Tablet
pengobatan pengobatan
Tablet Tablet Tablet
isoniazid
Rifampisin Phyrazinamid Ethambutol
(H) 300
(R) 450 mg 500 mg (E) 250 mg
mg
Tahap
intensif
2 bulan 1 1 3 3 60
(dosis
harian)
Tahap 4 bulan 2 1 - - 54
lanjutan
(dosis 3x
seminggu)
50 kg.
a. Penderita kambuh
b. Penderita gagal
(Z) dan ethambutol (E) setiaphari selama 1 bulan. Setelah itu di teruskan
Ethambu Jumla
tol h
Tablet Tablet
Tahap Lamanya Tablet hari /
rifampi phyrazin Streptom
Tablet
pengobat pengobat isoniazid kali
Tablet
sin amid 500 is
500
an an 500 mg menel
250 mg
450mg mg
mg
an
obat
Tahap 2 bulan 1 1 3 3 - 60
intensif
0,75 gr
(dosis
harian ) 1 bulan 1 1 3 3 - 30
Tahap
lanjutan
(dosis 5 bulan 2 1 - 1 2 - 66
3xsemin
ggu)
Keterangan: Dosis tersebut di atas untuk penderita dengan BB antara 33-
50 kg.
Jumlah
Tablet Tablet Tablet
Tahap Lamanya hari
isoniazid rifampisin pirasinamid
pengobatan pengobatan menelan
300 mg 450 mg 500 mg
obat
Tahap
intensif
2 bulan 1 1 3 60
(dosis
harian)
Tahap
lanjutan
4 bulan 2 1 - 54
(dosis 3x
seminggu)
Keterangan: Dosis tersebut di atas untuk penderita dengan BB antara 33-
50 kg.
Obat sisipan ini diberikan bila pada akhir tahap pengobatan intensif
menela
n obat
Tahap 1 bulan 1 1 3 3 30
intensif
(dosis
harian)
Sumber: Pedoman Nasional Penanggulangan TB Paru (Depk es RI,
2002:41).
Satu paket obat berisi 30 blister HRZE yang dikemas dalam 1 dos kecil.
kategori 2.
masyarakat. Tetapi disamping itu faktor dari penderita itu sendiri juga
1. Pendidikan
sehingga efek agent terhadap berbagai status sosial ekonomi akan berbeda
pula.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Umar Firdous dkk,
hasil analisis orang yang pendapatannya rendah (kurang dari UMR DKI
pendapatannya lebih tinggi dari UMR DKI Jakarta (Umar Firdous dkk,
2005:19).
berkesinambungan.
hubungan timbal balik yaitu hubungan sebab akibat penyakit infeksi dapat
masalah gizi antara lain, diare, tuberkulosis, campak dan batuk rejan (I
4. Pengetahuan
5. Riwayat Pengobatan
a. Pertama, kasus baru. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah
melanjutkan pengobatannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herryanto,
penderita tidak sampai selesai 90,1% (101 orang) hanya 9,9% yang
(Misnadiarly, 1996:1).
oleh penderita.
penderita.
perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas
guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota
selesai pengobatan.
2. Riwayat Kontak
Riwayat kontak adalah riwayat seseorang yang berhubungan
mudah terjadi jika ada kontak dengan penderita TB (Fachmi Idris, 2004:2).
3. Kepatuhan berobat
tinggi (sekitar 75%) dari pada pengobatan jangka panjang (<25% yang
memahami bahwa obat harus di telan seluruhnya dalam waktu yang telah
2002:127).
terkendali maka daftar obat untuk OAT masuk dalam kelompok obat
sangat esensial (SSE) yaitu obat yang beresiko tinggi apabila tidak
Expired First Out (FEFO) yang artinya obat yang kadaluarsanya lebih
2007:117).
antara lain:
Sutanto, 2007:118).
pasien
pencegahan tuberkulosis.
tatalaksana tuberkulosis.
mengenai faktor yang berhubungan dengan putus obat TB paru atau resisten
karena obat. faktor pelayanan kesehatan yaitu jaminan ketersediaan obat dan
obat TB paru atau resisten obat adalah faktor penderita, factor perilaku
Faktor lingkungan
Faktor penderita:
1. Ada tidaknya PMO
2. Riwayat kontak 1. Tingkat pendidikan
3. Kepatuhan berobat 2. Status sosial ekonomi
3. Status gizi penderita
4. Pengetahuan penderita tentang
pengobatan TB paru
5. Riwayat pengobatan
6. Komplikasi dengan penyakit lain
BAB III
METODE PENELITIAN
wawancara.
Agustus
3.3.1 Populasi
memiliki dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
3.3.2 Sampel
Sebelum proses pengumpulan data dilakukan, tahap awal dari proses ini
izin penelitian dari instansi pendidikan hingga sampai menerima balasan izin
meneliti dari instansi rumah sakit di lokasi penelitian. Setelah semua persyaratan
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Rumah Sakit Imelda
Variabel adalah atribut atau obyek yang memiliki variasi antara satu sama
lainnya (Sugiyono, 2015).
Definisi operasional adalah suatu atribut atau sifat nilai dari obyek atau
kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk
3.6.1 Editing.
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan setelah data terkumpul. Pada
3.6.2 Coding
data. Data diberi koding sesuai dengan yang dijelaskan dalam definisi operasional
dan kebutuhan pengolahan data. Setiap data diberikan kode supaya memudahkan
pengolahan data.
frekuensi atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. Data yang diolah
dalam penelitian ini adalah seluruh data primer yang diperoleh dari responden
penelitian.
semua data yang telah dimasukkan untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-
data dari kuesioner data demografi, kuesioner kepatuhan buku laporan ke paket
Akessa, G. M., Tadesse, M., & Abebe, G. (2015). Survival Analysis of Loss to
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/18100
hl=en&btnG=Search&q=intitle:Profil+Data+Kesehatan+Indonesia+Tahun+2
011#0
www.kemenkes.go.id
MacPherson, P., Houben, R. M. G. J., Glynn, J. R., Corbett, E. L., & Kranzer, K.
138. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3949536/
McNeal, L., & Selekmen, J. (2017). Guidance for Return to Learn After a
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jmki/article/view/10458
https://doi.org/10.3402/ijch.v70i2.17810
Ozer, E. K., Goktas, M. T., Toker, A., Pehlivan, S., Bariskaner, H., Ugurluoglu,
C., & Iskit, A. B. (2017). Thymoquinone protects against the sepsis induced
https://doi.org/10.1016/j.pharep.2017.02.021