Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Kimia Fisika I dengan Judul “Volume molal parsial” yang

disusun oleh:

Nama : Reski Amalia

NIM : 60500120030

Kelompok : II (Dua)

Telah diperiksa oleh Asisten/Dosen penanggung jawab dan dinyatakan dapat

diterima.

Gowa, November 2021

Dosen penanggung jawab Asisten

Rahmiani Gani, S.Pd.,M.Sc. Erma


NIP.198903062019032013 NIM. 60500117054
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Larutan terdiri dari campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat

dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya sedikit di dalam larutan

disebut zat terlarut. Zat yang jumlahnya lebih banyak dari zat-zat lain dalam larutan

disebut pelarut. Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan

komposisinya. Komposisi larutan dapat dinyatakan dengan istilah konsentrasi larutan

yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut di dalam larutan

(Putri, dkk., 2017: 147).

Proses terbentuknya jenis-jenis larutan sangat tergantung pada sifat senyawa

yang bercampur. Bila kedua senyawa yang bercampur memiliki sifat-sifat yang

memungkinkan tidak adanya interaksi antara satu molekul dengan molekul yang lain

atau interaksinya sangat kecil akan mengakibatkan volume campuran merupakan

penjumlahan volume murniya dan tidak terjadi perubahan entalpi, maka dinamakan

larutan ideal. Larutan bermanfaat dalam isolasi bahan kimia, pelarutan, dan jenis

asosiasi campuran. Pengetahuan jenis asosiasi ini dimanfaatkan untuk menentukan

harga fungsi-fungsi termodinamika, diantaranya entalpi molal, dan fungsi

termodinamika lainnya (Nugraha, 2004: 80).

Jika interaksi antarmolekul komponen larutan sama besar terhadap interaksi

antarmolekul komponen tersebut pada keadaan murni, maka terbentuklah idealisasi

larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu tekanan uap pelarut (cair)

berbanding tepat lurus terhadap fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-

benar ideal tidak ada di alam, tetapi larutan memenuhi hukum Roult sampai batas
tertentu. Terbentuknya gas ideal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu, suhu,

kontaminasi, tekanan, dan konsentrasi (Sulakhudin, 2019: 116).

Konsentrasi suatu larutan merujuk ke bobot atau volume zat terlarut yang

berada dalam pelarut ataupun larutan yang banyaknya ditentukan. Konsentrasi

termasuk faktor penting dalam menentukan cepatnya suatu reaksi berlangsung dan

menentukan produk apa yang terbentuk. Terdapat beberapa metode yang sering

digunakan untuk mengungkapkan konsentrasi larutan yaitu persen bobot, persen

volume, fraksi mol, molalitas, molaritas, dan normalitas (Keenan, dkk., 1984: 384).

Salah satu faktor pengukuran adalah densitas dari bahan yang akan diamati.

Kualitas dari bahan yang akan diamati tergantung dari densitasnya. Densitas suatu

bahan, tidak sama pada setiap bagiannya, contonya adalah atmosfer bumi (yang

semakin tinggi akan semakin kecil densitas) dan lautan (yang semakin dalam akan

semakin besar densitasnya). Secara umum, densitas bahan tergantung pada faktor

lingkungan seperti suhu dan tegangan (Basori, dkk., 2016: 1).

Volume molal parsial penting untuk diketahui. Pengetahuan ini bermanfaat

dalam memprediksi jenis pelarut yang tepat dalam proses-proses tertentu. Misalnya

isolasi suatu bahan kimia dari bahan alam tertentu, pelarutan suatu bahan untuk

berbagai keperluan praktis, pengembangan teori terutama menyangkut campuran

biner terner. Pengetahuan ini digunakan untuk termodinamika. Bila dua macam

senyawa murni yang tidak saling bereaksi dicampurkan, maka ada tiga kemungkinan

yang akan terjadi, yaitu terbentuk larutan ideal, larutan regular, dan larutan non ideal.

Proses terbentuknya jenis-jenis larutan tersebut sangat tergantung pada sifat-sifat

senyawa yang bercampur (Nugraha, 2004: 80). Berdasarkan latar belakang di atas,

maka dilakukan percobaan volume molal parsial untuk mengetahui volume molal
parsial larutan NaCl 3 M sebagai fungsi konsentrasi dengan mengukur densitas

larutan menggunakan piknometer.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa hubungan konsentrasi dengan densitas dan volume molal parsial?

2. Berapa nilai densitas larutan NaCl dengan menggunakan piknometer?

3. Berapa nilai volume molal parsial larutan NaCl dengan menggunakan

piknometer?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hubungan konsentrasi dengan densitas dan volume molal parsial.

2. Mengetahui nilai densitas larutan NaCl dengan menggunakan piknometer.

3. Mengetahui nilai volume molal parsial larutan NaCl dengan menggunakan

piknometer.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Larutan
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat di dalam sejumlah

tertentu pelarut atau larutan. Zat terlarut adalah suatu zat cair atau padat dan pelarut

adalah suatu zat cair. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan berbagai cara.

Salah satu konsentrasi yang paling umum dalam kimia adalah molaritas atau

konsentrasi molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter dalam suatu larutan

(Chang, 2004: 107).

Konsentrasi larutan meyebutkan secara kuantitatif komposisi zat pelarut serta

terlarut di dalam sebuah larutan. Konsentrasi larutan biasanya dinyatakan dalam suatu

perbandingan jumlah zat yang terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau

dalam perbandingan jumlah zat yang terlarut dengan jumlah pelarut. Sebagai salah

contoh dalam beberapa satuan konsentrasi merupakan molar, serta bagian per juta

(part per million, ppm). Sementara secara kualitatif, komposisi larutan dapat

dinyatakan sebagai pekat (berkonsentrasi tinggi) dan encer atau berkonsentrasi

rendah (Sulakhudin, 2019: 116).

Menurut Keenan, dkk., (1984: 384), bahwa terdapat beberapa cara untuk

menyatakan konsentrasi larutan yaitu:

1. Persen Bobot

Bila menyatakan persen bobot, presentase yang diberikan itu merujuk ke zat

terlarut, misalnya suatu larutan NaCl dalam air 5% mengandung 5% bobot natrium

klorida dengan 95% sisanya adalah air.


2. Persen Volume

Konsentrasi suatu larutan dari dua cairan seringkali dinyatakan sebagai

presentase volume. Konsentrasi minuman beralkohol biasanya dinyatakan dengan

cara demikian. Suatu anggur yang mengandung 12% alkohol mempunyai 12 mL

alkohol per 1000 mL anggur. Namun hendaknya dicatat bahwa volume cairan

tidaklah adiktif. 89 mL air harus ditambahkan pada 12 mL alkohol agar diperoleh 100

mL larutan. Istilah “persen” selalu berarti “persen bobot”.

3. Fraksi Mol

Satu cara untuk menyatakan banyaknya partikel adalah dalam banyaknya

mol zat terlarut dan pelarut. Bagian pecahan dari jumlah total mol yang bersangkutan

dengan zat terlarut adalah fraksi mol zat terlarut, bagian pecahan dari jumlah total

yang bersangkutan dengan pelarut ialah fraksi mol pelarut. Fraksi mol yang dikalikan

100 adalah persen mol.

Xi= banyaknya komponen i (mol) ………….……..2.1

Total banyaknya semua komponen larutan (mol)

4. Molalitas

Molalitas (m) dari suatu larutan adalah jumlah mol zat terlarut per kilogram

pelarut. Volume larutan tak diperlukan dalam menyiapkan larutan molal, cukup

dengan diketahuinya bobot-bobot zat terlarut dan pelarut.

mol zat terlarut g zat terlarut g/mol ………..……….2.2

molalitas = kg pelarut = kg pelarut


5. Molaritas

Molaritas suatu larutan ialah banyaknya mol zat terlarut per liter larutan.

mol zat terlarut g zat terlarut/g mol ……………..…..2.3

Molaritas= L larutan = L larutan

6. Normalitas

Normalitas dari suatu larutan adalah banyaknya ekuivalen zat terlarut per

liter larutan. Konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam normalitas digunakan dalam

reaksi oksidasi reduksi dan dalam reaksi asam basa. Bobot ekuivalen adalah bobot zat

yang ekuivalen satu sama lain dalam reaksi-reaksi kimia.

B. Densitas
Densitas atau kerapatan adalah suatu sifat intensif yang tidak bergantung pada

jumlah massa yang ada. Alasannya adalah karena V meningkat dengan meningkatnya

m, sehingga perbandingan kedua besaran itu tetap sama untuk bahan tertentu. Satuan

turunan SI untuk kerapatan adalah kilogram per meter kubik (kg/m 3). Satuan tersebut

agak terlalu besar untuk sebagian penerapan kimia. Karena itu, gram per millimeter

(g/mL) lebih sering digunakan untuk menyatakan satuan kerapatan padatan dan

cairan (Chang, 2004: 13).

Densitas biasa juga disebut dengan kerapatan, didefinisikan sebagai massa

fluida per satuan volume. Kerapatan biasanya digunakan untuk mengkarakteristikkan

massa sebuah sistem fluida, dalam satuan SI adalah kg/m3. Nilai kerapatan dapat

bervariasi cukup besar di antara fluida yang berbeda, namun untuk zat cair variasi

tekanan dan temperatur umumnya hanya memberikan pengaruh kecil terhadap nilai

kerapata tersebut (Munson, dkk., 2003: 14).


Menurut Petrucci, dkk. (2008: 13), bahwa densitas dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:
massa (m)
Densitas (d) = ………………………………...2.4
volume (V)
Massa dan volume adalah sifat ekstensif. Sifat ekstensif bergantung pada

kuantitas materi yang diamati. Namun, jika dibagi massa suatu zat dengan

volumenya, maka terjadi sifat intensif. Sifat intensif tidak bergantung pada

banyaknya materi yang diamati. Satuan dasar SI untuk massa dan volume adalah

kilogram dan meter kubik. Tetapi, umumnya kimiawan menyatakan massa dalam

gram, dan volume dalam cm3. Jadi, satuan densitas yang paling umum adalah gr/cm 3

(Petrucci, dkk., 2008: 13).

Padatan lebih rapat dibandingkan cairan dan keduanya lebih rapat

dibandingkan gas, tetapi tidak ada tumpeng tindih yang luar biasa dalam hal densitas

antara padatan dan cairan. Suatu padatan yang tidak larut dan mengapung di atas

cairan adalah kurang rapat dibandingkan cairan dan padatan memindahkan massa

cairan yang setara dengan massanya sendiri. Padatan yang tidak larut yang tenggelam

ke dasar cairan adalah lebih rapat dari cairan (Petrucci, dkk., 2008: 14).

Densitas salah satu faktor penting pengukuran dunia sains karena densitas dari

sebuah bahan akan menentukan kualitas dari sebuah sampel yang akan digunakan.

Parameter densitas merupakan representasi dalam menggambarkan populasi

penelitian. Data densitas adalah rata rata dari pengukuran pada berbagai variasi

sumber. Tidak semua sampel bahan bisa didapatkan nilai densitasnya pada semua

variasi konsentrasi (Basori, dkk., 2016: 3).


Menurut Saputra, dkk., (2017: 3) Menghitung densitas menggunakan

piknometer yaitu ditimbang piknometer kosong, kemudian dimasukkan sampel dan

ditimbang kembali untuk mengetahui densitasnya dengan menggunakan rumus :

(w2 – w1)
d= ……………….…………………………..2.5
Vp
Dengan:

d = densitas (g/mL)

w1= berat piknometer kosong (g)

w2= berat piknometer dengan sampel (g)

Vp= volume piknometer (mL)

C. Piknometer
Piknometer merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk mengukur

massa jenis zat cair. Piknometer tersedia dalam berbagai ukuran. Ukuran yang biasa

tersedia dilaboratorium kimia adalah piknometer dengan kapasitas 10 mL.

Piknometer umumnya terbuat dari gelas dengan bentuk badan bulat silinder.

Piknometer disertai dengan menutup yang terdapat rongga kapiler. Rongga kapiler ini

berguna untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara yang sangat mungkin

berada dalam botol pada saat pengisian dengan zat cair (Khamidinal, 2009: 92).

Piknometer adalah salah suatu gelas kecil yang massa diketahui, di mana

piknometer ini sering digunakan untuk menentukan densitas dari suatu bahan. Cara

menggunakan piknometer untuk mengukur suatu densitas larutan yaitu, dengan

memasukkan cairan dengan volume tertentu ke dalam piknometer. Densitas dari

cairan dapat dihitung dengan pengukuran massa piknometer yang telah diisi cairan
dikurangi dengan massa piknometer kosong dibagi dengan volume cairan (Fathuroya,

dkk., 2017: 19-20).

Gambar2.1 piknometer
(Sumber: Hasbi, dkk., 2017: 4)
Prinsip kerja piknometer yaitu pertama-tama zat cair dimasukkan ke dalam

piknometer sampai mengisi suatu volume tertentu. Selanjutnya piknometer bersama

dengan zat cair didalamnya ditimbang dan diperoleh berat piknometer dan zat cair di

dalamnya, misalkan beratnya menjadi Wt, berat jenis zat cair g, selanjutnya dapat

ditentukan dengan persamaan:


Wt - W
γ=
∀ ……………………………………...
¿
(2.6)

setelah diperoleh berat jenis g, rapat massa zat cair dapat ditentukan dengan

berdasarkan pesamaan di atas. Perlu diingat bahwa berat jenis zat cair dapat berubah

terhadap suhu. Oleh karena itu, selama pengukuran berlangsung suhu zat cair harus

tetap dijaga (Kironoto, 2016: 78-79).

D. Integrasi Ayat

Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan percobaan ini terdapat dalam QS Al-

Qamar/54:49 sebagai berikut:


Terjemahannya:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.
Allah SWT telah menciptakan semua yang ada di alam semesta dengan teratur

dan sangat rapi. Semuanya berdasarkan ukuran-ukuran yang sesuai dengan keadaan

benda, baik benda yang kecil sampai benda yang besar. Manusia sebagai khalifah di

muka bumi dalam perkembangannya perlu memahami benda-benda di alam dan

semua yang ada didalamnya tidak terlepas dari pengamatan dari sifat-sifat benda

disekitarnya. Salah satu bagian dari proses pengamatan adalah melakukan

pengukuran. Hasil pengukuran menggunakan amgka-angka. Setiap ukuran yang

digunakan disebut besaran dengan kata lain besaran adalah sesuatu yang dapat

dilakukan dan dinyatakan dalam angka-angka.


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilakukan pada Hari Rabu, 24 November 2021 pukul

09.30-11.30 WITA di Laboratorium Kimia Fisik Jurusan Kimia Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, desikator,

oven, piknometer 50 mL, pipet skala 25 mL dan 10 mL, labu takar 100 mL, gelas

kimia 1000 mL dan 50 mL, pipet tetes, bulp, botol semprot 250 mL, dan corong.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu akuades (H 2O),

natrium klorida (NaCl) 0,1875 M, 0,375 M, 0,75 M, 1,5 M, 3 M dan tisu.

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah dengan diencerkan larutan natrium

klorida (NaCl) 3 M menjadi konsentrasi 1/2, 1/4, 1/8, dan 1/16 sehingga

konsentrasinya menjadi 1,5 M, 0,75 M, 0,35 M, 0,375 M dan 0,1875 M. Piknometer

dikalibrasi dengan cara membilas piknometer dengan akuades (H2O), setelah itu

dikeringkan piknometer ke dalam oven selama 10 menit sampai kering. Selanjutnya,

dimasukkan piknometer ke dalam desikator. Lalu ditimbang piknometer kosong pada

neraca analitik dan dicatat bobotnya. Setelah itu diisi piknometer dengan akuades
(H2O) sampai penuh dan menutupnya dengan rapat. Lalu dikeringkan permukaan

luar piknometer dengan tisu lalu ditimbang dan dicatat bobotnya. Kemudian dibilas

piknometer dengan larutan yang akan digunakan yakni NaCl, kemudian diisi

piknometer dengan larutan natrium klorida (NaCl) 0,1875 M, 0,375 M, 0,75 M, 1,5

M dan 3 M. Dicatat suhu kamar dengan termometer dan ditentukan masing-masing

volume molal parsialnya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Penentuan Densitas dengan Menggunakan Piknometer


Bobot Piknometer (gr)

Konsentras Bobot Bobot Densitas


i NaCl (M) Bobot Piknometer + (gr/cm3)
Piknometer Piknometer +
NaCl (W)
kosong (We) Akuadest (Wo)

3 20,2003 71,1573 77,0104


1,5 20,2003 71,1573 74,2043
0,75 20,2003 71,1573 72,7147
0,375 20,2003 71,1573 71,9141
0,1875 20,2003 71,1573 71,5482
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Saran untuk percobaan selanjutnya agar sampel digantikan dengan MgSO 4

agar dapat diketahui volume molal parsial larutan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Basori, dkk. “Pengukuran Densitas Bahan Organik Berskala Mikro Liter (µL) dengan
Metode Levitasi Magneto-Archimedes menggunakan sumber magnet ganda”.
FMIPA Unibra 1, no 1 (2016): h. 1-4.
Chang, Raymond. General Chemistry the Essential Concepts. Terj. Muhammad
Abdul Kadir Martoprawiro, dkk. Kimia Dasar Konsep Konsep Inti Edisi
Ketiga. Jakarta: Erlangga, 2004.
Fathuroya, dkk. Fisika Dasar Untuk Ilmu Pangan. Malang: UB Press, 2017.
Khamidinal. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Keenan, dkk. General College University. Terj. Aloysius Hadyana Pudjaatmaka.
Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga, 1984.
Kironoto. Statistika Fluida. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2016.
Munson, dkk. Fundamental of Fluid Mechanics Fourth Edition. Terj. Harinaldi,
Budiarso. Mekanika Fluida Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga, 2003.
Nugraha, Asep Wahyu. “Evaluasi Jenis Kompleks Molekuler Pada Campuran Biner
Asetonitril-Metanol Melalui Pengukuran Tekanan Uap Total”. Sains
Indonesia 28, no 2 (2004): h. 80-87.
Petrucci, dkk. General College Chemistry Principles and Modern Application ninth
Edition. Terj. Suminar Setiat Achmadi. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan
Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2008.
Putri, dkk. “Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan”.
Pembelajaran Fisika 6, no 2 (2017):h. 147-153.
Saputra, dkk. “Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas untuk Pembuatan Biodiesel
Menggunakan Katalis Zeolit Alat Terektivasi”. Chemurgy 1, no 2 (2017): h.
1-6.
Sulakhudin. Kimia Dasar: Konsep dan Aplikasinya dalam Ilmu Tanah. Yogyakarta:
Deepublish, 2019.
LAMPIRAN I

SKEMA KERJA

NaCl
– Diencerkan larutan natrium klorida (NaCl) 3 M menjadi 1/2, 1/4, 1/8, dan

1/16 sehingga konsentrasinya menjadi 0,1875 M, 0,375 M, 0,35 M, 0,75

M, dan 1,5 M.

– Piknometer dikalibrasi dengan dibersihkan menggunakan akuades (H2O)

– Dikeringkan piknometer dioven selama 10 menit sampai kering

– Dimasukkan piknometer ke dalam desikator

– Ditimbang piknometer kosong dan dicatat bobot bobotnya

– Diisi piknometer dengan akuades (H2O) sampai penuh dan ditutup rapat

– Dikeringkan permukaan luar piknometer dengan tissu dan timbang

kemudian dicatat bobot akuades (H2O)


– Dibilas piknometer dengan larutan NaCl

– Diisi piknometer dengan larutan NaCl dimulai dari konsentrasi 0,1875 M,

0,375 M, 0,75 M, 1,5 M dan 3 M

– Ditutup piknometer berisi larutan NaCl

– Ditimbang dan dicatat bobotnya

– Dicatat suhu kamar dan ditentukan volume molal parsial

Hasil

Anda mungkin juga menyukai