Anda di halaman 1dari 2

Belajar Matematika Realistik Dari Dapur Rumah Di Masa Pandemi

Banyak cara dilakukan untuk tetap menghadirkan pembelajaran yang bermakna dalam
pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pembelajaran bermakna terjadi ketika pembelajaran
menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa dengan materi yang
dipelajari dengan kehidupan nyata sehari-hari.

PJJ yang lebih banyak dilakukan di rumah menjadi tantangan tersendiri bagi guru dan orang tua.
Tidak terkecuali dalam membelajarkan matematika kepada anak-anak di rumah. Sulit dipungkiri
matematika merupakan mata pelajaran yang kurang diminati siswa. Selain identik dengan
menghapal rumus dan menghitung angka, matematika juga dianggap pembelajaran yang abstrak.

Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Jika disajikan dengan kreatif, konsep matematika
menjadi hal yang menarik dipelajari dan menyenangkan bagi siswa. Bahkan kemudian siswa
tidak lagi menganggap soal matematika  sebagai tugas yang membebani melainkan kesenangan
yang menantang.

Pendekatan realistik menjadi satu alternatif pembelajaran matematika kreatif. Menurut Heuvel
(dalam Wijaya; 2012: 21) penggunaan kata “realistik” pada pendekatan realistik tidak sekadar
menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata (real-word) tetapi lebih mengacu pada
fokus pendidikan matematika realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi
yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh siswa.

Matematika bukanlah hal abstrak yang hanya berisi kegiatan menghapal atau menghitung
menggunakan rumus. Matematika sejatinya  bertujuan agar siswa mampu berpikir logis dan 
menggunakan keterampilan matematis untuk menyelesaikan masalah yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari.

Belajar di rumah, justru menjadi momen tepat untuk mengubah mindset  yang keliru itu. Dengan
barang sederhana dan alat rumah tangga di dapur yang mudah ditemukan di keseharian siswa,
pembelajaran matematika menjadi mengasyikkan. Untuk menemukan volum bangun ruang,
Guru dapat mengajak siswa menemukan volum gelas, baskom, jerigen, ember, gayung atau
bangun ruang lain yang terdapat di rumah.

Penghitungan tidak harus menggunakan rumus baku, siswa dapat melakukannya dengan cara
yang mereka anggap mudah. Misalnya untuk menentukan volume sebuah baskom, siswa dapat
menggunakan gelas bekas air mineral yang berukuran 250 ml. Siswa mengisi gelas-gelas
tersebut dengan air sampai penuh. Air dalam gelas selanjutnya dituang ke dalam baskom.

Melalui kegiatan pengisian baskom sampai penuh menggunakan takaran gelas bekas air mineral,
siswa dapat menentukan volum baskom. Misal, baskom yang memuat air yang dituang dari  dua
belas gelas bekas  air mineral berukuran 250 ml, maka volum baskom adalah dua belas kali 250
ml atau 3000 ml atau 3 liter. Untuk membuktikan lebih jauh, siswa bisa menggunakan gayung air
berukuran 1 liter, atau mengisi jerigen bekas minyak gorong yang berukuran 2 liter.
Kegiatan dilanjutkan dengan pembuktian konsep volum menggunakan rumus hitung. Untuk
menentukan volume baskom tersebut, siswa terlebih dahulu mengukur jari-jari dan tinggi
baskom. Kegiatan pengukuran dapat dilakukan dengan bantuan orang tua. Di sinilah peran orang
tua sebagai pendamping belajar siswa dapat terlaksana.

Hasil pengukuran digunakan untuk menghitung volume baskom menggunakan penghitungan


mengalikan phi dengan kuadrat jari-jari tabung dan tinggi baskom. Melalui kegiatan pengukuran
langsung ini juga dapat memberikan pengalaman belajar yang realistis bagi siswa. Hasil
penghitungan menggunakan pengukuran ini selanjutnya dibandingkan dengan hasil
penghitungan menggunakan takaran botol. Ketika siswa menemukan bahwa hasil tersebut sama
atau mendekati sama, siswa akan merasa puas.

Laporan kegiatan yang telah dilakukan disampaikan melalui foto/video yang dikirimkan siswa
melalui WAG kelas. Siswa lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil temannya.
Tanggapan ini dapat berupa persetujuan atau pertanyaan. Setelah siswa mempresentasikan
percobaannya, guru memberikan penguatan mengenai konsep volum bangun ruang yang telah
dipelajari.

Pada akhir pembelajaran, siswa mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah mereka lakukan.
Sebagian besar siswa mengatakan bahwa belajar matematika dengan cara seperti ini lebih mudah
dipahami. Siswa juga merasa senang karena belajar matematika ternyata bisa juga dengan
bermain air. Kesenangan tidak berhenti sampai di sini. Kegiatan belajar bisa dilanjutkan dengan
bermain peran (role playing) dalam kegiatan jual beli beras, jagung, minyak, atau air.

——————————————————————————————————————–

*Artikel ini telah tayang di Koran Radar Pekalongan tanggal 15 Oktober 2020 halaman 11.
Pada Kolom Opini Guru Hebat dan Inovatif Kolaborasi Tanoto Foundation dan Radar
Pekalongan dengan judul Belajar Matematika Realistik dari Dapur Rumah di Masa Pandemi.

Anda mungkin juga menyukai