Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IJTIHAD SEBAGAI SUMBER DAN METODOLOGI HUKUM ISLAM

DOSEN PENGAMPU : ABDUL HADI, LC, MA

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Devianna Ramadhani (2320210020)
Merry Kemalla (2320210024)
Putri Aufa Adiningrum (2320210025)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH


JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dengan judul : “Ijtihad Sebagai
Sumber dan Metodologi Hukum Islam”.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Bagi kami sebagai penyususn merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jakarta, 29 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................2


DAFTAR ISI ......................................................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................................4
1.4 Metode Penulisan .........................................................................................................5
1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................................6
2.1 Pengertian Ijtihad ..........................................................................................................6
2.2 Fungsi Ijtihad ................................................................................................................6
2.3 Kedudukan Ijtihad.........................................................................................................7
2.4 Macam – Macam Ijtihad ...............................................................................................8
2.5 Dasar – Dasar Ijtihad ....................................................................................................8
2.6 Contoh Ijtihad ...............................................................................................................9

BAB III
PENUTUP ..........................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................10
3.2 Saran .............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................11


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ijtihad merupakan upaya untuk menggali suatu hukum yang sudah ada pada zaman
Rasulullah SAW. Hingga dalam perkembangannya, ijtihad dilakukan oleh para
sahabat,tabi’in serta masa-masa selanjutnya hingga sekarang ini. Meskipun pada periode
tertentu apayang kita kenal dengan masa taqlid, ijtihad tidak diperbolehkan, tetapi pada masa
periodetertentu pula (kebangkitan atau pembaharuan), ijtihad mulai dibuka kembali. Karena
tidakbisa dipungkiri, ijtihad adalah suatu keharusan, untuk menanggapi tantangan kehidupan
yang semakin kompleks problematikanya.

Sekarang, banyak ditemui perbedaan-perbedaan madzab dalam hukum Islam yang


itudisebabkan dari ijtihad. Misalnya bisa dipetakan Islam kontemporer seperti Islam liberal,
fundamental, ekstrimis, moderat, dan lain sebagainya. Semuanya itu tidak lepas dari hasil
ijtihad dan sudah tentu masing-masing mujtahid berupaya untuk menemukan hukum
yangterbaik. Justru dengan ijtihad, Islam menjadi luwes, dinamis, fleksibel, cocok dalam
segalalapis waktu, tempat dan kondisi. Dengan ijtihad pula, syariat Islam menjadi “tidak
bisu”dalam menghadapi problematika kehidupan yang semakin kompleks.

Sesungguhnya ijtihad adalah suatu cara untuk mengetahui hukum sesuatu melalui
dalil-dalil agama yaitu Al-Qur'an dan Al-hadits dengan jalan istimbat. Adapun mujtahid
ituialah ahli fiqih yang menghabiskan atau mengerahkan seluruh kesanggupannya untuk
memperoleh persangkaan kuat terhadap sesuatu hukum agama. Oleh karena itu kita harus
berterima kasih kepada para mujtahid yng telah mengorbankan waktu,tenaga, dan pikiran
untuk menggali hukum tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam baik
yangsudah lama terjadi di zaman Rasullullah maupun yang baru terjadi

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu ijtihad?


2. Apa saja fungsi dari ijtihad?
3. Apa saja macam-macam ijtihad?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahuin pengertian ijtihad


2. Untuk mengetahui fungsi dari ijtihad
3. Untuk mengetahui macam-macam ijtihad
1.4 Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode studi pusaka yang dimana penulis
mendapatkan sumber materi dari buku dan internet yang kemudian disusun dan dijabarkan
kembali dengan bahasa yang sesuai kemampuan, mudah dimengerti, dan ketrampilan diri
sendiri.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama sebagai pendahuluan yang memiliki
sub-bab lima buah yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan yang kemudian dilanjutkan pada bab kedua
dengan berisi pembahasan yang memiliki tiga sub-bab yaitu : pengertian ijtihad, fungsi
ijtihad, macam-macam ijtihad, dasar-dasar ijtihad, contoh ijtihad. Dan di bab terakhir terdapat
bab ketiga yaitu: penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari semua pembahasan yang
telah dijelaskan dalam makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ijtihad

Kata Ijtihad sendiri berasal dari kata ijtahada yajtahidu ijtihadan yang memiliki arti
mengerahkan segala kemampuan yang ada pada diri dalam menanggung beban. Menurut
bahasa, ijtihad dapat di artikan dengan bersungguh-sungguh dalam mencurahkan semua isi
pikiran.

Pengertian ijtihad dilihat dari isitilah adalah mencurahkan semua tenaga serta pikiran
dan bersungguh-sungguh dalam menetapkan suatu hukum. Maka dari itu tidak disebut ijtihad
jika tidak adanya unsur kesulitan pada suatu pekerjaan.

Ijtihad secara etimologi memiliki pengertian: “pengerahan segala kemampuan untuk


mengerjakan sesuatu yang sulit”. Sedangkan secara terminologi adalah “penelitian dan
pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada kitabullah (syara) dan sunnah rasul
atau yang lainnya untuk memperoleh nash yang ma’qu; agar maksud dan tujuan umum dari
hikmah syariah yang terkenal dengan maslahat.

Pengertian lain bahwa ijtihad merupakan upaya untuk menggali suatu hukum yang
sudah ada pada zaman Rasulullah Saw. Hingga dalam perkembangannya, ijtihad dilakukan
oleh para sahabat, tabi’in serta masa-masa selanjutnya sampai sekarang ini.

Sementara Imam al-Amidi mengatakan bahwa ijtihad adalah mencurahkan semua


kemampuan untuk mencari hukum syara yang bersifat dhanni, sampai merasa dirinya tidak
mampu untuk mencari tambahan kemampuannya itu. Sedangkan Imam al-Ghazali
menjadikan batasan tersebut sebagai bagian dari definisi al-ijtihad attaam (ijtihad sempurna).

2.2 Fungsi Ijtihad

Fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam dipandang sebagai sumber hukum ketiga
setelah Al Quran dan hadits. Fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam adalah untuk
mendapatkan sebuah solusi hukum jika ada suatu masalah yang harus di tetapkan hukumnya,
akan tetapi tidak di temukan baik di Al-Quran atau hadits.

Dari segi fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam, ijtihad memiliki kedudukan dan
legalitas dalam Islam. Walaupun dengan demikian, ijtihad tidak dapat di lakukan oleh
sembarang orang artinya hanya orang-orang tertentu saja, yang memenuhi syarat khusus yang
boleh berijtihad. Beberapa Syarat tersebut di antaranya adalah :

 Mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam


 Mempunyai pemahaman yang baik, baik itu bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fiqh, dan
tarikh (sejarah)
 Mengetahui cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas
 Mempunyai akhlaqul qarimah.

Adapun fungsi ijtihad, di antaranya adalah :

1. Fungsi ijtihad al-ruju’ (kembali) : mengembalikan ajaran-ajaran Islam kepada al-


Qur’an dan sunnah dari segala interpretasi yang kurang relevan.
2. Fungsi ijtihad al-ihya (kehidupan) : menghidupkan kembali bagian-bagian dari nilai
dan Islam semangat agar mampu menjawab tantangan zaman.
3. Fungsi ijtihad al-inabah (pembenahan) : memenuhi ajaran-ajaran Islam yang telah di-
ijtihadi oleh ulama terdahulu dan dimungkinkan adanya kesalahan menurut konteks
zaman dan kondisi yang dihadapi.

Pada intinya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam sangat penting untuk kehidupan
umat Islam di kehidupan yang semakin berkembang. Sebagai sumber hukum ketiga setelah
Alquran dan Hadits tentunya seorang mujathid yang akan berijtihad tidak bisa sembarangan
orang. Karena fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam akan mempengaruhi semua orang
Islam di dunia.

2.3 Kedudukan Ijtihad

Berbeda dengan Al-Quran dan As-Sunnah, ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan


berikut:

a. Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang
mutlak absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang relatif.
Sebagai produk pikiran manusia yang relatif, maka keputusan daripada suatu ijtihad
pun adalah relatif. 
b. Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang, tapi
tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa/tempat, tapi tidak berlaku pada
masa/tempat yang lain.
c. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah (murni).Sebab
urusan ibadah mahdhah hanya oleh Allah SWT dan Rasulullah.
d. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
e. Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motivasi,
akibat, kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama, dan nilai-nilai yang menjadi ciri
dan jiwa daripada ajaran Islam. Kedudukan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
adalah sebagai sumber hukum ketigasetelah Al-Quran dan Al-Hadits.
2.4 Macam – Macam Ijtihad

Dengan fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang sangat penting, pengetahuan
tentang ijtihad tentunya juga harus dimiliki oleh setiap muslim. Berikut jenis atau macam-
macam ijtihad :

 Ijma’
Adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum agama Islam
berdasarkan Al-quran dan hadits dalam suatu perkara. Hasil dari kesepakatan para
ulama tersebut berupa fatwa yang dilaksanakan oleh umat Islam.
 Qiyas
Adalah suatu penetapan hukum terhadap masalah baru yang belum pernah ada
sebelumnya, namun mempunyai kesamaan (manfaat, sebab, bahaya) dengan masalah
lain sehingga ditetapkan hukum yang sama.
 Maslahah Mursalah
Adalah suatu cara penetapan hukum berdasarkan pada pertimbangan manfaat dan
kegunaannya.
 Sududz Dzariah
Adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang mubah makruh atau haram demi
kepentingan umat.
 Istishab
Adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan hingga ada alasan tepat untuk
mengubah ketetapan tersebut.
 Urf
Adalah penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu masyarakat
selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan hadits.
 Istihsan
Adalah suatu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya karena
adanya dalil syara’ yang mengharuskannya.

2.5 Dasar – Dasar Ijtihad

Ijtihad bisa dipandang sebagai salah satu metode penggali sumber hukum. Dasar-
dasar ijtihad atau dasar hukum ijtihad ialah al-Qur’ an dan sunnah.

Di dalam ayat yang menjadi dasar dalam ber-ijtihad sebagai firman Allah Swt dalam
QS. An-nisa’: 105
‫ق لتَحْ ُكم ب ْينَ النَّاس بمٓا اَ ٰرى َ هّٰللا‬
ِ ‫نِ ْينَ خ‬lِ‫ك ُ ۗ َواَل تَ ُك ْن لِّ ْل َخ ۤا ِٕٕى‬
‫َص ْي ًما‬ َِ ِ َ َ ِ ِّ ‫ب بِ ْال َح‬
َ ‫زَلنَٓا اِلَ ْيكَ ْال ِك ٰت‬
ْ ‫ۙ اِنَّٓا اَ ْن‬
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena
(membela) orang-orang yang khianat”.
Demikian juga dijelaskan dalan QS. Ar-rum: 21

َ ِ‫……اِنَّ فِيْ ٰذل‬.


ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
‫ت لِّ َق ْو ٍم َّي َت َف َّكر ُْو َن‬
Artinya: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir”.

Legalisasi ijtihad paling tidak sebagaimana yang pernah dikatakan Rasulullah SAW
‟apabila seorang hakim dalam menetapkan hukum menggunakan ijtihad dan ijtihadnya benar,
maka baginya mendapat dua pahala. Tetapi apabila seseorang berijtihad dan ijtihadnya salah
maka baginya satu pahala „‟(HR.Bukhari dan Muslim).

2.6 Contoh Ijtihad

Salah satu contoh ijtihad adalah suatu peristiwa yang pernah terjadi di zaman Khalifah
Umar bin Khattab, yang mana pada saat itu para pedagang muslim mengajukan suatu
pertanyaan kepada Khalifah yakni berapa besar cukai yang wajib dikenakan kepada para
pedagang asing yang melakukan perdagangan di wilayah Khalifah.

Jawaban dari pertanyaan tersebut belum termuat secara terperinci di dalam Al-Quran
atau hadis, maka Khalifah Umar bin Khattab selanjutnya melakukan berijtihad dengan
menetapkan bahwasanya cukai yang dibayarkan oleh pedagang adalah dengan disamakan
dengan taraf yang umumnya dikenakan kepada para pedagang muslim dari negara asing, di
mana mereka berdagang.

Sedangkan contoh yang lebih dekat lagi dengan kehidupan sehari-hari, yaitu
penetapan 1 Ramadan dan 1 Syawal. Proses penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, di mana
para ulama berdiskusi berdasarkan hukum Islam untuk menentukan dan menetapkannya
merupakan salah satu contoh ijtihad yang nantinya diikuti oleh seluruh umat Islam.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pengertian “ijtihad” menurut bahasa ialah mengerahkan segala kesanggupann untuk


mengerjakan sesuatu yang sulit. Menurut konsepsi ini kata ijtihad tidak diterapkan pada
“pengerjaan sesuatu yang mudah atau ringan”. Kata ijtihad berasal dari bahasa Arab ialah
daei kata “al-jahdu” yang berarti “daya upaya atau usaha yang keras”.
Ijtihad berarti “berusaha keras untuk mencapai atau memperoleh sesuatu”. Dalam
kaitan ini pengertian ijtihad: adalah usaha maksimal dalam melahirkan hukum-hukum syariat
dari dasar-dasarnya melalui pemikiran dan penelitian yang sungguh-sungguh dan mendalam.
Hukum berijtihad adalah wajib ain dan wajib kifayah. Sebagai imbalan jerih payah
seorang mujtahid dalam berijtihad, sekalipun ijtihadnya tidak tepat, ia akan diberi Tuhan satu
pahala, akan tetapi, kalau ijtihadnya tepat dan benar ia akan dapat pahala ganda. Satu pahala
sebagai imbalan jerih payahnya dan satu pahala yang lain sebagai imbalan ketepatan hasil
ijtihadnya.
Syarat-syarat berijtuhad adalah: Mengetahui bahasa arab, mempunyai pengetahuan
yang mendalam tentang Al Quran, memiliki pengetahuan yang memadai tentang Al Sunnah,
mengetahui letak ijma’ dan khilaf, mengetahui Maqashid al-Syariah, memiliki pemahaman
dan penalaran yang benar, memiliki pengetahuan tentang Ushul Fiqih, niat dan i’tikad yang
benar.

3.2 Saran

Demikian makalah ijtihad sebagai sumber dan metodologi hukum islam dalam mata
kuliah pendidikan agam islam, yang tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Kami sadar
bahwa ini merupakan proses dalam menempuh pembelajaran, untuk itu kami mengharapkan
kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapan kami
semoga dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA
 https://hot.liputan6.com/read/4050903/fungsi-ijtihad-sebagai-sumber-hukum-islam-
beserta-jenis-dan-contohnya
 https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-fungsi-ijtihad-sumber-hukum-ketiga-
dalam-agama-islam-kln.html?page=all

Anda mungkin juga menyukai