TINJAUAN PUSTAKA
4
5
lipid bilayer dari stratum korneum (Hakozaki et al., 2006; Nicoli et al., 2008).
Niasinamida dapat menembus lapisan epidermal, tetapi sulit untuk menembus
lapisan epidermal. Sehingga dibutuhkan penetration enhancer untuk membantu
Niasinamida menembus stratum korneum (Gehring et al., 2004).
2.2. Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan
melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi
rongga-rongga, lubang-lubang masuk. Pada permukaan kulit (Syaifuddin, 2006).
Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan
dan kehidupan. Kulit juga bervariasi pada keaadaan iklim, umur, seks, ras, dan
juga bergantung pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1999).
1. Lapisan Epidermis
Di dalam epidermis paling banyak mengandung sel keratinosit yang
mengandung protein keratin. Secara histologis, epidermis dibagi menjadi lima
lapisan yaitu, lapisan tanduk (stratum korneum), lapisan lusidum, lapisan
granulosum, lapisan spinosum, dan lapisan basal. Dari sudut kosmetik,
epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetik dipakai pada
epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai
ke dermis, namun tetap penampilan epidermis menjadi tujuan utama.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai tubuh, yang paling tebal
berukuran 1 milimeter, misalnya ada telapak kaki dan telapak tangan, dan
lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi,
dahi, dan perut (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Lapisan Dermis
Di dalam dermis terdapat banyak pembuluh-pembuluh darah, serabut
saraf, kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan folikel rambut. Di dalam dermis
terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar
keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung
pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagai serabut lemak yang terdapat
pada lapisan lemak bawah (subkutis/ hipodermis) (Tranggono dan Latifah,
2007).
3. Lapisan Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel dan diantara gerombolan
ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya
bulat dengan intinya terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus, yang tebalnya tidak sama pada
tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama
(berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shok breker = pegas /bila
tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, Isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. (Syaifuddin, 2006).
8
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik, misalnya
tekanan; gesekan; tarikan; zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan; gangguan
yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan UV; gangguan infeksi luar
terutama kuman maupun jamur.
2. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu pun yang larut lemak.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah antara sel, menembus sel-sel kelenjar, tetapi lebih banyak melalui
sel-sel epidermis daripada melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia.
6. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit,
sel Langerhans dan melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan
oembelahan, sel basal yang lain akan berpindah keatas dan berubah bentuknya
menjadi sel spinosum, semakin keatas sel menjadi making gepeng dan
bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang keratinosit ini
menjadi sel tanduk yang amorf.
9
2.2.3 Hiperpigmentasi
Warna kulit seseorang terutama ditentukan oleh jumlah melanin. Fungsi
utama melanin yaitu proteksi terhadap radiasi UV. Peningkatan sintesis melanin
atau distribusi melanin yang tidak merata dapat menyebabkan kelainan
hiperpigmentasi. (Sudharmono, 2005). Melanin dibentuk oleh melanosit dengan
enzim tirosinase memainkan peranan penting dalam proses pembentukannya.
Sebagai akibat dari kerja enzim tironase, tiroksin diubah menjadi 3,4
dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian menjadi dopaquinone, yang
kemudian dikonversi, setelah melalui beberapa tahap transformasi menjadi
melanin. Enzim tirosinase dibentuk dalam ribosom, ditransfer dalam lumer
retikulum endoplasma kasar, melanosit diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk
oleh kompleks golgi (Junquiera, 2003).
1. Proses menua intrinsik yakni proses menua alamiah yang terjadi sejalan dengan
waktu. Proses biologis/genetik clock yang berperan dalam menentukan jumlah
multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan kemudian
mati, diyakini merupakan penyebab penuaan intrinsik.
2. Proses menua ekstrinsik yakni proses menua yang dipengaruhi faktor eksternal
yaitu pajanan sinar matahari berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan
merokok, dan nutrisi tidak berimbang. Pada penuaan ekstrinsik, gambaran akan
lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpajan matahari.
2.3. Krim
2.3.1 Definisi Krim
Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang sering digunakan adalah krim.
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (DepKes RI, 2014).
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak
atau minyak dalam air. Keuntungan penggunaan krim yakni memiliki nilai
estetika yang cukup tinggi dan tingkat kenyamanan dalam penggunaan yang
cukup baik. Disamping itu, sediaan krim ini merupakan sediaan yang mudah
dicuci, bersifat tidak lengket, memberikan efek melembabkan kulit serta memiliki
kemampuan penyebaran yang baik (Harun, 2014).
pengenceran yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptis (Syamsuni,
2005).
Tabel II.2 Sifat Fisika dan Kimia TEA Stearat (Andersen, 1995)
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik suatu sediaan yang
meliputi bentuk, warna dan bau (Juwita et al., 2013).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya bahan-
bahan sediaan krim (Juwita et al., 2013).
3. Uji pH
Uji pH bertujuan mengetahui keamanan sediaan krim saat digunakan sehingga
tidak mengiritasi kulit. Perbedaan nilai pH tidak terlalu berpengaruh selama
masih pada batas 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).
13
4. Uji Viskositas
Apabila nilai viskositas sediaan krim dibandingkan terhadap sediaan satu sama
lainnya, maka terlihat perbedaan viskositas (Fitriansyah dan Gozali, 2014).
obat oleh sifat-sifat baik kandungan minyak dalam VCO tersebut akan dapat
meningkatkan efek terapi serta mempercepat penyembuhan (Agero and Verallo-
Rowell, 2004; Lucida et al., 2008).
Bahan ini mudah larut dalam etanol, eter dan propilenglikol sedikit larut
pada air, dan praktis tidak larut dalam minyak mineral. Metil paraben digunakan
secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan
sediaan farmasetika. Dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan golongan
paraben yang lain atau dengan antimikroba yang lain. Metil paraben efektif pada
rentang pH yang luas yaitu pH 4-8 dan memiliki spektrum yang luas terhadap
mikroba dan jamur. Metil paraben mempunyai karakteristik berupa kristal
berwarna atau sebuk kristalin putih, dan tidak berbau dengan rasa seperti pada
sediaan topikal, metil paraben digunakan pada kadar 0,02-0,3%. Efikasi dari
pengawet dapat ditingkatkan dengan penambahan 2-5% propilenglikol. Dalam
formula ini digunakan metil paraben dengan kadar 0.03%.
yaitu pH 4-8 dan memiliki spectrum yang luas terhadap mikroba dan jamur. Pada
sediaan topikal, propil paraben digunakan pada kadar 0,01-0,6%. Dalam formula
ini digunakan propil paraben dengan kadar 0.01%.
Memiliki nama lain Edetate sodium, edetic acid tetrasodium salt; EDTA
tetrasodium, N,N0-1,2-ethanediylbis[N-(carboxymethyl)glycine] tetrasodium salt,
ethylenediaminetetraacetic acid tetrasodium salt, (ethylenedinitrilo) tetraacetic
acid tetrasodium salt, Sequestrene NA4, tetracemate tetrasodium, tetracemin,
tetrasodium edetate, Versene. Dengan rumus molekul C10H12N2Na4O8 dan berat
molekul 380,20. Serta titik lebur > 300oC. Memiliki pH 11,3 dalam 1% w/v dalam
air. Pemerian serbuk kristal putih. Larut dalam air. Na EDTA digunakan
sebagai Chellating agent dan juga sebagai pengawet anti mikroba. Pada sediaan
topikal, Na EDTA digunakan sebagai chellating agent dengan kadar 0,01-0,1%.
Inkompatibilitas dengan agen pengoksidasi kuat, basa kuat, dan logam polivalen.